Anda di halaman 1dari 2

Tugas Kelompok PKN Konflik Perbatasan

Indonesia Dengan Malaysia


Anggota Kelompok 4:

Muhammad Fathurrahman

Muhammad Ibnu Sina Nasaki

Muhammad Iqbal Muzaki

Muhammad Ridwan

Mutia Istiqomah

Nesya P

 KRONOLOGIS

⁃ Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan
teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan
pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan
dinyatakan dalam keadaan status status quo

⁃ Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai
(pihak swasta bangun resort)

⁃ indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh
ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai.

⁃ Indonesia segera mengirim protes ke Kuala Lumpur meminta agar pembangunan di sana dihentikan
terlebih dahulu. Alasannya, Sipadan dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus siapa
pemiliknya.

⁃ Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta
nasionalnya.

⁃ Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC) dalam KTT pertama
ASEAN di pulau Bali ini menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan
perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN, tapi Malaysia menolak beralasan karena
terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim pulau Batu Puteh, sengketa kepemilikan Sabah
dengan Filipina serta sengketa kepulauan Spratley di Laut Cina Selatan dengan Brunei Darussalam,
Filipina, Vietnam, Cina, dan Taiwan.

⁃ Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara Brimob) melakukan
pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak Indonesia untuk mencabut klaim atas
kedua pulau.

⁃ Dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur pada tanggal 7 Oktober 1996, dibuatkan kesepakatan "Final and
Binding”

⁃ Tanggal 31 Mei 1997, kedua negara menandatangani persetujuan tersebut

 FAKTOR
⁃ pemerintahan Indonesia dengan pemerintah Malaysia adalah klaim kedua negara atas kepemilikan dan
kedaulatan terhadap Pulau Sipadan dan Ligitan di lepas pantai pulau Kalimantan. Hal ini karena batas
wilayah kedua negara di sekitar pulau ini belum disepakati.

⁃ Malaysia & Indonesia berbeda pendapat tentang arti quo

⁃ Malaysia mengklaim sepihak (pdhl belum ada keputusan yg sebenernya)

⁃ Malaysia melakukan pengusiran warga indonesia (pdhl blm ada keputusan)

 UPAYA PENYELESAIAN

⁃ Pada tahun 1976, TAC menyebutkan akan membentuk dewan yang akan menyelesaikan perselisihan di
ASEAN (ditolak oleh Malaysia)

⁃ Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ

 LANGKAH KEDEPAN BAGAIMANA HUBUNGAN INDONESIA DAN MALAYSIA MENJADI


LEBIH HARMONIS

⁃Mengadakan Sidang GBC Malindo. Sidang GBC Malindo merupakan forum rutin tahunan sebagai salah
satu sarana untuk memfasilitasi dialog kedua negara khususnya dalam memajukan interaksi kerja sama
di wilayah perbatasan.

⁃Melakukan Kerja sama di wilayah Perbatasan

⁃Di dalam bidang akademis,Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia bekerja sama
dengan Fakultas Sastra dan Ilmu Sosial Universitas Malaya menyelenggarakan Persidangan Antarabangsa
Hubungan Malaysia-Indonesia (PAHMI) ke-11.Konferensi yang berlangsung pada 14-16 Agustus 2017 di
Universitas Indonesia Depok ini bertujuan untuk memahami lebih dalam hubungan serta isu antara
Indonesia dan Malaysia dari beragam perspektif. Konferensi ini melibatkan para mahasiswa, peneliti,
praktisi, dan NGO dari kedua negara, serta negara-negara lain yang tertarik mengkaji hubungan
Indonesia-Malaysia.Konferensi internasional ini mengangkat tema “Indonesia and Malaysia: The Two
Binding Forces of ASEAN”. Salah satu peserta PAHMI Ke-11 dari Jabatan Sejarah Fakulti Sastera dan Ilmu
Sosial, Universiti Malaya Alwi Daud menuturkan konferensi ini memiliki peran penting dalam mengeratkan
hubungan para akademisi di Indonesia dan Malaysia.

⁃Dalam Bidang Ekonomi melakukan, Banyaknya investor-investor dari Malaysia yang berinvestasi di
Indonesia telah membantu pemerintah Indonesia di dalam mengentaskan pengangguran. Investor dari
Malaysia banyak menanamkan investasinya dalam industri perkebunan kelapa sawit. Hal ini tentu
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selain itu, di Malaysia juga banyak di tempatkannya Tenaga
Kerja dari Indonesia yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT), petugas medis, pekerja
bangunan serta tenaga profesional lainnya.

⁃Pada zaman soeharto Banyak guru dan dosen Indonesia dikirim ke Malaysia untuk mengajar di sekolah-
sekolah Melayu dan di Universiti Kebangsaan Malaysia yang baru didirikan hal tersebut adalah langkah
langkah hubungan harmonis indonesia dan malaysia

Anda mungkin juga menyukai