DISUSUN OLEH:
PRETTY BRILLIANOVRI
XI IPA 6
SMA NEGERI 4 MANDAU
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini sesuai dengan
yang diharapkan. Makalah yang berjudul “PERSENGKETAAN INDONESIA DENGAN MALAYSIA
YANG BERKAITAN DENGAN HAK PENGUASAAN ATAU KEPEMILIKAN ATAS PULAU SIPADAN
DAN LIGITAN“ penyusunan ini dibuat dengan tujuan melengkapi nilai tugas dalam pelajaran
PKN pada tahun pelajaran 2022/2023. Saya berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.
Saya menyadari bahwa penulisan ataupun pembahasan karya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi saya apabila mendapatkan
kritikan dan saran yang membangun sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.
Pretty Brillianovri
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………................................................................2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………..3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………..5
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Awal Permasalahan Sengketa Wilayah Pulau Sipadan Pulau Ligitan…………………….6
B. Proses Penyelesaian Sengketa Wilayah Pulau Sipadan Pulau Ligitan……………………6
C. Putusan Mahkamah Internasional Mengenai Sengketa Wilayah Pulau Sipadan Pulau
Ligitan……………………………………………………………………………………………………………………..8
D. Kekalahan dan Letak Kesalahan Indonesia Mengenai Sengketa Pulau Sipadan Pulau
Ligitan………………………………………………………………………………………………………………………9
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………11
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………..…..11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967
ketikan dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing
negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas
wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam
keadaan status status quo. Akan tetapi, pihak Malaysia membangun resort
parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia. Karena, Malaysia memahami
statu quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai,
sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua
pulau tadi tidak boleh ditempati atau diduduki sampai persoalan atas kepemilikan
dua pulau ini selesai.
Di atas Sipadan, pulau yang luasnya hanya 4 km2 itu, Malaysia membuat
penginapan hampir 20 buah untuk dijadikan tempat pariwisata. Pemerintah
Indonesia, yang juga merasa memiliki pulau-pulau itu, segera mengirim protes ke
Kuala Lumpur, minta agar pembangunan disana dihentikan. Alasannya, Sipadan dan
Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus siapa pemiliknya. Pada tahun1969
pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta
nasionalnya Pada tanggal 31 Mei 1997 kedua negara menyepakati “Special
Agreement for the submission to the International Court of Justice the dispute
between Indonesia and Malaysia concerning the soverignty over Pulau Sipadan and
Pulau Ligitan”. Special Agreement tersebut kemudian disampaikan kepada
Mahkamah Hukum Internasional pada tanggal 2 November 1998 melalui Notifikasi
Bersama (Joint Letter). Masalah pokok yang diajukan dan dimintakan dalam Special
Agreement adalah agar Mahkamah Hukum Internasional memutuskan siapa yang
berdaulat terhadap Pulau Sipadan dan Pulai Ligitan berdasarkan perjanjian, bukti dan
dokumen dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah Malaysia. Dan pada
tanggal 17 Desember 2002 Mahkamah Hukum Internasional telah memberikan
kedaulatan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan kepada Malaysia. Dalam hal ini
Mahkamah Hukum Internasional tidak terlalu tertarik dengan argumentasi Indonesia
tentang kepemilikannya. Dengan ditolaknya perjanjian ini maka tidak ada lagi yang
dapat diandalkan oleh Indonesia.
Semua fakta sejarah ini cukup meyakinkan bahwa Malaysia telah
menunjukkan kegiatan berdaulatannya atas kedua pulau tersebut dan sudah cukup
membuktikan adanya keefektifan untuk syarat kedaulatan suatu negara atas kedua
pulau itu. Maka dalam makalah ini, akan dibahas bagaimana penyelesaian sengketa
Konflik antara Indonesia dengan Malaysia mengenai Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana awal permasalahan perebutan wilayah pulau Sipadan dan Pulau
Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia?
2. Bagaimana proses penyelesaian sengketa pulau Sipadan dan Pulau Ligitan antara
Indonesia dengan Malaysia?
3. Apa penyebab Indonesia kalah dalam sengketa perebutan wilayah pulau Sipadan
dan Pulau Ligitan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai sengketa antara Indonesia dengan Malaysia mengenai
Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Awal permasalahan sengketa wilayah Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan bermula dari
pertemuan kedua delegasi dalam penetapan batas landas kontinen antara Indonesia
dan Malaysia di Kuala Lumpur pada tanggal 22 September 1969. Pada waktu
pembicaraan landas kontinen di laut Sulawesi, kedua negara sama-sama mengklaim
Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan sebagai miliknya.
2. Permasalahan selanjutnya berawal setelah disepakatinya status quo terhadap wilayah
tersebut kemudian Malaysia melakukan kegiatan pemerintahan dan membangun
tempat wisata. Indonesia menganggap bahwa kegiatan-kegiatan tersebut melanggar
kesepakatan yang telah dicapai dalam status quo.
3. Indonesia dan Malaysia sepakat bahwa untuk menyelesaikan masalah sengketa
wilayah Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan diselesaikan melalui Mahkamah
Internasional (International Court of Justice)
4. Malaysia memenangkan kasus sengketa wilayah tersebut, maka Pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan jatuh kepada daerah kekuasaan Malaysia
5. Penyebab kalahnya Indonesia adalah Indonesia kurang memiliki data dan bukti
historis yang dapat menunjukan bahwa Belanda juga memiliki kehendak dan tindakan
untuk menjadikan Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai warisan penjajah
6. Penyebab lainnya adalah faktor kependudukan. Selama bertahun-tahun, fasilitas-
fasilitas yang ada di pulau tersebut adalah milik Malaysia. Indonesia tidak memiliki
andil apapun terhadap proses pembangunan yang terjadi di pulau tersebut.
B. SARAN
Sebagai negara kepulauan yang berwawasan nusantara, maka Indonesia harus
menjaga keutuhan wilayahnya. Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin
bahkan tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian Pemerintah. Keberadaan pulau-pulau kecil
ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas negara kita
ditentukan. Pulau-pulau ini seharusnya mendapatkan perhatian dan pengawasan serius agar
tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu keutuhan wilayah Indonesia,
khususnya pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan negara negara yang tidak/ belum
memiliki perjanjian (agreement) dengan Indonesia. Pemerintah juga perlu mengembangkan
pengelolaan pulau-pulau di wilayah di perbatasan, antara lain sebagai wilayah konservasi dan
objek wisata bahari. Pembangunan sarana pengamanan, antara lain membangun Pos
Pengamatan TNI-AL dengan personil yang memadai jumlahnya dan sarana pendukungnya.