Anda di halaman 1dari 22

SENGKETA SIPADAN DAN LIGITAN DAN

HUBUNGANYA TERHADAP GEOPOLITIK

INDONESIA

1
Outline
• Teori Dasar
• Kronologi Kasus
• Penyelesaian Kasus
• Hubungan Kasus Dengan
Geopolitik
• Solusi
DasarTeori

3
Dasar Teori
Pulau Sipadan

• Sipadan adalah sebuah pulau di


negara bagian Sabah, Malaysia.
Letaknya tak jauh dari pulau
Kalimantan/Borneo (di sebelah
utara pulau Tarakan,
Kalimantan Timur).
• Pulau Sipadan memiliki luas
50.000 meter² dengan
koordinat: 4°6′52.86″N
118°37′43.52″E

4
Dasar Teori
Pulau Ligitan

• Ligitan adalah sebuah pulau di


negara bagian Sabah, Malaysia.
Pulau yang terletak 21 mil (34
km) dari pantai daratan Sabah dan
57,6 mil (93 km) dari pantai
Pulau Sebatik diujung timur laut
pulau Kalimantan/Borneo.
• Pulau Ligitan mempunyai luas
18.000 meter² dengan koordinat:
4°9′N 118°53′E.

5
Dasar Teori
Pengertian Geopolitik

Geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik


atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong
oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang
titik beratnya terletak pada pertimbangan
geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas)
suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan
berhasil akan berdampak langsung kepada system
politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara
itu secara langsung akan berdampak pada geografi
Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu
pada geografi sosial (hukum geografis), mengenai
situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala
sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik
geografi suatu Negara.

6
Dasar Teori
Tujuan Geopolitik

• Tujuan pertama, yakni tujuan nasional, yang


dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945,
dijelaskan bahwa tujuan dari kemerdekaan
Indonesia adalah “…. untuk dapat melindungi
segenap bangsa Indonesia serta juga seluruh
tumpah darah Indonesia juga untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta juga berpartisipasi dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang dengan
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi
serta juga keadilan sosial “.
• Tujuannya kedua adalah untuk membawa
kesatuan ke dalam semua aspek dari kedua
kehidupan alam serta juga sosial, bisa
disimpulkan bahwa tujuan darai bangsa Indonesia
ialah menjunjung tinggi kepentingan nasional,
serta juga kepentingan daerah untuk dapat
mengatur serta juga membina kesejahteraan,
perdamaian dan juga bangsawan serta martabat
manusia di seluruh dunia. 7
Kronologi Kasus

8
Kronologi Kasus

• Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia,


mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan
teknis hukum laut antara kedua negara, masing-
masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan
dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya.
• Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan
dinyatakan dalam keadaan status status quo akan
tetapi ternyata pengertian ini berbeda.
• Indonesia mengartikan bahwa status quo berarti
Sipadan dan Ligitan tidak boleh ditempati/diduduki
sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau itu
selesai.
• Sedangkan Malaysia memahami status quo sebagai
tetap berada di bawah pemerintahannya sampai
persengketaan selesai. Malaysia pun membangun resor
pariwisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia di
pulau sengketa itu. Selain itu Malaysia juga aktif
dalam pengelolaan konservasi alam kedua pulau
tersebut.

9
Kronologi Kasus

Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan


Kerja Sama di Asia Tenggara atau TAC
(Treaty of Amity and Cooperation in
Southeast Asia) dalam KTT pertama ASEAN
di pulau Bali ini antara lain menyebutkan
bahwa akan membentuk Dewan Tinggi
ASEAN untuk menyelesaikan perselisihan
yang terjadi di antara sesama anggota
ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak
beralasan karena terlibat pula sengketa
dengan dengan negara-negara lain.

10
Kronologi Kasus

• Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu


menempatkan sepasukan polisi hutan (setara
Brimob) melakukan pengusiran semua warga
negara Indonesia serta meminta pihak Indonesia
untuk mencabut klaim atas kedua pulau.
• Dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur pada
tanggal 7 Oktober 1996, Presiden Soeharto
akhirnya menyetujui usulan PM Mahathir
tersebut yang pernah diusulkan pula oleh
Mensesneg Moerdiono dan Wakil PM Anwar
Ibrahim, dibuatkan kesepakatan "Final and
Binding”, pada tanggal 31 Mei 1997, kedua
negara menandatangani persetujuan tersebut.
Indonesia meratifikasi pada tanggal 29
Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49
Tahun 1997 demikian pula Malaysia meratifikasi
pada 19 November 1997.

11
Penyelesaian
Kasus

12
Penyelesaian

• Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan


Ligitan dibawa ke ICJ.Pada hari Selasa 17
Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan
tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau
Sipadan-Ligitan antara Indonesia dengan
Malaysia.
• Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia
dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1
orang yang berpihak kepada Indonesia.
• Dari argumen yang disampaikan kedua belah
pihak, argumen Malaysia dinilai lebih kuat
daripada argumeb Indoneisa. Negeri Jiran
diuntungkan dengan alasan change of title atau
rantai kepemilikan dan argumen effectivités
(effective occupation) yang menyatakan kedua
pulau itu lebih banyak dikelola orang Malaysia.

13
Penyelesaian
Argumen tersebut adalah

Malaysia dalam kasus ini, memberikan bukti-


bukti:
• Pertama, hak dari kedua pulau tersebut
didasarkan pada beberapa transaksi dari
Sultan Sulu hingga Inggris dan terakhir
Malaysia.
• Kedua, Malaysia mengklaim bahwa Inggris
kemudian Malaysia telah melakukan
penguasaan damai secara berkesinambungan
sejak tahun 1878. Sementara itu, Belanda,
kemudian Indonesia, telah lama
menelantarkan kedua pulau tersebut.

14
Penyelesaian

• Sehingga pada Sidang Mahkamah Internasional,


Malaysia secara defacto dan dejure
mendapatkan hak atas kepemilikan kedua pulau
tersebut dengan bukti-bukti yang telah ada
namun masih gagal untuk menentukan
perbatasan laut antara kedua negara.

15
Hubungan Kasus
dan Geopolitik

16
• . Disini pihak Indonesia mengalami keteledoran
dalam hal menjaga aset-aset yang sangat
penting yang seharusnya pemerintah harus
mengklaim dan memberi perlindungan apa-apa
yang dimiliki dari bangsa ini baik itu
kebudayaanya, sosial dan batas-batas wilayah
suatu Negara.
• Pemerintah tidak berhasil dalam mengelola salah
satu wilayahnya, dalam hal ini Sipadan dna
Ligitan, sehingga negara lain, dalam hal ini
Malaysia, dapat mengklaim wilayah tersebut
menjadi milik mereka karena mereka dinilai lebih
mengelolah wilayah tersebut dengan baik
sehingga Mahkamah Internasional juga
memandang situasi Pulau Sipadan-Ligitan lebih
stabil di bawah pengaturan pemerintahan
Malaysia.

17
• Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa
geopolitik di Indonesia pada masa itu
belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
lambatnya kerja pemerintah dalam
mengelola dan memberi perhatian terhadap
kedua pulau tersebut. Bisa dibilang bahwa
Malaysia selangkah lebih maju dari
Indonesia. Selain itu, pemahaman status
quo yang berbeda juga menjadi salah satu
alasan.

18
Solusi

19
• Dari kasus diatas, untuk mengatasi hal
serupa agar tidak terulang kembali, penulis
menyarankan agar:
• Pemeritah harus lebih peduli terhadap
pembangunan daerah-daerah tertinggal.
Jangan sampai malah bangsa lain yang
lebih peduli terhadap pengelolaan wilayah
kita sendiri.
• Pemerintah harus membuat kebijakan
geopolitik yang sesuai dengan wawasan
nusantara bangsa Indonesia yang dapat
menyejahterakan masyarakat Indonesia.

20
FIN!!!!!

21
ThankYou
Rahmad L. Pratama
+62 8xxxxxxxxxx
rahmadpratama1967@gmail.com

22

Anda mungkin juga menyukai