Anda di halaman 1dari 12

Hubungan antara Indonesia dan Malaysia beberapa kali mengalami pasang surut.

Sebagai dua
negara yang bertetangga, bahkan sering disebut negara serumpun, potensi kerja sama maupun
potensi konIlik antar dua negara ini amatlah besar.
hubungan kerja sama
Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, antara Indonesia dan Malaysia menjalin hubungan dengan
mengadakan pertukaran pelajar setiap tahunnya.
Bidang Ekonomi
Banyaknya investor-investor dari Malaysia yang ber investasi di Indonesia telah sedikit banyak
membantu pemerintah Indonesia di dalam mengentaskan pengangguran. Investor dari Malaysia
banyak menanamkan investasinya dalam industri perkebunan kelapa sawit. Hal ini tentu
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selain itu, di Malaysia juga banyak di tempatkannya
Tenaga Kerja dari Indonesia yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT), petugas
medis, pekerja bangunan serta tenaga proIesional lainnya.
KonIlik antar dua negara
1963: Pada tahun 1963, terjadi konIrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Perang ini berawal
dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan
Tanah Melayu pada tahun 1961 (Lihat. Konfrontasi Indonesia-Malaysia).
|rufukan?|

2002: Hubungan antara Indonesia dan Malaysia juga sempat memburuk pada tahun 2002 ketika
kepulauan Sipadan dan Ligitan diklaim oleh Malaysia sebagai wilayah mereka, dan berdasarkan
keputusan Mahkamah Internasional (MI) di Den Haag, Belanda bahwa Sipadan dan Ligitan
merupakan wilayah Malaysia. Sipadan dan Ligitan merupakan pulau kecil di perairan dekat
kawasan pantai negara bagian Sabah dan Provinsi Kalimantan Timur, yang diklaim dua negara
sehingga menimbulkan persengkataan yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Sipadan
dan Ligitan menjadi ganjalan kecil dalam hubungan sejak tahun 1969 ketika kedua negara
mengajukan klaim atas kedua pulau itu. Kedua negara tahun 1997 sepakat untuk menyelesaikan
sengketa wilayah itu di MI setelah gagal melakukan negosiasi bilateral. Kedua belah pihak
menandatangani kesepakatan pada Mei 1997 untuk menyerahkan persengkataan itu kepada MI.
MI diserahkan tanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa dengan jiwa kemitraan. Kedua
belah pihak juga sepakat untuk menerima keputusan pengadilan sebagai penyelesaian akhir
sengketa tersebut.
|rufukan?|

2005: Pada 2005 terjadi sengketa mengenai batas wilayah dan kepemilikan Ambalat.
|rufukan?|

2007: Pada Oktober 2007 terjadi konIlik akan kepemilikan lagu Rasa Sayang-Sayange
dikarenakan lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan
kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata
Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu
Kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras
lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang telah
membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu hanya mengada-ada.
Gubernur berusaha untuk mengumpulkan bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan
lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan
bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu
rakyat Indonesia.
|rufukan?|

April 2011: Pada bulan April 2011 dua negara ini kembali digegerkan dengan kasus
penangkapan nelayan Malaysia yang tertangkap tangan oleh petugas Departemen Kelautan dan
Perikanan Indonesia. Belakangan terungkap bahwa posisi dari penangkapan yang terjadi tidak
akurat dikarenakan alat GPS petugas Indonesia yang tidak berIungsi.
|rufukan?|

April 2011: Pada bulan yang sama, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan didirikannya
Museum Kerinci di Malaysia. Gedung ini berdiri atas kerja sama Malaysia dengan Pemkab
Kerinci, Indonesia. Kedua pihak berharap keberadaan museum akan mempererat hubungan
Kerinci-Malaysia. Namun masyarakat Indonesia banyak yang menyayangkan pendirian museum
ini.
|1|

Oktober 2011: Pada Oktober 2011 Komisi I DPR RI menemukan adanya perubahan tapal batas
negara di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yaitu Camar Bulan & Tanjung Datu. Pemerintah
Indonesia diminta untuk menginvestigasi masalah ini secara hati-hati.
|2|


JAKARTA (Pos Kota) Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menghentikan
penggunaan Journey PerIormed Visa (visa kunjungan wisata/turis) yang selama ini sering
disalahgunakan oleh Tenaga Kerja Indonesia untuk bekerja di Malaysia secara Ilegal dan non
prosedural.
Dengan penghentian penggunaan JP visa untuk kepentingan kerja ini, pemerintah Indonesia
optimis dapat mengurangi dan menekan jumlah TKI yang bekerja secara ilegal dan
nonprosedural di Malaysia. Setiap pelanggaran dan penyalahgunaan JP Visa ini terancam sanksi
dan hukuman pidana yang berat.
Kesepakatan penting ini dicapai setelah ditandatanganinya 11 point kesepakatan antara Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Menteri Sumber Manusia Malaysia
Datuk Seri Dr. S. Subramaniam di sela-sela pelaksanaan KTT ASEAN di Nusa Dua Bali.
'Salah satu kesepakatan penting dalam pertemuan KTT ASEAN lalu adalah Malaysia bersedia
menghentikan penerbitan JP Visa untuk kepentingan kerja. Jenis visa ini banyak disalahgunakan
oleh TKI untuk bekerja di Malaysia dalam masa moratorium ini secara ilegal dan non prosedural,
Kata Menakertrans Muhaimin Iskandar dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu.
Sejak moratorium tahun 2009 lalu, lanjutnya, terjadi kecenderungan peningkatan
penyalahgunaan JP Visa ini sebagai jalur masuk ke Malaysia. Kondisi ini ditenggarai menjadi
salah satu penyebab meningkatnya jumlah TKI illegal di Malaysia.
Muhaimin menjelaskan Modus operandi yang dilakukan para oknum adalah memberangkatkan
TKI dengan menggunakan paspor umum dan visa kunjungan 30 hari. 'Awalnya mereka
mengaku akan liburan ke Malaysia. Namun, rupanya mereka bukan liburan,melainkan akan
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia '.
Penyalahgunaan visa kunjungan ini, kata Muhaimin, dapat dipastikan sangat merugikan para
TKI karena bekerja secara ilegal dan rawan menjadi korban traIIicking. Bahkan mereka sangat
mudah terkena razia dan ditangkap karena menyalahi peraturan perundangan di Malaysia.


Pertahanan, Militer dan Keamanan
Hubungan bilateral bidang Militer-Pertahanan antara Indonesia dan Malaysia telah dimulai sejak
ditandatanganinya perjanjian damai pasca konIrontasi pada tgl. 11 Agustus 1966. Sejak saat itu
hubungan tersebut berlanjut dan diwadahi dalam Iorum General Border Committee (GBC) yang
diresmikan pada tahun 1971. Kerjasama GBC selama ini diselenggarakan oleh kedua Angkatan
Bersenjata dan badan-badan lain yang terlibat. Materi kerjasama melibatkan bidang operasi,
latihan, pendidikan, pertukaran kunjungan dan pembangunan wilayah perbatasan. Kini GBC
diketuai oleh masing-masing Menteri Pertahanan yang melakukan sidang dua tahun sekali secara
bergantian antara Indonesia dan Malaysia. Pada awalnya GBC diketuai oleh Panglima Angkatan
Bersenjata masing-masing negara, namun sesuai kesepakatan hasil sidang GBC ke-33 Desember
2004, Ketua GBC diserahterimakan kepada masing-masing Menteri Pertahanan kedua negara.
Sedangkan Panglima Angkatan Bersenjata kedua negara kini bertindak sebagai Ketua High
Level Committee (HLC) yang merupakan badan dibawah GBC. HLC melakukan sidang setiap
tahun untuk menerima laporan perkembangan badan-badan dibawahnya seperti Coordinated
Operations Control Committe (COCC), Jawatan Kuasa Latihan Bersama (JKLB), Kelompok
Kerja Sosial Ekonomi (KK Sosek) dan Joint Police Cooperation Committee (JPCC). Badan-
badan dari kedua negara tersebut secara aktiI setiap periode yang ditentukan melakukan
aktiIitasnya sesuai dengan Iungsinya.

COCC, Wadah Kerjasama Bidang Operasi Kedua Negara.
Dalam kerangka COCC antara Indonesia dan Malaysia memiliki kelompok atau tim yang
bertugas merancang operasi militer dan keamanan kedua negara. Adapun Tim-tim tersebut
adalah Tim Perancang Intelijen (TPI), Tim Perancang Komunikasi (TPK), Tim Perancang
Operasi Darat (TPOD), Tim Perancang Operasi Laut (TPOL), Tim Perancang Operasi Udara
(TPOU), Tim Perancang Operasi Maritim (TPOM) dan KK SAR yang dalam sekali setahun
melakukan pertemuan guna merancang operasi selama setahun. Dalam implementasinya operasi
darat dilaksanakan sepanjang tahun oleh kedua negara di perbatasan Pulau Kalimantan yang
memiliki panjang 2004 Km. Sedangkan operasi patroli terkoordinasi di laut dilaksanakan 4
(empat) kali dalam setahun (setiap triwulan) di Selat Malaka, operasi patroli udara terkoordinasi
di atas wilayah perbatasan darat Indonesia-Malaysia, operasi tindak maritim (Optima) dan
Kastima dilaksanakan sekali dalam setahun.

1KLB, Wadah Kerjasama Bidang Latihan Kedua Negara.
Sebagaimana COCC, JKLB-pun memiliki kelompok atau tim yang bertugas merancang latihan
antar angkatan bersenjata kedua negara. Tim-tim tersebut adalah Tim Perancang Latihan Darat
(TPLD), Tim Perancang Latihan Laut (TPLL), Tim Perancang Latihan Udara (TPLU),
Kelompok Kerja Search And Rescue (KK SAR) dan StaI Perancang Latihan Gabungan Bersama
(SPL Gabma). Setiap tim bersama paling tidak melakukan pertemuan dua kali dalam setahun
guna merancang jalannya latihan antar angkatan kedua negara termasuk latihan gabungan
bersama kedua negara. Adapun sandi-sandi latihan kedua negara tersebut untuk latihan darat -
Kekar Malindo, latihan laut - Malindo Jaya, latihan udara - Elang Malindo dan latihan gabungan
bersama Darsasa Malindo yang berlangsung satu kali dalam tiga tahun. Seiring berkembangnya
ancaman (teroris) terhadap keamanan maka bentuk latihan Darsasa Malindo mengikuti trend
tersebut sehingga sejak latihan gabungan bersama Darsasa Malindo 7AB 2010 bentuk latihan
berupa penaggulangan teroris.

1PCC, Wadah Kerjasama Antara Polisi Indonesia Dan Malaysia.
Dalam wadah JPCC polisi kedua negara memiliki Tim Perancang Operasi Kepolisian (TPOK)
dan Tim Perancang Latihan Kepolisian (TPLK). Dalam setahun setidaknya TPOK melakukan
sekali pertemuan namun untuk operasi dilaksanakan sepanjang tahun, sedangkan TPLK dalam
setahun setidaknya melakuan sekali pertemuan dan dalam implementasi latihannya satu kali
latihan AMAN Malindo dan satu kali melakukan program pertukan personil kepolisian.

KK Sosek Malindo
Kelompok Kerja Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia (KK Sosek Malindo), merupakan
kelompok kerja kedua negara yang membahas kondisi sosial ekonomi kedua negara (hingga kini)
untuk daerah Negeri Sarawak-Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Negeri Sabah-Tingkat
Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Negeri Johor/ Melaka-Tingkat Provinsi Riau/
Kepulauan Riau. KK Sosek Malindo melakukan pertemuan paling tidak satu kali dalam satu
tahun.

Delimitasi Maritim
Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara tetangga yang sama-sama sudah meratiIikasi
United Nations convention on the Law oI the Sea 1982 (UNCLOS`82), namun demikian antara
Indonesia dan Malaysia masih menyisakan permasalahan delimitasi maritim laut teritorial di
Kawasan Selat Singapura bagian Timur, Penetapan Batas Maritim di Laut Sulawesi (Territorial
Sea, Contiguous Zone, Continental ShelI and Exclusive Economic Zone), Penetapan batas
Maritim di Selat Malaka (Laut Teritorial dan Exclusive Economic Zone). Perundingan ke-15 di
Bali tahun 2009 yang sempat mengalami kevakuman. Insiden penangkapan anggota Ditjen
Kelautan dan Perikanan (DKP) RI pada tanggal 13 Agustus 2010 menjadikan peristiwa tersebut
tidak saja menghidupkan kembali mekanisme The Joint Commission Ior Bilateral Cooperation
(JCBC) setelah 6 (enam) tahun mengalami masa kevakuman namun juga sebagai pendorong
diselenggarakannya kembali Technical Meeting on Maritime Boundaries Delimitation.

Demarkasi Darat
Panjangnya perbatasan darat antara Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan menyisakan
permasalahan yang belum kunjung selesai. Hambatan pada penentuan demarkasi darat Republik
Indonesia-Malaysia terjadi dikarenakan adanya perbedaan mendasar mengenai jumlah titik
outstanding border problems (OBP). Indonesia berpendapat permasalahan terjadi di 10 titik.
Perundingan belum kunjung selesai karena masing-masing negara masih memiliki pandangan
yang berbeda tentang hal tersebut.
Politik
Hubungan Indonesia dan Malaysia

Indonesia dan Malaysia merupakan Negara yang memiliki hubungan erat tidak hanya kedekatan
secara geograIis, tetapi juga kedekatan historis, kesamaan budaya dan rasa persaudaraan (garis
keturunan). Hal ini yang menjadi landasan yang kuat hubungan Indonesia dan Malaysia selama
ini, gejolak politik yang terjadi sejak masa konIrontasi hingga saat ini lebih dilatarbelakangi oleh
kepentingan-kepentingan kelompok maupun politis tertentu yang berkeinginan mengganggu
serta merusak hubungan Indonesia dengan Malaysia. Sejauh ini hubungan politik kedua negara
merupakan pilar penting dalam memajukan organisasi ASEAN yang telah berkembang secara
pesat dalam empat dekade terakhir, baik di tingkat regional maupun Internasional. Hubungan
kedua Negara juga telah menjadi perhatian dan role model bagi Negara-Negara Asia Tenggara
lainnya maupun di dunia Internasional. Oleh karena itu kedua pemerintah Indonesia dan
Malaysia selalu mengutamakan jalur diplomasi serta bersikap bijak dalam menyelesaikan setiap
persoalan atau konIlik, khususnya bagaimana menempatkan hubungan bilateral kedua Negara
secara seimbang baik secara substantiI maupun dari sudut pandang publik masing-masing
Negara. Kunjungan Presiden Republik Indonesia ke Kuala Lumpur pada tanggal 18-19 Mei 2010
telah menghidupkan dan merevitalisasi kembali Iorum Joint Commission Meeting (JCM) yang
terakhir diselenggarakan pada tahun 2004 dengan membentuk working group (WG) dan sub-
working group (SWG) untuk membahas isu-isu tertentu dibawah kerangka Joint Commission
Meeting (JCM).


Annual Consultation

Konsultasi Tahunan (Annual Consultations) ke-7 antara Presiden Republik Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak pada tanggal 18-19 Mei
2010 mencerminkan besarnya perhatian kedua Negara dalam meningkatkan dan menjaga
hubungan bilateral serta menunjukkan luasnya cakupan isu-isu yang dihadapi oleh masing-
masing negara. Kedua belah pihak merasa perlu menindaklanjuti pending matters yang tertuang
dalam Joint Statement konsultasi tahunan, khususnya dalam hal penyelesaian MoU di bidang
kerjasama hubungan udara, ketenagakerjaan, pemberantasan ilegal logging, perikanan, visa
pelajar, pariwisata, pendidikan dan pembentukan Joint Committee on Agriculture. Terkait dalam
upaya memberantas terorisme, militansi dan ekstrimis, instansi-instansi pemerintah kedua negara
menganggap perlu pembentukan mekanisme pertukaran inIormasi Iinancial intelligence dan
pemberantasan pencucian uang antar negara. Sebagai negara pendiri/pembentuk ASEAN,
Indonesia dan Malaysia menekankan arti penting keberadaan Asean dan Asean Regional Forum
dalam menciptakan dan memelihara stabilitas dan kesejateraan di kawasan. Kedua negara
berkomitmen bersama untuk menciptakan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 dan
meningkatkan kerjasama di Iorum-Iorum multilateral seperti APEC, OKI dan GNB.


Joint Commission Ior Bilateral Cooperation (JCBC)

Pada pertemuan Joint Commission Ior Bilateral Cooperation (JCBC) yang merupakan pertemuan
tingkat Menteri Luar Negeri di Kota Kinabalu, Sabah pada tanggal 6 September 2010 Indonesia
diwakili oleh Menlu Marty Natalegawa dan Malaysia diwakili oleh Menlu AniIah Aman, kedua
negara sepakat untuk lebih mengutamakan jalur diplomasi dan perundingan dalam mengatasi
setiap permasalahan, khususnya dalam hal perbatasan darat dan laut. Untuk menghidari
terulangnya kembali insiden pada tanggal 13 Agustus 2010 yang berbuntut pada penahanan tiga
petugas Patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh Polis Marin Diraja Malaysia
dan penahanan tujuh nelayan Malaysia oleh pihak berwenang Indonesia, kedua Negara sepakat
perlunya ditetapkan suatu Standard Operating Procedures (SOP) dan Rules oI Engagement
(ROE) bagi pegawai atau pekerja yang terkait di lapangan. Kedua Menteri Luar Negeri masing-
masing Negara sepakat bahwa root cause dari insiden tersebut karena belum terselesaikannya
masalah delimitasi perbatasan maritim kedua Negara. Pemerintah Indonesia dan Malaysia
menyetujui untuk menangani persoalan ini dengan mengintensiIkan serta mempercepat jadwal
proses perundingan delimitasi batas maritim sebanyak empat kali pertemuan sepanjang sisa akhir
tahun 2010. Proses perundingan akan mencakup seluruh segmen perbatasan maritim Indonesia
dan Malaysia yaitu segmen Selat Malaka, segmen Selat Malaka Selatan, segmen Selat
Singapura, segmen Laut Cina selatan dan segmen Laut Sulawesi.


Roundtable Discussion Optimalisasi Hubungan Bilateral Indonesia- Malaysia`

Dalam rangka mencari dan menghimpun masukan-masukan mengenai peningkatan hubungan
IndonesiaMalaysia, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur melakukan inisiatiI
menyelenggarakan sebuah Roundtable Discussion dengan tema 'Optimalisasi Hubungan
Bilateral IndonesiaMalaysia pada tanggal 6-7 Oktober 2010 di Jakarta. Acara ini dihadiri oleh
Wakil Menteri Luar Negeri RI, pejabat-pejabat dari Kementerian Luar Negeri Indonesia,
Kemenko Polhukam, Kemenko Kesra, mantan Dubes RI yang tegabung dalam Forum Dubes,
wakil-wakil dari LSM, media serta akademisi. Pertemuan ini dimaksudkan dapat menghasilkan
pandangan-pandangan serta pemikiran-pemikiran yang lebih utuh dan jernih dalam mencermati
hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Dalam acara tersebut banyak masukan dan pandangan
mengenai hubungan bilateral Indonesia-Malaysia, khususnya perbedaan sistem pemerintahan,
tingkat perekonomian dan kemakmuran serta tingkat kepatuhan masyarakat terhadap penegakan
hukum. Dalam agenda pembahasan Roundtable Dicussion ini tersusun sesuai dengan tingkat
sensitivitas hubungan kedua negara yang perlu diupayakan solusinya seperti:
Keberadaan media kedua negara dalam liputan pers baik cetak ataupun elektronik yang dapat
membentuk opini publik secara tidak proporsional bahkan dapat menyulut kemarahan publik.
Secara historis, walaupun Indonesia dan Malaysia memiliki sejarah asal-usul/keturunan yang
sama, namun generasi muda kedua negara mengalami degradasi pemahaman akan kedekatan
sejarah tersebut.
Persoalan TKI, perbedaan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dan Malaysia
menyebabkan banyaknya TKI yang masuk ke Malaysia melalui agensi tidak resmi dan akhirnya
bekerja di Malaysia secara ilegal dan sulit untuk dipantau keberadaannya.
Konteks perbatasan kedua negara telah mendikte Indonesia dan Malaysia untuk menjabarkan
lebih rinci berbagai elemen dari keamanan negara masing-masing sehingga menjaga dan
memelihara batas negara menjadi tantangan dalam pengelolaan wilayah-wilayah perbatasan
diantara kedua negara.

Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman kedua Negara khususnya di bidang media untuk
menerapkan inward looking editorial policy agar lebih bijaksana dalam menyelesaikan setiap
persoalan dengan melihat kedalam diri sendiri terlebih dahulu. Menahami dan mempelajari best
practices serta pengalamanpengalaman rekonsiliasi dari Negara-Negara belahan dunia lain yang
memiliki masalah-masalah perbatasan dengan Negara tetangganya. Terkait persoalan masalah
perbatasan, penting kiranya kedua Negara mengusahakan dan mengupayakan pemeliharaan
garis-garis batas secara bersama. Perlunya pemerintah mendorong pengelolaan secara eIektiI
setiap wilayah perbatasan khususnya peningkatan pertahanan di wilayah teritorial maritim
Indonesia. Sangat disadari bahwa penyelesaian batas maritim tidaklah mudah karena melibatkan
begitu banyak instansi yang menyebabkan memakan waktu cukup panjang. Untuk itu perlu
adanya kepedulian dan pengetahuan aspek legal di wilayah perbatasan masih perlu ditingkatkan
khususnya yang terkait hak-hak berdaulat/kedaulatan di perbatasan negara.


Pertemuan tingkat teknis ke-16 penetapan batas maritim RI - Malaysia

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur yang diwakili oleh Minister Counsellor
Politik dan Atase Pertahanan telah memIasilitasi anggota Delegasi Republik Indonesia pada 'the
16th Technical Meeting on Maritime Boundaries Delimitation between Malaysia and the
Republik oI Indonesia di Kuantan, Malaysia, pada tanggal 13-14 Oktober 2010. Pertemuan ini
membahas dua agenda utama yaitu: (i) pembahasan delimitasi batas maritim di Laut Sulawesi,
dan (ii) pembahasan area yang relevan untuk delimitasi batas maritim di Selat Malaka dan Selat
Singapura. Kedua belah pihak memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pembahasan
yang lebih intensiI guna mempercepat penyelesaian masalah penetapan batas maritim. Ketua
delegasi RI, Plt. Direktur Jenderal Hubungan Perjanjian Internasional, Linggawaty Hakim
menanggapi pentingnya pertemuan kedua pihak yang diharapkan dapat menghasilkan langkah
terobosan (breakthrough) dalam menyelesaikan permasalahan-permasalah yang mengalami jalan
buntu (deadlock) selama ini. Sementara itu ketua delegasi Malaysia yang diwakili oleh Direktur
Jenderal Research, Trities and International Law, Kementerian Luar Negeri Malaysia, Dato`
Noor Farida AriIIin, memandang penting pertemuan tingkat teknis ke-16 ini untuk mencapai
kemajuan signiIikan mengingat pentingnya penyelesaian masalah penetapan batas bagi
hubungan kerjasama kedua Negara. Tingginya expectations dan tekanan di dalam negeri masing-
masing, baik dari political leaders` maupun masyarakat diharapkan dapat menghasilkan
kesepakatan yang lebih konkrit untuk kepentingan kedua belah negara.
Ekonomi dan Investasi
Disamping melakukan berbagai analisis, riset pasar dan berbagai pendekatan Kedutaan Besar
Republik Indonesia secara aktiI memIasilitasi kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi dan
promosi.
Dalam kerangka kerja ekonomi, perdagangan, investasi dan promosi, Kedutaan mengadakan dan
memIasilitasi acara tahunan seperti Discovery Trade, Tourism and Investment, Indonesian Table
Top & Gala Dinner. Tujuan utama acara-acara ini adalah untuk mempromosikan investasi,
kesempatan bisnis dan turisme di Indonesia dan juga saling memperkenalkan pebisnis Indonesia
kepada pebisnis Malaysia dan sebaliknya.
Perdagangan bilateral Indonesia-Malaysia yang terus meningkat menunjukkan kedua negara
merupakan partner dekat dalam meningkatkan perekonomian.


Investasi & Neraca Perdagangan Bilateral

Investasi :
US$ 1,5 milyar (Investasi Malaysia di Indonesia)
US$ 534 milyar (Investasi Indonesia di Malaysia)

Neraca perdagangan bilateral:
2005 : US$ 5,6 milyar
2006 : US$ 7,3 milyar
2007 : US$ 10 milyar
2008 : US$ 14,1 milyar
2009 : US$ 9,6 milyar (Jan-Okt)

Perdagangan
Total Perdagangan bilateral Indonesia-Malaysia tahun 2008 mencapai nilai US$ 14,03 milyar,
atau meningkat 28,29 dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar US$ 11,5 milyar. Nilai
perdagangan bilateral ini telah menempatkan Indonesia sebagai mitra dagang Malaysia terbesar
ke-7 setelah Singapura, Jepang, Amerika Serikat, China, Thailand dan Korea Selatan. Trend
selama 5 tahun (2003-2008) tercatat positiI 17,88. Pada kuartal ke dua tahun 2009 (Januari-
Juni 2009) total perdagangan Indonesia-Malaysia mencatat jumlah US$ 5,13 milyar, atau turun
15,60 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 (US$ 6,08 milyar). Hal ini
merupakan dampak dari krisis ekonomi global yang menyebabkan jatuhnya ekspor dan impor
Malaysia dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia.

Ekspor Indonesia ke Malaysia pada tahun 2008 tercatat sebesar US$ 7,55 milyar, meningkat
25,86 dibandingkan dengan tahun 2007 (US$ 6,28 milyar). Trend selama 5 tahun (2003-2008)
positiI 15,74. Pada periode Januari - Juni 2009 ekspor Indonesia ke Malaysia mencapai jumlah
US$ 2,90 milyar, atau turun 11,13 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008
sebesar US$ 3,27 milyar. Penurunan ekspor ini terlihat pada produk minyak sawit, karet alam,
parts and components, makanan laut, kertas, serta tekstil dan produk tekstil.
Impor Indonesia dari Malaysia pada tahun 2008 berjumlah sebesar US$ 6,48 milyar, meningkat
31,25 jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 5,22 milyar. Trend selama 5 tahun
(2003-2008) positiI 20,65. Pada periode Januari - Juni 2009 impor Indonesia dari Malaysia
membukukan angka US$ 2,22 milyar, atau menurun 20,81 jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2008 sebesar US$ 2,81 milyar. Penurunan impor ini tercatat pada reIined
petroleum products, Electronics&Electrical products, crude petroleum, manuIactures oI metal
dan chemicals and chemical products.
Neraca Perdagangan Indonesia - Malaysia pada tahun 2008 menunjukkan posisi deIisit untuk
Malaysia sebesar US$ 1,07 milyar, atau meningkat dibandingkan dengan deIisit tahun 2007
(US$ 1,06 milyar). Selama 5 tahun terakhir (2003-2008), neraca perdagangan menunjukkan
posisi surplus bagi Indonesia. Pada periode Januari - Juni 2009, neraca perdagangan
menunjukkan posisi deIisit bagi Malaysia sebesar US$ 679,14 juta. DeIisit ini meningkat 48,42
dibandingkan deIisit Malaysia pada periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 457,59 juta.
Sepuluh Besar Komoditi Ekspor Indonesia ke Malaysia adalah: mineral Iuel (nilai US$ 1,4
milyar), Iats and oils (US$ 1,0 milyar), cocoa (US$ 789,7 juta), electrical machinery (US$ 471,8
juta), copper (US$ 460,4 juta), paper, paperboard (US$ 274,9 juta), machinery (US$ 263,0 juta),
vehicles (US$ 243,2 juta), organic chemicals (US$ 211,0 juta) dan plastic (US$ 136,0 juta).
Sepuluh Besar Komoditi Impor Indonesia dari Malaysia adalah: mineral Iuel (US$ 1,6 milyar),
machinery (US$ 534,2 juta), organic chemicals (US$ 480,5 juta), electrical machinery (US$
471,4 juta), plastic (US$ 395,9 juta), iron and steel (US$ 278,5 juta), vehicles (US$ 143,4 juta),
Iertilizers (US$ 139,0 juta), iron/steel products (US$ 129,9 juta), dan baking related (US$ 119,9
juta).
Permasalahan di bidang perdagangan. Krisis ekonomi global telah mampu menurunkan kinerja
perdagangan bilateral kuartal kedua tahun 2009 dengan turunnya ekspor dan impor di kisaran
angka 20. Gambaran ini akan semakin suram apabila kondisi bisnis dikeruhkan oleh situasi
non-ekonomis (politik, keamanan, sosial dan budaya) yang terjadi belakangan ini antara ke dua
negara. Kalangan pelaku usaha pada umumnya masih merasakan ketidakpastian sehingga masih
menunggu perkembangan (bersikap 'wait and see) dalam melakukan kerjasama di bidang
perdagangan.
Perhubungan
Dalam upaya meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan perairan Selat Melaka (dan
Selat Singapura) yang aman dan terbuka bagi pelayaran internasional sesuai ketentuan Hukum
Laut Internasional (UNCLOS) 'Freedom oI Navigation', maka pada tahun 2008 telah dibentuk
Aids to Navigation Fund Committee (ANF) yang merupakan suatu komponen Cooperative
Mechanism (CM) untuk mewadahi kontribusi para user states dan stake holders yang
mempunyai kepentingan di Selat Melaka dan Selat Singapura untuk pemeliharaan dan perbaikan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di Sepanjang TraIIic Separation Scheme (TSS) Selat
Melaka (dan Selat Singapura), yang merupakan Project-5 (Replcement and maintenance oI aids
to navigation in the straits oI Malacca and Singapore). Ketiga Negara pantai (littoral states)
Indonesia, Malaysia dan Singapura telah mengidentiIikasi ada sebanyak 51 SBNP yang memiliki
peranan penting untuk keselamatan pelayaran di sepanjang TSS, dimana terdapat sebanyak 28
unit SBNP milik Indonesia, 18 unit milik Malaysia dan 5 unit milik Singapura dalam bentuk
Pelampung Suar (Light Buoy), Resillent Light Beacon (RLB), Rambu Suar (Light Beacon) dan
Menara Suar (Lighthouse).
Komite ANF terdiri dari tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura serta
negara-negara pengguna selat dan pihak pihak lain yang berkontribusi membantu terwujudnya
Project-5. Sekretariat dan Ketua Komite ANF diselenggrakan secara bergantian masing-masing
selama 3 (tiga) tahun oleh ketiga negara pantai. Giliran pertama dilaksanakan oleh Malaysia
untuk priode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dan selanjutnya akan diganti oleh Singapura
dan Indonesia. Pertemuan-pertemuan Komite ANF dilakukan di negara pantai yang mendapat
giliran sebagai sekretariat.
Pertemuan ke-4 Komite ANF dilaksanakan di Johor Baru tanggal 19-20 Oktober 2009 dihadiri
oleh ketiga negara pantai dan negara pengguna dan pihak lain yang berkonrtibusi yaitu Emirat
Arab, Republik Korea, Nippon Foundation, Malacca Straits Council (MSC), yang antara lain
mencatat bahwa Komite ANF sampai dengan 15 Oktober 2009 telah menerima kontribusi
sebesar USD 4.670.061,87 antara lain dari Nippon Foundation, Republik Korea, Jepang dan
MSC yang akan digunakan untuk survey dan pemeliharaan SBNP Selat Melaka tahun 2010.
Dalam upaya peningkatan hubungan udara Indonesia dan Malaysia, kedua negara juga telah
mengadakan pertemuan-pertemuan konsultasi untuk pernyempurnan Perjanjian Hubungan Udara
(Air Transport Agreement) yang ditanda tangani di Jakarta pada tanggal 5 Mei 1968 dan telah
beberapa kali disempurnakan, terakhir dengan Kesepakatan Bersama yang ditanda tangani di
Kuala Lumpur pada tahun 1983. Pertemuan terakhir konsultasi hubungan udara Indonesia -
Malaysia dilaksanakan di Kuala Lumpur pada tanggal 9 dan 19 Juni 2009 di Putrajaya, Malaysia.
Pertemuan konsultasi hubungan udara tersebut juga merupakan tindak lanjut dari pertemuan
yang sama dilakukan di Surabaya pada tanggal 20 dan 21 Novemver 2008.
Pada pertemuan konsultasi hubungan udara di Putrajaya tersebut, kedua belah pihak sepakat
untuk meningkatan kapasitas maupun Irekuensi penerbangan dan penyempurnaan kebebasan
kelima (IiIth Ireedom traIIic right). Hasil kesepakatan tersebut disepakati akan ditanda tangani di
Jakarta. Dalam kaitannya dengan konsultasi hubungan udara pada tanggal 9-10 Juni 2009
tersebut juga telah disepakati oleh kedua delegasi Indonesia dan Malaysia untuk mencabut
ketentuan Kementerian Dalam Negeri (Internal AIIairs) Malaysia tanggal 17 Mei 2007 yang
mengharuskan Tenaga Kerja Indonesia untuk menggunakan Maskapai Penerbangan Malaysia
(MAS). Malaysia berjanji akan memberikan perlakuan yang sama dan adil (Iair and equal
treatment) kepada semua maskapai penerbangan kedua Negara.
Demikian juga untuk angkutan lintas batas di Kalimantan telah ada peningkatan pelayanan
transportasi lintas batas darat kedua negara tidak saja menghubungkan Pontianak Kucing -
Serawak tetapi juga telah sampai ke Kota Kinabalu di Sabah, bahkan angkutan lintas batas
tersebut melalui kesepakatan angkutan lintas batas BIMP- EAGA ( MoU Cross Border
Movement Buses and Coaches) telah sampai ke Brunei Darusalam terhitung sejak awal bulan
Septemeber 2008. Malaysia dan Indonesia telah mengisi dan menunjuk operator angkuatran
darat lintas batas tersebut.
Penerangan, Sosial, Budaya
Melakukan promosi citra Indonesia
Berbagai up aya dilakukan KBRI untuk meningkatkan citra positiI RI di Malaysia dan juga
bekerjasama dengan instansi Pemerintah Malaysia, masyarakat Indonesia di Malaysia, organisasi
maupun sektor swasta dan artis serta kalangan jurnalistik, melalui penyelenggaraan kegiatan seni
dan budaya:
Penyelenggaraan Pekan Film Indonesia di Asia-Europe Institute, Universiti Malaya pada 19-23
Januari 2009. Dalam acara tersebut, KBRI memutar 3 Iilm Indonesiam yaitu Denias Senandung
Di Atas Awan, Opera Jawa dan Janji Joni. Artis Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale telah
berkesempatan hadir dalam pembukaan acara tersebut.
Mengundang maestro gamelan Indonesia, ProI. Dr. Rahayu Supanggah (Rektor ISI Surakarta)
untuk menyelenggarakan pelatihan gamelan yang dilanjutkan dengan konser gamelan bersama
Indonesia-Malaysia di Akademi Seni dan Warisan Malaysia (ASWARA) pada 11 Pebruari 2009.
Bekerja sama dengan Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI), menyelenggarakan pameran
'Warna Eksotik Indonesia yang menampilkan lebih dari 100 lukisan oleh 38 pelukis wanita
Indonesia di Soka Gakkai Malaysia pada 17 Maret 2009.
Penampilan grup tari SIK di penutupan ASEAN Paragames 19 Agustus 2009, acara Salam
Harmoni Aidil Fitri Indonesia Malaysia ` di Salomo Bistro, Kuala Lumpur kerjasama dengan
Depbudpar RI pada tanggal 19 Oktober 2009, serta pada acara dinner pertemuan kalangan
wartawan Indonesia dan Malaysia dengan Menteri Penerangan, Komunikasi tanggal 8 Desember
2009.
Selain penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya, peningkatan / promosi citra Indonesia
dilakukan dengan cara:
Mengeluarkan press release terkait pelurusan suatu Iakta serta perbaikan citra Indonesia (kasus
Manohara, Tari Pendet, Bendera).
Menyampaikan letter to the editor` terkait pelurusan suatu berita yang merusak citra Indonesia,
antara lain penggunaan kata 'Indon di media Malaysia, penggunaan karikatur Megawati dalam
sebuah berita, masalah TKI.
Perkembangan terbaru adalah beredarnya 2 produk mie goreng produksi MAGGI yang
menggunakan istilah INDON pada bulan Januari 2009. Kedua produk tersebut adalah Mi Goreng
Pluz Perencah Asli ala INDON dan Mi Goreng Pluz Perencah Asli Pedas ala Indon. Setelah
KBRI mengirimkan surat keberatan atas digunakannya istilah INDON serta untuk
menghindarkan kemungkinan penuntutan secara hukum dan boikot produk oleh masyarakat
Indonesia di Malaysia, maka pada 3 Pebruari 2009 Nestle (induk perusahaan MAGGI) telah
merespons keberatan KBRI dan menyatakan kesediaannya untuk menarik kedua produk
dimaksud dan menghilangkan tulisan INDON pada produksi selanjutnya.

Pembinaan Masyarakat
Fungsi Pensosbud turut menghadiri dan memIasilitasi pertemuan yang diselenggarakan
masyarakat (PPI, TKI, ormas dan orpol) di Malaysia. Beberapa pertemuan sosialisasi kebijakan
Pemerintah Pusat dan pertemuan masyarakat yang pernah diselenggarakan, antara lain :
Penyelenggaraan Perayaan Natal Bersama,10 Januari 2009. Acara Natal bersama untuk pertama
kalinya diselenggarakan di KBRI Kuala Lumpur, bekerjasama dengan sub seksi Agama Kristen
di IATMI (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia) dan perwakilan gereja Indonesia di
Malaysia. Acara dibuka oleh Dubes RI, Da`i Bachtiar dan dihadiri sekitar 400 jemaah umat
Kristiani di Kuala Lumpur dan sekitarnya. Perayaan Natal akan menjadi acara tahunan di KBRI
untuk tahun-tahun mendatang.
Acara pelantikan pengurus Nahdlatul Ulama cabang Malaysia yang dihadiri oleh KH. Hasyim
Muzadi, Ketua Umum PB-NU pada 7 Pebruari 2009.
Penyelenggaraan sosialisasi RPP Disiplin Pegawai Negeri (21 Juli 2009), sosialisasi anti-money
laundering (10 Desember 2009).
Acara Buka Puasa Duta Besar RI dan masyarakat Indonesia pada 2009, serta dengan para TKI
serta acara buka puasa dengan berbagai komponen masyarakat lainnya.
Halal bihalal warga masyarakat Nahdatul Ulama di Gombak, Kuala Lumpur pada tanggal 24
Oktober 2009.
Acara Rumah Terbuka Hari Raya Qurban di Ipoh, pada tanggal 13 Desember 2009.

Menjalin hubungan baik dengan kalangan pers/media
Dengan media Malaysia
Penyebarluasan press release KBRI, penyelenggaraan press brieIing, mengundang wartawan
Malaysia untuk meliput acara-acara dan kegiatan yang dilaksanakan KBRI, pertemuan dengan
Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, tokoh-tokoh media, budayawan
dan sebagainya merupakan langkah-langkah yang telah dan perlu secara terus menerus dilakukan
untuk mengurangi pemberitaan negatiI serta menciptakan pemberitaan yang lebih seimbang.
Dengan demikian diharapkan di masa depan pemahaman masyarakat Malaysia secara umum
akan semakin baik dan pada gilirannya akan mendukung hubungan baik kedua negara.
Pimpinan KBRI secara aktiI turut ambil bagian dalam wawancara live di beberapa stasiun
televisi seperti TV3, TV9 dan RTM untuk menjelaskan posisi Pemri atas isu-isu tertentu, seperti
pendatang ilegal, penganiayaan TKI, kebudayaan dan pariwisata, kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan KBRI dan sebagainya.
Beberapa pertemuan dengan editor yang telah dilaksanakan pimpinan KBRI antara lain :
Kunjungan Dubes RI Da`i Bachtiar ke kantor-kantor media massa yang berpengaruh seperti
kelompok New Straits Times Press (NSTP) pada 3 Pebruari 2009 dan kelompok Utusan (4
Pebruari 2009).
Melakukan kunjungan ke Kantor Berita Media di Malaysia (Kantor Berita Bernama 5 Mei 2009,
Sin Chew Daily 4 Juni 2009)
Beberapa wawancara yang dilakukan dengan media setempat antara lain :
Wawancara Dubes RI Da`i Bachtiar dengan RTM, Harian The Star, Astro Awani
Wawancara Wakeppri live di acara 'Di Luar Lingkungan di TV1 pada tanggal 12 Oktober 2009
Wawancara Dubes RI Da`i Bachtiar dengan TV Bernama pada 6 Nopember 2009.
Wawancara Dubes RI Da`i Bachtiar dengan TV3 pada 10 Nopember 2009.

Dengan media Indonesia
KBRI membantu memIasilitasi beberapa media massa nasional yang menempatkan
perwakilannya di Kuala Lumpur, diantaranya ANTARA, TVOne dan RCTI. Detik.com, Tempo
dan SCTV juga telah menunjuk perwakilannya di Kuala Lumpur.
Kehadiran perwakilan media massa nasional sangat positiI dalam membantu memperluas akses
publik dalam negeri terhadap berita mengenai Indonesia dan Malaysia. Hal demikian tentu juga
membawa konsekuensi bahwa penyampaian berita yang up to date, Iaktual dan mengindahkan
kode etik juga akan berkontribusi positiI pada hubungan kedua negara.
Di lain pihak, pemerintah Malaysia juga beberapa kali mengundang wartawan Indonesia untuk
berkunjung dan melakukan peliputan di Malaysia.

Partisipasi Dalam Upaya Pelayanan & Perlindungan WNI
Salah satu misi penting KBRI Kuala Lumpur adalah memberikan pelayanan dan perlindungan
kepada WNI. Fungsi Pensosbud juga tergabung dalam Satgas PPWNI (Satuan Tugas Pelayanan
& Perlindungan WNI) KBRI Kuala Lumpur, dengan tugas antara lain berkoordinasi dan
memberikan akses kepada kalangan media menyangkut pelaksanaan tugas pelayanan dan
perlindungan yang dilakukan Satgas, khususnya yang terkait upaya penyelesaian kasus-kasus
WNI di Malaysia. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan, antara lain :
Melaksanakan tugas penerangan kepada para WNI/TKI dan calon TKI yang akan berangkat ke
Malaysia. Di Malaysia, pelaksanaan program outreach ke kantong-kantong serta tempat kerja
TKI dilaksanakan bekerjasama dengan Iungsi terkait di KBRI; biasanya dalam kerangka
pelayanan perpanjangan/penggantian paspor. Sedangkan Program Awareness Campaign
(Kampanye Kesadaran) sebagai langkah preventiI untuk mengurangi jumlah TKI illegal di
Malaysia. Awareness Campaign/Kampanye Penyadaran berisi pesan agar para calon TKI yang
akan bekerja di Malaysia benar-benar melengkapi diri dengan 3 Siap, yaitu Siap Dokumen, Siap
Keahlian dan Siap Mental.
Diplomasi media dengan menggunakan media untuk menonjolkan suatu kasus, demi mencapai
kepentingan tertentu.
Kasus penyiksaan yang dialami oleh Siti Hajar (8 Juni 2009) serta Modesta Rengga Kaka (25
Juni 2009), merupakan momentum yang dipergunakan oleh KBRI Kuala Lumpur untuk
mengeskpose kasus tersebut secara luas melalui media cetak dan elektronik setempat. Press
brieIing serta wawancara terkait dengan kedua kasus tersebut memenuhi semua media massa di
Malaysia sepanjang bulan Juni dan Juli 2009. Dorongan yang timbul akibat tekanan media
kepada pemerintah dan warga Malaysia cukup kuat sehingga memunculkan berbagai gagasan
untuk memperbaiki hak-hak pekerja domestik, antara lain menyangkut pemberian upah
minimum, one day oII, masalah paspor yang dipegang majikan.
Media cetak dan elektronik di Malaysia kemudian juga melakukan liputan terhadap puluhan
kasus yang dialami TKI yang saat ini berada di penampungan sementara KBRI Kuala Lumpur
(antara lain The Star, Malay Mail, Sin Chew Daily Berita Harian, New Straits Times, Bernama,
TV1, TV9, Malaysia Kini, NHK, Al Jazeera, BBC, AFP).
Upaya KBRI Kuala Lumpur melakukan expose terhadap kasus-kasus TKI tersebut, berujung
pada upaya kedua pemerintah melakukan revisi terhadap MoU Indonesia-Malaysia mengenai
recruitment and placement oI Indonesian Domestic Workers.

Perluasan media inIormasi untuk WNI di Malaysia
Menggunakan website KBRI Kuala Lumpur seoptimal mungkin untuk penyebaran inIormasi
maupun press release kepada masyarakat Sejak diluncurkan, website KBRI yang beralamat di
www.kbrikualalumpur.org dan www.kbrikl.org.my dikunjungi sekitar 9500 orang setiap bulan
(lebih kurang 316 orang setiap hari). Fungsi Pensosbud setiap bulannya melayani 300 phonecalls
dan 200 pertanyaan via e-mail setiap bulannya inIokbrikualalumpur.org ; 50 merupakan
pertanyaan seputar visa & paspor.
Menerbitkan brosur dan buku inIormasi mengenai pelayanan untuk WNI di KBRI Kuala
Lumpur. Selain untuk menyebarluaskan inIo pelayanan, media cetak dan website KBRI secara
transparan juga memuat besaran tariI pelayanan yang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Beberapa brosur yang diterbitkan antara lain buku Pedoman mengenai Hak & Kewajiban TKI,
Buku Saku Pelayanan Publik terhadap WNI dan Buku Selayang Pandang KBRI untuk WNI yang
melakukan kunjungan ke KBRI.
Pembuatan video 'Pelayanan Publik ' yang berisi inIormasi mengenai pelayanan dan
perlindungan KBRI Kuala Lumpur
Mulai bulan Mei 2009, majalah CARAKA berubah tampilan menjadi tabloid CARAKA dan
dicetak sebanyak 30,000 eksemplar setiap bulannya serta disebarluaskan secara gratis kepada
masyarakat. Atas kerjasama dengan Kantor Berita ANTARA biro Kuala Lumpur, pencetakan
tersebut tidak memakan biaya sama sekali atau zero budget`. Selain di wilayah konsentrasi TKI
di Kuala Lumpur, tabloid CARAKA juga disebarkan di seluruh KJRI di Malaysia.
Bulan September 2009, Fungsi Pensosbud telah menerbitkan buku 'Kamus Malaysia Indonesia
Inggris, yang disebarluaskan secara gratis kepada WNI
Kerjasama mengisi 'Pojok InIormasi KBRI Kuala Lumpur di setiap warung komunikasi
'Hotlink (di wilayah Kampung Baru, Klang, Shah Alam), merupakan cara penyebaran
inIormasi dengan lebih mendekatkan diri di daerah konsentrasi tempat tinggal TKI.

Hal-hal lain
Terkait dengan terjadinya bencana gempa bumi di Padang pada tanggal 30 September 2009,
Iungsi pensosbud menjadi koordinator pengumpulan dana sumbangan dengan membuka
rekening The Embassy oI the Republic oI Indonesia (Bencana). Diseminasi inIormasi mengenai
dibukanya rekening tersebut dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui media massa, website,
press release, kerjasama dengan operator telekomunikasi setempat melalui pengiriman sms.
Selain itu juga diselenggarakan malam amal gempa bumi Padang, dengan menampilkan
penyanyi Krisdayanti di Kuala Lumpur pada tanggal 23 Oktober 2009.
Perlindungan KBRI Kuala Lumpur Terhadap Warga Negara Indonesia
Upaya Kedutaan dalam melindungi Warga Negara Indonesia:
Membentuk Satuan Tugas Pelayanan dan Perlindung Warga Negara Indonesia/Tenaga Kerja
Indonesia (WNI/TKI) untuk menangani dan menyelidiki kasus-kasus yang berkaitan dengan
WNI/TKI
Mengumpulkan data warga Indonesia yang ditahan di penjara-penjara dan pusat-pusat deportasi
di Malaysia sehingga kedutaan dapat mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu.
Melaksanakan outreach ke tempat-tempat konsentrasi masyarakat Indonesia di Malaysia.
Melaksanakan awareness campaign mengenai keselamatan kerja dan bekerja secara legal di
Malaysia kepada masyarakat di Indonesia dengan bantuan media.
Bekerja sama dengan Polis Diraja Malaysia dalam mengungkap jaringan pelaku TraIIicking In
Persons.
Menyediakan bantuan hukum bagi warga Indonesia yang membutuhkan.
Pada tahun 2009 sebanyak 1.008 TKI meminta perlindungan ke KBRI, KBRI berhasil
menyelesaikan 960 kasus TKI dan mengklaim Rp. 4,2 milyar gaji TKI yang belum terbayar.

Tentang Satuan Tugas Pelayanan dan Perlindungan WNI
Pemerintah terus berupaya memberikan perlindungan terhadap WNI yang berada di luar negeri.
Perwujudan dari upaya-upaya tersebut adalah antara lain dengan dibentuknya Direktorat
Perlindungan Warga Negara Indonesia & Bantuan Hukum Indonesia (Dit. PWNI & BHI) oleh
Departemen Luar Negeri. Terkait dengan perlindungan WNI, perlindungan TKI pemerintah
mengeluarkan peraturan-peraturan sebagai dasar hukum:
UU No. 39 tahun 2004
Inpres no.6 tahun 2006
Permenaker no 20 tahun 2007
KBRI sebagai ujung tombak pemerintah Indonesia mengutamakan perlindungan terhadap Warga
Negara Indonesia. Dalam kaitan tersebut pada tanggal 29 Januari 2007 KBRI Kuala Lumpur
telah membentuk Satuan Tugas Perlindungan Pelayanan Warga Negara Indonesia (Satgas
PPWNI) dengan susunan organisasi dalam gambar dibawah ini.

Penanganan TKW Yang Menghadapi Masalah
Bagi WNI/TKI yang sedang menghadapi masalah atau sedang dalam proses penyelesaian
masalah KBRI menyediakan Iasilitas penampungan yaitu shelter KBRI.
Pada bulan Maret 2004, KBRI telah menyelesaikan pembangunan dan penambahan kapasitas
penampungan WNI/TKI yang terletak di lingkungan KBRI Kuala Lumpur. Pembangunan
tersebut didukung oleh bantuan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Pembangunan tempat penampungan sementara ini merupakan salah satu upaya untuk
memaksimalkan perlindungan terhadap WNI/TKI yang berada di wilayah akreditasi khususnya
yang sedang menghadapi berbagai masalah.
Penampungan tersebut kini dapat ditempati hingga 70 orang. Namun demikian sejalan dengan
waktu, WNI/TKI baik yang terlantar maupun yang sedang mengalami masalah dengan pihak lain
makin meningkat sehingga mengakibatkan jumlah yang ditampung melebihi kapasitas yang
seharusnya (over capacity). Sebagai contoh pada bulan November 2004 jumlah WNI/TKI yang
ditampung hampir mencapai 260 orang.

Tentang KBRI Kuala Lumpur
Hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia telah terjalin sejak Malaysia merdeka pada tahun
1957. Namun, pada tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatik ini sempat terputus sebagai
akibat terjadinya konIrontasi Indonesia-Malaysia.
Proses pemulihan hubungan diplomatik antara Indonesia-Malaysia diawali dengan
ditandatanganinya Bangkok Accord di Bangkok pada tanggal 1 Juni 1966 oleh Menteri Luar
Negeri kedua negara mengenai penghentian konIrontasi. Sebagai tindak lanjut, pada tanggal 11
Agustus 1966 telah diselenggarakan pertemuan di Jakarta yang menghasilkan Perjanjian
Pemulihan Hubungan Republik Indonesia-Malaysia (Jakarta Accord).
Sebagai tindak lanjut pemulihan hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia, maka
dilaksanakanlah penandatanganan 'Pengertian Bersama Tentang Persoalan-persoalan Non
Militer di Kuala Lumpur pada tanggal 14 September 1966 antara Indonesia-Malaysia.
Akhirnya, pada bulan September 1967 dibuka Liaison OIIice (Kantor Penghubung) sebagai
Kantor Perwakilan RI di Kuala Lumpur.
Gedung KBRI sebelumnya terletak di Jalan U-Thant Kuala Lumpur, namun semenjak tahun
1977 KBRI menempati gedung berlantai 8 yang berdiri di Jalan Tun Razak no. 233. Pada saat itu
gedung KBRI merupakan salah satu gedung yang tertinggi di Jalan Tun Razak yang sebelumnya
bernama jalan Pekeliling.
Saat ini Kedutaan Besar Republik Indonesia ini dipimpin oleh seorang Duta Besar yang dibantu
oleh Wakil Kepala Perwakilan dan memiliki 32 home staII serta 169 local staII yang menangani
berbagai aspek hubungan bilateral seperti politik, ekonomi, pertahanan, penerangan, sosial
kebudayaan, pendidikan, perhubungan, imigrasi, tenaga kerja dan kekonsuleran.
Kedutaan Besar Republik Indonesia juga terus melakukan upaya yang serius dalam menyediakan
pelayanan publik yang optimal termasuk melindungi Warga Negara Indonesia di Malaysia.

Sidang Komisi Bersama Bilateral Indonesia - Malaysia

Menlu RI, Dr. R.M. Marty M. Natalegawa, menyampaikan terdapat sejumlah kemajuan penting
dalam hubungan bilateral Indonesia Malaysia. Antara lain, kemajuan dalam proses delimitasi
perbatasan maritim kedua negara dengan telah disepakatinya Provisional Territorial Sea
Boundary di Laut Sulawesi. Kedua negara juga sepakat untuk memulai pembahasan pada tingkat
Tim Teknis bagi segmen perbatasan di sekitar Selat Singapura.

Kemajuan penting lainnya adalah telah rampungnya pembahasan Protokol Perubahan atas Nota
Kesepahaman mengenai Rekrutmen dan Penempatan Tenaga Kerja Rumah Tangga Indonesia
(Protocol Amending the Memorandum oI Understanding oI the Recruitment and Placement oI
Indonesian Domestic Workers), yang tercapai di Bandung pada 30 Mei 2011.

Tercapainya kesepakatan ini diyakini akan berdampak positiI bagi kesejahteraan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia, khususnya dari sisi kejelasan prosedur dan kriteria
rekrutmen dan penempatan pekerja.
Tengah diupayakan pula satu hal konkrit bagi peningkatan kesejahteraan tenaga kerja migran
Indonesia di Malaysia, melalui inisiatiI Community Learning Center (CLC). InisiatiI ini akan
memberikan hak atas layanan pendidikan bagi anak-anak para pekerja migran Indonesia.
Diharapkan CLC akan dapat terwujud dalam waktu dekat, khususnya di Sabah.

Berbagai kemajuan ini dicatat oleh Sidang Komisi Bersama untuk Kerjasama Bilaeral Indonesia
Malaysia (Joint Commission Ior Bilateral Cooperation between the Republic oI Indonesia and
Malaysia JCBC) yang berlangsung di Kuala Lumpur, 11 Oktober 2011.
Pertemuan JCBC dipimpin secara bersama (Co-Chair) oleh Menlu RI dan Menlu Malaysia dan
ditujukan untuk membahas status kerjasama bilateral kedua negara dewasa ini, khususnya pasca
pertemuan terakhir yang berlangsung di Bali, Indonesia, pada bulan Desember tahun lalu.
Pertemuan juga membahas persiapan bagi rencana pertemuan konsultasi tahunan (Annual
Consultations) antara Presiden RI dengan Perdana Menteri Malaysia yang direncanakan akan
berlangsung di Lombok, tanggal 20 Oktober 2011.

Pada kesempatan ini, Menlu RI menegaskan bahwa sebagai negara bertetangga, hubungan
bilateral antara kedua negara memiliki dinamika tersendiri. Tantangan yang dihadapi kedua
Negara adalah bagaimana untuk mengelola dinamika ini dengan baik, untuk merubah tantangan
menjadi kesempatan, dengan adanya komitmen untuk menyelesaikan perbedaan yang ada
melalui dialog.
Saudara-saudaraku setanah air.Ini sekedar sharing jer. Tadak maksud apapun.. Kita mungkin
sedikit perlu berempati kepada negara kita ni yang nyaris tak punya identitas.Setelah diteliti lebih
jauh ternyata Iorumers Malaysiaku tidak pernah berIikir panjang apa yang akan dia orang
tulis,seperti:
1. dia orang mengatakan bahwa Indonesia tidak kreatiI dan mengambil budaya malaysia,
nyatanya. semua budaya dan lagu Indonesia telah nyata2 kita claim (batik: kita bilang batik
malaysia padahal batik hanya ada satu yaitu dari Indonesia dan kualitasnya jauh lebih baik;Reog:
kita hanya mengubah nama saja menjadi barongan padahal semua itu sama saja dengan reog,dll).
Tidakkah itu tindakan yang salah.
2. Kita Orang kata lagu Indonesia jelek. Kenapa kita tak bisa terima kenyataan bahwa di
malaysia ramai yang disukai adalah lagu2 Indonesia. Peringkat pertama Top hits di salah satu
stesen radio malaysia adalah PETERPAN. Malahan lagu daerah di Indonesia kita claim. (Rasa
Sayange).
3. Kita orang kata bendera dan lambang garuda Indonesia menjiplak dari Polandia, Monaco,
sedangkan kita orang pun tak tau sejarah bendera Indonesia, dan kita tak tau bahwa di dunia ini
ramai negara yang memiliki lambang garuda. Sedangkan bendera kita persis sama dengan
Amerika hanya beda di bulan dan mataharinya saja. Tidakkah seharusnya kita sedar diri.
4. Ramai kita kata orang Indonesia bodoh2 hampir disetiap Iorum di negara kita ni, saya kerap
melihat kata2 dr Iorumer yg berbunyi: indon bodoh blalala. Macam mana dengan kita..? Nama
pelajar malaysia pun tidak pernah terdengar di peringkat pertama di olimpiade sains
international. sedangkan indonesia, hampir setiap tahun putra-putri indonesia menang dalam
olimpiade internasional bahkan sering mendapat medali emas. Dan tidakkah kita tau bahwa
dokter2 Indonesia selalu menjadi guru besar dan mengajari dokter2 malaysia di negara kita ni.
5. Salah satu dari Iorum yang kita tulis bahwa kita bangga dijajah England. Dan kemerdekaan
kita hanyalah pemberian semata dan bukan merupakan hasil perjuangan.Baca kutipan dari
Majalah Time di tahun 1957 tentang kemerdekaan Negara kita.ya :'%he Malayans .. though the
curiously un-enthusiastic calm with which they received their independence was attributed by
British residents to the fact that it was handed to them on a platter.`Warga negara kita tidak
puas karena kemerdekaannya seperti diberi oleh kerajaan Inggris. Time Magazine, 'Malaya, A
New Nation.Indonesia lahir dan jadi bangsa besar di dunia dengan cara yang heroik, mengusir
bangsa-bangsa imperialis terbesar dunia, Belanda, Inggris, Jepang. Sukarno, Hatta, Jenderal
Sudirman, Bung Tomo ,sejarah Indonesia penuh dengan pahlawan-pahlawan besar.
6. Kita orang kata Indonesia pencuri, padahal dalam kenyataanya bahwa kitalah yang pencuri
(Ambalat,illegal-logging,dll).
7. Ketergantungan kita Pada Indonesia.Ekonomi kita tergantung dengan Indonesia. Meskipun
TKI cuma kuli kasar, ekonomi kita akan langsung jatoh kalau mereka tak ada.
8. Kita tak sedar, tak tau bahwa di negara kita banyak tenaga pengajar yang dari Indonesia
sedangkan tenaga pengajar malaysia tidak laku di Indonesia.
9. Kita bangga dengan kekuatan militer kita karena kita tidak tahu apa2. Indonesia masuk 13
besar Iorces terkuat didunia sedangkan malaysia masih dibawah 60!Dan dia orang (Indonesia)
selalu menjadi Iorces inti dari pasukan PBB International.
sesungguhnya masih banyak lagi kelebihan Indonesia dari malaysia hanya saja kita selalu
membantah dan tidak mau menerima kenyataan ini

Anda mungkin juga menyukai