Anda di halaman 1dari 11

SARGA : KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

P-ISSN: 0853-4748 E-ISSN: 2961-7030


Journal Home Page: https://jurnal2.untagsmg.ac.id/index.php/sarga

KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Rizki Wahyu Romadhon


rizkie.rw@gmail.com ; CV.Cahaya Abadi; Semarang, Indonesia1*

ABSTRAK
Ruang terbuka publik digunakan masyarakat kota untuk melakukan kegiatan sosialisasi.Oudetrap
Theater merupakan ruang publik yang terletak di area Kota Lama ,Semarang.Oudetrap theatre ini seharusnya
digunakan selayaknya seperti karakter ruang publik pada umumnya,yaitu sebagai tempat interaksi dan
berkumpul orang-orang,tidak hanya digunakan pada saat acara tertentu.Letak Oudetrap Theatre ini yang
kurang strategis karena berdampingan dengan Taman Srigunting yang letaknya berdekatan dengan Oudetrap
Theater,sehingga pusat berkumpul dan interaksi kebanyakan di area Taman Srigunting. Metode kualitatif ini
dilakukan untuk mengetahui karakteristik Oudetrap Theater dengan mengandalkan survei pengamatan di
lapangan. Lalu hasil survei dikompilasi dengan analisis deskriptif untuk melihat karakter Oudetrap Theater.
Fokus penelitian terdapat pada karakter Oudetrap Theater. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter
Oudetrap Theater dipengaruhi oleh karakter fisik yaitu berupa lokasi yang tidak strategis.
Kata kunci : ruang,publik,pusat,aktivitas,karakteristik

ABSTRACT
Public open spaces are used by urban communities to carry out outreach activities. The Oudetrap
Theater is a public space located in the Kota Lama area, Semarang. This Oudetrap theater should be used
properly like the character of public spaces in general, namely as a place for interaction and gathering of
people, not only used during certain events. The location of the Oudetrap Theater is less strategic because it
is adjacent to the Srigunting Park which is located adjacent to the Oudetrap Theater, so that the center for
gathering and interaction is mostly in the Srigunting Park area. This qualitative method is used to determine
the characteristics of the Oudetrap Theater by relying on field observation surveys. Then the survey results are
compiled with descriptive analysis to see the character of Oudetrap Theater. The research focus is on the
character of Oudetrap Theater. The results of the study state that the character of Oudetrap Theater is
influenced by physical characteristics, namely in the form of a location that is not strategic.
Keywords : space, public, center, activity, characteristics
Rizki Wahyu Romadhon

PENDAHULUAN
Kota Lama Semarang merupakan kawasan Semarang yang menjadi pusat
perdagangan pada abad ke-19 dan ke-20. Saat itu dibangun benteng di kawasan tersebut
untuk melindungi masyarakat dan wilayahnya, yang disebut Benteng Vijfhoek. Untuk
mempercepat jalur transportasi antara tiga gerbang benteng, dibangun jalur transportasi yang
jalan utamanya disebut Heerenstraat. Saat ini disebut Jl. Letnan Jenderal Soeprapto. Salah
satu lokasi gerbang benteng yang ada saat ini adalah Jembatan Berok yang disebut De Zuider
Por. Kata “Berok” sendiri merupakan hasil pelafalan oleh penduduk asli yang kesulitan
mengucapkan kata “burg” dalam bahasa Belanda.

Di sekitar Kota Lama dibangun kanal-kanal air yang keberadaanya masih bisa
disaksikan hingga kini, meski tidak terawat. Hal inilah yang menyebabkan Kota Lama
mendapat julukan sebagai "Little Netherland". Lokasinya yang terpisah dengan lanskap mirip
kota di Eropa serta kanal yang mengelilinginya menjadikan Kota Lama seolah miniatur
Belanda di Semarang.

Terdapat beberapa aktivitas pariwisata yang ramai dikunjungi di Kota Lama Semarang
yaitu,Taman Srigunting menjadi tempat berkumpul,Gereja Blenduk,Marba,Museum 3d Trick
Art, Semarang Contemporary Art Gallery,menjadi spot foto yang menarik,dan Pasar Klitikan
yang terdapat barang-barang antik ,juga bebas berfoto dengan barang-barang antik seperti
mobil antik, senjata perang, mesin tik, hingga hiasan dinding kuno lainnya,Oudetrap Theater
juga termasuk tempat berkumpul tapi masih kurang ramai dibanding dengan yang lainnya.

Oudetrap Theatre merupakan sebuah tempat untuk pertunjukan dan tempat


berkumpul yang terletak di area Kota Lama . Oudetrap theatre seharusnya digunakan dengan
selayaknya. Pusat keramaian terletak pada area Taman Srigunting,Museum 3d Kota Lama
,Gereja Blenduk dan sekitarnya,Oudetrap theatre ini, seiring berjalannya waktu Oudetrap
Theatre ini menjadi tidak diperhatikan dengan aktivitas di Kota Lama yang sangat tinggi
Oudetrap Theatre pada malam hari dijadikan tempat parkir,dan perkumpulan preman yang
dapat merusak Oudetrap Theatre.

Oleh karena itu Oudetrap Theatre seharusnya dapat dimanfaatkan dan digunakan
dengan selayaknya.Berdasarkan dari uraian permasalahan tersebut,tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi karakter Oudetrap Theatre sebagai ruang publik.

REVIEW LITERATUR

Pengertian Ruang Publik

Menurut (Hantono, 2019) ruang publik adalah ruang yang dapat diakses oleh setiap
orang:muda, tua, pria, wanita, kaya, miskin dan lain-lain. Mereka dengan bebas melakukan
berbagai fungsi, termasuk:Olahraga, hiburan, pertemuan, transit, pendidikan, dan pasar untuk
pedagang informal. Kegiatan ini sendiri erat kaitannya dengan perilaku pengguna. Dalam relasi
antar pengguna di ruang publik manapun, mereka memberikan jawaban yang berbeda
tergantung pada beberapa hal.

4 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Seperti yang dikutip (Alwah et al., 2020) ruang publik adalah salah satu elemen
terpenting dari perencanaan kota berkelanjutan di seluruh dunia. Ruang terbuka publik memberi
penghuni layanan ekosistem yang mencakup rekreasi, olahraga, kegiatan rekreasi dan rekreasi,
meningkatkan kualitas udara dan iklim, mengelola air hujan, dan mempromosikan keadilan
sosial dengan mendorong interaksi sosial.Dampak perkembangan teknologi semakin
meningkatkan kekhawatiran bahwa efek ini semakin mengisolasi dan memprivatisasi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, peran tempat umum dalam kehidupan sosial menjadi semakin
penting dan bermakna.

(Sunaryo, 1987) menyebutkan bahwa pendukung kegiatan relatif dekat kaitannya


menggunakan fungsi & rapikan guna lahan yg bisa memperkuat ruang kota menurut segi
kegiatan. Bentuk fisik tadi mencakup fungsi lebih banyak didominasi misalnya taman rekreasi,
sentra kebudayaan, sentra perbelanjaan, pelayanan jasa, museum, perpustakaan, & lain-lain.
Sektor informal termasuk pada kategori pendukung kegiatan, misalnya: pedagang kaki lima,
pangkalan becak, dan lain-lain. Melalui pengamatan, bahwa perilaku pengguna ruang publik
kota pada Amerika masih ada ditentukan sang beberapa faktor penggunaan ruang terbuka,
diantaranya: tempat duduk, sinar matahari, angin, vegetasi, air, makanan, akses fisik & visual
pribadi ke jalan utama, dan lain-lain.

Seperti yang dikutip (Kustianingrum et al., 2013) konsep ruang publik adalah ruang yang
dapat diakses dan digunakan oleh semua orang. Ciri utama ruang publik adalah: bersifat terbuka
dan mudah diakses oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan kelompok dan tidak selalu harus
memiliki unsur hijau,bentuknya berupa pusat perbelanjaan, alun-alun, dan taman bermain.

Menurut penjelasan (Hantono and Ariantantrie, 2018) Selain gedung dan bangunan,
ruang publik merupakan elemen ruang kota. Keberadaannya berperan penting dalam berbagai
aspek kehidupan manusia dan lingkungan.Secara fisik ruang publik dapat didefinisikan secara
sederhana yaitu ruang terbuka yang berada di luar bangunan. Namun dibalik itu banyak
pemaknaan dan sudut pandang yang sangat beragam serta isu-isu yang dapat diangkat.

Historis Ruang Publik

Secara historis, ruang publik pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-17, ketika
muncul bersamaan dengan perkembangan kapitalisme.Di era proto-kapitalis, kelas baru mulai
muncul dalam masyarakat, yaitu kaum borjuis. Pada awalnya mereka hanya terlibat dalam
perdagangan biasa dan lambat laun mengadopsi cara produksi kapitalis. Dengan latar belakang
tersebut, ruang publik borjuis muncul sebagai ruang publik sentral, yaitu. ruang publik yang
digunakan oleh kelas komersial atau oleh pedagang dan pedagang. (Prasetyo, 2012).

Inti dari suatu ruang adalah tempat manusia hidup dan beraktivitas. Namun tidak semua
kegiatan dapat dilakukan karena setiap ruang dibatasi oleh fungsinya. Dalam hal ruang privat,
keterbatasan ruang ini merupakan ciri utama dari ruang itu sendiri, sedangkan pada ruang
publik dengan berbagai aktivitasnya harus mampu mewadahi berbagai aktivitas. Oleh karena
itu, perlu dilakukan kajian ruang publik terhadap permasalahan keterbatasan ruang yang sering
dijumpai. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literature review. Untuk
mendukung teori dan melihat realita di lapangan, Anda bisa mencari literatur dari beberapa
pakar dan penelitian di artikel jurnal. Di akhir artikel disimpulkan bahwa batasan ruang publik

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 5


Rizki Wahyu Romadhon

untuk berbagai aktivitas yang berlangsung di dalamnya, pembentukan ruang publik bersifat
permanen dan bergantian (untuk jangka waktu tertentu)..(Hantono et al., 2018)

Menurut (Karmila and Rochani, 2020) Carr menjelaskan bahwa optimalisasi pemanfaatan
ruang publik harus memperhatikan dua faktor, yaitu: (1) Pemanfaatan ruang, yaitu ruang yang
berbeda yang menampung fungsi dan aktivitas yang berbeda, dan (2) ruang untuk konteks
kerja dapat diartikan sebagai sifat fisik ruang tersebut. Batas-batas fisik dan objek-objek yang
menarik digunakan untuk menandai bentuk ruang.

(Akay et al., 2019) menyatakan bahwa semua ruang publik harus memiliki kriteria

berikut :

1. Responsif: Tempat umum harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat; Ini harus
menyediakan ruang yang dapat berguna untuk kegiatan multiguna seperti relaksasi,
penemuan dan partisipasi aktif dan pasif.
2. Demokratis: Ruang publik harus dapat diakses oleh semua kelompok pengguna.
3. Meaningful: Tempat umum harus memiliki fitur yang membantu orang membuat
hubungan antara tempat, kehidupan mereka, dan dunia.

Ada prinsip-prinsip tertentu untuk menciptakan ruang publik fungsional yang lebih baik:

-Citra dan identitas

-Atraksi dan tujuan

-Fasilitas

-Desain Fleksibel

-Strategi Musiman

-Akses

-Alun-alun dalam & alun-alun luar

-Menjangkau seperti Gurita

-Pusat Peran Manajemen

-Sumber pendanaan yang beragam

Seperti yang dijelaskan (Putra and Triwahyono, 2019) yang dikutip oleh (Whyte, 1980)
Rancangan ruang semacam ini harus mempertahankan beberapa faktor pencapaian yang
berdasar pada kegiatan yaitu:

1. Faktor Fisik,yaitu Keterkaitan antara area yang terkait dengan kegunaan dalam
aktivitas pengguna dan yang terkait dengan hardscape. Hardscape sendiri merupakan elemen
keras dari ruang publik. Unsur-unsur tersebut membentuk ruang yang dapat dirasakan dengan

6 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

panca indera. Misalnya, alun-alun kota (town square) memiliki pejalan kaki, jalur batu, rambu,
patung, pahatan, permainan anak, papan seluncur, dan tempat parkir sepeda. . Item ini
memungkinkan pengguna berpikir untuk menggunakan kemungkinan hardscape yang ada baik
untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.

2. Faktor visual,yaitu Untuk memungkinkan orang dengan mudah memperoleh gambar


visual,melibatkan bagaimana panca indera bekerja dan memproyeksikan faktor fisik ruang ke
dalam bentuk persepsi dan preferensi. Kedua bentuk respon pengguna ini bisa positif atau
negatif, tergantung bagaimana pengguna menggunakan respon terhadap faktor fisik dan visual.

3. Faktor simbolis,yaitu kawasan yang mampu mengembangkan nilai-nilai sejarah dan


budaya.

Jenis Karakter Ruang Publik

Menurut perspektif (1 et al., 2019) Perencanaan kota melihat ruang publik sebagai fokus
utama dalam proses dan produknya, dimana karakteristik ruang publik adalah:

1. Ruang tempat manusia berinteraksi, melakukan berbagai kegiatan secara bersama-


sama dan bersama-sama, termasuk interaksi sosial, ekonomi dan budaya, dengan
fokus pada kegiatan sosial.
2. Ruang yang diadakan, dikelola dan dikendalikan bersama oleh entitas publik yang
didedikasikan untuk kepentingan dan kebutuhan publik.
3. Sebuah ruang terbuka untuk semua orang tanpa kecuali, dapat diakses baik secara
visual maupun fisik.
4. Ruang di mana orang memiliki kebebasan bertindak.

Pendapat dari (Pancholi et al., 2017) bahwa karakteristik baru dari tipologi permeable
dapat diringkas sebagai:

• Permeabilitas spasial: Secara spasial, hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor
berikut: i) Budidaya campuran:Batasan yang kabur antara hidup, bekerja dan
bermain adalah salah satu ciri utama dari tempat-tempat ini. (ii) Bentuk
perkotaan yang tidak dapat ditembus: Koneksi fisik dan visual didorong di seluruh
area dengan hubungan antara ruang publik dan bukaan pandang internal. (iii)
Bentuk bangunan kedap air: Fasad dan jangkar desain bangunan publik
dirancang transparan untuk publik sehingga fungsi yang masuk ke dalam dan
orang di luar dapat terlihat sebanyak mungkin. Jendela, pintu masuk dan
penggunaan koridor di lantai dasar memungkinkan fasad aktif (iv) Penampilan:
Kedua area tersebut terhubung secara visual ke dunia luar yang membuka
pemandangan CBD dan sekitarnya.
• Permeabilitas sosial: sosial HIS tersebut tercermin dalam poin-poin berikut: (i)
Kontekstualitas: Baik dalam kasus KGUV maupun BRKP, pengembangan situs-
situs ini dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan konteks aslinya. Hal ini

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 7


Rizki Wahyu Romadhon

membantu menghadirkan seni lokal, sejarah, dan rasa tempat kepada penduduk
migran, membantu mereka memahami tempat tersebut.; (ii) Keterhubungan:
Menampilkan musik, seni, dan kerajinan lokal di Kelvin Grove Farmer's Market
adalah upaya untuk memberikan pengetahuan lokal kepada para pekerja
berpengetahuan. Pasar semacam itu juga berfungsi sebagai platform bagi orang-
orang dari budaya yang berbeda untuk memamerkan seni, budaya, dan musik
mereka serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua kelompok sosial
untuk mengekspresikannya. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
untuk menyediakan komunikasi nirkabel di kawasan juga meningkatkan
konektivitas internal dan; (iii) Integrasi Keanekaragaman: Penekanan telah
diberikan pada penawaran berbagai jenis perumahan yang memenuhi pilihan
orang dari semua lapisan sosial dan budaya. Tetapi bahkan dalam dua kasus di
atas kegiatan sosial budaya tampaknya tidak cukup efektif untuk menembus
strata sosial kota dan daerah, menarik pengunjung dari luar dan membiarkan
informasi menyebar ke mana-mana.
• Permeabilitas ekonomi: Permeabilitas ekonomi dilihat pada dua tingkat: (i)
Kepemilikan ekonomi: Ruang pengetahuan dan inovasi,berbeda dengan kawasan
tradisional, kawasan pengetahuan dan inovasi didasarkan pada model triple helix
sehingga mencerminkan permeabilitas dalam model ekonominya. Ini adalah
kolaborasi bersama antara sektor swasta, publik dan komersial dan (ii)
Keterjangkauan: Sifat di mana-mana mencerminkan adanya alternatif ekonomi
untuk semua kategori situs. Perhatian khusus diberikan pada pengembangan
operasi yang melayani semua kelompok ekonomi.
• Permeabilitas lingkungan: Kehati-hatian telah diambil untuk menggabungkan
arsitektur dan konteks, menjaganya pada skala yang sesuai dengan
lingkungannya. Dalam kasus kantor polisi lalu lintas Boggo, perumahan ramah
lingkungan dengan kepadatan sedang dikombinasikan dengan konteksnya
adalah contoh permeabilitas lingkungan. Lingkungan buatan harus melindungi
dirinya sendiri sehingga hewan liar dan alam dapat menyerangnya. Selain itu,
tawaran desain yang berkelanjutan menekankan kombinasi antara alam dan
desain buatan. Jadi, dalam kedua kasus tersebut, ada permeabilitas yang
signifikan antara lingkungan alam dan buatan manusia.

Seperti yang dijelaskan oleh (Iswanto, 2006) ruang publik secara umum terdapat
beberapa fungsi yang antara lain adalah :

- Sebagai pusat Interaksi untuk kegiatan

- kegiatan masyarakat baik formal maupun informal atau digunakan untuk event-event tertentu
seperti upacara kenegaraan, sholat hari raya, acara hiburan dan lain-lain.

- Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang menuju kearah ruang
publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota serta sebagai pembagi
ruang-ruang fungsi bangunan disekitarnya dan ruang untuk transit.

8 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

- Sebagai tempat usaha bagi pedagang kaki lima.

- Sebagai paru-paru kota yang semakin padat

METODE
Fokus penelitian ini terletak di Kota Lama,Semarang.Pada penelitian ini menggunakan
metode kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik Oudetrap Theater dengan
mengandalkan survei pengamatan di lapangan. Lalu hasil survei dikompilasi dengan analisis
deskriptif untuk melihat karakter Oudetrap Theater. Fokus penelitian terdapat pada karakter
Oudetrap Theater. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter Oudetrap Theater dipengaruhi
oleh karakter fisik yaitu berupa lokasi yang tidak strategis. Alat penelitian yang dipakai adalah
kamera, catatan, dibantu Google Maps dan Microsoft Office sebagai software bantuan.

PEMBAHASAN

Kota Lama Semarang merupakan tempat wisata yang terdapat spot-spot yang menarik
untuk dikunjungi bagi wisatawan.Terdapat Gereja Blenduk,Taman Srigunting,Marba,Museum 3d
Art Galeri,Pasar Barang Antik,kafe instagramable,dan tempat-tempat lainnya.Dari semua
tempat-tempat tersebut terdapat tempat yang kurang dikunjungi bagi wisatawan/pengunjung,
yaitu Oudetrap Theatre, yang letaknya berada di belakang Gedung Oudetrap,membuat tempat
tersebut menjadi kurang terekspose bagi wisatawan lainnya.

Lokasi Oudetrap Theatre ini terletak di Kota Lama,Semarang.Luasan sekitar ±200 m².
Letak Oudetrap Theatre ini yang kurang strategis karena berdampingan dengan Taman
Srigunting yang letaknya berdekatan dengan Oudetrap Theater,sehingga pusat berkumpul dan
interaksi kebanyakan di area Taman Srigunting.

Gambar 1.Denah situasi Oudetrap Theater


Sumber : dokumen penulis

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 9


Rizki Wahyu Romadhon

Oudetrap
Theatre

Taman
Srigunting

Gambar 2.Foto Eksisting Gambar 3.Lokasi Oudetrap Theatre


Sumber : dokumen penulis Sumber : dokumen penulis

Kegiatan Oudetrap Theatre rata-rata untuk kesenian dan acara komunitas,tetapi jika
acara tersebut tidak ada Oudetrap Theatre ini seperti ruang publik kosong.Letaknya yang
berada di publik seharusnya bisa juga untuk berkumpul dan berinteraksi kapanpun tidak
hanya pada saat acara tertentu.Dampak buruknya yang sudah terjadi yaitu ,area ini menjadi
tempat berkumpul para preman,sehingga terdapat beberapa elemen material yang rusak,dan
sebagai tempat parkir untuk pengunjung Taman Srigunting dan area-area kafe di sekitar.

Gambar 5.Salah satu elemen yang rusak


Gambar 4.Acara di Oudetrap Theatre Sumber : dokumen penulis
Sumber : dokumen penulis

Terdapat beberapa pengunjung dari kalangan muda dan tua.Pengunjung terbanyak


pada saat acara-acara tertentu,dan beberapa acara dari kalangan komunitas di Semarang.
penulis mendapatkan variabel-variabel yang digunakan untuk turun ke lapangan. Berikut varibel yang
digunakan untuk survei ke lapangan :
Table 1.Variabel Karakter Ruang Terbuka Publik Oudetrap Theatre

No Karakter Variabel

1 Karakter fisik (elemen -Parkir


kota) -Pedestrian
-Spotaktivitas
-Signage

10 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

2 Karakter fisik (elemen -Tempat sampah


penunjang)
-Tempat duduk
-Lampu

3 Karakter non-fisik Peraturan sekitar

Sumber : Analisa 2022

Table 2.Karakteristik Oudetrap Theatre dalam tipologi

No Jenis Permeabilitas Hasil Analisa

1 Permeabilitas Spasial Cukup baik,karena Oudetrap Theatre didesain dengan


terbuka,sehingga langsung terkoneksi dengan area luar.
Kurang baik,walaupun terdapat beberapa acara yang
2 Permeabilitas Sosial diselenggarakan oleh komunitas Semarang,tetapi tidak
terlalu rutin sehingga Oudetrap Theatre terkesan kurang
hidup.

3 Permeabilitas Ekonomi Kurang baik,karena di Oudetrap Theatre tidak terdapat


pedagang yang berjualan,para pedagang berpusat di
Gereja Blenduk.

4 Permeabilitas Lingkungan Kurang baik,karena pada malam hari area sekitar


Oudetrap Theatre Sebagian digunakan untuk parkir
pengunjung Kota Lama, Oudetrap Theatre masih kurang
berfungsi dengan selayaknya.

Sumber : Analisa 2022

Lokasi juga mempengaruhi karakteristik ruang publik. Lokasi Oudetrap Theatre yang
berada di area belakang Kota Lama tidak selalu dikunjungi. Berbeda dengan lokasi ruang
public yang berada di area depan jalan utama Kota Lama,yang selalu ramai dengan
pengunjung. Karakter pengguna yang beragam di ruang publik, maka sistem keamanan,
kebersihan dan elemen pendukung seperti signage diperlukan pada ruang terbuka publik.
Signage sebagai penanda atau pemberi informasi pada ruang terbuka akan mempengaruhi
perilaku pengguna. Misal dalam kondisi pandemik seperti saat ini, ada papan
peringatan mengenai kewajiban memakaimasker dan menjaga jarak, maka pengguna
akan merasa tidak nyaman saat tidak mematuhi peraturan dalam menggunakan ruang
publik.

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 11


Rizki Wahyu Romadhon

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan faktor lokasi Oudetrap Theatre letaknya yang
tergolong kurang strategis,tidak seperti tempat-tempat spot yang mayoritas berada pada
pinggir jalan utama Kota Lama,membuat Oudetrap Theatre menjadi ruang publik yang kurang
dipergunakan dengan baik dengan wisatawan.Menjadikan tempat untuk acara atau event
komunitas saja masih kurang,seharusnya harus ada interaksi atau aktivitas di luar acara atau
event komunitas.Dampak buruk dari kurangnya aktivitas Oudetrap Theatre ini yaitu,pada malam
hari Oudetrap Theatre menjadi tempat berkumpul para preman yang bisa merusak fasilitas
Oudetrap Theatre,dan pada area depan dipergunakan untuk tempat parkir untuk pengunjung-
pengunjung yang tujuannya tidak di Oudetrap Theatre.

Untuk meningkatkan karakteristik Oudetrap Theatre sebagai ruang publik,perlu adanya


penanganan berkelanjutan dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Penanganan
ini dapat dimulai dengan merevitalisasi dan renovasi elemen fisik di Oudetrap Theare sehingga
citranya menjadi menarik. Elemen penting yang perlu ditingkatkan dari Oudetrap Theatre ini
peremajaan fisik bangunan,karena terdapat elemen yang rusak karena sebagai tempat
berkumpul preman

DAFTAR PUSTAKA

1, Rony Gunawan Sunaryo, 2, Nindyo Soewarno, 3, Ikaputra, 4, Setiawan, B., 2019. Posisi
Ruang Publik dalam Transformasi Konsepsi Urbanitas Kota Indonesia 8.

Akay, M., Okumuş, D.E., Gökçe, P., Terzi, F., 2019. Re-coding The Characteristics of Public
Spaces: The Case of İstanbul. Iconarp Int. J. Archit. Plan. 7, 487–512.
https://doi.org/10.15320/iconarp.2019.95

Alwah, A.A.Q., Li, W., Al-Attar, A.N.M., 2020. Characteristics of visiting urban open spaces in
Sana’a city in Yemen. IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 608.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/608/1/012002

Hantono, D., 2019. KATA DUA : RUANG PUBLIK. NALARS 18, 75.

Hantono, D., Ariantantrie, N., 2018. Kajian Ruang Publik Dan Isu Yang Berkembang Di
Dalamnya. Vitruvian 8, 43. https://doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.005

Hantono, D., Sidabutar, Y.F.D., Hanafiah, U.I.M., 2018. Kajian Ruang Publik Kota Antara
Aktivitas Dan Keterbatasan. Langkau Betang J. Arsit. 5, 80.
https://doi.org/10.26418/lantang.v5i2.29387

Iswanto, D., 2006. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman. Enclosere 5, 74–81.

Karmila, M., Rochani, A., 2020. Karakteristik Perilaku Pengguna Ruang Publik Di Kota
Semarang (Studi Kasus: Taman Progo, Taman Indonesia Kaya, Dan BKB). J. Planol. 17,
96. https://doi.org/10.30659/jpsa.v17i1.9171

12 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Kustianingrum, D., Sukarya, A.K., Nugraha, R.A., Tyagarga, F.R., 2013. Fungsi dan Aktifitas
Taman Ganesha Sebagai Ruang Publik di Kota Bandung. J. Reka Karsa 1, 1–14.

Pancholi, S., Guaralda, M., Yigitcanlar, T., 2017. Context, contribution and characteristics of
public spaces for place making in contemporary knowledge and innovation spaces.
Observations from Brisbane, Australia. J. Public Sp. 2, 91.
https://doi.org/10.5204/jps.v2i4.143

Prasetyo, A.G., 2012. Menuju Demokrasi Rasional: Melacak Pemikiran Jürgen Habermas
tentang Ruang Publik. J. Ilmu Sos. dan Ilmu Polit. 16, 95–186.

Putra, G.A., Triwahyono, D., 2019. PRIVATISASI DALAM RUANG PUBLIK Studi Kasus: Taman
Merbabu Malang. J. Arsit. 3, 69–78.

Sunaryo, R.G., 1987. Perubahan Setting Ruang dan Pola Aktivitas Publik di Ruang Terbuka
Kampus UGM. Serap 1 175–182.

Ucapan Terima Kasih

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini
dilakukan dalam rangka untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Arsitektur
jurusan Arsitektur Universitas 17 Agustus.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari Ibu Astari
Wulandari.,S.T.,M.T selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Arsitektur jurusan
Arsitektur Universitas 17 Agustus,cukup sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 13

Anda mungkin juga menyukai