Anda di halaman 1dari 8

Lokasi Studi : Kampung Melayu Kota Semarang

Topik : Preservasi

Karakteristik Kampung Melayu Kota Semarang


Prolog
Kampung Melayu adalah sebuah kampung yang terletak di Kecamatan
Semarang Utara, Kota Semarang. Kampung Melayu merupakan salah satu kampung
tertua di Kota Semarang dan memiliki nilai sejarah yang penting. Pada masa
penjajahan Belanda, Kampung Melayu merupakan daerah permukiman para pekerja
yang berasal dari etnis Melayu yang bekerja di pelabuhan Semarang. Kampung Melayu
juga menjadi pusat perdagangan dan transportasi karena lokasinya yang dekat dengan
pelabuhan.
Kampung Melayu masih mempertahankan bangunan-bangunan lama bergaya
kolonial Belanda dan pengaruh arsitektur Melayu. Namun, seiring berjalannya waktu,
beberapa bangunan sudah mengalami kerusakan dan perlu direstorasi. Kampung
Melayu juga memiliki keunikan dalam budaya dan adat istiadat, seperti tarian kuda
lumping yang menjadi tradisi masyarakat setempat.
Kampung Melayu juga menjadi salah satu lokasi yang dijadikan studi preservasi
arsitektur dan budaya di Kota Semarang. Beberapa upaya telah dilakukan untuk
melestarikan Kampung Melayu, seperti pemugaran bangunan dan pelestarian tarian
kuda lumping. Selain itu, Kampung Melayu juga menjadi objek wisata budaya yang
menarik untuk dikunjungi.

Karakteristik Fisik :

Karakteristik fisik:
• Bangunan-bangunan di kampung ini umumnya terdiri dari rumah-rumah
panggung dengan atap genteng merah.
• Jalan-jalan di kampung ini relatif sempit dan terkadang tidak rata.
• Terdapat beberapa gang sempit yang dapat diakses oleh pejalan kaki.
• Kawasan ini dikelilingi oleh beberapa sungai kecil yang dapat menjadi jalur
transportasi air.
Karakteristik non-fisik:
• Kampung Melayu dihuni oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam dan
memiliki adat-istiadat Melayu.
• Terdapat kearifan lokal yang dijaga oleh masyarakat setempat, seperti menjaga
lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
• Terdapat interaksi sosial yang kuat antara warga kampung yang saling mengenal
satu sama lain.
• Terdapat keberagaman budaya yang dijaga dan dihormati oleh warga kampung.

Karakteristik fisik dan non-fisik tersebut memberikan nilai estetika, kultural, dan
sejarah yang penting bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu, kampung Melayu di
Kota Semarang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya
yang dapat memperkenalkan kearifan lokal dan sejarah Melayu kepada wisatawan.
Potensi ini juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
setempat melalui usaha-usaha yang berkaitan dengan pariwisata dan kerajinan tangan.

Review literatur terkait Kampung Melayu di Kota Semarang (Preservasi)


Latar Belakang

Berlokasi dibagian utara kota Semarang, kampung Melayu adalah sebuah kampung kuno dengan
nilai kesejarahan tinggi serta memiliki arti penting dalam pembentukan kota Semarang. Kampung Melayu
memiliki potensi citra budaya yang khas yaitu multi etnik serta beragam artefak arsitektur seperti masjid
menara layur, klenteng kampung Melayu, rumah Indis, rumah Melayu, rumah Jawa, rumah Banjar serta
beberapa artefak penting lainnya seperti pelabuhan lama Semarang dan kanal baru. Masyarakat yang
menghuni kampung Melayu disamping terdiri dari masyarakat asli Semarang, juga terdiri dari etnis lain
seperti Arab, Tionghoa, Banjar, Melayu, Jawa, Cirebon dan lain-lain. Keragaman etnis ini memberi peran
yang signifikan dalam pembentukan struktur dan pola ruang kampung Melayu. Dewasa ini, kampung
Melayu mulai terancam kelestariannya bahkan mengarah pada ketidakberlanjutan. Nilai-nilai budaya
mulai menyusut, artefak arsitektur menyusut kualitasnya bahkan sebagian telah punah, serta tekanan
pembangunan perkotaan yang berdampak terhadap eksistensi kampung Melayu Semarang. Tujuan
utama penelitian ini adalah untuk mengungkap nilai-nilai kearifan lokal kampung Melayu, serta upaya
revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal untuk dapat melestarikan dan menjaga keberlanjutan kampung Melayu
Semarang. Dari pembahasan dapat diungkap bahwa kampung Melayu memiliki nilai-nilai kearifan lokal
yang sangat berharga. Selanjutnya diungkap pula beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam
menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal kampung Melayu Semarang dalam pembangunan
berkelanjutan.
Segi Arsitektur (Bangunan)
Menurut (Agustina & Agustian, 2023) bentuk-bentuk rumah di kawasan Kampung Melayu
terbentuk dari beberapa unit informasi yang saling berkesinambungan meliputi: rumah lama/kuno di
sepanjang koridor Jalan Layur, rumah gudang yang dihuni oleh etnik Tionghoa dan etnik Arab, rumah
melayu yang dihuni oleh etnik Banjar, rumah yang dihuni oleh etnik Arab dan rumah baru/modern yang
dihuni oleh bebagai etnik. Berikut dapat dilihat diagram unit-unit informasi dan tema empiri bentuk-bentuk
rumah di kawasan Kampung Melayu pada gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1.Diagram unit informasi dan tema


empiri bentuk bentuk rumah kawasan Kampung
Sumber : (Agustina & Agustian, 2023)

Table 1.Komparasi Rumah Etnik


Sumber : (Agustina & Agustian, 2023)

No Komparasi Masing-masing etnik


1 Bentuk Rumah Lama Etnik Tionghoa
Rumah Gudang

Rumah Etnik Melayu


Unsur Melayu

Rumah Etnik Arab


Rumah panggung

Rumah Modern
Tidak mengandung keetnikan
2 Fungsi Rumah Lama Etnik Tionghoa
Tempat tinggal dan berdagang

Etnik Lainnya
Rumah tinggal
3 Layout Rumah Lama Etnik Tionghoa
Bagian depan : berdagang
Bagian belakang : tempat tinggal

Rumah Etnik Melayu


Bagian depan : ruang tamu
Bagian tengah : ruang keluarga
Bagian belakang: area servis (ruang makan, dapur dan kamar mandi)
Segi Budaya
Penjelasan dari (Anis Febbiyana & Djoko Suwandono, 2016) sosial budaya meliputi
masyarakat, komunitas/organisasi lokal dan nilai-nilai tradisional/ kekhasan.Masyarakat
Kampung Melayu yang multi etnis mempunyai keaneragaman sosial budaya. Etnis
Tionghoa, dahulu ada kegiatan barongsai di klenteng tetapi sekarang sudah terkikis.
Sosial Budaya masyarakat banjar yaitu pernikahan masyarakat Banjar dengan diarak
dan disertai kegiatan terbangan untuk mengiringi calon mempelai dengan kembang
manga.Masyarakat Arab yang mengadakan acara pernikahan, sebelumnya pihak calon
pengantin wanita melakukan acara tarian, pemandian serta pengajian.Tradisi dan
budaya tersebut merupakan kebersamaan serta interaksi masyarakat Kampung Melayu
tetapi tradisi dan budaya itu mulai terkikis dengan perkembangan modern. Tradisi atau
budaya masyarakat keturunan arab Kegiatan Haul Soleh Darat diadakan setelah Hari
Besar Islam yaitu Raya Idul Fitri. Kegiatan Haul Soleh Darat berbentuk pengajian
hingga sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Kampung Melayu.Selain itu,
masyarakat Kampung Melayu yang tidak ada kaderisasi dari masyarakat Kampung
Melayu (masyarakat asli Kampung Melayu).Selain itu, Kampung Melayu mempunyai
makanan khas kuliner yaitu Nasi Tomat dan Nasi Kebuli.

Gambar 2.Tradisi barongsai dari Etnik Tionghoa Gambar 3.Tradisi arak pernikahan dari masyarakat Banjar
Sumber : Google Sumber : Google

Gambar 4.Tradisi Haul Soleh Darat dari Etnik Arab


Sumber : Google
Segi Pelestarian Kawasan
Terdapat perkembangan kawasan Kampung Melayu dari tahun 2013-2023.

Gambar 5.Perkembangan kawasan Kampung Melayu


Sumber : Google Earth

Penjelasan (Agustian et al., 2021) dari pola permukiman kawasan Kampung


Melayu membentuk pola permukiman kolonisasi/mengumpul. Pola permukiman
tersebut merepresentasikan persebaran etnik atau kelompok etnik yang terdapat pada
masing-masing kampung. Di sisi lainnya, pola permukiman kolonisasi/mengumpul
mengindikasikan pada pengelompokan dari masing-masing etnik yang bermukim, serta
memberikan pengaruh terhadap toponimi kampung (penamaan nama kampung) yang
terdapat di kawasan Kampung Melayu. Kawasan Kampung melayu terdiri atas
beberapa kampung yang dihuni oleh berbagai macam etnik. Adapun pengelompokan
etnik-etnik yang tersebar di setiap kampung meliputi:
(a) etnik Arab: terdapat di Kampung Baru dan Kampung Pencikan;
(b) etnik Jawa: terdapat di Kampung Geni Buntu, Kampung Geni Malang, Kampung
Geni Besar, Kampung Keranjangan Kecil, Kampung Keranjangan Besar, Kampung
Lengkong Kambing, Kampung Boro dan Kampung Lengkong Sop;
(c) etnik Madura: terdapat di Kampung Kayu Manis;
(d) etnik Banjar: terdapat di Kampung Banjar;
(e) etnik Arab Kojo: terdapat di Kampung Peranakan;
(f) etnik Arab dan etnik Jawa: terdapat di Kampung Lawang Gajah dan Kampung Geni
Kecil;
(g) etnik Arab, etnik Jawa, dan etnik Banjar: terdapat di Kampung Kalicilik;
(h) etnik Arab, etnik Tionghoa, etnik Banjar, dan etnik Jawa: terdapat di Kampung Pulo
dan di sepanjang koridor Jalan Layur;
(i) para pendatang dari berbagai daerah di Indonesia: terdapat di Kampung Pace dan
Kampung Pelimbungan.

Gambar 6.Pola permukiman berdasarkan pengelompokan etnik di Kawasan Kampung


Sumber : (Agustian et al., 2021)

Menurut (Madiasworo, 2009) beberapa upaya dapat dilakukan dalam


‘merevitalisasi’ nilai kearifan lokal kampung Melayu, sebagai berikut :
1. Menetapkan kawasan kampung Melayu sebagai kawasan strategis kota
Semarang dari sudut kepentingan sosial budaya yang harus termuat dalam
Rencana Tata Ruang Kota (RTRW) kota Semarang. Selanjutnya agar lebih operasional
perlu disusun RDTR serta zoning regulation kawasan kampung Melayu Semarang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk zona yang diprioritaskan,
sebagai contoh RTBL pada koridor Layur yang merupakan koridor utama kampung
Melayu.
2. Melestarikan, mendorong, memperkuat aktivitas budaya dan ekonomi yang ada
dan mengembangkannya sebagai salah satu daerah tujuan wisata budaya kota
Semarang sehingga dapat mengangkat kearifan lokal kampung Melayu.
3. Mengembangkan bentuk-bentuk insentif dan disinsentif yang mampu
mendorong aktivitasaktivitas yang mendukung terjaganya kearifan lokal, seperti insentif
yang berbentuk peningkatan atau penyediaan infrastruktur (jalan, drainase, air bersih,
dsb), tehnical assistance, pendampingan, bantuan dana dalam melakukan konservasi
artefak arsitektur ataupun bentukbentuk disinsentif yang berorientasi pada
pengendalian kegiatan yang dapat mengganggu fungsi dan karakter kawasan yang
memiliki historic value yang tinggi.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan dalam rangka pelestarian
kampung Melayu Semarang.
5. Melakukan program perbaikan dan peningkatan kualitas kampung seperti dalam
rangka mengatasi banjir dan rob yang sering terjadi dikampung Melayu.
6. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengapresiasi warisan budaya
serta kearifan lokal, melalui pendidikan, sosialisasi, pelibatan peran serta masyakarat
dalam perencanaan dan perancangan lingkungan binaan yang berbasis kearifan lokal.
7. Untuk menjaga karakter kampung Melayu sebagai traditional setting yang memiliki
historic value tinggi, maka pembangunan baru di kawasan ini harus selaras, sinergi,
adaptif dengan lingkungan kampung Melayu serta mempertimbangkan kearifan lokal
yang ada.
8. Mengembangkan bentuk kerjasama kemitraan yang strategis dalam suatu sistem
kelembagaan yang efektif dan profesional.
9. Mendorong kehidupan berbudaya dikampung Melayu Semarang, dengan
peningkatan kualitas sarana dan prasarana, pemantapan ruang publik yang ada serta
menjaga dan melestarikan tradisi nilai kearifan lokal yang ada.

Kesimpulan
Kampung Melayu dengan kekayaan potensi kulturalnya, keragaman etnisitas
serta artefak arsitekturnya merupakan bagian yang sangat berperan penting dalam
perkembangan kota Semarang. Untuk itu dalam upaya melestarikan potensi warisan
budaya serta kearifan lokal di kampung Melayu, perlu diperhatikan aspek-aspek yang
mengacu pada kesinambungan antara masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Artefak-artefak arsitektur berupa bangunan, landmark ataupun rumah tradisional di
kampung Melayu dengan keunikan dan ciri khusus merupakan kekayaan dalam variasi
khasanah arsitektur tradisional di Indonesia, yang dapat memberikan kontribusi positif
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga memberikan
peluang terhadap disiplin ilmu lain sebagai obyek penelitian yang menarik untuk dikaji
Iebih lanjut sehingga berguna bagi kepentingan konservasi.
Daftar Pustaka
Agustian, E., Rachmawati, R., Rijanta, R., & Pitoyo, A. J. (2021). Pola Permukiman Multietnik di Kampung
Islam Kepaon Kota Denpasar dan Kawasan Kampung Melayu di Kota Semarang. Syntax Literate ;
Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(4), 1661. https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i4.2467

Agustina, M., & Agustian, E. (2023). FUNGSI DAN TATA LETAK RUANG DALAM BANGUNAN ETNIK PADA
KAWASAN PERMUKIMAN KAMPUNG MELAYU SEMARANG. In 56 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur (Vol.
20, Issue 1). http://journals.ums.ac.id/index.php/sinektika

Anis Febbiyana, & Djoko Suwandono. (2016). Penurunan Kampung Melayu Sebagai Kawasan Cagar
Budaya Kota Semarang.

Madiasworo, T. (2009). REVITALISASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL KAMPUNG MELAYU SEMARANG


DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.

Anda mungkin juga menyukai