Anda di halaman 1dari 3

Kasus sengketa batas wilayah indonesia dengan negara lain

1. Sengketa pulau Miangas antara Indonesia dengan Filipina

Pulau Miangas yang terletak dekat Filipina, diklaim miliknya. Hal itu didasarkan
atas ketentuan konstitusi Filipina yang masih mengacu pada treaty of paris 1898.
Sementara Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the archipelagic
principles) sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB tentang hukum laut (UNCLOS
1982).
Penyelesaian
Dinyatakan lebih lanjut dalam protocol perjanjian ekstradisi Indonesia – Filiphina
mengenai defisi wilayah Indonesia yang menegaskan Pulau Miangas adalah Milik
Indonesia atas dasar putusan Mahkamah Arbitrase Internasional 4 April 1928

2. Sengketa Ambalat antara indonesia dan malaysia

Sengketa Ambalat ini diakibatkan oleh negara Malaysia yang ingin merebut
Ambalat karena keistimewaan Ambalat yang memiliki kakayaan laut dan bawah
laut, khususnya untuk pertambangan minyak. Hal ini dapat dibuktikan ketika
Malaysia membuat peta baru pada tahun 1969 yang memasukan pulau Sipadan
dan Ligitan pada wilayah negaranya, tentu negara Indonesia tidak terima dengan
pengakuan sepihak tanpa dasar aturan yang jelas. Pengajuan sepihak itu membuat
Indonesia tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut. Lalu Indonesia
menyelesaikan sengketa ini dengan penandatanganan kembali Persetujuan Tapal
batas Laut Indonesia dan Malaysia.
Penyelesaian
Malaysia kembali membuat sengketa dengan Indonesia atas pembuatan peta baru
pada tahun 1979 yang secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri
dengan memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya. Indonesia
kembali tidak mengakui peta baru Malaysia karena melanggar perjanjian yang
telah disepakati. Ancaman perbatasan yang dilakukan Malaysia ini semakin
diperparah ketika Mahkamah Internasional menyatakan pulau Sipadan dan Ligitan
yang berada di blok Ambalat dinyatakan bagian dari wilayah Malaysia. Namun
Pulau Ambalat tetap berada dalam wilayah Indonesia

3. Batas Perairan Indonesia-Malaysia di Selat Malaka

Pada tahun 1969 Malaysia mengumumkan bahwa lebar wilayah perairannya


menjadi 12 mil laut diukur dari garis dasar seseuai ketetapan dalam Konvensi
Jenewa 1958. Namun sebelumnya Indonesia telah lebih dulu menetapkan batas-
batas wilayahnya sejauh 12 mil laut dari garis dasar termasuk Selat Malaka. Hal
ini menyebabkan perseteruan antara dua negara mengenai batas laut wilayah
mereka di Selat Malaka yang kurang dari 24 mil laut.
Penyelesaian :
Pada tahun 1970 tepatnya bulan Februari-Maret dilaksanakan perundingan
mengenai hal tersebut, sehingga menghasilkan perjanjian tentang batas-batas
Wilayah Perairan kedua negara di Selat Malaka

4. Batas Perairan Indonesia- China di Laut Natuna

Sengketa Laut Natuna ini disebabkan oleh China yang mengklaim kawasan yang
dilewati nelayan dan kapal Coast Guard-nya di ZEE Indonesia merupakan
wilayahnya berdasarkan konsep Nine Dash Line (sembilan garis putus-putus)
yang ditetapkan sepihak oleh China (tanpa melalui UNCLOS) dan konsep tersebut
menjadi dasar China mengklaim perairan Laut Natuna, bahkan Laut China
Selatan. Namun, Indonesia menolak klaim China dalam bentuk apapun di Laut
Natuna, sebab ZEE Indonesia di Laut Natuna telah diatur dalam UNCLOS.
Penyelesaian
Untuk mengatasi permasalahan di Laut Natuna Utara yang berbatasan dengan
Laut China Selatan, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla), Laksamana Madya
Aan Kurnia mengatakan terdapat tiga strategi penjagaan kawasan yakni hadirnya
penegak hukum di kawasan perairan tersebut seperti Bakamla, TNI Angkatan
Laut, hingga Satuan Tugas Pemberantasan Ilegal Fishing Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Indonesia melakukan eksplorasi dan eksploitasi SDA di ZEE dan
landas kontinen, strategi ketiga ialah melalui jalan diplomasi, dengan mengajak
negara-negara ASEAN dan China melakukan dialog tentang hak berdaulat atas
kawasan laut yang diatur oleh UNCLOS
5. Sengketa Indonesia – Malaysia atas pulau Sipadan dan Ligitan

Indonesia pernah bersengketa dengan Malaysia berkaitan dengan klaim dua pulau
di perbatasan Kalimantan Timur. Dua pulau yang dimaksud berada di Selat
Makassar, yakni Sipadan dan Ligitan. Sengketa atas Pulau Sipadan dan Ligitan
antara Indonesia dan Malaysia terjadi sejak 1967.
Penyelesaian
Pada tahun 2002, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kepemilikan Pulau
Sipadan dan Ligitan jatuh pada Malaysia. Keputusan ini didasarkan pada bukti-
bukti sejarah yang diterima Mahkamah Internasional dari Malaysia. Dokumen dari
pihak Malaysia membuktikan bahwa Inggris, yang dulu menjajah Malaysia, lebih
dulu memasuki Pulau Sipadan dan Ligitan dengan membangun mercusuar dan
konservasi penyu.
Sedangkan Belanda, yang menjajah Indonesia, hanya terbukti pernah singgah di
Pulau Sipadan dan Ligitan, namun, tidak melakukan apa pun. Selain itu, Malaysia
juga terbukti telah melakukan berbagai penguasaan efektif terhadap kedua pulau,
seperti pemberlakuan aturan perlindungan satwa burung, pungutan pajak atas
pengumpulan telur penyu, dan operasi mercusuar. Lepasnya Pulau Sipadan dan
Ligitan ini terjadi saat masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Anda mungkin juga menyukai