Anda di halaman 1dari 9

AKAR SEJARAH SENGKETA

BATAS WILAYAH RI – MALAYSIA

Oleh :
Tim 6
MUTHIARA MAY LISTA
ANGELA FARADISA

SMA MUHAMMADIYAH 2 AL-MUJAHIDIN


BALIKPAPAN
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki batas
wilayah, dan Malaysia merupakan salah satu negara yang berbatasan
dengan Indonesia. Munculnya konflik atau sengketa batas wilayah
mengartikan bahwa batas suatu negara memiliki peran yang penting. Dan
batas negara sendiri merupakan pemisah unit regional geografis berupa
fisik, sosial, dan budaya yang dikuasai oleh suatu Negara dan atas hukum
internasional. Maka dari itu salah satu contoh fenomena batas wilayah
adalah Indonesia dan Malaysia pernah bersengketa tentang batas wilayah
mereka. Indonesia dan Malaysia adalah dua negara bertetangga. Salah satu
sengketa yang pernah terjadi antara Indonesia dan Malaysia adalah terkait
batas wilayah. Beberapa contoh kasus sengketa batas wilayah antara
Indonesia dan Malaysia adalah sengketa Blok Ambalat dan sengketa
kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan. Diketahui sengketa batas wilayah
antar Indonesia dan Malaysia ini terjadi sejak tahun 1967. Selain itu,
Indonesia dan Malaysia juga pernah memperebutkan Pulau Sebatik,
Kalimatan Utara.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sengketa Batas Wilayah?
2. Akar Sejarah Sengketa Batas Wilayah antara Indonesia dan Malaysia? wa
angel
3. Mengapa terjadi Sengketa Batas Wilayah antara Indonesia dan Malaysia?
Kompas dan Nakita
4. Faktor Akar Sejarah Batas Wilayah antara Indonesia dan Malaysia? wa
angel
5. Dasar hukum penentuan Batas Wilayah darat antara Indonesia dan
Malaysia? wa mrs
6. Bagaimana cara penyelesaian sengketa Batas Wilayah darat antara
Indonesia dan Malaysia? wa mrs

C. Tujuan Penulisan
Agar dapat mengetahui Akar Sejarah Sengketa Batas Wilayah antara
Negara Indonesia dan Negara Malaysia, sehingga dapat menjadikan salah
satu bekal di masa depan apabila ada suatu urusan atau hal apapun yang
berkaitan dengan Batas Wilayah antara Indonesia dan Malaysia.

Dapat menambah Ilmu pengetahuan tentang Batas Wilayah Negara


Indonesia yang sebenarnya dan Batas Wilayah Negara Malaysia yang
sebenarnya dan dapat membedakan Batas Wilayah Negara Indonesia dan
Batas Wilayah Negara Malaysia.

BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian
Persengketaan Batas Wilayah adalah pertentangan mengenai hak
kepemilikan atau hak kontrol sebidang tanah antara dua negara atau lebih,
atau mengenai hak kepemilikan atau hak kontrol sebidang tanah oleh
sebuah negara setelah ia menguasainya dari bekas negara yang kini tidak
lagi diakui oleh sang negara penguasa.
Persengketaan ini sering kali berhubungan dengan hak kepemilikan
sumber daya alam seperti laut, sungai, tanah yang subur, sumber daya
mineral atau minyak, walaupun kadang-kadang suatu pertentangan
didorong oleh faktor budaya, agama dan nasionalisme etnik. Pada
kebanyakan kasus, persengketaan wilayah berujung dari perkataan/bahasa
yang tidak jelas dalam sebuah perjanjian mengenai batas negara.

II. Akar Sejarah Sengketa Batas Wilayah antara RI dan Malaysia


Sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia memiliki
akar sejarah yang berbeda-beda tergantung pada kasus yang spesifik. Salah
satu contoh Sengketa yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia?

1. Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan


Sengketa mengenai kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan antara
Indonesia dan Malaysia bermula dari ketidakjelasan garis perbatasan yang
dibuat oleh Belanda dan Inggris. Indonesia dan Malaysia mencoba
menyelesaikan masalah ini melalui perundingan selama bertahun-tahun,
namun tidak berhasil. Pada tahun 1997, kedua negara sepakat untuk
mengajukan kasus kepemilikan pulau-pulau tersebut ke Mahkamah
Internasional (ICJ). Indonesia mengklaim memiliki hak atas kepemilikan
kedua pulau tersebut berdasarkan perjanjian antara Inggris dan Belanda
pada tahun 1981. Sementara itu, Malaysia berpendapat bahwa Perjanjian
1981 tidak mendukung klaim Indonesia.

2. Sengketa Blok Ambalat


Sengketa atas Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia terjadi
karena klaim tumpang tindih atas penguasaan wilayah di antara kedua
negara. Sengketa ini dimulai pada tahun 1969 ketika Indonesia dan
Malaysia melakukan penelitian di dasar laut untuk mengetahui landas
kontinen dan zona ekonomi eksklusif. Kedua negara kemudian
menandatangani Perjanjian Tapal Batas Landas Kontinen Indonesia-
Malaysia pada tahun yang sama, yang menetapkan wilayah Blok Ambalat
sebagai milik Indonesia.

III. Mengapa terjadi Sengketa Batas Wilayah antara Indonesia dan


Malaysia
Kompas:
Berkaca dari beberapa kasus sengketa batas wilayah antara Indonesia
dengan Malaysia, setidaknya ada tiga hal yang menjadi penyebab
sengketa, yaitu:
 Perbedaan pandangan terkait garis pembatas teritorial
 Perbedaan pandangan atas beberapa perjanjian
 Ketidakjelasan garis perbatasan yang dibuat oleh Belanda dan
Inggris

o Perbedaan pandangan mengenai garis pembatas teritorial


Sengketa wilayah adalah perselisihan atau ketidaksepakatan atas
pemilikan atau kendali atas daerah di antara dua atau lebih negara.
Umumnya, sengketa batas wilayah muncul diawali oleh perbedaan
pandangan yang berkaitan dengan garis pembatas teritorial masing-masing
negara.

o Perbedaan pandangan perjanjian


Hal lain yang menyebabkan terjadinya sengketa batas wilayah
antara Indonesia dengan Malaysia adalah adanya perbedaan persepsi
terkait beberapa perjanjian. Perjanjian yang dimaksud di antaranya,
perjanjian tahun 1891 dan 1915 di Sektor Timur, serta traktat tahun 1928
di Sektor Barat Pulau Kalimantan. Baik Indonesia maupun Malaysia kerap
berbeda pandangan terhadap hasil pengukuran lapangan yang tidak sesuai
dengan perjanjian yang disepakati, dan akhirnya saling merasa dirugikan
hingga timbul sengketa.

o Ketidakjelasan garis perbatasan yang dibuat oleh Belanda dan Inggris


Pada 2002, Pulau Sipadan dan Ligitan yang sempat diperebutkan
Indonesia dan Malaysia secara resmi menjadi milik negara Malaysia sesuai
keputusan Mahkamah Internasional. Diketahui bahwa terjadinya sengketa
atas Pulau Sipadan dan Ligitan disebabkan oleh ketidakjelasan garis
perbatasan yang dulunya dibuat Belanda dan Inggris di perairan timur
Pulau Kalimantan. Dokumen dari pihak Malaysia membuktikan bahwa
Inggris (yang dulu menjajah Malaysia) paling awal masuk Pulau Sipadan
dan Ligitan dengan membangun mercusuar dan konservasi penyu.
Sedangkan Belanda, yang menjajah Indonesia, hanya terbukti pernah
singgah di Pulau Sipadan dan Ligitan, tetapi tidak melakukan apa pun.
Perlu diketahui, hukum modern menganut suatu konsep bahwa
wilayah suatu negara ketika merdeka adalah semua wilayah kekuasaan
penjajahnya, yang dalam bahasa Latin disebut uti possidetis. Atas dasar
hukum internasional tersebut, Pulau Sipadan dan Ligitan berhak dimiliki
Malaysia karena Inggris yang terbukti masuk lebih awal dan membangun
mercusuar serta konservasi penyu, daripada Belanda.

nikita:
Indonesia dan Malaysia yaitu adanya perbedaan persepsi terkait beberapa
perjanjian, antara lain perjanjian tahun 1891 dan 1915 di Sektor Timur,
serta Traktat tahun 1928 di Sektor Barat Pulau Kalimantan.

Indonesia maupun Malaysia berbeda pandangan terhadap hasil pengukuran


lapangan yang tidak sesuai dengan perjanjian yang disepakati, dan saling
merasa dirugikan di wilayah yang berbedabeda.

Hubungannya dengan sengketa batas wilayah antara Indonesia dan


Malaysia yaitu bahwa Indonesia mewarisi wilayah Belanda, sedangkan
Malaysia mewarisi wilayah Inggris. Hal ini lumrah dan menjadi kebiasaan
yang diakui secara internasional, dan diterapkan di banyak negara bekas
jajahan.

3. Kesepakatan patok batas wilayah Indonesia dan Malaysia dari masa


penjajahan hingga kemerdekaan, antara lain:
a. Konvensi Belanda-Inggris tahun 1891
Belanda dan Inggris menandatangani perjanjian ini pada 20 Juni
1891 di London menyangkut penentuan batas wilayah, seperti penentuan
watershed dan halhal lain yang menyangkut kasus sengketa wilayah.

b. Kesepakatan Belanda-Inggris tahun 1915


Belanda dan Inggris menyepakati atas hasil laporan bersama
tentang penegasan batas wilayah pada 28 September 1915 di Kalimantan.
Kesepakatan ini kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU
oleh kedua belah pihak berdasarkan Traktat 1891, lalu dikokohkan di
London pada 28 September 1915.

IV. Faktor Akar Sejarah Batas Wilayah antara Indonesia dan Malaysia
1. *Ketidakjelasan Garis Perbatasan*: Akar sejarah sengketa batas
wilayah antara Indonesia dan Malaysia bermula dari ketidakjelasan
garis perbatasan yang dibuat oleh Belanda dan Inggris di perairan
timur Pulau Kalimantan. Status kepemilikan Pulau Sipadan dan
Ligitan menjadi tidak jelas ketika Indonesia dan Malaysia sama-sama
sudah merdeka.
2. *Perjanjian 1981*: Indonesia mengklaim memiliki hak atas
kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan berdasarkan perjanjian antara
Inggris dan Belanda pada tahun 1981
3. *Penelitian Landas Kontinen*: Pada tahun 1969, Indonesia dan
Malaysia melakukan penelitian di dasar laut untuk mengetahui landas
kontinen dan zona ekonomi eksklusif. Kedua negara kemudian
menandatangani Perjanjian Tapal Batas Landas Kontinen Indonesia-
Malaysia pada 27 Oktober 1969 yang diratifikasi oleh masing-masing
negara pada tahun yang sama. Berdasarkan perjanjian ini, wilayah
Blok Ambalat merupakan milik Indonesia.
4. *Kepentingan dan Batas Wilayah Kelautan*: Sengketa antara
Indonesia dan Malaysia atas Blok Ambalat terjadi karena klaim
tumpang tindih atas penguasaan wilayah di antara kedua negara. Saling
klaim ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan dan belum
selesainya masalah batas-batas wilayah kelautan kedua negara.
5. *Pandangan yang Berbeda Mengenai Garis Pembatas*: Sengketa batas
wilayah umumnya muncul akibat perbedaan pandangan yang berkaitan
dengan garis pembatas teritorial masing-masing negara.

V. Dasar hukum penentuan Batas Wilayah darat antara


Indonesia dan Malaysia

Penentuan batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia


pada tahap penentuan lokasi dan penentuan perbatasan wilayah maritim
yang dilakukan dengan merujuk pada prinsip dapat dikatakan berhasil. Hal
ini ditunjukkan dengan terbentuknya MOU antara Malaysia yang
menggunakan kesepakatan antara Belanda dan Inggris sebagai
orientasinya. Tetapi, pada tahap demarkasi yang ditunjukkan melalui
beberapa kegiatan contohnya survey dan pemetaan masih menunjukkan
adanya masalah/sengketa. Masalah yang telah terjadi pada tahap
demarkasi/perbatasan inilah yang memicu terjadinya sengketa batas
wilayah darat yang ada di Pulau Kalimantan. Hal ini juga akan
mempengaruhi terhadap pelaksanaan pengelolaan wilayah, karena jika
demarkasinya bermasalah, pengelolaan wilayah perbatasan juga akan
turut bermasalah.

Batas wilayah darat Indonesia dan Malaysia di Kalimantan masih


menyisakan 10 titik yang bersengketa, karena kedua negara masih belum
sepakat mengenai batasan wilayahnya. Hal ini tidak lain adalah karena
perbedaan persepsi mengenai dasar hukum yang digunakan. Sebelumnya
Indonesia dan Malaysia telah membuat suatu MOU 1973 yang merupakan
suatu produk hukum Internasional yang mengikat Indonesia dan Malaysia
sebagai dasar hukum batas wilayah kedua negara. MOU 1973 ini juga
tak lepas dari suatu asas hukum internasional yakni uti possidetis juris
yang menyatakan bahwa negara yang baru mewarisi wilayah dan kekayaan
negara penguasa sebelumnya. Artinya Indonesia dan Malaysia mewarisi
wilayah penjajah sebelumnya, Indonesia mewarisi wilayah Belanda, dan
Malaysia mewarisi wilayah Inggris. Hal ini juga telah menjadi suatu
kebiasaan internasional yang telah diterapkan di banyak negara bekas
jajahan.

Anda mungkin juga menyukai