Anda di halaman 1dari 9

Kasus Ambalat: Kronologi dan Penyelesaiannya

Kompas.com - 22/09/2022, 04:20 WIB Issha Harruma Penulis.

Foto Sekitar 50 kapal nelayan di perbatasan RI Malaysia ikut menyemarakkan Hut RI 76 di Karang
Unarang. Acara tersebut diinisiasi oleh Danlantamal XIII Tarakan untuk meneguhkan tapal batas laut
Indonesia di Ambalat (Kompas.com/Ahmad Dzulviqor) Sumber Seskoad TNI KOMPAS.com

Blok Ambalat terletak di laut Sulawesi atau Selat Makasar. Wilayah ini diperkirakan mengandung
kandungan minyak dan gas yang dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun ke depan. Ambalat telah lama
menjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia.

Sengketa ini terjadi karena klaim tumpang tindih atas penguasaan wilayah di antara dua negara. Saling
klaim ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan dan belum selesainya masalah batas-batas wilayah
kelautan kedua negara.

Kronologi sengketa Ambalat Sengketa Indonesia-Malaysia atas Ambalat dimulai ketika kedua negara
masing-masing melakukan penelitian di dasar laut untuk mengetahui landas kontinen dan zona ekonomi
eksklusif pada tahun 1969. Kedua negara kemudian menandatangani Perjanjian Tapal Batas Landas
Kontinen Indonesia-Malaysia pada 27 Oktober 1969 yang diratifikasi oleh masing-masing negara
pada tahun yang sama. Berdasarkan perjanjian ini, wilayah Blok Ambalat merupakan milik Indonesia.
Namun, pada 1979, Malaysia mengingkari perjanjian ini dengan memasukkan blok maritim
Ambalat ke dalam peta wilayahnya. Hal ini menyebabkan pemerintahan Indonesia menolak peta
baru Malaysia tersebut.

Tak hanya Indonesia, peta tersebut juga diprotes oleh Filipina, Singapura, Thailand, Tiongkok, Vietnam,
karena dianggap sebagai upaya atas perebutan wilayah negara lain. Aksi sepihak Malaysia ini diikuti
dengan penangkapan nelayan Indonesia pada wilayah-wilayah yang diklaim. Berdasarkan klaim batas
wilayah yang tercantum dalam peta tahun 1979 tersebut, Malaysia membagi dua blok konsesi minyak,
yakni Blok Y (ND6) dan Blok Z (ND7). Adapun Blok Y merupakan blok yang tumpang tindih dengan
wilayah konsesi minyak yang diklaim Indonesia. Sementara Blok Z adalah blok yang tumpang tindih
dengan wilayah yang diklaim Filipina. Pada 16 Februari 2005, Malaysia memberikan konsesi minyak di
kedua blok tersebut kepada perusahaan minyak milik Inggris dan Belanda, Shell. Kapal-kapal patroli
Malaysia pun diketahui berulang kali melintasi batas wilayah Indonesia dengan alasan area tersebut
merupakan bagian dari wilayah Malaysia. Klaim sepihak dan beragam tindakan provokasi ini berdampak
pada peningkatan eskalasi hubungan kedua negara.

Akhirnya, pada tahun 2009, pemimpin kedua negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana
Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi mengambil langkah politik untuk meredakan ketegangan
akibat Ambalat. Masing-masing pihak menjelaskan landasan hukum klaim atas Ambalat.
di Indonesia Malaysia mengklaim Ambalat dengan menerapkan prosedur penarikan garis pangkal
kepulauan (archipelagic baseline) dari Pulau Sipadan dan Ligitan yang berhasil mereka rebut pada tahun
2002. Malaysia berargumentasi bahwa tiap pulau berhak memiliki laut teritorial, zona ekonomi eksklusif
dan landas kontinennya sendiri. Namun, alasan ini ditolak pemerintah Indonesia yang menegaskan bahwa
rezim penetapan batas landas kontinen mempunyai ketentuan khusus yang menyebut keberadaan pulau-
pulau yang relatif kecil tidak akan diakui sebagai titik ukur landas kontinen. Selain itu, Malaysia adalah
negara pantai (coastal state) dan bukan negara kepulauan (archipelagic state) sehingga tidak bisa menarik
garis pangkal dari Pulau Sipadan dan Ligitan. Klaim Malaysia tersebut bertentangan dengan Konvensi
Hukum Laut atau UNCLOS 1982 yang sama-sama diratifikasi oleh Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan
konvensi ini, Ambalat diakui sebagai wilayah Indonesia.

Penyelesaian sengketa Ambalat Blok Ambalat merupakan masalah lama yang seringkali menimbulkan
ketegangan dan menghambat hubungan Indonesia-Malaysia. Sayangnya, proses penyelesaian masalah ini
cenderung berjalan lambat. Indonesia dan Malaysia telah berulang kali melakukan perundingan untuk
menyelesaikan masalah Ambalat. Akan tetapi, hingga kini, belum ada kejelasan mengenai penyelesaian
sengketa tersebut. Berdasarkan hukum internasional, dalam hal terjadinya sengketa wilayah laut, maka
penyelesaiannya dilakukan sesuai ketentuan UNCLOS 1982. Negara yang bersengketa diwajibkan
menyelesaikan dengan cara-cara damai.

Jika cara tersebut tidak berhasil mencapai persetujuan, maka negara-negara terkait harus mengajukan
sebagian sengketa kepada prosedur wajib. Dengan prosedur ini, sengketa hukum laut akan diselesaikan
melalui mekanisme dan institusi peradilan internasional yang telah ada, seperti Mahkamah Internasional.
Baca juga: Kapal Terbaru TNI AL Disiagakan untuk Jaga Blok Ambalat Indonesia dan Malaysia sendiri
memilih jalan damai dalam menyelesaikan sengketa perbatasan ini. Hal tersebut terlihat dari perundingan-
perundingan yang sudah dilakukan oleh perwakilan kedua negara. Pemerintah Indonesia, pada tahun 2009,
pernah menyebut tidak akan membawa masalah Blok Ambalat ke Mahkamah Internasional mengingat
posisi Indonesia yang kuat. Meski begitu, pemerintah berulang kali menegaskan bahwa kedaulatan
Indonesia merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Ambalat: Kronologi dan Penyelesaiannya",

4 Langkah Penyelesaian Sengketa Ambalat, Materi PPKn


Kelas XI
Sengketa wilayah ini terjadi antara negara Indonesia dengan Malaysia.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan sengketa ini.
Pada buku materi PPKn kelas XI SMA juga membahas tentang penyelesaian
sengketa Ambalat.
Lantas, apa saja langkah yang bisa dilakukan?
Langkah-langkah Penyelesaian Sengketa Ambalat
1. Perundingan Bilateral
Perundingan bilateral adalah langkah yang memberikan kesempatan bagi pihak
yang bersengketa untuk menyampaikan argumennya.
Dalam hal ini Indonesia dan Malaysia harus menyampaikan argumen terkait
klaim wilayahnya.
Indonesia akan menggunakan UNCLOS 1982 sebagai argumennya.
Sementara Malaysia akan menggunakan peta 1979.

2. Penetapan Status Quo


Status Quo adalah kondisi sebelum wilayah tersebut diperebutkan oleh para
pihak bersengketa.
Jadi para pihak bersengketa bisa menurunkan tensi ketegangan untuk mencari
solusi terbaik.
Langkah ini pernah dijalankan Indonesia-Australia dalam mengelola Celah
Timor.

3. High Council ASEAN


Jika kedua cara di atas belum berhasil menghasilkan solusi, pihak bersengketa
bisa mengajukan high council ASEAN.
Akan tetapi, diprediksi Malaysia enggak akan menempuh langkah ini.
Sebab klaimnya terhadap Blok Ambalat menuai protes dari negara-negara
ASEAN.
Negara yang melakukan protes tersebut adalah Singapura, Thailand, dan
Filipina.

4. Mahkamah Internasional
Jika ketiga cara di atas enggak menemui hasil, maka negara bersengketa bisa
melalui mekanisme mahkamah internasional.
Para pihak bersengketa bisa menunjukkan bukti-bukti yuridis untuk kemudian
dinilai oleh Mahkamah Konstitusi.
Itulah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk penyelesaian sengketa
Ambalat, Kids.
UNIT 1 SENGKETA BATAS WILAYAH BLOK AMBALAT ANTARA INDONESIA
DAN MALAYSIA

1. Apa yang menjadi dasar hukum bagi penetapan batas wilayah suatu daerah di Indonesia?
A) Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS).
B) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012.
C) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
D) Perjanjian Tapal Batas Landas Kontinen.
E) Keputusan Mahkamah Internasional.

2. Mengapa wilayah perbatasan dianggap sangat penting dan strategis?


A) Untuk pertumbuhan ekonomi lokal.
B) Untuk keberagaman budaya.
C) Untuk pertahanan dan keamanan negara.
D) Untuk pertumbuhan ekonomi global.
E) Untuk keberagaman sosial.

3. Apa yang menjadi sengketa wilayah antara Indonesia dan Malaysia?


A) Blok Ambalat.
B) Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.
C) Zona Ekonomi Eksklusif.
D) Zona Batas Landas Kontinen.
E) Perairan pedalaman.

4. Kapan Perjanjian Tapal Batas Landas Kontinen antara Indonesia dan Malaysia
ditandatangani?
A) 1969.
B) 1979.
C) 1980.
D) 2002.
E) 2005.

5. Mengapa Malaysia mengklaim kepemilikan Blok Ambalat?


A) Karena potensi minyak bumi yang besar.
B) Karena Blok Ambalat merupakan kepulauan Malaysia.
C) Karena perjanjian dengan Indonesia.
D) Karena UNCLOS 1982 mengizinkannya.
E) Karena keputusan Mahkamah Internasional.

6. Bagaimana Indonesia menganggap klaim Malaysia terhadap Blok Ambalat?


A) Sebagai keputusan politik yang sah.
B) Sebagai tindakan berdasarkan UNCLOS 1982.
C) Sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan wilayah NKRI.
D) Sebagai upaya damai untuk memecahkan sengketa.
E) Sebagai tindakan berdasarkan Perjanjian Tapal Batas Landas Kontinen.

7. Apa yang menjadi dasar hukum bagi Indonesia dalam sengketa Blok Ambalat?
A) UNCLOS 1982.
B) Perjanjian Tapal Batas Landas Kontinen.
C) Keputusan Mahkamah Internasional.
D) UNCLOS 2002.
E) Deklarasi Djuanda 1957.

8. Bagaimana negara Indonesia dan Malaysia mencapai penyelesaian damai dalam sengketa
Blok Ambalat?
A) Dengan memperkuat keputusan politik.
B) Dengan menghindari konflik terbuka.
C) Dengan memutuskan hubungan bilateral.
D) Dengan merujuk ke UNCLOS 1982.
E) Dengan melibatkan Mahkamah Internasional.

9. Apa yang menjadi pertimbangan Indonesia dalam memilih penyelesaian damai dalam
sengketa Blok Ambalat?
A) Kedaulatan wilayah NKRI.
B) Keputusan Mahkamah Internasional.
C) UNCLOS 1982.
D) Kedekatan budaya dengan Malaysia.
E) Pertumbuhan ekonomi lokal.

10. Mengapa klaim Malaysia terhadap Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan menjadi
pertimbangan dalam sengketa Blok Ambalat?
A) Karena Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan adalah bagian dari Blok Ambalat.
B) Karena Malaysia adalah negara kepulauan.
C) Karena UNCLOS 1982 mengizinkan klaim tersebut.
D) Karena Malaysia telah mengklaimnya sebelumnya.
E) Karena hubungan bilateral yang baik antara Indonesia dan Malaysia.

UNIT 2 CARA-CARA PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA


DAMAI

1. Apa yang menjadi dasar hukum bagi penyelesaian sengketa internasional secara damai
menurut Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)?
A) UNCLOS 1982.
B) Kepresidenan SBY.
C) Piagam PBB.
D) Mediasi dan good offices.
E) Keputusan Mahkamah Internasional.

2. Mengapa penyelesaian sengketa secara damai dianggap langkah ideal dalam hubungan
antarnegara?
A) Karena mudah untuk mencapai kesepakatan.
B) Karena menciptakan konflik yang lebih besar.
C) Karena memerlukan intervensi pihak ketiga.
D) Karena efektif untuk mencegah konflik bersenjata.
E) Karena mengganggu keamanan internasional.

3. Apa yang dimaksud dengan negosiasi dalam penyelesaian sengketa internasional?


A) Mediasi oleh pihak ketiga.
B) Perundingan antara pihak yang bersengketa.
C) Konsiliasi oleh komite tertentu.
D) Penyelidikan fakta.
E) Penyelesaian di bawah naungan PBB.
4. Apa perbedaan utama antara negosiasi dan mediasi dalam penyelesaian sengketa
internasional?
A) Negosiasi melibatkan pihak ketiga, sedangkan mediasi tidak.
B) Negosiasi lebih efektif daripada mediasi.
C) Mediasi melibatkan perundingan langsung antara pihak yang bersengketa.
D) Mediasi selalu mengarah pada konflik bersenjata.
E) Negosiasi melibatkan intervensi PBB.

5. Apa yang dimaksud dengan konsiliasi dalam penyelesaian sengketa internasional?


A) Penyelesaian melalui pengadilan internasional.
B) Penyelesaian melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.
C) Penyelesaian dengan melibatkan perantara negara lain.
D) Penyelesaian dengan menyerahkannya kepada komite untuk penyelidikan.
E) Penyelesaian melalui de-eskalasi.

6. Bagaimana Dewan Keamanan PBB dapat memainkan peran dalam penyelesaian sengketa
internasional?
A) Dengan mengambil tindakan militer.
B) Dengan memutuskan pihak yang bersengketa.
C) Dengan mengeluarkan sanksi ekonomi.
D) Dengan melibatkan perantara negara ketiga.
E) Dengan mengadakan pemilihan umum.

7. Apa yang menjadi salah satu peran penting International Court of Justice (ICJ) dalam
penyelesaian sengketa internasional?
A) Mengadakan mediasi antara negara-negara.
B) Mengeluarkan sanksi ekonomi terhadap negara.
C) Membuat laporan investigasi tentang sengketa.
D) Memutuskan perkara hukum internasional.
E) Menjadi perantara dalam negosiasi.

8. Mengapa UNCLOS 1982 memiliki peran penting bagi Indonesia sebagai negara
kepulauan?
A) Karena memberikan hak milik atas gugusan kepulauan.
B) Karena memberikan status kepulauan kepada Indonesia.
C) Karena melindungi wilayah perairan Indonesia.
D) Karena mewajibkan Indonesia menjadi anggota PBB.
E) Karena mencakup semua aturan hukum laut.

9. Apa yang dimaksud dengan Deklarasi Djuanda 1957 dalam konteks penyelesaian sengketa
internasional?
A) Suatu perjanjian antara Indonesia dan Malaysia.
B) Suatu deklarasi kemerdekaan Indonesia.
C) Suatu pernyataan mengenai hukum laut.
D) Suatu perjanjian perdamaian.
E) Suatu pernyataan tentang kedaulatan wilayah.
10. Mengapa penyelesaian sengketa secara damai penting dalam hubungan antarnegara?
A) Karena menghasilkan konflik yang lebih besar.
B) Karena menguntungkan intervensi pihak ketiga.
C) Karena mencegah konflik bersenjata.
D) Karena mengganggu perdamaian dunia.
E) Karena memerlukan sanksi ekonomi.

UNIT 3 PENYELESAIAN SENGKETA BATAS WILAYAH BLOK AMBALAT

1. Langkah apa yang dapat diambil sebagai tindakan pertama dalam penyelesaian sengketa
Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia?
A) Mengajukan klaim kepada ASEAN.
B) Menyerahkan sengketa ke Mahkamah Internasional.
C) Menetapkan wilayah disengketakan sebagai status quo.
D) Melakukan perundingan bilateral.
E) Membentuk sistem pertahanan laut.

2. Apa yang dimaksud dengan "confidence building measures" dalam penyelesaian sengketa
Blok Ambalat?
A) Menetapkan wilayah disengketakan sebagai status quo.
B) Membentuk badan keamanan laut.
C) Menyerahkan sengketa ke Mahkamah Internasional.
D) Membawa sengketa ke ASEAN.
E) Membangun rasa saling percaya antar pihak yang bersengketa.

3. Jika perundingan bilateral gagal, langkah apa yang dapat diambil untuk menyelesaikan
sengketa Blok Ambalat?
A) Menyerahkan sengketa ke ASEAN.
B) Menggunakan Pasal 47 UNCLOS 1982.
C) Membawa sengketa ke Mahkamah Internasional.
D) Menetapkan wilayah disengketakan sebagai status quo.
E) Mengadakan perjanjian perdamaian.

4. Apa yang menjadi dasar hukum bagi Indonesia dalam menentukan garis batas wilayah
kedaulatannya?
A) Pasal 58 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.
B) UNCLOS 1982.
C) Deklarasi Bali 1976.
D) Treaty of Amity and Cooperation.
E) Pasal 59 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.

5. Mengapa Pasal 58 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan penting


dalam menjaga keamanan dan pertahanan di laut?
A) Karena mengatur pembelian kapal beserta perlengkapan senjata.
B) Karena membentuk sistem pertahanan laut.
C) Karena mengatur pembentukan Badan Keamanan Laut.
D) Karena memberikan kewenangan pada Bakamla.
E) Karena menetapkan wilayah disengketakan sebagai status quo.

6. Bagaimana Badan Keamanan Laut (Bakamla) dapat berperan dalam penegakan hukum di
laut?
A) Dengan mengadakan perundingan antara negara-negara.
B) Dengan memutuskan sanksi ekonomi terhadap negara.
C) Dengan melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia.
D) Dengan memfasilitasi perundingan bilateral.
E) Dengan mengadakan penyelesaian sengketa di Mahkamah Internasional.

7. Apa yang menjadi dasar hukum untuk yurisdiksi penegakan kedaulatan dan hukum
terhadap kapal asing yang melintasi laut teritorial Indonesia?
A) Pasal 61 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.
B) Pasal 58 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.
C) Pasal 59 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.
D) Treaty of Amity and Cooperation.
E) UNCLOS 1982.

8. Apa yang dimaksud dengan "fact finding" dalam penyelesaian sengketa di laut?
A) Menyelidiki kasus pelanggaran hukum laut.
B) Menyelidiki klaim terhadap wilayah perairan.
C) Menyelidiki klaim kepemilikan laut.
D) Mengumpulkan bukti-bukti dan permasalahan yang menjadi pangkal sengketa.
E) Membuat laporan investigasi tentang konflik di laut.

9. Mengapa langkah-langkah penyelesaian sengketa di laut sangat penting bagi menjaga


kedaulatan NKRI?
A) Karena Indonesia adalah negara kepulauan.
B) Karena melibatkan banyak negara lain.
C) Karena UNCLOS 1982 memberikan kewenangan.
D) Karena melibatkan ASEAN.
E) Karena terkait dengan perundingan bilateral.

10. Apa peran Dewan Keamanan (DK) dalam penyelesaian sengketa di laut berdasarkan
UNCLOS 1982?
A) Menjadi mediator dalam perundingan antarnegara.
B) Mengawasi pelaksanaan perjanjian perdamaian.
C) Menetapkan wilayah disengketakan sebagai status quo.
D) Memberikan kewenangan kepada Badan Keamanan Laut.
E) Memiliki lembaga International Court of Justice (ICJ) untuk penyelesaian sengketa.

Anda mungkin juga menyukai