Anda di halaman 1dari 5

Nama: Muhammad Andy Firmansyah (23)

Kelas: XI MIPA 7

Tema: Sengketa Wilayah

Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan

a. Masalah secara tertulis


Mengutip dari Liputan6.com Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan ini keduanya diakui
oleh 2 negara yakni antara Indonesia dan Malaysia. Mahkamah Internasional
memenangkan Negara Malaysia dalam sengketa wilayah tersebut. Keputusan tersebut
dibacakan ketua pengadilan Gilbert Guillaume di gedung MI Den Haag, Belanda pada
Selasa 17 Desember 2002.
Berdasarkan argumentasi yang diberikan oleh
kedua pihak sama-sama meiliki kekuatan dan
kelemahan. Tetapi karena memang banyak warga
Malaysia yang berkependudukan pada wilayah
tersebut dan oleh karena itu wilayah tersebut
dimenangkan oleh Negara Malaysia.
(sumber: https://www.liputan6.com/news/read/4131990/indonesia-relakan-pulau-
sipadan-dan-ligitan-untuk-malaysia-17-tahun-silam )
b. Jalannya Akar Masalah

Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan disebabkan karena adanya ketidakjelasan garis


perbatasan yang dibuat oleh Belanda dan Inggris yang merupakan negara pendahulu dari
Indonesia dan Malaysia di perairan timur Pulau Borneo, sehingga pada saat Indonesia
dan Malaysia berunding untuk menentukan garis perbatasan kedua Negara.
Awalnya dibahas secara bilateral
dan di ASEAN. Tapi Malaysia tidak
mau membahas di tingkat Asean karena
juga sedang memiliki kasus perbatasan
dengan dua negara anggota Asean
sehingga Malaysia sudah menduga akan
kalah jika kasus dua pulau itu dibahas
di Asean.
Dalam diskusi terungkap, dua pulau mulai dipersoalkan tahun 1989, zaman
Presiden Soeharto. Tapi pembahasannya vakum dan baru mengemuka lagi tahun2000-
an.Dalam dokumen pemetaan, Indonesia dan Malaysia sama-sama tidak menyebut pulau
ini masuk dalam wilayah masing-masing. Jadi kedua pulau itu tak bertuan.
Akhirnya Indonesia dan Malaysia sepakat menyelesaikan kasus dua pulau itu secara
hukum, bukan politik (Asean) setelah sebelumnya dilakukan lobi antarkedua negara.
Pemerintah Indonesia bahkan membentuk tim khusus mulai dari pakar sejarah, hukum
internasional, dan intansi lain yang terkait (kemenlu, TNI, Kementerian kelauitan dan
perikanan, serta ESDM)
Kasus yang diajukan ke ICJ biasanya
sifatnya voluntary dan kedua pihak harus
sepakat menerima apapun hasilnya. Keputusan
ICJ bersifat final tanpa banding, seperi MK di
Indonesia.Diajukanlah kasus dua pulau itu ke
ICJ dengan kesadaran dua pihak (Indonesia
dan Malaysia) untuk menyelesaikannya karena
berpotensi menganggu hubungan bilateral antarbangsa.Prosesnya cukup lama, sekitar dua
tahun. Indonesia menyewa pengacara khusus untuk kasus itu karena di Indonesia belum
ada pengacara dan pakar hukum internasional yang berpengalaman berperkara di ICJ.
Indonesia didampingi pengacara dari Belanda, Perancis, dan Amerika Serikat untuk
menghadapi pengacara dari Inggris yang mendampingi Malaysia dalam sidang ICJ.
Indonesia mengajukan bukti bahwa pulau ini bagian dari NKRI berdasrkan perjanjian
Juanda demham menarik garis dari lintang tanpa batasan.Indonesia juga memperlihtkan
bukti kapal induk Belanda pernah berpatroli ke sekitar dua pulau itu, dengan asumsi
kalau Belanda pernah ke daerah ini, maka berarti milik Indonesia.
Malaysia mengajukan bukti bahwa kedua pulau ini bagian dari Malaysia dengan
dasar perjanjian Sultan Sulu dengan Inggris yang selanjutnya menjadi
wilayah Malaysia setelah merdeka dari Inggris.Malaysia juga memperlihaykan bukti
bahwa Inggris pernah melakukan penarikan pajak ke peternak penyu di pulah itu pada
tahun 1930.Ada juga mercusuar dengan tulisan "dibangun oleh Inggris".
Hakim ICJ menolak bukti Indonesia karena perjanjian Juanda hanya mengatur
pembagian darat, bukan.laut.Hakim juga menolak bukti Malaysia soal perjanjian Sultan
Sulu dengan Inggris.Tapi hakim ICJ menyatakan kedua pulau ini menjadi
milik Malaysia dengan dasar efektifity dimana ada asas kedaulatan yamg pernah
dilakukan di pulau ini sebelum perjanjian Juanda, khususnya penarikan pajak oleh Inggris
sejak 1930-an.Dari 17 hakim ICJ, 16 mendukung putusan dan hanya satu dissenting
opinion.
Dengan kata lain, pulau ini adalah milik Malaysia karena dulu Inggris pernah
melakukan kegiatan secara hukum (penarikan pajak) di pulau ini.

c. Luas masalah yang tersebar pada bangsa dan negara

Masalah persengketaan ini dapat mengganggu kerja sama bilateral antara Negara
Malaysia dan Negara Indonesia Oleh karena itu, Persengketaan tersebut pun segera
diselesaikan dengan sidang MI. Karena sebelumnya keduanya mencoba menyelesaikan
sendiri dan tidfak menemukan titik temu antara keduanya.

d. Mengapa masalah harus ditangani pemerintah dan seseorang bertanggung jawab


memecahkan masalah
Karena hal ini bersifat sangat krusial dan kedua pulau tersebut memiliki keuntungan
bagi Indonesia dan beberapa penduduk Indonesia juga tinggal dipulau tersebut. Yang
bertanggungjawab menyelesaikan masalah antara kedua pihak tentunya antar pemimpin
Negara, kemudian jika tidak menemukan titik temu. Dapat ditindak lanjuti ke Mahkamah
Internasional. MI sangat adil dan juga menjadi pelerai memecah masalah kedua Negara
ini.

e. Adakah kebijakan baru aturan tentang masalah tersebut

Kebijakan yang diambil adalah berdasar pada prinsip okupasi dimana warga Malaysia
dan Inggris sebagai Negara pendahulu lebih banyak melaksanakan efektifitas di pulau
sipadan dan pulau ligitan.

f. Tingkat lembaga yang berwenang

International Court Of Justice / Mahkamah Internasional adalah lembaga kehakiman


Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berkedudukan di Den Haag Belanda. Lembaga
peradilan ini didirikan pada tahun 1945 berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Didirikannya International Court Of Justice adalah untuk menyelesaikan kasus-
kasus persengketaan dengan cara damai dan dilarang menggunakan cara kekerasan,
sehingga Negara-negara yang sedang bersengketa tidak perlu menyelesaikan sengketa
dengan cara kekerasan. Tugas utama dari International Court Of Justice adalah untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa internasional mencakup bukan saja sengketa-sengketa
antar Negara saja, melainkan juga kasus-kasus lain yang berada dalam lingkup
pengaturan internasional,

Dalam menyelesaikan sengketa antar Negara, Internasional Court of Justice


mempunyai kewena- ngan / yuridiksi yang meliputi kewenangan untuk memutuskan
perkara-per- kara para pihak yang bersengketa dan kewenangan untuk memberikan
Opini-opini / Nasihat kepada Negara-negara yang meminta, selain itu Inter- national
Court Of Justice juga dapat memberikan opini / nasihat yang diminta oleh Majelis
Umum dan Dewan Keamanan PBB, serta badan-badan lain dari PBB selama diijinkan
oleh Majelis Umum. Dan berkaitan dengan putusan dari International Court Of Justice,
putusan hanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak dan hanya
berhubungan dengan perkara khusus dari para pihak tersebut. Putusan International
Court Of Justice wajib dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersengketa, jika ada negara
tidak mematuhi keputusan, maka ada beberapa sanksi yang diterapkan untuk memaksa
negara tersebut mematuhinya.

g. Pelajaran yang dapat diambil

Negara Indonesia seharusnya lebih memperhatikan adanya pulau-pulau ataupun


batasan wilayah yang bersinggungan dengan Negara lain agar tidak menjadi
permasalahan kedepannya, Ketika mengalami konflik persengketaan harus segera
ditangani dan jangan dilarut-larutkan hingga lama baru diselesaikan karena hal tersebut
dapat mengganggu kerjasama antara kedua Negara, dan Indonesia lebih mengetatkan
sistem pertahanan terhadap wilayah perbatasan karena hal tersebut sangat rentan.

Anda mungkin juga menyukai