Anda di halaman 1dari 2

Konflik Laut China Selatan menjadi sorotan dunia Internasional terkait sengketa Tiongkok

dengan beberapa negara negara ASEAN. Ketika Tiongkok menjelma menjadi negara dengan
Ekonomi yang maju pesat didukung oleh kekuatan militer nya, selain menyebarkan pengaruh
Ekonomi nya juga melebarkan jangkauan wilayah nya termasuk wilayah perairan Laut China
Selatan yang berdekatan dengan teritorial negara negara ASEAN termasuk Indonesia.
Indonesia sendiri memiliki wilayah perairan yang sangat luas, termasuk wilayah perairan
Natuna yang memiliki batas dengan negara negara lain dan berhadapan langsung dengan
wilayah laut China Selatan. Hal ini mengakibatkan terjadinya persengketaan dibeberapa
negara, Tiongkok didukung oleh kekuatan militer yang kuat dan ekonomi yang besar membuat
Tiongkok berani mengklaim perairan Natuna menjadi bagian wilayah Tiongkok. Hal ini kembali
menjadi sorotan dalam negeri ataupun luar negeri, pasalnya banyak kapal kapal asing yang
bebas berkeliaran diwilayah teritorial Indonesia. Hal ini diperpanas ketika kapal Cost Guard
Tiongkok memasuki wilayah perairan Natuna tanpa izin, dan berhadapan dengan kapal Cost
Guard Indonesia yang pada dasarnya kalah kualitas dalam hal persenjataan. Kurang nya
kekuatan laut militer Indonesia dan teknologi membuat kapal kapal asing selain kapal Tiongkok
masuk wilayah perairan ZEE (Zona Ekonomi Eklusif) Indonesia, dan diperparah ketika kapal
kapal tersebut melakukan illegal fishing. Keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan
membuat kebijakan tentang penanggulangan illegal fishing, Unreported, and Unregulated
Fishing (IUU Fishing), adalah langkah yang tepat.

Dalam bidang ekonomi dan sumber daya alam Indonesia mempunyai sumber kekayaan
yang mampu menopang kekuatan ekonomi dalam negeri, namun yang menjadi masalah
terbaru ini berkaitan dengan perairan, Indonesia mengalami kerugian yang besar karena
adanya ilegal fishing, belum lagi pencurian sumber daya laut lain nya. Peran pemegang
kekuasaan dan kebijakan politik perlu mengambil tindakan tegas terhadap sikap negara yang
berani menganggu kedaulatan. Hal ini tertera dalam deklarasi Juanda Indonesia mempunyai
dasar atas wilayah nya berdasarkan Deklarasi Juanda yang kita kenal sebagai UNCLOS,
Pemerintah Indonesia telah menambahkan HUKLA (Hukum Laut) sebagai UU NO 17 Tahun
1985. Bangsa Indonesia tidak boleh tinggal diam karena wilayah perairan Laut selatan
merupakan jalur penting kegiatan ekspor impor untuk Indonesia. Yang menjadi permasalahan
bangsa Indonesia dengan Tiongkok di Laut China Selatan selain masalah hak kedaulatan di
wilayah perairan Natuna adalah hubungan kerjasama ekonomi antara Tiongkok dengan
Indonesia, Tiongkok mempunyai investasi dibidang pembangunan infrastruktur. Hal ini
menjadikan semacam paradoks, tindakan tegas untuk kepentingan nasional, disisi lain menjaga
agar hubungan kerjasama ekonomi tetep berjalan tanpa menyingung Konflik kedaulatan.
Menjaga kedaulatan adalah kewajiban bagi setiap negara, bila dilihat dari segi militer tentu
Indonesia kalah jauh dengan negara Tiongkok. Kekuatan diplomasi menjadi satu satu nya cara
agar tetap mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Patut dihargai usaha sikap pemerintah Indonesia menempatkan Militer dikepulauan Natuna
untuk menjaga perairan, dari sisi militer Indonesia jika dibandingkan dengan militer Tiongkok
sangat tidak seimbang hal ini tentu membuat kita berpikir dua kali untuk mempertahankan
kedaulatan dengan kekerasan tanpa memperhatikan hal hal lain, dengan tindakan militer yang
tidak seimbang bisa membuat situasi semakin buruk. Kemampuan Pertahanan diplomasi
menjadi hal yang tepat, karena peran Indonesia di ASEAN sangat penting, karena tidak hanya
Indonesia yang terlibat konflik di Laut China Selatan. Meskipun kecil kemungkinan nya
berkonfrontasi langsung dengan Tiongkok, menggunakan jalur organisasi ASEAN WAY adalah
salah satu cara untuk mengikat negara negara Asia Tenggara untuk menjaga kestabilan
maritim diwilayah teritorial masing masing negara yang berhadapan langsung dengan Laut
China Selatan.

Anda mungkin juga menyukai