Anda di halaman 1dari 7

Nama : Chandra Frianjani

NIM : 19812141035

Kelas : Akuntansi A19


TUGAS INDIVIDU PANCASILA

Perhatikan petunjuk berikut ini!


1. Carilah gambar tokoh-tokoh anggota PPKI minimal 5 orang.
2. Carilah biografi singkat kelima tokoh tersebut.

1. Prof.Mr.Dr.Soepomo
Prof. Mr. Dr. Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa
Tengah pada 22 Januari 1903. Soepomo terlahir dari kalangan
keluarga ningrat aristocrat jawa. Kakek dari pihak ibunya
adalah Raden Tumenggung Wirjodirodjo, bupati Nayak dari
Sragen. Sedangkan Kakek dari pihak ayahnya adalah raden
Tumenggung Reksowardono, bupati Anom Sukaharjo pada
masa kejayaannya dulu.
Sebagai putra keluarga priyayi, Soepomo
berkesempatan meneruskan pendidikannya di ELS
(Europeesche Lagere School) yaitru sekolah setara sekolah dasar di Boyolali (1917),
kemudian ia melanjutkan pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lagere
Onderwijs) di Solo (1920) dan ia menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di
Bataviasche Rechtsschool di Batavia pada tahun 1923. Kemudian, Soepomo ditunjuk
sebagai pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda yang diperbantukan pada Ketua
Pengadilan Negeri Sragen.
Kisaran tahun 1924 dan 1927, Soepomo mendapatkan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikannya ke ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda di bawah
bimbingan Cornelis van Vollenhoven, yaitu profesor hukum yang dikenal sebagai
arsitek ilmu hukum adat Indonesia dan ahli hukum internasional serta salah satu
konseptor Liga Bangsa-Bangsa. Thesis doktornya yang berjudul Reorganisatie van
het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta (Reorganisasi sistem agraria di
wilayah Surakarta) tidak hanya mengupas sistem agraria tradisional di Surakarta,
namun juga secara tajam menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan dengan
pertanahan di wilayah Surakarta.
Thesis tersebut ditulis dalam bahasa Belanda, kritik Soepomo atas wacana
kolonial tentang proses transisi agraria ini dibungkus dalam bahasa yang halus dan
tidak langsung, menggunakan argumen-argumen kolonial sendiri, dan hanya bisa
terbaca saat kita menyadari bahwa subyektivitas Soepomo sangat kental diwarnai
etika Jawa.
Prof. Mr. Dr Soepomo meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada umur
55 tahun. Soepomo meninggal dalam usia muda akibat serangan jantung dan Ia
dimakamkan di Solo. Berdasarkan Keppres No. 123 Tahun 1965, pada 14 Mei 1965
Soepomo diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

2. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)


Radjiman Wedyodiningrat

Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)


Radjiman Wedyodiningrat adalah seorang dokter yang
juga merupakan salah satu tokoh pendiri Republik
Indonesia. Beliau adalah satu-satunya orang yang terlibat
secara akif dalam kancah perjuangan bangsa yang dimulai
dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKl).

Dr Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman


Wedyodiningrat, lahir di Yogyakarta pada 21 April 1879. Ia berasal dari keluarga
rakyat biasa. Bapaknya, Sutodrono, hanya seorang penjaga sebuah toko kecil di
Yogyakarta.

Pendidikan Radjiman dimulai dengan model pembelajaran hanya dengan


mendengarkan pelajaran di bawah jendela kelas saat mengantarkan putra Dr. Wahidin
Soedirohoesodoke sekolah, kemudian atas belas kasihan guru Belanda disuruh
mengikuti pelajaran di dalam kelas sampai akhirnya di usia 20 tahun ia sudah berhasil
mendapatkan gelar dokter dan mendapat gelar Master of Art pada usia 24 tahun. Ia
juga pernah belajar di Belanda, Perancis, Inggris dan Amerika.

Pilihan belajar ilmu kedokteran yang diambil berangkat dari keprihatinannya


ketika melihat masyarakat Ngawi saat itu dilanda penyakit pes, begitu pula beliau
secara khusus belajar ilmu kandungan untuk menyelamatkan generasi kedepan
dimana saat itu banyak Ibu-Ibu yang meninggal karena melahirkan.

Sejak tahun 1934 ia memilih tinggal di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren,


Kabupaten Ngawi dan mengabdikan dirinya sebagai dokter ahli penyakit pes, ketika
banyak warga Ngawi yang meninggal dunia karena dilanda wabah penyakit tersebut.
Rumah kediamannya yang sekarang telah menjadi situs sudah berusia 134 tahun.
Begitu dekatnya Radjiman dengan Bung Karno sampai-sampai Bung Karno pun telah
bertandang dua kali ke rumah tersebut.
3. Mr. Johannes Latuharhary
Johanes Latuharhary dilahirkan dalam satu
keluarga guru pada tanggal 6 Juli 1900 di Desa Ullath
Pulau Saparua. Ia keturunan keluarga besar Latuharhary
dari Desa Haruku di Pulau Haruku. Setelah menamatkan
pendidikan dasar pada “Eerste Europeesche School” di
Ambon tahun 1917, Johanes melanjutkan studi ke Batavia
(Jakarta) dan masuk Sekolah Menengah Umum “HBS”
dan tamat pada tahun 1923.
Kemudian ke Negeri Belanda dan berkuliah di Fakultas
Hukum Universitas Leiden. Pada tahun 1927 berhasil
meraih gelar “Master in de Rechten”. Mr. Latuharhary
adalah putera Maluku pertama yang meraih gelar Master
di Universitas Leiden Negeri Belanda. Setelah kembali ke Indonesia tahun 1927, Mr.
J. Latuharhary segera bekerja dan diangkat sebagai Amtenaar Fer Beschikleing van
Yustitie (pegawai yang diperbantukan pada President van de Rood van
Justitie (Ketua Pengadilan Tinggi di Surabaya). Di sana ia bekerja sampai tahun
1929.
Sebagai pengacara (advokat) kawakan, Mr. Latuharhary berjuang menolong
rakyat kecil dalam menegakan hukum dan keadilan melawan kesewenangan
pemerintah Belanda. Mr. Latuharhary kemudian terjun ke dunia politik dan
pemerintahan. Di Surabaya di segera aktif dalam organisasi politik “Sarekat Ambon”
dan pergerakan nasional. Ide persatuan dan kemerdekaan yang dibawa dari Eropa
(Belanda) dimasukkan dalam Sarekat Ambon yang kemudian dipimpinnya.
Bersama dengan para pemimpin organisasi-organisasi politik lainnya, Mr.
Latuharhary dengan Sarekat Ambon membawa masyarakat Maluku ke pintu gerbang
Kemerdekaan Indonesia. Bersama Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Mr. J. Latuharhary kemudian
diangkat menjadi Gubernur Maluku yang pertama dan berkedudukan di Yogyakarta.
Setelah pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) dapat ditumpas pada
tahun 1950, Gubernur Latuharhary dan stafnya menuju Ambon dan memimpin rakyat
Maluku membangun daerah. Setelah menunaikan tugas pengabdiannya di daerah
yang ia cintai melalui berbagai tantangan, pada akhir tahun 1954, Mr. J.  Latuharhary
menyerahkan jabatan gubernur kepada penggantinya dan kembali ke Jakarta dan
memangku tugas barunya pada Kementrian Dalam Negeri. “TOKOH NASIONAL
DAN PEJUANG KEMERDEKAAN” ini meninggal dunia pada tanggal 8 Nopember
1959 di Jakarta. Sebagai penghargaan dari negara dan bangsanya, Mr. Johanes
Latuharhary dihargai sebagai seorang “MAHAPUTRA INDONESIA” dan
dianugerahi bintang jasa tertinggi ‘MAHAPUTRA PRATAMA”.
4. I Gusti Ketut Pudja
I Gusti Ketut Pudja adalah putra dari pasangan I Gusti Nyoman Raka dan Jero
Ratna Kusuma yang lahir pada tanggal 19 Mei 1908. I Gusti Ketut Pudja terlahir dari
kalangan bangsawan yang membuatnya tidak begitu sulit untuk mendapatkan
pendidikan. Hingga pada tahun 1934 ketia dia berusia 26 tahun berhasil mendapatkan
gelar Meester in de Rechten dari Rechts Hoge School di
Jakarta. Pudja akhirnya bekerja di sebuah kantor residen
Bali dan Lombok di Singaraja. Kiprahnya dalam politik
nasional mulai terlihat ketika pemerintah Angkatan
Darat XVI Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau PPKI pada tanggal 7
Agustus 1945. Dengan diketua oleh Ir. Soekarno, Pudja
terpilih menjadi salah satu anggota PPKI mewakili
sunda kecil.
Nama I Gusti Ketut Pudja juga terlibat dalam
perumusan naskah proklamasi di rumah laksamana
Maeda pada tanggal 16 Agustus 1945 hingga esok dinihari. Kemudian esoknya Pudja
juga menjadi saksi sejarah terpenting bangsa Indonesia yang terjadi di jalan
pegangsaan timur no 56 Jakarta atau pada rumah Soekarno. Setelah proklamasi
kemerdekaan dilangsungkan shari kemudia PPKI mengadakan rapat yang membahas
tentang dasar negara. Untuk itu dibentuklah panitia 9 yang terdiri dari Ir. Soekarno,
Mohammad Hatta, A.A Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir,
H.A Salim, Achmad Subarjo, Wahid Hasjim dan Muhammad Yamin.
Sebagian masyarakat Indonesia bagian timur termasuk I Gusti Ketut Pudja
tidak setuju dengan bunyi sila pertama. Kemudia ia menyarankan agar bunyi butir
pertama diganti menjadi ketuhanan yang maha Esa. Akhirnya butir pertama dirubah
setelah Moh. Hatta berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, kasman
Singodimejo dan Ki Bagus Hadikusumo. Bersamaan dengan ditetapkannya rancangan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada sidang PPKI pertama Pancasila
ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia. Atau lebih tepatnya pada tanggal 18
Agustus 1945. Selanjutnya pada tanggal 22 Agustus 1945 Presiden Soekarno
mengangkat Pudja menjadi Gubernur Sunda Kecil atau Bali pada saat itu masih
disebut Wakil Pemimpin Besar Bangsa Indonesia Sunda Kecil. Tugas pertamanya
sebagi gubernur adalah menyebarluaskan proklamasi kemerdekaan dan menjelaskan
konsep dan struktur pemerintahan pada masyarakat hingga ke plosok.
Selain itu Pudja juga memerintahkan para pemuda untuk melucuti Jepang
yang pada saat itu sebagian masih berada di Bali. Namun pada akhir tahun 1945
Pudja sempat ditangkap oleh tentara Jepang. Jabatan lain yang pernah diemban oleh I
Gusti Ketut Pudja adalah sebagai pejabat di Departemen Dalam Negeri dan sempat
menjadi Ketua BPK hingga masuk ke masa purna bakti di tahun 1968. I Gusti Ketut
Pudja meninggal pada usia 68 tahun atau tepatnya pada tanggal 4 Mei 1977. Atas
jasanya Presiden Soeharto pada saat itu menganugerahkan penghargaan Bintang
Mahaputera Utama kepada Pudja dan akhirnya pada tahun 2001 ditetapkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan keputusan
Presiden RI Nomor 113/TK/2011.

5. Otto Iskandardinata
Lahir dari keturunan bangsawan yang di turunkan dari
ayahnya,Raden Otto Iskandardinata atau biasa di sebut Oto
merupakan anak ke 3 dari 9 bersaudara, gemar bermain Bola
serta menari Sunda juga pandai menabuh gamelan.
Menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School
(HIS) Bandung dan melanjutkan pendidikan di Kweek-
school Onder-bouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) yang
merupakan sekolah berasrama di Bandung.

Dari sinilah terlihat sifat dan kepintaran yg menonjol dari


Oto. Suka berontak, tetapi selalu menunjukkan
prestasinya.setelah lulus, Oto melanjutkan di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru
Atas) di Purworejo, Jawa Tengah.semakin matang pula pribadi Oto, dengan memiliki
rasa keingin tahuan tentang bacaan koran De Expres yang isinya kebanyakan tentang
kecaman kecaman terhadap Belanda,munculah sikap berontak Oto untuk
memperjuangkan hak Bangsanya sendiri. Setelah lulus dari sekolah guru, Oto
mendedikasikan diri sebagai Guru,yang mana memang menjadi cita cita Oto sejak
kecil,dengan begitu,Oto bisa mewujudkan Bangsanya menjadi Bangsa yang berilmu
dan bisa melestarikan tanah  airnya dengan baik.

Pernah masuk dalam daftar hitam dan membuat khawatir pemerintah Hindia
Belanda, salah satunya dikarenakan nyali Oto dalam membongkar kasus bendungan
kemuning yang bisa menyelamatkan Rakyat Indonesia dari penipuan yang di lakukan
pengusaha Belanda. Tak bisa di pungkiri,Oto lah orang yang pertama
mempopulerkan kata Indonesia Merdeka dan kemudian disingkat menjadi Merdeka
karena kegigihan Oto dalam memperjuangkan Hak rakyatnya.
Menikah dengan gadis bernama Soekirah putri Asisten Wedana di
Banjarnegara yang 10 tahun lebih muda darinya dan dikaruniai 12 Orang anak. Pada
tanggal 20 Desember 1945 adalah hari di tetapkannya sebagai hari wafatnya Oto
akibat dari korban "Laskar Hitam" di Pantai Mauk, Tangerang, dan tidak pernah
ditemukan jenazahnya. setelah kematiannya, Oto ditetapkan pemerintah sebagai
Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Darfar Pustaka

Fariza Calista.Biografi dan Profil Lengkap Prof. Mr. Dr. Soepomo – Pahlawan
Nasional Indonesia Arsitek UUD 1945.diakses pada www.infobiografi.com pada
tanggal 15 Oktober 2019
 Muhamad Nurdin Fathurrohman.Biografi Radjiman Wedyodiningrat - Pahlawan
Nasional.diakses pada biografi-tokoh-ternama.blogspot.com pada tanggal 15 Oktober
2019
Pahlawan Nasional Maluku.diakses pada balagu.50webs.com pada tanggal 15
Oktober 2019
Dinas Kebudayaan. Biografi I Gusti Ketut Pudja.diakses pada
disbud.bulelengkab.go.id pada tanggal 15 Oktober 2019

R. Otto Iskandardinata.diakses pada m.merdeka.com pada tanggal 15 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai