Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI TOKOH PENDIDIKAN

RADEN MAS PANDJI


SOERACHMAN
TJOKROADISOERJO
Laelatul Khoeriyyah
Riwayat Hidup
• Raden Mas Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo lahir di Wonosobo, Jawa
Tengah pada tanggal 30 Agustus 1894.
• Beliau lahir dari keluarga Bupati di Wonosobo, ayahnya bernama Raden
Mas Toemenggong Soerjohadikoesoemo, bupati Wonosobo ketiga.
Kakeknya adalah Raden Mas Adipati Ario Tjokroadisoerjo, bupati
Wonosobo kedua. Jika ditelusuri lebih lanjut, Soerachman merupakan
keturunan generasi ke-5 dari Hamengkubuwana II.
• Beliau menikah dengan R.Aj. Soenarti (Putri tunggal dari Bupati
Kabupaten Grobogan, R.A.A. Pangeran Soenarto) yang masih berusia 16
tahun pada tahun 1922. Perkawinan terjadi akibat kemauan orang tua
dari kedua belah pihak yang sesama Bupati.
Lanjutan…..
• Beliau memiliki 3 orang putri dan 1 orang putra:
1. R.A. Soerachti (Menikah dengan Dr. Afloes);
2. R.A. Soenarni (Menikah dengan Mr. Soemardi Mangoenkoesoemo);
3. R.A. Isbadi, menikah dua kali: dengan T.W. Mulia (Putra dari Todung
Sutan Gunung Mulia) dan dengan Letkol. H. Daan Jahja (Gubernur
(Militer) Jakarta dan Panglima Divisi Siliwangi);
4. R.M. Soenarto, meninggal sewaktu remaja.
Pendidikan Raden Mas Pandji Soerachman
Tjokroadisoerjo
• Soerachman menjalani pendidikan dasarnya di sekolah Belanda ELS
(Europeesche Lagere School). Semasa sekolah, Soerachman sangat menonjol
dalam bidang ilmu pengetahuan hingga lulus dengan nilai yang sangat
memuaskan.
• Soerachman melanjutkan pendidikan menengahnya di Hogere Burger School
(HBS).
• Pada tahun 1915, ia dikirim oleh pemerintah ke negeri Belanda dan diterima
di Technische Hoogeschool Delft. Pada waktu itu Perang Dunia I sedang
berlangsung, namun berkat ketekunannya ia dapat menyelesaikan studinya
selama tepat 5 tahun dengan gelar Insinyur Kimia tepatnya pada tahun 1920.
Ia merupakan satu-satunya dan insinyur Teknik kimia pribumi di Indonesia
pada saat itu.
Karier Raden Mas Pandji Soerachman
Tjokroadisoerjo
• Beliau memulai karier untuk pertama kalinya, Soerachman
ditempatkan di Kota Bandung. Di sana, ia mendapat tugas untuk
memimpin Laboratorium Kimia. Sebenarnya orang tua Soerachman
mengharapkan ia dapat menggantikan posisinya sebagai Bupati, tetapi
jabatan itu tidak menarik perhatian Soerachman. Soerachman juga
menolak ketika ia akan diangkat menjadi Mantri Polisi setelah
menerima gelar Insinyur-nya. Ia lebih tertarik untuk mengabdikan
dirinya dalam bidang ilmu pengetahuan.
Peranan Raden Mas Pandji Soerachman
Tjokroadisoerjo
• Masa penjajahan Belanda
• Masa penjajahan Jepang, beliaumemegang peranan penting dalam
bidang Ekonomi yaitu memegang Departemen Perekonomian atau
Kemakmuran.
• Masa kemerdekaan Indonesia, beliau menduduki posisi Menteri
Kemakmuran dalam Kabinet Presidensial.
Presiden Pertama Universitas Indonesia
• Jasa Soerachman pada zaman kemerdekaan tidaklah dapat dilepaskan dengan
berdirinya Universitas Indonesia. Menjelang pengakuan kedaulatan Indonesia Serikat,
Pemerintah Indonesia membentuk Panitia Persiapan negara (PPN) yang bertugas
antara lain mempersiapkan pengambilalihan lembaga perguruan tinggi yang
diselenggarakan NICA. Undang-undang Darurat No.7 tahun 1950 mewajibkan Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan mengambil tindakan secepat-cepatnya
terhadap Universiteit van Indonesie beserta semua fakultasnya, agar universitas
tersebut dapat memenuhi aliran nasional Republik Indonesia Serikat. Pada tanggal 2
Februari 1950 terjadilah perundingan antara pihak Republik Indonesia (diwakili antara
lain oleh dr. Abu Hanifah) dengan pihak Belanda bertempat di Aula Fakultas
Kedokteran, Jalan Salemba No. 6 Jakarta. Perundingan ini tidak berjalan dengan
semestinya dan berakhir dengan kekacauan. Akan tetapi pada hari itulah juga lahir
suatu lembaga pendidikan baru, yang bernama Universiteit Indonesia (kemudian
menjadi Universitas Indonesia).
• Universitas ini merupakan penggabungan dari Universiteit van Indonesie milik
NICA dan "Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia". Termasuk di dalamnya
adalah penggabungan dari Faculteit der Rechtsgeleerdheid en Sociale
Wetenschappen dan "Fakultas Hukum" milik "Balai Perguruan Tinggi Republik
Indonesia", dengan nama Fakulteit Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (dengan
Dekan: Prof. Mr. Djokosoetono dan Panitera: Prof. Mr. Dr. Hazairin).
• Ir. R. M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo merupakan presiden (saat ini disebut
rektor) pertama Universiteit Indonesia (UI) yang secara resmi memulai
kegiatannya pada tanggal 2 Februari 1950. Kantor Presiden Universiteit Indonesia
mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung Fakultas Kedokteran di Jl
Salemba Raya no. 6, kemudian dipindahkan ke salah satu bangunan bekas pabrik
madat di Jl. Salemba Raya no. 4, Jakarta. Tanggal 2 Februari 1950 kemudian
dijadikan hari kelahiran Universitas Indonesia.
Lanjutan…..
• Nama Soerachman terpilih menjadi salah satu dari 19 nama tokoh
yang dianggap berjasa oleh Universitas Indonesia yang diabadikan
menjadi nama jalan di dalam lingkup Universitas Indonesia.
Peresmian 19 nama jalan akses sepanjang 15 kilometer ini ditandai
dengan penyerahan pin emas dan sertifikat kepada ahli waris di
Gedung Balai Sidang kampus UI, Rabu 10 Juni 2009.
Akhir Hayat
• Pada tahun 1952, Soerachman ditunjuk sebagai ketua delegasi
Perwakilan Indonesia ke negeri Belanda untuk menyelesaikan urusan
pemindahan perusahaan-perusahaan dan pertambangan timah.
Tugas ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua perusahaan
Belanda di Indonesia. Sewaktu Soerachman masih menjalankan
tugasnya di Belanda, selama 6 bulan ia menderita penyakit darah
tinggi hingga akhirnya wafat disana. Ia dimakamkan di pemakaman
Candiwulan, Jawa Tengah.
Kondisi Pendidikan Saat Itu dan Relevansi
Dengan Pendidikan Saat Ini.
• Menteri pendidikan yang menjabat pada saat Raden Mas Pandji Soerachman
Tjokroadisoerjo menjabat sebagai menteri Kemakmuran dalam Kabinet
Presidensial adalah Ki Hajar Dewantara. Filosofi KHD sejak awal salah satunya
adalah menjunjung tinggi Agency anak sebagai manusia. Agency adalah
kekuatan, daya, dan kemerdekaan untuk bertindak atau memilih tindakan
sendiri dengan sadar (Bandura, 1986; Hitlin & Elder (2007).
• filosofi pendidikan KHD ini masih sangat relevan dan bahkan dapat diterapkan
dalam rangka mempersiapkan diri untuk hidup pada abad 21 dimana
beberapa skill menjadi sangat fundamental diantaranya Critical Thinking,
Creativity, Communication, dan Collaboration.
• Trilogi Kepemimpinan KHD yang masih digunakan saat ini adalah Ing Ngarsa
Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Anda mungkin juga menyukai