Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin, saat mengusulkan
rancangan dasarnegara Indonesia mengatakan bahwa : ”...rakyat Indonesia mesti mendapat
dasar negara yang berasal daripada peradaban kebangsaan Indonesia; orang timur pulang
kepada kebudayaan timur.
”... kita tidak berniat, lalu akan meniru sesuatu susunan tata negara negeri haram. Kita bangsa
Indonesia masuk yang beradab dan kebudayaan kita beribu-ribu tahun umurnya.” (Risalah
Sidang, halaman 12).
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.Muhammad Yamin mengemukakan pikirannya tentang dasar
negara, yang terdiri dari :
1)Peri Kebangsaan;
2)Peri Kemanusiaan;
3)Peri Ketuhanan;
4)Peri Kerakyatan; dan
5)Kesejahteraan Rakyat.
BIOGRAFI
Muhammad Yamin lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Yamin merupakan pahlawan nasional, budayawan, dan aktivis hukum terkenal di Indonesia.
M. Yamin memiliki pendidikan yang lengkap. Pendidikannya dimulai ketika ia bersekolah di
Hollands Indlandsche School (HIS). Ia juga mendapat pendidikan di sekolah guru. M. Yamin
juga mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertanian Bogor, Sekolah Dokter Hewan
Bogor, AMS, hingga sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta.
M. yamin termasuk salah satu pakar hukum dan juga merupakan penyair terkemuka angkatan
pujangga baru. Ia banyak menghasilkan karya tulis pada dekade 1920 yang sebagian dari
karyanya menggunakan bahasa melayu. Karya-karya tulis M. Yamin diterbitkan dalam jurnal
Jong Sumatra. Ia juga merupakan salah satu pelopor puisi modern. M. Yamin banyak menulis
buku sejarah dan sastra yang cukup di kenal yaitu Gajah Mada (1945), Sejarah Peperangan
Diponegoro, Tan Malaka(1945) Tanah Air (1922), Indonesia Tumpah Darah (1928), Ken
Arok dan Ken Dedes (1934), Revolusi Amerika, (1951)
Karir M. Yamin dalam dunia politik dimulai ketika ia diangkat sebagai ketua Jong Sumatera
Bond pada tahun 1926 sampai 1928. Setelah itu pada tahun 1931, ia bergabung ke Partai
Indonesia. Tetapi partai tersebut dibubarkan. Karir politiknya berlanjut ketika M. Yamin
mendirikan partai Gerakan Rakyat Indonesia bersama Adam Malik, Wilipo, dan Amir
Syarifudin.
Sebagai sastrawan, gaya puisi suami dari Siti Sundari ini dikenal dengan gaya berpantun yang
banyak menggunakan akhiran kata berima. Tak hanya itu, ia pun disebut-sebut sebagai orang
pertama yang menggunakan bentuk soneta pada tahun 1921 sekaligus pelopor Angkatan
Pujangga Baru yang berdiri pada tahun 1933. Dibesarkan dalam dunia pendidikan yang
berlatar belakang Belanda, bukan berarti Yamin, sapaannya, memihak Belanda yang kala itu
menduduki Indonesia. Semangat nasionalismenya tetap berkobar dan dibuktikan dalam
bentuk karya sastra dan menghindari kalimat yang kebarat-baratan.
M. Yamin juga merupakan anggota BPUPKI dan anggota panitia Sembilan di mana akhirnya
berhasil merumuskan Piagam Jakarta. Piagam Jakarta ini merupakan cikal bakal dan
merupakan dasar dari terbentuknya UUD 1945 dan Pancasila. Tercatat M. yamin juga pernah
diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Setelah Indonesia merdeka, Yamin banyak duduk di jabatan-jabatan penting negara, di
antaranya adalah menjadi anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952),
Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan
Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas
IKBN Antara (1961–1962).
M. Yamin meninggal pada tanggal 17 Oktober 1962. Ia wafat di Jakarta dan dimakamkan di
desa Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia meninggal ketika ia menjabat
sebagai Menteri Penerangan. M. Yamin dianugerahi gelar pahlawanan nasional pada tahun
1973 sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973.
1)Persatuan;
2)Kekeluargaan;
3)Keseimbangan lahir batin;
4)Musyawarah; dan
5)Keadilan rakyat.
Pendidikan:
ELS (Europeesche Lagere School) di Boyolali (1917)
MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920)
Bataviasche Rechtsschool di Batavia (lulus tahun 1923)
Rijksuniversiteit Leiden/Leiden University (1924)
Karier:
Pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta
Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Ketua Panitia Kecil Perancang UUD
Menteri Kehakiman/ Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ke-1 (19 Agustus 1945
– 14 November 1945; 20 Desember 1949 – 6 September 1950)
Rektor Universitas Indonesia ke-2 (1951-1954)
Prof. Mr. Dr. Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 22 Januari 1903. Soepomo
terlahir dari kalangan keluarga ningrat aristocrat jawa. Kakek dari pihak ibunya adalah Raden
Tumenggung Wirjodirodjo, bupati Nayak dari Sragen. Sedangkan Kakek dari pihak ayahnya
adalah raden Tumenggung Reksowardono, bupati Anom Sukaharjo pada masa kejayaannya
dulu.
Sebagai putra keluarga priyayi, Soepomo berkesempatan meneruskan pendidikannya di ELS
(Europeesche Lagere School) yaitru sekolah setara sekolah dasar di Boyolali (1917),
kemudian ia melanjutkan pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di
Solo (1920) dan ia menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool
di Batavia pada tahun 1923. Kemudian, Soepomo ditunjuk sebagai pegawai pemerintah
kolonial Hindia Belanda yang diperbantukan pada Ketua Pengadilan Negeri Sragen.
Kisaran tahun 1924 dan 1927, Soepomo mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikannya ke ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda di bawah bimbingan Cornelis van
Vollenhoven, yaitu profesor hukum yang dikenal sebagai arsitek ilmu hukum adat Indonesia
dan ahli hukum internasional serta salah satu konseptor Liga Bangsa-Bangsa. Thesis
doktornya yang berjudul Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta
(Reorganisasi sistem agraria di wilayah Surakarta) tidak hanya mengupas sistem agraria
tradisional di Surakarta, namun juga secara tajam menganalisis hukum-hukum kolonial yang
berkaitan dengan pertanahan di wilayah Surakarta.
Thesis tersebut ditulis dalam bahasa Belanda, kritik Soepomo atas wacana kolonial tentang
proses transisi agraria ini dibungkus dalam bahasa yang halus dan tidak langsung,
menggunakan argumen-argumen kolonial sendiri, dan hanya bisa terbaca saat kita menyadari
bahwa subyektivitas Soepomo sangat kental diwarnai etika Jawa.
Soepomo Meninggal Dunia dan Diangkat Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
Prof. Mr. Dr Soepomo meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada umur 55 tahun.
Soepomo meninggal dalam usia muda akibat serangan jantung dan Ia dimakamkan di Solo.
Berdasarkan Keppres No. 123 Tahun 1965, pada 14 Mei 1965 Soepomo diangkat menjadi
Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Ir.Soekarno
Lima asas di atas oleh Ir.Soekarno diusulkan agar diberi nama “Pancasila”.
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara selalu dilandasai semangat juang yang
tinggi. Semangat juang tersebut tertuang dalam nilai-nilai juang sebagai berikut:
Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; jiwa dan semangat merdeka; cinta tanah air dan
bangsa; harga diri yang tinggi sebagai bangsa yang merdeka; pantang mundur dan tidak kenal
menyerah; semangat persatuan dan kesatuan; semangat anti penjajah dan penjajahan; dan
sebagainya.
Perubahan Piagam Jakarta merupakan bentuk kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila. Sikap yang ditampilkan oleh para tokoh pendiri negara pada saat
merumuskan Pancasila diantaranya:
menghargai perbedaan pendapat; mengutamakan kepentingan bangsa dan negara; menerima
hasil keputusan bersama; dan mengutamakan persatuan dan kesatuan.
BIOGRAFI SOEKARNO
Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia yang biasa dipanggil Bung Karno,
lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970.
Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.
Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri
Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh.
Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi,
wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.
Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I, ejaan nama Soekarno diganti olehnya
sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan
penjajah. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda
tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno
adalah Bung Karno.
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.
Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar
Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan
sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah
menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke
Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik
Tinggi yang sekarang menjadi ). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun
dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan
sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang
ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang
disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus
1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang
pertama.