Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Sesudah itu, Serikat Islam dipimpin oleh Haji
Oemar Said Cokroaminito.
HOS Tjokroaminoto
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai tiga murid yang yang
selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Semaun yang
sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.
Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam. Ia
dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit setelah Kongres SI di
Banjarmasin.
Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni
tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada
masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
Haji Agus Salim
Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia,
sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah
menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir
hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.
Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan
kritikannya pedas namun Haji Agus Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung
tinggi
Kode Etik Jurnalistik. Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan
dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Cipto Mangunkusumo
Tidak bekerja sebagai dokter pemerintah yang diupah oleh pemerintahan Belanda, membuat
dr. Cipto semakin intens melakukan perjuangan. Pada tahun 1912, dia bersama Douwes
Dekker dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan Indische Partij, sebuah
partai politik yang merupakan partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia
merdeka.
Di Banda Neira, dr. Cipto mendekam/terbuang sebagai tahanan selama tiga belas tahun. Dari
Banda Naire dia dipindahkan ke Ujungpandang. Dan tidak lama kemudian dipindahkan lagi
ke Sukabumi, Jawa Barat. Namun karena penyakit asmanya semakin parah, sementara udara
Sukabumi tidak cocok untuk penderita penyakit tersebut, dia dipindahkan lagi ke Jakarta.
Jakarta merupakan kota terakhirnya hingga akhir hidupnya. dr. Cipto Mangunkusumo
meninggal di Jakarta, 8 Maret 1943, dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambarawa. Atas jasa
dan pengorbanannya sebagai pejuang pembela bangsa, oleh negara namanya dinobatkan
sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.109
Tahun 1964, Tanggal 2 Mei 1964 dan namanya pun diabadikan sebagai nama Rumah Sakit
Umum Pusat di Jakarta.
RA Kartini
Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal Ibu Kartini merupakan keturunan keluarga
terpandang Jawa. Dia lahir 21 April 1879, dimana adat istiadat masih kukuh dipegang oleh
masyarakat, termasuk keluarganya. Satu hal yang diwariskan dari keluarganya adalah
pendidikan. Ya, Kartini pernah merasakan bangku sekolah hingga tamat pendidikan dasar.
Karakternya yang haus akan ilmu pengetahuan membuatnya ingin terus melanjutkan sekolah
ke jenjang yang lebih tinggi. Sayangnya, ayahnya tidak memberikan izin Kartini melanjutkan
sekolah. Mengetahui sikap ayahnya, Kartini sebenarnya sedih. Namun, dia tidak bisa
mengubah keputusan itu. Sebab, dia adalah anak pada zamannya yang masih terbelenggu
oleh keadaan.
Alhasil, justru Kartini tidak boleh lagi keluar dari rumah sampai waktunya menikah.
Istilahnya dipingit. Demi menghilangkan rasa bosan dan suntuk berada di rumah terus.
Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca buku ilmu pengetahuan.
Kesukaannya membaca ini berubah menjadi rutinitas harian. Bahkan, dia tidak segan untuk
bertanya kepada ayahnya bila ada hal yang tidak dimengertinya. Lambat laun
pengetahuannya bertambah dan wawasannya pun meluas.
Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang dikaguminya. Terlebih kebebasan mereka
untuk bisa terus bersekolah. Rasa kagum itu menginspirasinya untuk memajukan wanita
Indonesia. Dalam pandangannya, wanita tidak hanya harus bisa urusan “belakang” rumah
tangga saja. Lebih dari itu, wanita juga harus bisa dan punya wawasan dan ilmu yang luas.
Dia pun mulai bergerak mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari baca tulis dan
pengetahuan lainnya. Makin hari, Kartini makin disibukkan dengan aktivitas membaca dan
mengajarnya.
Dia juga punya banyak teman di Belanda dan sering berkomunikasi dengan mereka. Bahkan,
dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk memberinya beasiswa sekolah di
Belanda. Belum sempat permohonan tersebut dikabulkan dia dinikahkah oleh Adipati
Rembang bernama Raden Adipati Joyodiningrat.
Berdasarkan data sejarah, R.A. Kartini ikut dengan suaminya ke Rembang setelah menikah.
Walau begitu api cita-citanya tidak padam. Beruntung Kartini memiliki suami yang
mendukung cita-citanya. Berkat kegigihan serta dukungan sang suami, Kartini mendirikan
Sekolah Wanita di berbagai daerah. Seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang,
Madiun, Cirebon, dan sebagainya. Sekolah Wanita itu dikenal dengan nama Sekolah Kartini.
Kartini merupakan seorang wanita Jawa yang memiliki pandangan melebihi zamannya.
Meski dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan adat istiadat. Pada 17
September 1904, Kartini menghembuskan napas terakhir di usia 25 tahun, setelah melahirkan
anak pertama dan satu-satunya. Dia salah satu wanita yang menjadi pelopor emansipasi
wanita di tanah Jawa.
Sesuai Keppres No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964, Kartini resmi digelari pahlawan
nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal 21 April sebagai
Hari Kartini. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan.
KH Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, putra
dari K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman dan Siti Aminah binti almarhum
K.H. Ibrahim. Ayahnya seorang khatib tetap Masjid Agung Yogyakarta.
Sedangkan adalah putri dari Penghulu Besar di Yogyakarta. K.H. Ahmad
Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, tahun 1869. Sebelum ia mendapat
gelar dan nama K.H. Ahmad Dahlan, nama yang diberikan orangtuanya
adalah Muhammad Darwis. Nama K.H. Ahmad Dahlan, ia peroleh dari
para Kiai setelah ia selesai menunaikan ibadah haji.
Tekadnya ini, ia amalkan dengan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Organisasi ini, didirikan
pada 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Pendirian organisasi ini dipengaruhi oleh gerakan
tadjin (reformasi, pembaruan pemikiran Islam) yang digelorakan oleh Muhammad bin Abd Al-Wahab
di Arab Saudi, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir dan lain-lain. Bertolak dari sini,
salah satu tindakan nyata yang dilakukannya adalah memperbaiki arah kiblat, yang awalnya lurus ke
barat, tapi kemudian dengan mengacu pada ilmu falak dibuat agak condong ke utara 22 derajat.
Pembetulan arah kiblat ini dimulai dari Langgar Kidul milik K.H. Ahmad Dahlan. Caranya dengan
membuat garis shaf.
Semenjak didirikan, Muhammadiyah banyak bergerak di bidang pendidikan. Selain giat memberikan
pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak, ia juga mendirikan berbagai sekolah. Gerakan membangun
pendidikan itu terus berkembang hingga saat ini.
Dalam perjuangannya ini, K.H Dahlan jatuh sakit, dan pada Jumat malam, 7 Rajab tahun 134 Hijriah,
ia menghembuskan napas terakhirnya di hadapan keluarganya. Kemudian ia dimakamkan di makam
milik keluarganya di Karangkajen, Yogyakarta.
Juanda Kartawijaya
Juanda kemudian bekerja di Jawatan Irigasi Jawa Barat. Selain itu, ia juga aktif sebagai anggota
Dewan Daerah Jakarta. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, tepatnya pada 28 September 1 945,
Juanda memimpin para pemuda mengambil alih Jawatan Kereta Api dari Jepang, disusul Jawatan
Pertambangan, kotapraja, karesidenan, dan obyek-obyek militer di Utara Bandung.
Pemerintah RI kemudian mengangkat Juanda sebagai Kepala Jawatan Kereta Api wilayah Jawa dan
Madura. Setelah itu, beliau menjabat Menteri Perhubungan. Selanjutnya, berbagai jabatan menteri
juga pernah beliau emban. Juanda sempat ditangkap tentara Belanda saat Agresi Militer II dan
dibujuk agar bersedia ikut dalam pemerintahan Negara Pasundan. Namun, beliau menolak tegas.
Juanda beberapa kali terlibat dalam perundingan dengan Belanda. Dalam Perundingan KMB, ia
bertindak sebagai Ketua Panitia Ekonomi dan Keuangan Delegasi Indonesia. Prestasi beliau yang
paling dikenang adalah Deklarasi Juanda yang beliau keluarkan saat menjabat perdana menteri pada
13 Desember 1957.
Deklarasi Juanda memperluas batas territorial perairan Indonesia dari 3 mil menjadi 12 mil laut yang
ditarik dari titik pulau-pulau terluar Indonesia saat surut. Luas wilayah Republik Indonesia
bertambah 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2. Deklarasi ini diterima dan
ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB ke III tahun 1982. Dipertegas kembali dengan UU
nomor 17 Tahun 1985 bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan. Pada tahun 1999, tanggal 13
desember ditetapkan sebagai Hari Nusantara.
Ki Hajar Dewantara
Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa. Dia melihat bahwa
pergerakan politik saja tidak cukup untuk menghapus kolonialisme. Lewat taman siswa inilah dikenal
metode dan konsep pendidikan nasional, yaitu konsep Among Sistem (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani).
Untuk menghormati jasanya dibidang pendidikan, pada tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Selain itu, ia juga diberi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Selain di
dunia pendidikan, dia juga merintis penerbitan majalah Hindia Poetra. Dan berjuang melalui
tulisannya yang amat tajam menentang pemerintah kolonial.
Lahir di Weltevreden, Batavia, 16 Februari 1894, pahlawan nasional yang satu ini dikenal sebagai
seorang politisi pada era Hindia Belanda. Thamrin lahir di Weltevreden,
Batavia (sekarang Jakarta), Hindia Belanda, pada 16 Februari 1894.
Kepada beliau dianugrahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional lewat sebuah surat ketetapan
Keppres No. 175 Tahun 1960 tanggal 28 Juli 1960. Jasanya juga dikenang lewat sebuah gedung yaitu
Gedung Mohammad Hoesni Thamrin. Gedung ini adalah sebuah museum sejarah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kenari II No. 15, Jakarta Pusat.
Muhammad Yamin
Prof. Muhammad Yamin, SH (lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – wafat di
Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia
dilahirkan di Talawi, Sawahlunto. Beliau merupakan salah satu
perintis puisi modern di Indonesia.
Pada tahun 1922, Yamin muncul buat pertama kali sebagai penyair
dengan puisinya, Tanah Air ; maksud "tanah air"-nya ialah Sumatera.
Tanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu yang pertama
yang pernah diterbitkan. Sitti Nurbaya, novel modern utama yang
pertama dalam bahasa Melayu juga muncul pada tahun yang sama, tetapi ditulis oleh Marah Rusli
yang juga merupakan seorang anak Minangkabau. Karya-karya Rusli mengalami masa kepopuleran
selama sepuluh tahun .
Semasa pendudukan Jepang antara tahun 1942 dan 1945, Yamin bertugas dengan Pusat Tenaga
Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun
1945, beliau mencadangkan bahwa sebuah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) diasaskan serta juga bahwa negara yang baru harus merangkumi Sarawak,
Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta juga kesemua wilayah Hindia Belanda. Sukarno
yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong Yamin. Sukarno menjadi presiden Republik
Indonesia yang pertama pada tahun 1945, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting
dalam pemerintahannya. Yamin meninggal dunia di Jakarta dan dikebumikan di Talawi, sebuah kota
kecamatan yang terletak 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.