Anda di halaman 1dari 23

BAB II

2.2 TOKOH PENDIDIKAN NASIONAL


2.2.1 BIOGRAFI
 KH. HAJAR DEWANTARA
Ki Hajar Dewantara lahir tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ia
merupakan putra ke 5 Suryaningrad. Saat lahir ia dikasih nama Soewardi
Soeryaningrat. Karena dia masih keturunan raja, ia diberi gelar Raden Mas lalu
menjadi Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hadjar Dewantara berganti
nama saat usianya 39 tahun. Ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara karena keinginannya agar jadi lebih membumi. Karena berganti nama,
Ki Hadjar Dewantara menjadi lebih bebas berinteraksi dengan publik. Semoga
perjuangannya bisa diterima oleh masyarakat di masanya. Menurut Bambang
Sokawati Dewantara, Ki Hajar Dewantara memiliki garis keturunan dengan
Sunan Kalijaga. Dengan begitu, sebagai keturunan kerajaan dan para alim, Ki
Hajar Dewantara mengenyam pendidikan dan sosial budaya, di lingkungan yang
sangat sosial dan mendukung. Pendidikan yang didapat Ki Hadjar Dewantara
dalam lingkungan keluarga diarahkan pada nilai-nilai budaya dan agama yang
selaras oleh lingkungannya. Pendidikan keluarganya melalui pendidikan
tradisional, praktik, seni dan pengajaran agama juga menandai jiwa
kepribadiannya. Pendidikan sangat langka pada saat itu, dan hanya pejabat
Belanda, Chong Hoa, dan lokal yang dapat menerima tingkat pembelajaran yang
ditawarkan pemerintah Belanda. Ki Hadjar Dewantara (Soewardi Soerjaningrat)
menerima pembelajaran formal pertamanya tahun 1896, karena tidak puas bahwa
dia adalah anak rakyat jelata dan tidak dapat bersekolah dengan teman-teman
bermainnya. Hal ini mengilhami hati nuraninya hingga meninggalkan kesan yang
sangat dalam lalu ia bertarung dengan baik di pemerintahan dan ilmu
pengetahuan. Ia juga menentang kerja sama dan kebangsawanan, Mereka
bertentangan dengan manusiawi, kesejahteraan dan tidak adanya perubahan
kehidupan dan penghidupan rakyat dengan adil. R.M. Soewardi Soeryaningrat
bersama R.A. merupakan cucu dari Sri Pak Alam III. Agustus akhir tahun 1913,
sebelum pengasingan di Belanda. Pernikahan itu disucikan dengan resmi dan
singkat di Puri Suryaninratan Yogyakarta. Seorang tokoh bangsa yang ditakuti
oleh kawan ataupun lawan, Ki Hajar Dewantara sangat imajitif, semangat, tulus,
lugas, konsisten dan berani. Kebijaksanaannya begitu matang sehingga ia
bergerak untuk negaranya sampai hari kematiannya. Perjuangannya dilandasi
oleh rasa integritas yang erat, dengan dedikasi dan kontribusi yang besar untuk
memimpin negaranya menuju dunia yang merdeka. Dikenal sebagai "pahlawan
nasional". Pada 16 Desember 1959, pemerintah menentukan tanggal lahir Kihajar
Dewantara ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia untuk
menentukan tanggal 2 Mei sebagai "Hari Pendidikan Nasional". Nomor :316
Tahun 1959. Kemudian pada tanggal 29 April jenazah Ki Hajar Dewantara
dibawa ke Anjungan Taman Siswa dan diserahterimakan dari Anjungan Taman
Siswa kepada Majelis Tinggi Taman Siswa.

 RA. KARTINI
R.A Kartini adalah cucu Pangeran Ario Tjondronegoro IV (Jurnal Lada
Seuneubok, 1846) pendidikan Bumiputra tidak terpikirkan, bahkan sekolah-
sekolah untuk orang Eropa masih sangat miskin, dan mengundang guru-guru dari
Belanda untuk anak-anak (Pane, 2008:2). Raden Adjeng Kartini, lebih tepatnya
Raden Ayu Kartini, lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879 dan
meninggal di Lembang, Jawa Tengah pada 17 September 1904 pada usia yang ke
25 tahun. R.A Kartini lahir dari keluarga bangsawan Jawa. Ayahnya, R.M.A.A.
Sosroningrat, awalnya adalah Wedana dari Mayong. Nama ibunya adalah M.A.
Give Up. Ternyata R.A. Kartini adalah Priyai dan bangsawan. Pada saat itu, dia
mempunyai keturunan Pesantren yang dikarena ibunya adalah anak dari Nyai Haji
Siti Amina dan Kai Haji Madirono, yang merupakan ustadz Terkaul Jepara. Ayah
nya R.A. Kartini merupakan seorang bupati berpendidikan yang bisa menulis dan
juga berbicara Belanda dengan baik. Saat itu, tidak banyak bupati dengan
kapasitas intelektual yang memadai. Beberapa di antaranya merupakan Bupati
Serang Pangeran Adipati Ario Ahmad Jajaningrad, Bupati Gawi Raden Mas
Tumengun Kusumo Utojo, dan Bupati Pangeran Demak Adipati Hadiningrad R.
Sosroningrat yang merupakan ayah R.A. Kartini Sejarawan M.C. kaum
bangsawan. Karena Ngasira bukan bangsawan di MA, pada tahun 1875 ayahnya
menikah lagi dengan Raden Ajen Worjan (Murjam), Keturunan langsung Raja
Madhura. Istri kedua Sosroningrad kemudian menjadi istri Padmi (istri pertama)
dan Ngasila menjadi istri Apil. Sesudah menikah, R.A. Ayah Kartini mengangkat
Bupati Jepara untuk menjadi pengganti ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A.
Citrowcromo. Akibatnya, R.A. Kartini menyambut kehadiran ibu dan kakak
tirinya di sisinya. Di dalam surat tanggal 21 Desember 1900, R.A. Cartini:
“Karena penderitaan ibuku dan bahwa aku adalah anaknya, aku menyaksikan
penderitaan dan penderitaan itu sendiri. Oh, ini adalah kedalaman siksaan tuhan.
Ada hari tanpa senyuman dan hari-hari penuh kesedihan yang membuatku
terengah-engah dan merindukan akhir hidupku di sini dan ingin menyudahi diriku
jika aku menolak menyayangi ayahku. Ngasira harus menamai anak kandungnya”
Ndoro" sambil memanggil Ngasira "Yu". Hanya Garwa Padmi yang menyebut
anak-anak bupati Jepara sebagai 'ibu' (Rosyadi, 2010:9-11).
R.A Kartini adalah gadis baik hati yang suka menjaga dirinya rendah hati
dan menolak untuk menjadi sombong. Suratnya tanggal 18 Agustus 1899 R.A
Kartini justru merasa malu untuk mengakui perketaan Stella yang menganggap
Kartini, “Pastilah anda masih keluarga raja yang memerintah Jawa ini bukan?
Pikiran Anda menjangkau jauh melampaui hidup Anda dan menjangkau jauh
melampaui cakrawala. Ya, saya percaya tebakan saya, Ni. "Bukan Raja Jawa.
Raja terakhir dalam keluarga kami menjadi nenek moyang langsung kami dari
garis keturunan ayah dan meninggal 25 generasi yang lalu, jadi saya
memperkirakan (Sastroatmodjo, 2005:
16) R.A. Dia adalah anak kelima dari saudara laki-laki dan saudara tirinya. Dari
semua bersaudara, R.A. Kartini adalah putri sulung. Adik perempuan R.A Kartini,
Sosrokartono, adalah orang yang pintar di bidang bahasa. Hingga usia 12 tahun,
R.A. Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School). R.A. belajar di sini.
Cartini Belanda. Tapi setelah 12, saya harus tinggal di rumah karena saya
mungkin pensiun. Temannya orang Belanda dan dia menolak untuk mundur,
tetapi sia-sia. Orang tua R.A. Kartini, bahkan dalam keluarga paling maju di Jawa
sekalipun, berpegang teguh pada tradisi segregasi meskipun ada kemajuan di
daerah lain. Selama empat tahun, R.A. Cartini tidak pernah habis. Tapi zeitgeist
tidak bisa diulang. Ketika teman-teman Eropa terus berusaha, R.A. Cartini
mendapatkan kembali kemerdekaannya. Oleh karena itu, R.A. Cartini, 16 tahun
(1895), melihat dunia luar lagi. Enam bulan kemudian ia kembali diizinkan untuk
keluar dan pensiun, tetapi baru pada tahun 1898 ia secara resmi diberikan
kemerdekaan dan bahkan diizinkan bepergian untuk meninggalkan tempat
tinggalnya (Pane, 2008:
5). Setelah belajar bahasa Belanda, R.A Kartini mulai belajar secara otodidak di
rumah dan mulai menulis surat kepada teman-teman korespondennya di Belanda.
Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang sangat mendukung. Dari buku-buku
Eropa, surat kabar dan majalah, R.A. Cartini untuk pengembangan lebih lanjut
pemikiran perempuan Eropa. Ada keinginan untuk memajukan perempuan
pribumi yang status sosialnya rendah karena kondisi sosial perempuan pribumi
saat itu, ada surat cinta dari Max Havelar dan Multatuli yang saya baca dua kali
sebulan. Kemudian De Stille Kraacht (Kekuatan Supernatural) oleh Louis Copers.
Kemudian ada karya Van Eden, karya Augusta de Witt, novel feminis karya Mrs.
Goekop de John Van Beek, dan novel anti perang Waffennieder karya Bertha von
Suttner. Semua buku berbahasa Belanda. R.A. Kartini juga membaca Semarang
De Locomotief, surat kabar yang dikelola oleh Pieter Brooshooft, dan menerima
Leestrommel, paket majalah yang dibagikan kepada pelanggan oleh toko buku.
Diantaranya adalah majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie, tetapi juga
majalah budaya dan ilmiah yang sangat berat. R.A. Cartini kemudian
mengirimkan tulisannya beberapa kali dan menerbitkannya di De Hollandsche
Lelie. Dari suratnya, R.A Kartini membaca dengan penuh perhatian sambal
membuat catatan-catatan. Kadang-kadang R.A. Kartini menyebutkan salah satu
karangan atau mengutip beberapa kalimat. Dia tidak hanya peduli dengan
emansipasi wanita, tetapi juga dengan masalah sosial umum. R.A. Cartini melihat
perjuangan perempuan untuk kebebasan, otonomi dan kesetaraan hukum sebagai
bagian dari gerakan yang lebih luas. Berdasarkan realitas kehidupan perempuan
pada saat itu:
a) perempuan berkewajiban untuk mengurus rumah tangga dan membesarkan
anak, b) anak perempuan dibesarkan sebagai budak laki-laki, c) pendidikan dan
kecerdasan dijauhi, d) ketika mereka berusia 12 tahun , terkurung di dalam rumah
(terpencil). Singkatnya, ada banyak kewajiban, tetapi haknya tidak terpenuhi.
Tapi apa yang dikatakan hanya berlaku untuk wanita dan anak perempuan Priyai.
Karena mereka bebas di tengah masyarakat, sikap terhadap anak perempuan dan
perempuan bercabang menjadi kebiasaan memiliki banyak istri, kawin paksa, dan
kawin di masa kecil (Pane, 2008:
).16). R.A Kartini disuruh orang tuanya untuk menemui Bupati Rembang, K.R.M.
Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat dengan tiga istri. R.A Kartini menikah
pada 12 November 1903. Anak pertama dan terakhir mereka, RM Soesalit, lahir
pada 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 17 September
1904, dalam usia 25 tahun, R.A. Kartini dimakamkan di Desa Buru, Kecamatan
Buru, Lembang. Kartini mengeluarkan Keputusan Presiden Soekarno No. 1964.
Kartini, 21 April diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian
dikenal sebagai Hari Kartini (Siti Fadilah, 2010). Aspek religi dan spiritual dari
sosok emansipasi ini telah mengalami berbagai penilaian dan pandangan, dengan
berbagai perspektif dan kepentingan yang dapat dilihat dari perspektif Jawa,
komunis, Islam dan Kristen, seperti yang terlihat dari tiga buku yang ditulis
tentang Kartini. 1. Panggil Aku Kartini saja oleh Pramoedya Ananta Toer (1962,
dicetak ulang tahun 2000). 2. Menemukan Sejarah:
Wacana Gerakan Islam di Indonesia, Ditulis oleh Ahmad Mansur Suryanegara
(1995). 3. Tuhan dan Agama dalam Perjuangan Batin Kartini karya Th Sumartana
(1993). Pasal ini juga mengacu pada pasal St. Sunardi, Ginonjing:
Emansipasi Kartini pada Kolom No. 21 Tahun 2004.
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 2, No.1, Januari - Juni 2015.

2.3 TEORI TENTANG BELAJAR


 KH. HAJAR DEWANTARA
1. Konsep Teoritis Utama Ki Hajar Dewantara tentang Teori Belajar
Konstruktivisme
a). Menekankan Kesetaraan antara Peserta Didik dan Guru
Pengertian pertama teori belajar konstruktivis dapat diturunkan dari
gagasan prinsip kesetaraan antara siswa dan guru. Biasanya guru menuntut
lebih banyak rasa hormat dan hormat, tetapi Ki Hajar Dewantara
mengingatkan kita bahwa rasa hormat dan penghargaan terhadap guru tidak
datang dari paksaan tetapi dari pertumbuhan batin siswa. Ki Hajar Dewantara
mengubah nama aslinya menjadi Raden Mas Suwardi Suryaningrat untuk
menyamarkan status sosialnya yang lebih tinggi kepada keluarga kerajaan
Keraton Yogyakarta Pakualaman adalah kesaksian jujur atas pesannya. Dia
menjelaskan bahwa dia tidak ingin memisahkan diri dari rakyatnya. Dalam
bahasa Jawa, 'Ki' berarti orang biasa yang dapat memberikan pertolongan,
seperti 'Ki Juru Martani' (pelayan petani). Dewantara juga mengatakan tidak
ingin gelar PhD-nya disebutkan dalam buku yang menyusun seluruh artikelnya
itu. Sebuah kutipan dari Dehuantara yang berisi inisiatif untuk pemerataan
dalam pendidikan. 14 Baik Ki Hajar maupun Konstruktivisme melihat guru
sebagai mitra dalam penemuan pengetahuan oleh siswa. Mengajar bukanlah
kegiatan menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan
aktivitas yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Kegiatan pendidikan disini adalah partisipasi dalam proses
pembelajaran. Guru berperan aktif dalam membentuk pengetahuan,
menciptakan makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengevaluasi
berbagai hal. Dalam konteks ini, mengajar berarti membantu siswa berpikir
kritis, sistematis, dan logis dengan mendorong mereka untuk berpikir sendiri.
Dalam tradisi Taman Siswa, hubungan guru-murid menyerupai hubungan
orang tua dan anak. Guru sering melakukan kunjungan ke rumah siswa dan
sebaliknya. Guru juga dengan senang hati mengantar siswa pulang agar bisa
pulang dengan selamat, meskipun jalur guru dan siswa tidak searah. Itulah
yang diupayakan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan anak didiknya.
Berlandaskan kesetaraan antara pendidik dan peserta didik, konsep
konstruktivisme dibuka oleh pemikiran Ki Hajar Dewantara. Hal ini karena
kedudukan guru tidak lebih dari perantara, dan tidak menggurui dan
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan
pengetahuannya.
b). Pemanfaatan Sumber Belajar Lingkungan dan Budaya
Indonesia tempat tinggal Ki Hajar Dewantara masih berada di bawah
kekuasaan kolonial Belanda dan Jepang. Meski belajar dari Barat, Ki Hajar
Dewantara tidak menginginkan hegemoni Barat sepenuhnya. Diakui bahwa
pergi ke Barat juga membawa bahaya jiwa yang mengakar, tidak mandiri, dan
acuh terhadap budaya sendiri, yang dia sebut kompleks inferioritas dan
tiruan.Era ketika Belanda menjadi pusat dan Indonesia menjadi kekuatan
hegemonik. Termasuk pilihan nama dan bahasa, masyarakat pada saat itu
merasa lebih bergaya dalam menggunakan nama dan nama Belanda. Berjuang
untuk kemerdekaan.17 Sementara itu, budaya bangsawan timur juga
mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Ki Hajar Dewantara adalah
keturunan dari keluarga bangsawan. Dalam sistem Jawa yang sangat patriarki
mengunggah Ungu, mengamati adab dan sopan santun dan tradisi besar selalu
diajarkan. Dengan mentransfer guru, satu-satunya sumber belajar, ke
lingkungan dan budaya, siswa membuka pintu untuk eksplorasi budaya dan
lingkungannya.
c). Pembelajaran Berbasis Observasi
Belajar dari kesalahan melalui umpan balik dan refleksi yang konstruktif
adalah salah satu elemen kunci dari prinsip pembelajaran yang berpusat pada
siswa yang ditekankan dalam literatur pendidikan saat ini. Pada pertengahan
abad kedua puluh, Dewantara berbicara tentang pentingnya membantu siswa
belajar dari kesalahan mereka dengan mengamati dengan cermat bagaimana
guru mereka berperilaku. Metode yang dijelaskan Dewantara menekankan
"pembelajaran berbasis observasi" untuk mempromosikan pembelajaran
mandiri. Kebanyakan program pendidikan biasanya dilaksanakan menurut
tradisi rutin tanpa kesadaran atau refleksi yang tepat dari apa yang terjadi
(“Keinsyafan” dalam bahasa Jawa). Jika ada kesadaran, itu harus berdasarkan
bukti yang cukup, bukan hanya emosi. Pengalaman saja tidak cukup kecuali
melihat kembali keluarga Ki Hajar Dewantara dan mempelajari istilah-istilah
pengasuh yang memberikan perhatian khusus kepada anak-anak secara khusus.
Dengan menelaah secara mendalam etika dan profesionalisme serta menggali
peran-peran kunci keluarga berdasarkan karakteristik budaya Indonesia,
Dewantara menunjukkan bahwa orang tua dan keluarga membantu anak-
anaknya dan bahwa setiap anggota keluarga adalah pemikir yang mandiri dan
bertanggung jawab. kekuatan untuk membantu Anda menjadi diri Anda
sendiri. Menjadi. Meminimalkan kesenjangan sikap-perilaku, memimpin
dengan memberi contoh, dan memberi setiap orang lebih banyak kesempatan
untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran kehidupan mereka
sendiri.

d). Pembelajaran yang Merdeka


Dalam penerapannya di dunia pendidikan, Ki Hajar mengungkapkan teori
konvergensi sebagai sistem pendidikan yang membebaskan peserta didik, atau
yang disebutnya sebagai 'sistem mandiri'. Apa itu kemerdekaan? Jika diamati
lebih dekat, 'sistem bebas' Ki Hajar sesuai dengan pandangan konstruktivis.
Premis konstruktivis: Pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Siswa
tidak hanya meniru dan merefleksikan apa yang telah dipelajarinya, tetapi juga
memperdalam pemahamannya sendiri. Menurut ahli konstruktivisme,
pengetahuan tidak mungkin ditransfer kepada orang lain karena setiap orang
membangun pengetahuannya sendiri.
 RA. KARTINI
Menurut Kartini, pendidikan adalah salah satu sarananya yang Ini
mengarahkan pikiran orang ke arah modern. pendidikan adalah langkah pertama
menuju Peradaban maju di mana pria dan wanita bekerja sama untuk menciptakan
sesuatu suatu bangsa. Kesetaraan dalam pendidikan merupakan bentuk kebebasan
perempuan. Kebebasan untuk berdiri sendiri dan menjadi perempuan yang
mandiri, kebebasan untuk menjadi perempuan yang mandiri dari orang lain dan
laki-laki (Pane, 2008:34). R.A. Wanita Kartini Tujuan Pendidikan Kartini
bertujuan agar wanita menjadi wanita yang kompeten dan mandiri, sadar akan
panggilannya dan mampu memenuhi tanggung jawabnya di masyarakat. Jadilah
ibu yang baik, jadilah guru yang bijaksana, punya rasa tanggung jawab, bisa
mengatur keuangan dan mengurus rumah tangga. Pendidikan pertama seorang
anak berasal dari keluarga, terutama ibu. Ibu memiliki peran yang sangat penting
dalam pendidikan anak. Seorang ibu yang berpendidikan memberikan anaknya
pendidikan yang baik. Dari sinilah kecerdasan anak terbentuk (Sutrisno, 2014:
566). Sekolah Kartini Sekolah Kartini awalnya didirikan oleh R.A. Cartini dan
Rukmini pada tahun 1903. Kartini di kota Jepara, 1903. Awalnya hanya 9 orang,
tapi lama-lama semakin lama. Materi yang diajarkan berupa membaca, menulis,
menjahit, dll, seperti R.A. Cartini tanpa memasukkan kurikulum negara, karena
tujuannya bukan hanya pendidikan umum, tetapi juga pengembangan karakter.
Sekolah RA Kartini juga dibuka di Rembang. Sekolah Cartini juga mengajarkan
materi agama, karena agama merupakan materi dasar yang digunakan untuk
memahami ilmu-ilmu lain. Alasan Kartini mengajarkan materi agama adalah karena
agama berperan besar dalam peradaban manusia. Agama yang baik adalah fondasi
pendidikan anak (Mulyohardjo, 2012:
284). Periode 1904 hingga 1914 mengalami banyak perubahan, salah satunya
adalah pemerintahan kolonial, yang berubah dengan munculnya politik etis. Dahulu
pendidikan hanya diberikan kepada kaum Priyai dan secara tidak langsung
menguntungkan pihak kolonial, namun dapat dikatakan bahwa pendidikan
memberikan dampak yang besar dan dampak positif. Salah satu pengaruh atau
efeknya adalah membuka jalan bagi pemikiran R.A. Kartini. Kartini mendidik
masyarakat, khususnya perempuan. Setelah menikah dengan RA, Kartini akhirnya
harus menutup sekolah Kartini karena kekurangan dana. Namun, R.A. Artinya,
pada tahun 1904 kegiatan itu berlangsung. Yakni menggalang dana yang nantinya
akan digunakan untuk membangun sekolah Kartini. Pada tahun 1913, sekolah
Kartini pertama didirikan di Semarang dan Jakarta, diikuti oleh sekolah Kartini di
beberapa daerah lain. Namun, sampai hari ini masih ada satu sekolah Karthini,
sekolah pertama di Semarang (Eryudhawan, 2015:
2). Driver Drivers R.A. Kartini memulai dengan isu ini dan berjuang untuk
menjaga hak-hak perempuan agar tidak menjadi usang. Kartini datang dan berpikir
ke depan seperti yang dapat dilakukan oleh wanita Eropa yang dapat berpikir
dengan cara yang lebih progresif dan modern. Dapatkan pelatihan yang tepat. Pada
saat itu, muncul masalah ketidakadilan yang sangat serius terhadap perempuan.
Permasalahannya adalah ketidaksetaraan gender antara perempuan dan laki-laki
dalam hal pendidikan, masyarakat dan budaya. Oleh karena itu, faktor-faktor yang
memotivasi Kartini untuk mendobrak dan membela harkat dan martabat
perempuan. Namun, R.A. Kartini mendapati dirinya belajar dengan belajar dari
Barat untuk memajukan negaranya khususnya bagi kaum perempuan sawah.
Peradaban barat yang sangat baik membuat R.A. Kartini lebih berkomitmen untuk
belajar membebaskan rakyatnya dari ketidakadilan dan ketidaksetaraan (Kartini,
2017:
51). Jurnal Humanitas Vol. 7 No. 1, Desember 2020, hal. 35-44.

2.4 APLIKASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


 KH. HAJAR DEWANTARA
Konsep Teoritis Utama Ki Hajar Dewantara tentang Teori Belajar Konstruktivisme
a). Menekankan Kesetaraan antara Peserta Didik dan Guru
Pengertian pertama teori belajar konstruktivis dapat diturunkan dari gagasan
prinsip kesetaraan antara siswa dan guru. Guru biasanya lebih menghargai dan
menghormati, tetapi Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa rasa hormat dan
penghargaan kepada guru tidak datang melalui paksaan, tetapi melalui pertumbuhan
batin siswa. Ki Hajar Dewantara mengubah nama aslinya menjadi Raden Mas
Suwardi Suryaningrat untuk menyamarkan status sosialnya yang lebih tinggi kepada
keluarga kerajaan Keraton Yogyakarta Pakualaman adalah kesaksian jujur atas
pesannya. Dia menjelaskan bahwa dia tidak ingin memisahkan diri dari rakyatnya.
'Ki' dalam bahasa Jawa berarti orang biasa yang bisa memberikan pertolongan, seperti
'Ki Juru Martani' (pelayan petani). Dewantara juga mengatakan tidak ingin gelar
PhD-nya disebutkan dalam buku yang menyusun seluruh artikelnya itu. Sebuah
kutipan dari Dehuantara yang berisi inisiatif untuk pemerataan dalam pendidikan.
Baik Ki Hajar maupun Konstruktivisme melihat guru sebagai mitra dalam penemuan
pengetahuan oleh siswa. Mengajar bukanlah kegiatan menyampaikan pengetahuan
dari guru kepada siswa, melainkan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Kegiatan pendidikan disini adalah
partisipasi dalam proses pembelajaran. Guru berpartisipasi aktif dalam pembentukan
pengetahuan, penciptaan makna, pencarian kejelasan, sikap kritis, dan evaluasi
sesuatu. Dalam konteks ini, mengajar berarti membantu siswa berpikir kritis,
sistematis, dan logis dengan mendorong mereka untuk berpikir sendiri. Dalam tradisi
Taman Siswa, hubungan guru-murid menyerupai hubungan orang tua dan anak. Guru
sering melakukan kunjungan ke rumah siswa dan sebaliknya. Guru juga dengan
senang hati mengantar siswa pulang agar bisa pulang dengan selamat, meskipun jalur
guru dan siswa tidak searah. Itulah yang diinginkan Ki Hajar Dewantara bagi
pendidikan anak didiknya. Atas dasar kesetaraan antara pendidik dan peserta didik,
konsep konstruktivisme dibuka oleh pemikiran Ki Hajar Dewantara. Hal ini karena
kedudukan guru hanya sebagai perantara, tidak menggurui dan memberikan
kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan pengetahuannya.
b). Pemanfaatan Sumber Belajar Lingkungan dan Budaya
Indonesia tempat tinggal Ki Hajar Dewantara masih berada di bawah
kekuasaan kolonial Belanda dan Jepang. Meski belajar dari Barat, Ki Hajar
Dewantara tidak menginginkan hegemoni Barat sepenuhnya. Diakui bahwa
pergi ke Barat juga membawa bahaya jiwa yang mengakar, tidak mandiri, dan
acuh terhadap budaya sendiri, yang dia sebut kompleks inferioritas dan
tiruan.Era ketika Belanda menjadi pusat dan Indonesia menjadi kekuatan
hegemonik. Termasuk pilihan nama dan bahasa, masyarakat saat itu merasa
lebih bergaya menggunakan bahasa Belanda dan namanya... Berjuang untuk
kemerdekaan. Di sisi lain, budaya bangsawan Timur juga mempengaruhi
kehidupan sehari-harinya. Ki Hajar Dewantara adalah keturunan dari keluarga
bangsawan. Dalam sistem Jawa yang sangat patriarki mengunggah Ungu,
mengamati adab dan sopan santun dan tradisi besar selalu diajarkan. Dengan
mentransfer guru, satu-satunya sumber belajar, ke lingkungan dan budaya,
siswa membuka pintu untuk eksplorasi budaya dan lingkungannya.
c). Pembelajaran Berbasis Observasi
Belajar dari kesalahan melalui umpan balik dan refleksi yang konstruktif
adalah salah satu elemen kunci dari prinsip pembelajaran yang berpusat pada
siswa yang ditekankan dalam literatur pendidikan saat ini. Pada pertengahan
abad kedua puluh, Dewantara berbicara tentang pentingnya membantu siswa
belajar dari kesalahan mereka dengan mengamati dengan cermat bagaimana
guru mereka berperilaku. Metode yang dijelaskan Dewantara menekankan
"pembelajaran berbasis observasi" untuk mempromosikan pembelajaran
mandiri. Kebanyakan program pendidikan biasanya dilaksanakan menurut
tradisi rutin tanpa kesadaran atau refleksi yang tepat dari apa yang terjadi
(“Keinsyafan” dalam bahasa Jawa). Jika ada kesadaran, itu harus berdasarkan
bukti yang cukup, bukan hanya emosi. Pengalaman saja tidak cukup kecuali
melihat kembali keluarga Ki Hajar Dewantara dan mempelajari istilah-istilah
pengasuh yang memberikan perhatian khusus kepada anak-anak secara khusus.
Dengan menelaah secara mendalam etika dan profesionalisme serta menggali
peran-peran kunci keluarga berdasarkan karakteristik budaya Indonesia,
Dewantara menunjukkan bahwa orang tua dan keluarga membantu anak-
anaknya dan bahwa setiap anggota keluarga adalah pemikir yang mandiri dan
bertanggung jawab. kekuatan untuk membantu Anda menjadi diri Anda
sendiri. Menjadi. Minimalkan kesenjangan antara sikap dan perilaku, pimpin
dengan memberi contoh, dan beri semua orang banyak kesempatan untuk
berpartisipasi aktif dalam proses belajar hidup mereka.
d). Pembelajaran yang Merdeka
Dalam penerapannya di dunia pendidikan, Ki Hajar mengungkapkan teori
konvergensi sebagai sistem pendidikan yang membebaskan peserta didik, atau
yang disebutnya sebagai 'sistem mandiri'. Apa itu kemerdekaan? Jika diamati
lebih dekat, 'sistem bebas' Ki Hajar sesuai dengan pandangan konstruktivis.
Asumsi Konstruktivis: Pengetahuan adalah Hasil Konstruksi Manusia Menurut
para ahli konstruktivis, setiap orang mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
sehingga pengetahuan tidak dapat ditransfer ke orang lain.

 RA. KARTINI

Kartini mendidik masyarakat, khususnya perempuan. Setelah menikah dengan


RA, Kartini akhirnya harus menutup sekolah Kartini karena kekurangan dana.
Namun, R.A. Artinya, pada tahun 1904 kegiatan itu berlangsung. Yakni
menggalang dana tersebut kemudian digunakan untuk membangun Sekolah Kartini.
Sekolah Kartini 1913 pertama didirikan di Semarang dan Jakarta, diikuti oleh
sekolah Kartini di daerah lain. Namun, hingga hari ini masih ada satu sekolah
Karthini, sekolah pertama yang didirikan di Semarang (Eryudhawan, 2015:2).
Driver Drivers R.A. Kartini memulai dengan isu ini dan berjuang untuk menjaga
hak-hak perempuan agar tidak menjadi usang. Kartini datang dan berpikir ke depan
seperti yang dapat dilakukan oleh wanita Eropa yang dapat berpikir dengan cara
yang lebih progresif dan modern. Dapatkan pelatihan yang tepat. Pada saat
kejadian, ada masalah penganiayaan terhadap perempuan yang sangat besar, dan
masalahnya adalah ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hal
pendidikan, masyarakat dan budaya. Oleh karena itu, faktor-faktor yang
memotivasi Kartini untuk mendobrak dan membela harkat dan martabat
perempuan. Namun, R.A. Kartini menyadari bahwa ia telah belajar dengan belajar
dari Barat untuk membangun negaranya khususnya bagi kaum perempuan. .
Peradaban Barat yang luar biasa membuat R.A. Kartini lebih berkomitmen untuk
belajar membebaskan rakyatnya dari ketidakadilan dan ketidaksetaraan. (Kartini ,
2017:51)
BAB III
3.1 TOKOH PSIKOLOGI NASIONAL
3.2.1 BIOGRAFI
 Prof. Slamet Iman Santoso
Ia dianugerahi gelar "Bapak Psikologi" karena menjadi pelopor dalam
mendirikan penelitian psikologi di Indonesia dan sebagai pendiri departemen
psikologi pertama Universitas Indonesia. Profesor Slamet Iman Santoso lahir pada
tanggal 7 September 1907 di Wonosobo, Jawa Tengah. Dia memiliki pelatihan
berikut:
Europeesche Lagere School (ELS) dan Hollandsch Inlandsche School (HIS),
Magelang (1912 1920); Meer Perkemahan Uitgebreid Onderwijs (MULO),
Magelang (1920-1923); MAS-B, Yogyakarta (1923-1926); Seni Rupa India,
Stovia (1926-1932); Sekolah Seni Geneeskunde, Batavia Sentrum (1932-1934).
Pria yang suka memakai pakaian putih ini dikenal jujur, pandai bicara, tegas, dan
konsisten. Prinsip hidupnya tetap tidak berubah sampai akhir hayatnya. Guru
besar psikologi Universitas Indonesia ini meninggal dunia pada Selasa, 9
November 2004 pukul 12.30 WIB dalam usia 97 tahun.
Putra Dr. Oerip Setiono, yang meninggal dunia setelah tiga tahun terbaring di
rumahnya di Jl Cimandiri 26 Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di Aula
FKUI Salemba Jakarta dan kemudian di TPU Menteng Pro. Ia meninggalkan 7
anak, 13 cucu, dan 8 cicit. Istrinya, Suprapti Stejo, sudah meninggal pada
November 1983. Pada tahun 1978, Ul menerima Penghargaan Pemimpin
Pendidikan Nasional dari IKIP Jakarta (UNJ) dan tidak hanya merintis dan
mendirikan Jurusan Psikologi, tetapi juga ikut mendirikan Universitas Andalas,
Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin.
 Perkemahan Uitgebreid Onderwijs (MULO), Magelang (1920-1923); MAS-B,
Yogyakarta (1923-1926); Seni Rupa India, Stobia (1926-1932); Sekolah Seni
Geneeskunde, Batavia Sentrum (1932-1934).
 Pria yang suka memakai pakaian putih ini dikenal jujur, pandai bicara, tegas, dan
konsisten. Prinsip hidupnya tetap tidak berubah sampai akhir hayatnya. Guru
Besar Psikologi Universitas Indonesia itu meninggal dunia pada Selasa, 9
November 2004 pukul 12.30 WIB dalam usia 97 tahun.
 Dr. Oerip Setiono, anak dari Dr. Oerip Setiono, yang meninggal dunia setelah
terbaring di rumahnya di Jalan Jimandiri 26, Jakarta Pusat selama tiga tahun.
Jenazahnya dikebumikan di Aula FKUI Salemba Jakarta dan dimakamkan di TPU
Menteng Pro. Ia meninggalkan 7 anak, 13 cucu, dan 8 cicit. Pada November 1983,
istrinya Suprapti Stageo meninggal dunia. Pada tahun 1978, Ul menerima
Penghargaan Pemimpin Pendidikan Nasional dari IKIP Jakarta (UNJ) dan tidak
hanya merintis dan mendirikan Jurusan Psikologi, tetapi juga ikut mendirikan
Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga dan
Universitas Hasanuddin.
 Stadium Generale, pendidikan universitas berbasis teknologi dan ilmu
pengetahuan, landasan pendidikan.
 Karir : Pendiri Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia (1953-1972); Pembantu
Rektor

Ada banyak pendidik, mantan guru besar kedokteran dan psikologi di Universitas
Indonesia (1950-1953) dan mantan ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Diantaranya adalah Connie Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Jojonegoro,
Mahal Marjono dan Saparina Sadli. Mantan murid ini sangat mengagumi dan
menghormati guru ini. Mereka mengingatnya sebagai guru yang luar biasa dan senang
berbagi pengalaman.
Salah satu sambutannya pada perayaan ultah ke-100 Albert Einstein di pastoran UI tahun
1979:
"Ciri khas orang cerdas bisa menyederhanakan hal yang rumit, tetapi orang bodoh Orang
baik mampu menyederhanakan hal yang rumit." A mantan anggota Dewan Pertimbangan
Agung (1968-1973), ia juga seorang penulis terkenal. Ia sering menulis kolom untuk
berbagai media dan telah menulis buku.
Bukunya yang terkenal antara lain Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar
Hudaya, Jakarta (1977). Latar belakang sosial psikoterapi di Indonesia; psikiatri dan
masyarakat; kesehatan jiwa; kesehatan sekolah di masyarakat; sekolah sebagai penyebab
sakit atau kesehatan. Stadium Generale Basics, Pendidikan Tinggi Berbasis Teknik dan
Sains, Dasar-dasar Pendidikan Dasar.

Ahli saraf dan psikiater mengumumkan pada 1 Januari 1979 bahwa ia menutup
praktiknya secara permanen. Dia mendapati dirinya semakin tua. Ia pun mengaku lelah.
Lahir Bersama Pemberian nama Slamet Iman Santoso berkaitan dengan proses
kelahirannya. Dia lahir terbungkus plasenta. Pada saat itu, semua penduduk desa terkejut
dan berbicara. Dia dianggap sebagai anak ajaib. Bayi yang lahir terbungkus plasenta
dipercaya membawa keberuntungan. Bayi yang dibedong jarang lahir. Ketika bayi yang
dibungkus itu lahir, mereka yang melihatnya kagum dan bertanya
"Di mana bayinya? Di mana bayinya?" Seorang tetangga, Ny. Thambi, istri seorang
petani India, membantu melepaskan ari-ari yang menutupinya. Bayi itu lahir dengan
selamat, menangis. Maka kata selamat (untuk Slamet) digunakan sebagai nama bayi yang
baru lahir. Ia lahir dari keluarga terpelajar saat itu.
Haryanto, “Slamet Iman Santoso (1907-2004) Bapak Psikologi Indonesia”.
2September 2014.
http://belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2004-bapak-psikologi
indonesia/
HP, “Prof. Dr. Slamet Iman Santoso; Saya Ini Orang Jaman Batu dan
AkanMenjadi Fosil”. 2 September 2014.
http://tempo.co.id/ang/pro/1997/slamet_iman.htm

 Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono


Prof. Dr Sarlito Wirawan Sarwono adalah seorang guru besar psikologi dengan spesialisasi
psikologi sosial. Psikolog dan profesor yang aktif di berbagai organisasi seperti:
• APA (American Psychological Association)
• ICP (International Council of Psychologists)
• SPSSI (Society for Psychological Research on Social Issues)
• IPS (Association for Social Psychology)
• ApsyA (Asian Psychological Association)
• ASI (Asosiasi Ilmu Seksual Indonesia)
Perbedaan Pimpinan & Kegiatan protes mahasiswa (1978) untuk mengubah norma perilaku
seksual (1980)
 Menuju Keluarga Bahagia Jilid I-IV (1982)
 Bimbingan dan Konseling Praktek Kedokteran (1982)
 Sybil (terjemahan) (1982)
 Membina Keluarga Bahagia (1983)
 Bengkel Keluarga”. II” (1985)
 Psikologi Lingkungan (1992)
 Psikologi Sosial (1997)

3.3. TEORI TENTANG BELAJAR


 Slamet Iman Santoso
Slamet Iman Santoso menambahkan istilah ilmiah bersifat deskriptif. Dengan kata lain, istilah
ilmiah menggambarkan fakta dan gagasan. Dan pernyataan yang ditulis dalam bahasa ilmiah
dapat diperiksa kebenarannya. Penambahan fitur intersubjektif, yaitu istilah yang digunakan
memiliki arti yang sama bagi pengguna.
 Kelemahan Bahasa
Peranan bahasa sangat vital bagi manusia dalam aktivitas ilmiah (maupun aktivitas non-ilmiah).
Bahasa juga memperjelas cara berpikir orang, sehingga mereka yang terbiasa menulis dengan
bahasa yang baik cenderung berpikir lebih sistematis. Selain itu, bahasa benar-benar membangun
pengalaman manusia dan melakukannya. Sebaliknya, bahasalah yang membentuk pengalaman
manusia ini. .
Tetapi bahkan bahasa pun tidak lepas dari banyak kelemahan bawaan yang menghambat
komunikasi ilmiah. Pertama, bahasa bersifat multifungsi (ekspresif, disengaja, representatif,
informatif, deskriptif, simbolik, emosional, emosional) dan sulit dipisahkan dalam praktiknya.
Akibatnya, para ilmuwan sulit untuk menghilangkan komponen emosional dan emosional ketika
menyampaikan pengetahuan yang bermanfaat, tidak, dan karenanya tidak sepenuhnya objektif,
konotasi emosional.
Kedua, kata-kata mengandung arti atau makna yang tidak sepenuhnya jelas dan tepat. Kata
"cinta" banyak digunakan dalam kaitannya dengan, misalnya, ibu-anak, ayah-anak, suami dan
istri, kakek-nenek, kekasih, sesama manusia, dan bangsa-bangsa sosial. Kata "cinta" memiliki
begitu banyak arti sehingga sulit untuk menemukan istilah yang tepat dan komprehensif. Di sisi
lain, beberapa kata yang mengacu pada komposisi atau pluralisasi makna bahasa sering
menyebabkan apa yang disebut kebingungan semantik. Artinya, dua orang yang berkomunikasi
menggunakan kata-kata dengan arti yang berbeda, atau dua kata yang berbeda untuk arti satu
kata.
Mahmudi, Ikhwan, Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah, Analisis Pembelajaran
Bahasa Kontekstual, (Jakarta, 2014)
 Sarlito Wirawan Sarwono
Adapun teori tentang belajar dari Sarlito Wirawan Sarwono ialah mencangkup Lift skill :
Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagaimana yang Dipopulerkan saat ini merupakan
bagian terpenting dari Pengembangan potensi dasar yang dimiliki setiap siswa. Robert
Havighurst dalam Sarlito Wirawan mengungkapkan sebuah teori yang dikenal dengan teori
tugas perkembangan. Teori ini berpandangan bahwa setiap individu dari segala usia memiliki
kecerdasan, keterampilan, pengetahuan, sikap, dan fungsi yang spesifik sesuai dengan
kebutuhan pribadinya (faktor nativeisme) dan tuntutan masyarakat sekitar (faktor nativeism).
Evolusi berarti perubahan fisik dan mental manusia ke arah yang lebih tinggi dan sempurna.
Ketiga faktor tersebut diintegrasikan ke dalam proses pembentukan kecakapan hidup dari
siswa, tetapi diakui bahwa tingkat pengambilan keputusan tidak merata di antara mereka.
Anak cerdas umumnya memiliki IQ tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka
menyerap, memahami, menghafal, menghafal, menganalisis, dan menyelesaikan pelajaran
yang diberikan oleh guru mereka jauh lebih cepat daripada anak-anak dengan IQ sedang.
faktor untuk hidup mandiri. Bahkan istilah kecakapan hidup sendiri memiliki arti yang lebih
luas daripada istilah kecakapan kerja dan kompetensi profesional. Karena keduanya
merupakan bagian dari program kecakapan hidup. Brolin Anwar mendefinisikan kecakapan
hidup sebagai kecakapan hidup. Istilah kehidupan tidak hanya mencakup keterampilan
khusus (kegiatan vokasional), tetapi keterampilan pendukung fungsional dasar seperti
membaca dan menulis, berhitung, perumusan dan pemecahan masalah, manajemen sumber
daya, kerja tim, dan belajar di tempat kerja. menggunakan teknologi.
Slamet membagi Kecakapan Hidup menjadi dua: Kecakapan Dasar
dan Kecakapan Instrumental. Kecakapan hidup yang bersifat fundamental adalah kecakapan
universal yang berlaku untuk semua kelompok umur, tanpa memandang variasi waktu dan
ruang, dan membantu siswa mengembangkan keterampilan instrumental baik dalam
pendidikan formal maupun nonformal.
Keterampilan hidup instrumental adalah kemampuan relatif dan kondisional yang dapat
berubah seiring dengan perubahan ruang dan waktu,
3.4 APLIKASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
 Slamet Iman Santoso
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari menurut Slamet Iman Santoso
Sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan mengekspresikan diri. Melalui kata-kata,
kita dapat secara terbuka mengungkapkan apa yang sedang terjadi dalam hati dan pikiran
kita.
 Sebagai alat komunikasi.
Bahasa adalah aliran niat orang yang menciptakan emosi dan bisa untuk orang
berkontribusi. Ketika bahasa digunakan dalam bentuk komunikasi, itu berarti mempunyai
tujuan menjadikan pembaca atau pendengar sebagai objek utama perhatian seseorang.
Manusia menggunakan dua jenis komunikasi: verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal
terjadi melalui alat/media (lisan dan tulisan), sedangkan komunikasi nonverbal terjadi
melalui media berupa berbagai simbol, tanda, kode, dan suara seperti rambu jalan dan sirine,
yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa manusia.
 Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
Ketika menyesuaikan dengan sekitar, orang lebih milih bahasa yang akan digunakan
sesuai keadaan Beberapa orang memakai bahasa informal ketika bicara dengan teman
dan bahasa formal ketika bicara dengan orang tua atau seseorang yang mereka hormati.

BAB IV
4.1 TOKOH PENDIDIKAN ISLAM
4.2.1 BIOGRAFI
1. Abu Ali al – Husayn Abdulah bin Sina

Ibnu Sina, juga dikenal sebagai "Avicenna" di dunia barat, adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan dokter yang lahir di Persia (sekarang Iran). Dia juga seorang penulis yang
produktif, kebanyakan berurusan dengan filsafat dan kedokteran. Bagi banyak orang, dia adalah
"bapak kedokteran modern". Karyanya yang paling terkenal adalah al-Qānūn fī aṭ-Ṭibb, yang
telah menjadi referensi medis selama berabad-abad.
Dia adalah penulis dari 450 buku tentang beberapa mata pelajaran utama. Banyak dari mereka
fokus pada filsafat dan kedokteran. George Sarton menggambarkan Ibnu Sina sebagai "ilmuwan
Mutajira paling terkenal dan salah satu ilmuwan paling terkenal di semua bidang, di semua
tempat dan di segala usia." Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing and
Medical Qanun
Kelahiran
Ibnu Sina lahir pada tahun 980 di wilayah Afshana dekat Bukhara saat ini, Uzbekistan,
dan meninggal di Hamadan, Persia (Iran) pada bulan Juni 1037.
Keluarga
Ibnu Sina lahir di Asana, sebuah desa dekat Bukhara (sekarang dikenal sebagai
Uzbekistan) pada tahun 980 M. Desa ini adalah ibu kota dinasti Samanid, dinasti Persia di Asia
Tengah, Khorasan Besar. Ibunya, bernama Setare, berasal dari Bukhara. Ayahnya, Abdullah,
adalah seorang ulama Ismailiyah terkemuka dari kota penting Samanid, Balkh (sekarang dikenal
sebagai Provinsi Balkh di Afghanistan). Ayahnya bekerja untuk pemerintah Samanid di desa
Karmasain, kekuasaan Sunni di daerah tersebut. Lima tahun kemudian, seorang adik laki-laki,
Mahmud, lahir. Ibnu Sina mulai mempelajari Al-Qur'an dan sastra sebagai seorang anak,
sebelum ia berusia sepuluh tahun. Kepribadian Ibnu Sina sangat unik. Sebagai seorang remaja, ia
membaca Metafisika Aristoteles. Namun ia kesulitan memahaminya, padahal ia sudah membaca
dan menghafalnya 40 kali. Ia membelinya di sebuah kios kecil.
2. Ibnu Khaldun

Pendidikan
Dia belajar matematika India dengan penjual sayur India Mahmoud Masahi, dan belajar
banyak dari para sarjana yang mencari nafkah dengan menyembuhkan orang sakit dan mendidik
orang-orang muda. Dia belajar filsafat, di mana dia menghadapi rintangan yang lebih besar.
Kemudian dia meletakkan buku-bukunya, mandi, lalu pergi ke masjid dan terus berdoa sampai
pemimpin menyelesaikan masalah. Dia dikatakan telah membaca Metafisika Aristoteles 40 kali,
dan kata-kata itu terukir dalam ingatannya. Tapi maknanya tidak jelas sampai suatu hari, Farabi
menemukan pencerahan dari deskripsi sederhana yang dia beli di toko buku dengan harga kurang
dari satu dolar. Dia beralih ke kedokteran pada usia 16 tahun dan tidak hanya mempelajari teori
medis, tetapi juga menemukan metode pengobatan baru. Pemuda ini memperoleh status penuh
sebagai Menjadi dokter yang memenuhi syarat pada usia 18 dan ``menemukan kedokteran
sebagai ilmu yang sulit dan merepotkan seperti matematika dan metafisika.'' Ibn Khaldun
Riwayat hidup
Kehidupan Ibn Khaldun didokumentasikan dengan baik saat ia menulis sebuah
otobiografi di mana banyak dokumen yang berkaitan dengan hidupnya dikutip kata demi kata.
Abdulrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdulrahman bin bin
Khaldun, dikenal sebagai "Ibn Khaldun", lahir pada 1332 M (732) di Tunisia, dari keturunan
Arab atas. Lahir dalam keluarga kelas Andalusia. Leluhur keluarga terkait dengan Wail ibn Hujr,
seorang teman Nabi Muhammad. Keluarga Ibn Khaldun memiliki banyak kantor di Andalusia,
Spanyol, tetapi beremigrasi ke Tunisia setelah jatuhnya Sevilla dalam Reconquista tahun 1248.
Di bawah pemerintahan dinasti Hafshiyun, beberapa anggota keluarganya memegang posisi
politik. Namun, ayah dan kakek Ibnu Khaldun pensiun dari kehidupan politik dan bergabung
dengan aliran mistis. Saudaranya Yahya Khaldun, juga seorang sejarawan dan penulis buku
tentang dinasti Abdalwadi, dibunuh oleh sejarawan saingannya.
Dalam otobiografinya, Ibn Khaldun menelusuri keturunannya hingga zaman Nabi Muhammad
melalui suku-suku Arab dari Yaman, khususnya Hadramaut, yang tiba di Semenanjung Iberia
pada abad ke-8 pada awal penaklukan Islam. Dalam kata-katanya sendiri:
"Dan keturunan kami, dari Hadramaut, orang Arab Yaman, melalui Wail ibn Huzir, juga dikenal
sebagai Huzir bin Adi, dari orang-orang Arab terbaik, paling terkenal dan dihormati. edisi Al
Warak). Namun, penulis biografi Mohammad Enan membantah klaim ini, menunjukkan bahwa
keluarganya adalah Muradi yang berpura-pura menjadi keturunan Arab untuk mendapatkan
status sosial. Hénin juga menyebutkan tradisi masa lalu yang terdokumentasi dengan baik
mengenai kelompok Berber tertentu, yang sengaja 'ditambahkan' ke beberapa keturunan Arab,
dan keinginan untuk kekuasaan sosial. Beberapa berspekulasi tentang keluarga Khaldun. Di
dalamnya, Ibn Khaldun sendiri digambarkan sebagai keturunan Berber yang sama dengan
sebagian besar masyarakat adat tempat dia berasal. Cendekiawan Islam Muhammad Hodjen
mengklaim:
ahli waris Berber mereka tidak pernah ditemukan.Sebuah survei tentang leluhur dan nama
keluarganya di Khaldun diyakini sebagai indikasi terkuat dari keturunan Arab di Yaman.
Kepemimpinan Negara
Ibnu Khaldun mengatakan negara itu bisa bertahan hingga 120 tahun. Ia juga membagi
masa berdirinya negara menjadi tiga periode. Periode pertama adalah periode pembangunan
nasional. Pada masa itu, bangsa-bangsa umumnya dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang kuat,
sabar, dan mampu mengatasi masalah negara. Jangan biarkan para pemimpin baru memahami
sulitnya membangun sebuah bangsa. Kekuasaan yang diperoleh pemimpin baru merupakan
warisan dari pemimpin lama. Pemimpin lama hanya menikmati kekuasaan yang diwariskan
kepadanya.
Pada Tahap 3, Kepala Negara memperoleh wilayah di dalam provinsi. Mereka juga mencapai
kekayaan dan posisi penting di dalam negeri. Para pemimpin negara cenderung memerintah
secara longgar selama periode ini. Mereka hanya menikmati kesenangan yang datang dari posisi
mereka. Keadaan kepemimpinan suatu negara pada periode ketiga merupakan penyebab paling
umum keruntuhan suatu negara.
Pemerintahan Negara

Ibn Khaldun mengklaim negara itu memiliki lima tingkat pemerintahan. Tahap pertama adalah
tahap pembentukan dan pertumbuhan negara. Para founding fathers negeri ini fanatik dengan
perebutan kekuasaan dan perebutan kekuasaan. Distribusi kekuasaan di antara para pejuang
saling menguntungkan.[
Tingkat kedua adalah monopoli kekuasaan seorang diktator. Para pemimpin bersaing satu sama
lain untuk mendapatkan kekuasaan yang seharusnya mereka miliki dengan keturunan mereka.
Dalam kekuasaan ini, diktator memperjuangkan reputasi domestik, kekuasaan luas, dan posisi
penting
Fase ketiga adalah waktu kekosongan dan keheningan. Pada tahap ini, pemimpin negara hanya
mengumpulkan hasil kekuasaannya. Tahap keempat adalah tahap peniruan dan penyerahan para
pendahulu. Saat itu, tradisi mantan pemimpin diyakini sebagai bentuk kebaikan. Tahap kelima
adalah masa pemborosan dan pembentukan persahabatan yang buruk. Pada tahap ini, mereka
yang suka memberi nasihat bijak ditinggalkan.

Karya
Karya mulia Ibn Khaldun lainnya adalah at-Ta'riif bi Ibn Khaldun (Autobiography, Notes from
his History). Muqaddimah (Pengantar Kitab al-'ibar yang berciri sosiologis, historis dan
filosofis); Lubab al-Muhassal fi Usul ad-Diin (Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta'
karya Imam Fakhruddin ar-Razi) Buku tentang masalah dan pendapat teologis, yang merupakan
ringkasan dari akh-khiriin.
Dr. Bryan S. Turner, Profesor Sosiologi di Universitas Aberdeen, Skotlandia, mengomentari
karya Ibn Khaldun dalam artikelnya tahun 1970-an The Islamic Review & Arab Affairs.
"Tulisan sosial dan sejarah Ibnu Khaldun adalah satu-satunya tradisi intelektual yang diterima
dan diakui di dunia Barat, terutama oleh sosiolog yang menulis karya-karya mereka dalam
bahasa Inggris." Yang paling terkenal dan populer adalah Muqaddimah (Pendahuluan), the buku
terpenting dalam ilmu-ilmu sosial yang masih dipelajari sampai sekarang.
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Di sini Ibnu Khaldun secara bermakna
menganalisis apa yang disebut "fenomena sosial" dan kita melihat bahwa ia telah menguasai dan
memahami fenomena sosial ini. Bab 2 dan 3 menjelaskan fenomena yang membedakan
masyarakat primitif dan modern, dan bagaimana sistem politik dan pemerintahan berfungsi di
dalamnya.
Bab 2 dan 4 menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan cara orang berkumpul dan
menggambarkan faktor dan pengaruh lingkungan geografis pada fenomena ini. Bab 4 dan 5
membahas ekonomi individu, masyarakat, dan negara. Bab 6 membahas pedagogi, sains,
pengetahuan, dan perangkatnya. Sungguh menakjubkan bahwa tulisan abad ke-14 dapat
menggambarkan sosiologi, sejarah, ekonomi, sains, dan pengetahuan dengan begitu lengkap. Dia
menggunakan teori sejarah untuk menjelaskan bagaimana bangsa muncul dan menghilang.
Ibnu Khaldun sangat yakin bahwa bangsa-bangsa yang ada pada hakekatnya bergantung pada
generasi pertama (pendiri bangsa) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan bangsa.
Dan generasi kedua menikmati stabilitas dan kemakmuran yang diwarisi dari generasi pertama.
Setelah itu, generasi ketiga, yang tumbuh dengan terpesona oleh ketenangan, kegembiraan, dan
hal-hal materi, secara bertahap melemahkan struktur spiritual mereka, dan negara itu menderita
kelemahan internal dan serangan dari musuh eksternal yang kuat.
Ibn Khaldun dianggap sebagai pendiri politik Islam. sains karena ide-idenya yang brilian.
Pelatihan dasar Al-Qur'an yang diterapkan oleh ayahnya mengantarkan Ibnu Khaldun untuk
memahami Islam dan aktif mencari ilmu di luar Islam. Sebagai seorang Muslim dan penghafal
Al-Qur'an (Hafiz), ia menjunjung tinggi keagungan Al-Qur'an. dia berkata: Ajaran Al-Qur'an
harus didahulukan dari perkembangan ilmu pengetahuan lainnya.
Peninggalan
Ibn Khaldun pertama kali menjadi perhatian dunia Barat pada tahun 1697 ketika biografinya
diterbitkan dalam Bibliothèque Orientale Barthélemy d'Herbelot de Molainville. Ibn Khaldun
mulai mendapat perhatian lebih pada tahun 1806 ketika Crestomathy Alave karya Silvestre de
Sacy memasukkan biografinya sebagai prolegomena dengan terjemahan bagian Muqadima.
Sathy menerbitkan kembali biografi yang berisi catatan yang lebih rinci tentang Prolegomena.
Sejak itu, karya Ibn Khaldun telah tersebar luas. dipelajari di Barat dengan minat khusus.

3. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i


Al-Ghazali lahir di Tuth, Khurasan. Kampung halamannya dekat Meshdead. Daerah ini
dulunya adalah bekas Kekaisaran Persia. Al-Ghazali hidup pada masa Kekhalifahan Abbasiyah,
yang memerintah wilayah tersebut sejak abad ke-8. Daerah tempat tinggal Al-Ghazali
merupakan tempat pertemuan para penyair, penulis, dan guru agama. Saat itu banyak konflik
internal yang berlangsung lama.
Tuth, tempat kelahiran Al-Ghazali, adalah sebuah kota besar. Kota ini berpenduduk padat dan
memiliki struktur bangunan yang rapi. Ini memiliki populasi yang lebih besar dari dua kota
tetangga, Tabaristan dan Naukan. Kota Tus dikelilingi oleh pohon-pohon berbunga. Daerah
sekitar kota merupakan daerah pegunungan yang kaya akan mineral. Desa tempat lahir Al-
Ghazali disebut Ghazaleh. Al-Ghazali lahir pada tahun 450 Hijriah atau sekitar tahun 1059 M.
Pendidikan
Pendidikan Al-Ghazali diasuh dengan baik oleh ayahnya. Ayahnya sendiri tidak bisa
membaca dan keluarganya hidup dalam kemiskinan. Sebelum ayahnya meninggal, Al-Ghazali
dipercayakan untuk mengajar Al-Ghazali dan saudaranya Ahmad oleh salah seorang temannya.
Al-Ghazali mengenyam pendidikan dasar di kota Tuth. Ia mulai belajar ilmu agama dasar dengan
seorang guru bernama Ahmad bin Muhammad Razqafi. Di sekolah dasar, ia mendapat uang
sekolah gratis dari beberapa guru karena keluarganya miskin. Pendidikan yang diperoleh pada
tahap ini memungkinkan dia untuk menjadi fasih berbahasa Arab dan Persia. Dari
ketertarikannya yang mendalam pada sains, ia mulai mempelajari Ilmu Usruddin, Ilmu Mantik,
Usulfik dan Filsafat, mempelajari pendapat keempat aliran tersebut dan menjadi akrab dengan
bidang yang dibahas oleh aliran-aliran tersebut. Ia kemudian melanjutkan studinya di bawah
Ahmad Al Razkani di bidang hukum. Abu Nasr al-Ismail dari Jarajan dan Imam Harmayim dari
Naisable. Imam al-Ghazali memiliki pengetahuan tertinggi dan karena itu diangkat sebagai
profesor di Madrasah Nizamiya (universitas yang didirikan oleh Perdana Menteri) di Baghdad
pada tahun 484 Hijriah. Dia kemudian diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri di sana. Ia
mengunjungi beberapa tempat seperti Mekkah, Madinah, Mesir dan Yerusalem, di mana ia
bertemu para ulama dan memperdalam ilmu yang ada. Selama perjalanannya, ia menulis buku
'Ihya Ulumuddin'. Buku ini telah memberikan kontribusi besar bagi pemikiran manusia dalam
masyarakat dan dalam segala hal.
4.4 TEORI TENTANG BELAJAR

1. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i


Menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan bukanlah untuk memperjuangkan kedudukan yang
tinggi atau mencapai kejayaan dunia, tetapi untuk fokus pada pencapaian keutamaan Allah dan
Takarb, dan untuk fokus pada agama dan harus mengarah pada pencapaian tujuan moral. , Allah
Azzawa.
Al-Ghazali, seperti tradisi sufi pada umumnya, tidak membedakan antara ilmu dan marifa.
Bahkan, dia pernah mengatakan bahwa ada sedikit perbedaan etimologis antara keduanya, dan
dia tidak keberatan menggunakan istilah marifa untuk konsep (tasawuf) dan ilm untuk sinonim
(tasqiq).
Al-Ghazali percaya bahwa pengajaran dan pendidikan bertanggung jawab untuk mencapai status
tinggi manusia di antara makhluk lain di bumi. Pengetahuan dan amal membuat seseorang
menjadi layak.

Pendidikan karakter
Al-Ghazali meyakini pendidikan karakter adalah esensi dari pendidikan. Dia mengingatkan para
pendidik untuk tidak mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan tindakan mereka. Al-
Ghazali memprioritaskan untuk memulai pendidikan akhlak dan menghindari akhlak yang buruk.
Model pendidikan akhlak ini adalah Nabi Muhammad SAW.
Al-Ghazali percaya bahwa perilaku anak ditentukan oleh kebiasaan yang diajarkan kepada
mereka. Jika dia terbiasa berbuat baik, dia akan berbuat baik. Sebaliknya, jika Anda terbiasa
melakukan hal-hal buruk, Anda akan melakukan hal-hal buruk
2. Abu Ali al – Husayn Abdulah bin Sina
Ibnu Sina banyak berkaitan dengan pendidikan, mungkin terkait dengan pemikirannya tentang
filsafat ilmu. Menurut Ibnu Sina, dapat dibagi menjadi dua.
ilmu musnah pertama
ilmu abadi kedua
Ilmu abadi dapat disebut logika karena perannya sebagai alat. Untuk tujuan itu, bagaimanapun,
ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi ilmu praktis dan ilmu teoritis.
Ibnu Sina Tujuan Pendidikan:

1. Bertujuan memaksimalkan potensi individu untuk pengembangan penuh baik fisik, intelektual
dan pengembangan pribadi.
2. Berupaya mempersiapkan masyarakat untuk hidup bersama dalam komunitasnya dengan
melaksanakan pekerjaan dan kemampuan yang dipilihnya sesuai dengan bakat, motivasi,
kecenderungan dan potensinya.
3 Tujuan pendidikan adalah pemberdayaan, yang berarti menghasilkan sumber daya manusia
yang profesional.

1. Ibnu kaldun
Ibnu Khaldun tidak memberikan definisi yang jelas tentang pendidikan. Seperti yang
dikatakan Ibnu Kaldun, ia hanya memberikan penjelasan secara umum. Artinya, siapa pun yang
tidak memperoleh sopan santun yang diperlukan dari orang tuanya, termasuk guru dan orang
yang lebih tua, dan tidak belajar dari mereka, dengan bantuan alam, mempelajari peristiwa yang
telah terjadi di segala zaman. Rumusan Ibnu Khaldun mengikuti prinsip keseimbangan. Dia ingin
murid-muridnya mencapai kesejahteraan duniawi dan Urowinya. Berdasarkan pengamatan Ibnu
Khaldun terhadap rumusan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, jelaslah bahwa pendidikan
Islam bercirikan akhlak agama, yang diwujudkan dalam tujuan pendidikan, namun tidak
mengabaikan isu-isu sekuler. Secara umum pandangan Ibnu Khaldun tentang pendidikan dapat
dikatakan sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam, yaitu menghayati aspirasi agama dan
akhlak.

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah menciptakan kesempatan
bagi pikiran untuk lebih aktif beraktivitas.
4.5 APLIKASIDALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
a. Abu Ali al – Husayn Abdulah bin Sina

Untuk sebagai insan yg berkembang seutuhnya individu bisa menilik menggunakan rumusan yg
sanggup pada laksanakan dala sehari hari misalnya:
a. Metode Talqin
yaitu metode mengajarkan membaca Al-Qur'an menggunakan cara memperdengarkan bacaan
Al-Qur'an sebagian demi sebagian, & menyruh anak buat mengulangi bacaan menggunakan
perlahan-huma sampai hafal. Metode ini melibatkan pengajar & anak didik dimana anak didik
diperintah buat membimbing teman-temannya yg masih tertinggal, kata kini merupakan tutor
sebaya.
b. Metode Demonstrasi
Yaitu metode cara mengajar meulis menggunakan mencontoh goresan pena alfabet hijaiyah pada
depan anak didik, lalu pengajar menyuruh anak didik buat mendengarkannya yg dilanjutkan
menggunakan mendemonstrasikan cara menulis.
c. Metode Pembiasaan & Teladan
Adalah metode pedagogi yg sangat efektif, khususnya mengajarkan akhlak menggunakan cara
pembiasaan & teladan yg diadaptasi menggunakan psikologis anak.

i. Ibnu Kaldun
Jika orang tidak dididik dengan buruk oleh orang tuanya, anak-anaknya tidak akan pernah
diajarkan prinsip belajar, mungkin karena orang tuanya tidak berpendidikan dan dapat
mempengaruhi anak-anaknya. . Ketika seorang individu ingin berkembang dan haus akan
pengetahuan, maka secara otomatis individu tersebut memperoleh pengetahuan, individu tersebut
selalu berpegang teguh pada rasa ingin tahunya, mendekati seorang guru atau orang untuk
mengajarkannya, dan menghabiskan waktu yang dibutuhkan individu tersebut.
Rumusan belajar Ibnu Khaldun metode dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sejarah yang memiliki
tujuan kesejahteraan dari memiliki prinsip bahwa harus ada keseimbangan dalam belajar,
Pendidikan formal, mempelajari ajaran agamanya, dll, dipelajari dan berpengetahuan dalam
kehidupan untuk membentuk akhlaknya untuk kehidupan yang lebih baik sehingga seimbang
dalam urusan dunia dan akhirat. Dan memiliki karakter kritis dalam pemikiran mereka, Al-
Qur'an adalah pisau analisis pendidikan, penguatan kebenaran dan pedoman hidup.
ii. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i
Al-Qur'an memiliki arah hidup yang lebih baik dan bijaksana untuk menghadapi segala hal,
berpikir indah, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan yang luas dalam kehidupan sosial, tetapi
juga memiliki niat.
Pendidikan karakter adalah metode yang digunakan oleh para pendidik. Karena metode ini
mengubah sikap, perilaku menjadi pelajaran berharga bagi lingkungan, dan anak masih belum
bisa membedakan baik dan buruk, pendidikan akhlak al-Ghazal mengajarkan bahwa niat baik
dapat memperoleh niat dan pola pendidikan yang baik, Pengaruh faktor lingkungan adalah
masalah metode pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai