Anda di halaman 1dari 3

Merah Darahku, Putih Langkahku

Oleh : Tiorivaldi

Obyek Terorisme
Pada hari Jum'at, tertanggal 15 Maret 2019. Tersampaikan sebuah berita yang sangat
geram terjadi di Selandia Baru.
Dikutip covesia.com - seorang pria bersenjata yang diyakini merupakan warga
Australia berusia 28 tahun telah menembaki kerumunan orang di sebuah masjid di
Selandia Baru. Dalam kejadian itu, anak-anak menjadi korban dan sedikitnya 27 orang
dilaporkan tewas.
Dalam penembakkan tersebut pun, ada video yang menunjukkan seseorang tersebut
merekam sendiri aksi penembakannya di dalam masjid.
Jika biasanya aksi teroris memberikan pesan saat hendak melaksanakan aksinya. Maka
apa yang dilakukan oleh pelaku tersebut pun sama. Menurut media coveasia.com, orang
yang dicurigai sebagai penembak memposting "manifesto 87 halaman" ke Twitter
sebelum pembunuhan, yang menggambarkan aksi mereka sebagai "serangan teroris"

Namun apakah aksi tersebut akan dianggap sebagai aksi teroris? Semua bukti telah
tertuju untuk memverifikasinya. Namun, ada satu persyaratan lain yang belum ada di
dalamnya. Yaitu, pelakunya bukan lah seorang Muslim. Sudah sangat banyak kejadian
pembantaian dan pembunuhan massal yang terjadi sebelum-sebelumnya. Namun, belum
tentu semua itu akan diarahkan kepada definisi teroris.
Coba berpikir lebih objektif. Seorang pendosa tetaplah pendosa, seorang pembunuh
tetaplah seorang pembunuh.
Namun,
Pernahkah disebutkan di dalam media bahwa orang-orang Kristen yang membunuh
dijuluki "Kristen Pembunuh"?
Atau seorang Yahudi yang melakukan tindakan terorisme disebut sebagai "Teroris
Yahudi"?
Jika tidak, tindakan tersebut hanya diucap sebagai pembunuhan. Tidak sampai hati
untuk diucap sebagai tindakan terorisme.
Timothy McVeigh yang telah membunuh 168 orang dan melukai sekitar 680 orang tidak
disebut sebagai "Teroris Kristen". Atau Charles Manson seorang pemimpin sekte
Manson Family yang merancang pembunuhan sebagai tindakan yang dianggap mempercepat
kiamat tidak pernah juga disebut "Si Kristen Pembunuh Massal"
Lalu bagaimana jika itu dikaitkan dengan adanya identitas Muslim dalam pelaku
tersebut?
Seketika ia akan disebut sebagai Islam Fundamentalis, Teroris Muslim, Islam
Ekstrimis, dan lain sebagainya. Coba tengok saja Noordin Mohammad Top, dalam
en.wikipedia ia disebut sebagai Malaysian Muslim extremist. Bahkan jika kita
melihat pada kampus Oxford, carilah kata fundamentalism didalamnya. Maka isinya
menyebutkan:
"A form of a religion, especially Islam or Protestant Christianity, that upholds
belief in the strict, literal interpretation of scripture."
yang dapat kita artikan "Suatu bentuk agama, terutama Islam atau Kristen Protestan,
yang menjunjung tinggi kepercayaan pada interpretasi tulisan suci yang ketat dan
harfiah."
Artinya sudah sejak pendidikan awal di Barat, kata fundamentalis sudah dilekatkan
dalam benak masyarakat disana bahwa itu adalah muslim dan protestan.

Oke, mari kita lebih luas membahasnya. Siapakah yang memulai perang dunia pertama?
Siapakah yang memulai perang dunia kedua? Siapakah yang mengirim bom nuklir ke
Hiroshima dan Nagasaki? Siapakah yang membantai suku aborigin di Australia? Dan
hari ini kita melihat, negara bagian Timur Tengah di eksploitasi, di ambil
kenikmatan buminya, dirampas haknya. Merekalah Muslim sekarang.
Bukan berarti menginginkan ada identitas Kristen atau Yahudi dalam tindakan teroris
yang mereka lakukan. Namun, jika Pram berujar 'Seorang terpelajar harus sudah
berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan' dengan juga tak
mengaitkan setiap tindakan terorisme dengan tambahan obyek Muslim. Pun aku paham
itu dilakukan agar mempengaruhi psikologis manusia agar mendapat fobia dengan
apapun yang ada kaitan Muslim di dalamnya. Bagaimana tidak, jika itu dimasukkan
dalam obyek kata tambahan dari definisi yang buruk seperti terorisme,
fundamentalis, ekstrimis. Maka, akan mencirikan itu adalah berasal dari dogma
Islam. Sehingga tindakan tersebut dianggap dilegitimasi secara langsung oleh sumber
agama Islam. Padahal dalam Al-Qur'an seseorang tidak boleh membunuh siapapun jika
bukan karena ada perkara buruk di dalamnya. Allah SWT berfirman bahwa:
"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah
datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (QS. Al-Maidah: 32)
Dalam suatu video sosial eksprerimen tentang kitab suci Al-Qur'an. Terlihat mereka
yang sedang melakukan eksperimen tersebut mengubah cover kitab bible dengan cover
Al-Qur'an. Sehingga sebenarnya isi dari kitab tersebut adalah kitab bible, akan
tetapi dianggap sebagai kitab Al-Qur'an. Lalu dibacakan kepada orang-orang
tersebut, dan mereka yang dibacakan tersebut mengomentari dan mengkritik isi dari
kitab tersebut yang sejatinya adalah kitab agama mereka sendiri. Artinya dogma
buruk yang mereka anggap ada di dalam kitab Al-Qur'an, ternyata dalam kitab mereka
sendiri ada yang tidak mereka sepakati. Lalu diakhir mereka berkomentar yang
berbeda setelah ditunjukkan kebenaran kitab tersebut dengan lebih lembut dari yang
awalnya.

Adil dan Asing


Kembali pada pembahasan penembakan di Masjid Al Noor, Selandia Baru. Dalam
manifesto pelaku yang dibagikan ke Twitter, ia menulis bahwa penembakan itu adalah
tindakan balas dendam pada penjajah atas ratusan ribu kematian yang disebabkan oleh
penjajah asing di tanah Eropa sepanjang sejarah.
Islam mempunyai konsep keadilannya yang difirmankan dalam Al-Qur'an:
"Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." (QS. Al-An'am: 164)
Makna ayat ini kata Ibnul Jauzi, "Janganlah hukum seseorang karena perbuatan dosa
yang dilakukan oleh orang lain"
Seseorang tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan kerusakan kepada orang lain
atas dasar diri orang yang dirusak memikul hal yang sama dengan orang yang merusak.
Maka dari itu, seseorang bertanggung jawab terhadap kerusakan yang ia lakukannya
sendiri, dan tidak dapat ditembus oleh orang lain. Ini pun juga bermakna bahwa
seseorang yang melakukan tindakan terorisme, maka orang lainnya tidak bertanggung
jawab untuk mendapatkan dugaan ataupun prasangka yang sama. Sehinga jika si A
melakukan tindakan X, maka B tidak serta merta mendapat tuduhan atau hukuman atas
tindakan X walau ada suatu kesamaan antara si A dan si B. Apa yang dilakukan
teroris tersebut, adalah tindakan yang menghukumi seseorang atas tindakan orang
lainnya. Dan tindakan itu dilancarkan karena hanya adanya kesamaan identitas, yaitu
Islam.

Pada akhirnya benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
"Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing.
sungguh beruntunglah orang yang asing" (HR. Muslim no. 145)
asing yang dimaksud bukan berkaitan dengan jumlah atau populasi. Sebab jika itu
yang dimaksud, masyarakat Islam adalah populasi terbesar kedua setelah Kristen.
Maka yang dimaksud adalah Islam dianggap sebagai hal yang minoritas dalam
substansialnya. Akan tetapi mayoritas dalam identitasnya. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW:
�Nyaris tiba saatnya banyak umat yang memperebutkan kalian, seperti orang-orang
yang makan memperebutkan hidangannya.� Ada seorang yang bertanya, �Apakah ketika
itu, kita sedikit?� Beliau menjawab: �Bahkan ketika itu, kalian berjumlah banyak,
akan tetapi kalian seperti buih di atas aliran air. Sungguh, Allah akan mencabut
rasa takut dari dada musuh kalian terhadap kalian dan menimpakan penyakit wahn
kepada kalian.� Lalu ada yang bertanya, �Wahai Rasulullah! Apa penyakit wahn itu?�
Beliau menjawab: �Cinta dunia dan takut mati.� (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Anda mungkin juga menyukai