TINDAK KEKERASAN
Disusun Oleh :
PAK.18.310
(STAKWW) PATI
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak dulu hingga sekarang kekerasan sering terjadi dalam kehidupan manusia. Banyak
manusia bahkan orang kristen melakukan tindak kekerasan mulai dari yang sederhana sampai
yang keji sekalipun. Hal ini dilakukan dengan beberapa kebutuhan yang ingin dia capai,
kebutuhan tersebut dapat berupa kekerasan fisik maupun psikis yang merugikan orang lain.
Tindak kekerasan dilakukan dengan dipengaruhi faktor yang terjadi dalam kehidupan manusia
itu sendiri, adalakanya manusia melakukan tindak kekerasan karena masalah perekonomian yang
Tindak kekerasan juga banyak dilakukan karena ingin memuaskan keinginan hati atau
meluapkan emosi yang sudah disimpan dalam hati yang terlalu berlebih sehingga membuat
manusia tidak dapat mengontrol diri dengan baik dan melakukan kekerasan. Tindak kekerasan
bukan hanyak dilakukan secara fisik saja namun dapat berupa spikis melalui tutur kata, tindakan
yang tidak baik. Tindak kekerasan juga banyak dilakukan karena hanya ingin mencoba hal yang
belum pernah dilakukannya, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor tempat tinggal maupun
lingkungan sosial yang kurang mendukung. Tindak kekerasan dapat dilakukan secara individu
maupun kelompok. Kita sebagai orang beriman hendaknya mengerti dan tidak melakukan tindak
kekerasan sebab Tuhan sang guru agung tidak menghendaki hal tersebut bahkan larangan
Lalu bagaimana tindak kekerasan dalam iman kristen dan secara etika kristen? Bagaimana
sikap iman kristen dalam menyikapi kekerasan? Dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang etika mengenai tindak kekerasan yang berhubungan dengan iman kristen dan kekerasan
menurut alkitabiah.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Kekerasan atau (bahasa Inggris: Violence berasal dari (bahasa Latin: violentus yang
berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar
dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan
secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan
pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok
orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat
diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan
Kekerasan adalah perihal (yang bersifat, berciri) keras yang tidak sesuai atau melanggar
etika kehidupan orang kristen atau ketentuan kehendak Allah, yang artinya perbuatan seseorang
atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kekerasan atau paksaan bagi orang lain yang tidak sesuai ajaran alkitab atau norma-norma
kekristenan.2
Berbicara tentang tindakan kekerasan selalu menjadi pokok bahasan yang menarik untuk
dibahas dan dibicarakan. Dalam makalah ini penulis memakai ajaran Alkitab untuk melihat
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan
2
https://opinibirugmki.blogspot.com/2017/08/kristen-memandang-kekerasan-terhadap.html
tinjauan sejak kapan kekerasan itu ada. Sejak permulaan manusia di bumi dan histori manusia
ada di bumi tindak kekerasan sudah ada di bumi. Hal ini bisa kita pahami karena sejak manusia
pertama jatuh dalam dosa (Kej. 3:1-24) manusia cenderung melakukan tindak kekerasan
terhadap sesamanya. Misalnya tragedi pembunuhan yang dilakukan Kain terhadap saudaranya
Itulah kisah kekerasan pertama, yang memunculkan banyak pertanyaan. Mengapa Tuhan
menerima persembahan Habel dan menolak Kain? Apakah itu menunjukkan rivalitas antara
Tetapi, Alkitab tidak tertarik dengan pertanyan itu. Yang diceritakan cuma bagaimana
Habel memiliki apa yang diinginkan oleh Kain. Ini seolah membenarkan teori yang
Pembunuhan Habel memang dilaknat. Tapi yang cukup mengganggu pembaca modern
ialah bagaimana Kain diceritakan berhasil membangun sebuah kota, yang melambangkan awal
mula peradaban manusia. Artinya, peradaban pertama dibangun oleh seorang pembunuh.
Kitab Suci kristiani penuh dengan cerita mengenai manusia yang saling membunuh dan
bangsa-bangsa yang saling membinasakan. Tradisi para Imam dalam buku Kejadian melihat
kekerasan sebagai dosa umat manusia.3 Umat manusia diwarnai oleh kekerasan. “Adapun bumi
itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan” (Kej. 6:11). Kekerasan itu bisa
dikatakan sebagai perangkum dosa umat manusia, karena semua dosa lainnya juga biasanya
menuju kepada kekerasan atau menghasilkan kekerasan. Pendapat yang sama ditemukan juga
dalam pewartaan para nabi. Hosea memulai ancamannya yang keras terhadap Israel dengan
mengatakan: “Dengarlah firman Tuhan, hai orang Israel, sebab Tuhan mempunyai perkara
dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada
pengenalan akan Allah di negeri ini. Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri,
berzinah dan melakukan kekerasan. Penumpahan darah menyusul penumpahan darah” (Hos. 4:1-
2). Kesalahan Israel dirangkum dengan mengatakan: “Penumpahan darah menyusul penumpahan
darah”.
Mikha berpendapat sama mengenai situasi Israel: “Orang saleh sudah hilang dari negeri,
dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang
mencoba menangkap yang lain dengan jaring” (Mi. 7:2). Situasi buruk ini sudah begitu
menjangkit ke mana-mana, sehingga hubungan yang paling intim pun tidak aman, di manamana
orang saling bermusuhan dan saling menangkap, semua mengincar darah. “Janganlah percaya
kepada teman, janganlah mengandalkan diri kepada kawan. Jagalah pintu mulutmu terhadap
perempuan yang berbaring di pangkuanmu. Sebab anak laki-laki menghina ayahnya, anak
perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya; musuh orang
Begitu pula para nabi yang lain. Bandingkan umpamanya Yeh. 22:1- 27, di mana hampir
sebagai refrain dikatakan bahwa semua bermaksud mau menumpahkan darah. Juga teologi
Deutronomis mempunyai penilaian yang sama mengenai Israel (dan kita semua). Israel binasa
karena kekerasan merajalela di antaranya. Dan semuanya itu tidak hanya berlaku untuk Israel.
Seperti kita sudah lihat dalam tradisi P, begitu juga para nabi mengadukan semua bangsa karena
kekerasan mereka. Hanya sebagai contoh, ada satu gambaran plastis dari Yeremia. “Israel adalah
seperti domba yang tersesat, dikejarkejar oleh singa-singa. Mula-mula raja Asyur memakan dia,
dan sekarang pada akhirnya Nebukadnezar, raja Babel, mengerumit tulang-tulangnya” (Yer.
50:17). Kalau kita masih melengkapi teks-teks ini dengan cerita-cerita mengenai peristiwa kejam
dalam Kitab Suci, maka sungguh bisa dikatakan kekerasan merupakan satu tema yang sangat
Alkitab mengisahkan mengenai suatu masa yang lebih awal dalam sejarah, ketika ’bumi penuh
dengan kekerasan.’ Masa ini lebih dari 4.300 tahun yang lalu, ketika dunia pada waktu itu
bertolak dengan permulaan yang buruk yakni ketidaktaatan Adam dan Hawa yang disusul
dengan pengusiran mereka ke luar Firdaus Eden. Kemudian, Kain, anak laki-laki mereka yang
pertama, membunuh Habel, adiknya. Catatan ilahi memberitahu kita: ”Kain, yang berasal dari si
Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.” (Kejadian 6:11; 1 Yohanes 3:12)
Yesus menunjukkan ”si jahat” itu sebagai si Iblis dan berkata: ”Ia adalah pembunuh manusia
sejak semula.” (Yohanes 8:44) Sejak di Eden, Setan memang telah menghasilkan fakta-fakta
Setelah Kain membunuh Habel, dunia semula itu semakin bertambah buruk. Lamekh keturunan
Kain juga disebut seorang pembunuh manusia. (Kejadian 4:23, 24) Kira-kira pada waktu itu
3
Georg Kirchberger. Problematik Kekerasan Dalam Pandangan Agama Kristiani. Jurnal Ledalero, Vol. 17, No. 7, Juni
2018
”juga tentang mereka [orang-orang fasik] Henokh [dari garis keturunan Set], keturunan ketujuh
dari Adam, telah bernubuat, katanya: ’Sesungguhnya [Yehuwa] datang dengan beribu-ribu orang
kudusNya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik
karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang
diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap [Yehuwa].’” (Yudas 14, 15) Allah
memindahkan Henokh ke luar dari dunia itu, sehingga ia tidak lagi menghadapi tekanan
kekerasan dan nista dari orang-orang jahat itu. Sungguh suatu berkat bagi dia untuk dibangkitkan
ke dalam ”bumi baru” yang penuh perdamaian, yang diciptakan oleh Yehuwa!—2 Petrus
Di jaman Nuh, cicit dari Henokh, pasukan tambahan berupa para malaikat mulai mengikuti Setan
si jahat yang tidak kelihatan itu. Mereka ini adalah putra-putra rohani Allah yang tidak taat
kepadaNya. Mereka turun ke bumi mengawini putri-putri manusia, yang menghasilkan bagi
mereka suatu keturunan campuran—Nefilim. Nama ini berarti ”Para Penumbang,” dan sesuai
dengan sebutan itu mereka berlaku jahat di antara umat manusia. ”Inilah orang-orang yang gagah
perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. . . . Berfirmanlah Allah kepada Nuh:
’Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh
dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan
bumi.’”—Kejadian 6:1-13.
(e) Bagaimana keadaan dunia sekarang dibandingkan dengan di jaman Nuh? Contoh apa
yang ditinggalkan oleh Nuh bagi kita, dan bagaimana kita dapat mengambil manfaat
dengan mengikutinya?
Rasul Petrus mengatakan: ”Bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh
air bah. Tetapi oleh firman [dari Allah] itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari
api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.” Penggenapan
nubuat Alkitab memperlihatkan bahwa dunia masa kini sudah sangat dekat dengan hari
penghakiman itu. Apa yang harus kita lakukan untuk selamat? Ya, apa yang Nuh lakukan
dahulu, bersama keluarganya? Alkitab memberitahu kita: ”Nuh itu hidup bergaul [berjalan]
dengan Allah. . . . Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah
kepadanya.” (2 Petrus 3:6, 7; Kejadian 6:9, 22; 7:5) Dalam hal ini termasuk pula bahwa ia
menjadi ”pemberita kebenaran.” Dengan imannya ”ia menghukum dunia.” (2 Petrus 2:5; Ibrani
11:7) Tidakkah kita patut betul-betul mengikuti teladan yang sangat baik dari Nuh serta isi
rumahnya, seraya kita mengusahakan untuk selamat dari dunia modern in yang memang ”berada
(a) Mengapa Allah menyetujui peperangan Israel jaman purba? Bagaimana Allah dan Kristus
Memang peperangan dilakukan oleh hamba-hamba Allah di jaman purba. Tetapi kita harus ingat
bahwa peperangan itu bersifat teokratis, diperintahkan oleh Allah. Israel berperang dengan
maksud melenyapkan bangsa-bangsa yang bejat dan menyembah hantu-hantu dari ”negeri” milik
Allah. (Imamat 18:24-27; Ulangan 7:1-6) Apakah peperangan yang dilakukan oleh bangsa-
4
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1984033
bangsa, dan khususnya peperangan untuk memperebutkan kuasa atas dunia sejak 1914, disetujui
oleh Allah? Pada waktu orang Katolik membantai orang Katolik, Protestan membantai Protestan,
penganut Budha membantai penganut Budha, atau Muslim membantai Muslim, apakah mereka
bertindak selaras dengan Allah yang ”dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan
umat manusia”? Bagaimana Kristus, Raja Damai [Pangeran Perdamaian], harus memandang
pertumpahan darah yang memenuhi Susunan Kristen sejak meletusnya Perang Dunia II? (Kisah
17:24-26; Yesaya 9:6) Mari kita perhatikan patokan yang baru dan lebih tinggi yang ditetapkan
oleh Pangeran Perdamaian ini bagi orang Kristen sebelum ia mengalami kematian yang keji.
(b) Mengapa Yesus memperhatikan supaya para muridnya dilengkapi dengan pedang? Apa
pada malam sebelum ia ditangkap: ”Dan siapa yang tidak mempunyainya [pedang] hendaklah ia
menjual jubahnya dan membeli pedang. Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci
ini harus digenapi padaKu: ’Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak.’” Ketika
mereka menjawab, ”Tuhan ini dua pedang,” ia mengatakan kepada mereka: ”Sudah cukup.”
(Lukas 22:36-38) Cukup untuk apa? Pertama, untuk menggenapkan Yesaya 53:12. Kedua, untuk
Sudah tentu tidak ada lagi alasan yang lebih kuat untuk menggunakan pedang dari pada untuk
melindungi Putra Allah sendiri! Namun bukanlah kehendak Allah agar Yesus dilindungi pada
waktu itu. Maka ketika rasul Petrus menggunakan pedangnya terhadap hamba imam besar,
Yesus berkata kepadanya: ”Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab
barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.” (Matius 26:52, 53; Yohanes 18:10,
11) Jadi Yesus menjelaskan bahwa peperangan teokratis sejak saat itu tidak lagi melibatkan
5
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1984033
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekerasan adalah perihal (yang bersifat, berciri) keras yang tidak sesuai atau melanggar
etika kehidupan orang kristen atau ketentuan kehendak Allah, yang artinya perbuatan seseorang
atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kekerasan atau paksaan bagi orang lain yang tidak sesuai ajaran alkitab atau norma-norma
kekristenan
mengenai kekerasan tetap tidak diperbolehkan, kasih adalah yang utama. Kekristenan sendiri
memandang kekerasan sebagai larangan yang tidak dapat ditolerir. Dalam etika kekristenan
kekerasan sangat dihindari karena tidak sesuai dengan dasar pokok etika Kristen yang adalah
3.2 Saran
Perlu adanya penelaahan kembali tentang kekerasan yang terjadi didalam alkitab dengan
zaman modern saat ini. Apakah etika Kristen yang sedang digencarkan saat ini sudah sesuai
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan
Georg Kirchberger. Problematik Kekerasan Dalam Pandangan Agama Kristiani. Jurnal Ledalero,
Vol. 17, No. 7, Juni 2018
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1984033
https://opinibirugmki.blogspot.com/2017/08/kristen-memandang-kekerasan-terhadap.html