PENGANTAR
Keluarga adalah sekelompok (dua atau lebih) orang yang terhubung baik
secara biologis (darah), atau melalui pernikahan, atau adopsi, atau berdasarkan
pilihan, di mana satu anggota dengan anggota yang lain saling terikat secara
emosional dan berkomitmen untuk hidup bersama.
Keluarga yang berfungsi dengan baik bukan berarti keluarga yang tidak
pernah mengalami masalah, melainkan keluarga yang mampu menghadapi
berbagai tantangan dan beradaptasi dengan perubahan.
Pernahkah kita melihat sebuah gelas di atas meja yang tidak sengaja
tersenggol kemudiah jatuh dan pecah? Atau kita sedang mengagumi warna indah
dari balon yang baru kita beli namun kemudian tidak sengaja tertusuk ranting
PA BAPAK SEPUH
GITJ INDUK JUWANA
Dari bacaan Alkitab kita saat ini kita belajar tentang Allah yang merangkul
dua pihak yang dianggap sangat berbeda. Tuhan menjadi ‘perekat’ yang
menyatukan mereka yang berbeda itu sebagai anggota-anggota keluarga Allah.
bahkan tanpa Allah. Oleh orang-orang Yahudi, mereka dianggap sebagai orang-
orang yang jauh dari Allah, dan jauh pula dari keselamatan. Namun setelah
mereka mengenal Kristus, identitas mereka diperbarui. Mereka yang semula
dipandang jauh dari Allah dan karya keselamatan-Nya, kini menjadi dekat.
Kristus telah mempersatukan semua orang yang percaya kepada-Nya, baik
mereka yang semula dipandang “dekat” dengan keselamatan itu, yaitu orang-
orang Yahudi – maupun mereka yang semula dipandang “jauh” dari
keselamatan, yaitu orang- orang bukan Yahudi. Kedua belah pihak yang telah
disatukan di dalam Kristus itu menjadi sebuah keluarga besar umat Tuhan. Tidak
ada lagi yang menjadi “orang asing” atau “pendatang” di antara mereka, sebab
kini masing-masing adalah “anggota keluarga Allah”.
Kita semua telah diterima oleh Allah dengan setiap keunikan kita, dan
dipersatukan dengan sesama yang berbeda dengan kita. Dalam lingkup keluarga,
Kristus menjadi pusat kehidupan kita, di mana setiap karya kita mestinya tertuju
pada tekad untuk memuliakan Tuhan. Komunikasi antara suami dengan istri,
orangtua dengan anak, maupun antar saudara didasari dengan kesediaan untuk
saling menerima, bukan sebagai “aku dan kamu/mereka” melainkan sebagai
bagian dari “kita”. Setiap anggota keluarga juga mengalami proses pertumbuhan
dari waktu ke waktu, yaitu ketika mereka belajar untuk saling menerima dan
PA BAPAK SEPUH
GITJ INDUK JUWANA
3. Mari bagikan pengalaman, praktik tindakan nyata apa yang bisa dan telah
menjadi kesaksian Anda dan anggota keluarga sebagai “Keluarga Allah” di
tengah jemaat dan masyarakat, khususnya sebagai wujud solidaritas di
tengah pergumulan situasi pandemi yang masih kita hadapi bersama saat
ini?