Anda di halaman 1dari 6

1.

ALKITAB PERSPEKTIF ANABAPTIS

a. Ringkasan Pendek:
BAGAIMANA KITA MENAFSIRKAN Alkitab?
Perbedaan-perbedaan penafsiran seringkali merupakan akar kesalahpahaman dan
perpecahan di antara orang beriman."Alkitab telah menjadi sebuah medan pertempuran yang di
atasnya peperangan budaya masa kini sedang digelar," kata Sara Wenger Shenk, presiden
Anabaptist Mennonite Biblical Seminary, sedih. "Gereja kita sedang terancam perpecahan
karena cara cara yang salah kaprah dalam membaca dan menafsirkan Alkitab!" Dalam bab ini
saya akan menjelaskan 4 pendekatan dalam menafsirkan Alkitab. Kemudian kita akan menggali
bagaimana orang Kristen Anabaptis memahami dan menaati Alkitab dengan cara yang agak
berbeda dengan banyak atau bahkan kebanyakan orang Kristen lainnya. 

Bagaimana Alkitab sampai kepada kita? 


Dimulai dengan Musa dan suatu periode yang membentang sekitar 1500 tahun, lebih dari
40 pengarang, di bawah panduan Roh Kudus, menulis 66 kitab dari Alkitab. Beberapa kitab dari
Perjanjian Baru pertama ditulis 50 tahun, 100 tahun, atau bahkan lebih setelah kelahiran Kristus.
Orang Kristen awal memiliki latar belakang dalam gulungan gulungan Perjanjian Lama, tapi
pada dasarnya mengkhotbahkan dan melayani dari apa yang mereka dan para rasul ingat dari
pelayanan dan semangat Yesus. Sementara waktu berlalu, para pemimpin Kristen memilih kitab
kitab yang sekarang tercakup dalam Alkitab dan mengembangkan berbagai cara utuk
menafsirkannya. Misalnya, Augustinus mengembangkan empat pendekatan yang rumit untuk
menafsirkan Alkitab, yang menyarankan bahwa setiap bagian Alkitab memiliki empat
kemungkinan makna: 
1. Harafnah: Apa yang dikatakan bagian termaksud tentang masa lalu?
2. Alegoris: Apa yang dikatakan bagian termaksud tentang Kristus? 
3. Moral: Apa yang dikatakan bagian termaksud tentang bagaimana kita harus hidup? 
4. Profetik: Apa yang dikatakan bagian tentang tujuan akhir manusia?
Dalam parameter parameter ini, menafsirkan Alkitab menjadi sangat sukar: sehingga
selama lebih dari 1000 tahun, upaya mempelajari Alkitab diserahkan kepada para biarawan
terpelajar dan sarjana sarjana yang kebanyakan menafsirkan Alkitab menurut Tradisi. Kemudian,
semasa Reformasi pada tahun 1500 an, Martin Luther dan yang lain lainnya menerjemahkan
Alkitab ke dalam bahasa bahasa rakyat. Dalam kurun waktu 1526-1550, hampir 30 terjemahan
baru Alkitab muncul di Eropa.2 Dengan penemuan mesin cetak, serta merta dimungkinkan bagi
orang beriman awam untuk memiliki akses kepada Alkitab. Para pembaca yang penuh semangat
membeli terjemahan terjemahan segera sesudah terjemahan terjemahan itu diterbitkan! 
Seperti orang Kristen lainnya, kaum Anabaptis percaya bahwa Alkitab diilhami dan
”bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik
orang dalam kebenaran" (2 Timotius 3.16). Mereka banyak berdiskusi dengan para reformator
lainnya tentang bagaimana menafsirkan Alkitab. 

Belakangan ini, seperti di zaman Reformasi, kita telah dibanjiri terjemahan terjemahan
dan bentuk bentuk komunikasi yang baru. Di tengah ketersediaan ini, 4 metode atau pendekatan
untuk menafsirkan Alkitab telah menjadi umum digunakan: (1) datar, atau harahah; (2)
dispensasional; (3) berpusat pada Kristus yang dirohanikan; dan (4) berpusat pada Kristus yang
etis. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai pendekatan pendekatan ini. 

Apakah pendekatan Alkitab yang datar? 


Banyak orang Kristen percaya bahwa segenap Alkitab setara dalam nilai dan otoritas.
Mereka menganggap Alkitab itu datar dan membuat perbedaan yang kecil antara Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Misalnya, apa yang dikatakan Musa dalam Kitab Ulangan setara
dengan apa yang dikatakan Yesus dalam Khotbah di Bukit. Pandangan ini dinamakan
pendekatan "Alkitab yang datar” terhadap penafsiran Alkitab. 
Orang Kristen dengan pendekatan yang datar terhadap Alkitab seringkali -angat harafiah
dalam penafsiran mereka. Mereka mungkin berkata, 'Saya sekadar membaca Alkitab dan
melakukan apa yang dikatakannya." Namun, tarima mustahil untuk melakukan segala sesuatu
yang dikatakan Alkitab, Mereka selektif dalam apa yang mereka ajarkan dan lakukan. Juga,
setiap orang itecara tak terelakkan akan menafsirkan apa yang mereka baca seturut dengan
remahaman individual yang terbentuk oleh latar belakang dan konteks.
Ketika para penafsir Alkitab datar menjumpai isu isu politik atau sosial, Seperti perang,
hukuman mati, atau penanganan terhadap orang orang yang menyimpang, mereka sering
menggunakan teks-teks Perjanjian Lama sebagai dasar untuk kepercayaan kepercayaan dan
tindakan tindakan mereka, bahkar ketika teks-teks tersebut berbeda dengan ajaran-ajaran Yesus
dalam Perjanjian Baru. Ketika mereka menjumpai ihwal etika personal, mereka sering mengacu
kepada Surat surat. Kitab kitab Injil diabaikan. 
Bagi orang Kristen Anabaptis awal, tidak cukup bila para pemimpin mempelajari
Alkitab, yang tertulis, Sebagai persiapan untuk mengajar dan berkhotbah. Mereka membutuhkan
baik Firman maupun Roh. Mereka mengalami kesulitan ketika mereka meninggikan Firman
yang tertulis, yang harahah, di atas Roh atau ketika mereka meninggikan Roh di atas Firman
yang tertulis. "Kaum Anabaptis mengajarkan Alkitab dan Roh bersama-sama," kata pengarang C
Arnold Snyder.3 lni kontras dengan pendekatan ”Alkitab semata" dari Luthef Telah dikatakan,
dengan agak kasar, ”Bila Saudara hanya memiliki Firman Saudara akan kekeringan. Bila
Saudara hanya memiliki Roh, Saudara meledak Tapi bila Saudara memiliki baik Firman maupun
Roh, Saudara bertumbuh!“ Karena alasan alasan ini, orang Kristen Anabaptis tidak percaya
bahwa pendekatan Alkitab datar merupakan metode terbaik untuk menafsirkan Alkitab. 

Apakah pendekatan dispensaslonal?


Pendekatan dispensasional dalam penafsiran Alkitab pertama kali diusulkan sekitar tahun
1800 oleh John Darby, seorang pemimpin Plymouth Brethren. Mereka yang mengikuti
pendekatannya percaya bahwa Allah mempunyai kehendak yang berbeda beda dalam berbagai
"dispensasi" atau periode periode sejarah. Alkitab dan kehendak Allah perlu ditafsirkan seturut
periode tertentu. 
Sebagaimana diperlihatkan dalam ilustrasi di atas, 4 (atau lebih) dispensasi al kitabiah
meliputi zaman janji kepada bapa bapa leluhur Israel, zaman Taurat Musa, zaman Gereja, dan,
yang terakhir, zaman Kerajaan 1000 tahun, manaka Yesus kembali kelak untuk memerintah di
bumi. Dispensasionalisme memberi panggung utama kepada Perjanjian Lama dan umat Israel
alih alih kepada Yesus dan Gereja. Dispensasionalisme begitu men gagungkan nubuatan.
Akibatnya, banyak orang Kristen Evangelikal dan orang Kristen Zionis lebih menekankan
nubuat daripada keadilan alkitabiah. Secara khusus hal ini terlihat dalam sikap terhadap bangsa
israel dan pendudukannya atas tanah Palestina. 
Yang paling disayangkan adalah bahwa dengan pendekatan dispensasional, ajaran ajaran
Yesus, sebagaimana kita jumpai dalam Khotbah di Bukit, diang gap hanya dapat diaplikasikan
pada waktu Yesus berada di muka bumi dulu dan setelah kedatangan Nya kembali kelak. Orang
Kristen masa kini tidak di harapkan atau tidak didorong untuk hidup seturut dengan Khotbah di
Bukit. Karena alasan alasan ini, orang Kristen Anabaptis tidak percaya bahwa pendekatan
dispensasional adalah pendekatan terbaik untuk menafsirkan Alkitab. 

Apakah pendekatan yang berpusat pada Kristus yang dirohanikan? 


Sebagian terbesar orang Kristen mengamini suatu pendekatan yang berpusat pada Kristus
untuk menafsirkan Alkitab.Tetapi banyak di antara mereka yang merohanikan Yesus.
Pemahaman mereka tentang Yesus terbatas pada kematian Nya sebagai kurban pengganti di kayu
salib. Pendekatan ini memberi penekanan yang kuat pada Perjanjian Lama, yang diyakini
”melihat ke depan," yakni kepada saat ketika Yesus memberikan nyawa Nya sebagai Kurban
yang Final karena dosa dosa dunia, dan pada Perjanjian Baru, yang diyakini”melihag ke
belakang,"yakni kepada peristiwa tersebut. 
Mereka yang menggunakan pendekatan yang dirohanikan, yang lebih sempit, kepada
Yesus berisiko menafsirkan bagian bagian Perjanjian Lama dengan cara yang tidak dimaksudkan
oleh para penulisnya. Lebih serius, mereka ham_ pir sepenuhnya berfokus pada kematian Yesus
yang bersifat pengurbanan, dan gagal untuk melihat bahwa cara Yesus hidup dan pendirian Nya
adalah faktor faktor kunci yang menyebabkan kematian Nya. Mereka yang mengikuti
pendekatan yang berpusat pada Kristus yang dirohanikan untuk menafsirkan Alkitab pada
umumnya berkhotbah dan mengajar dari Perjanjian Lama atau Surat surat Paulus ketimbang dari
kehidupan dan ajaran ajaran Yesus. 
Kendati mengamini nilai penting dari kematian Kristus, orang Kristen Anabaptis tidak
percaya bahwa pendekatan Krlstosentris yang dirohanikan adalah metode terbaik untuk
menafsirkan Alkitab. Pendekatan ini gagal memberi penekanan yang memadai pada hakikat
lman Kristen yang terletak dalam hal-ihwal mengikut Yesus yang hidup dalam konteks sebuah
komunitas yang berpusat pada Yesus. 

Apakah pendekatan yang berpusat pada Kristus yang etis? 


Pendekatan keempat untuk menafsirkan Alkitab mempertahankan bahwa karena Yesus
adalah pewahyuan Allah dan kehendak Allah yang paling penuh, Ia adalah kunci untuk
menafsirkan Alkitab. Seluruh Alkitab perlu ditafsirkan me“ lalui mata dan natur Yesus. ”Pada
pusat Alkitab ada Yesus,” kata Bruxy Carvey pendeta pengajar di The Meeting House. “Yesus
ada di pusat dari siapa kita; Untuk mengenal Yesus sebaik baiknya yang kita bisa, Khotbah di
Bukit adalah sebuah titik tolak yang indah."
"Bila semua yang dilakukan Alkitab adalah memperkenalkan Yesus Kristus kepada
saya," tandas missionaris Peter Kehler, ”itu cukup!” Kemudian ia berkata, “Alkitab berbuat jauh
lebih banyak, tetapi sumbangsih terbesarnya adalah bahwa ia memperkenalkan kepada kita
Yesus Kristus yang adalah Juruselamat dan Pemandu kita."
Mengapa Yesus diberi prioritas yang sedemikian tinggi? Abraham, Musa, Daud, dan
nabi-nabi telah memperdalam pemahaman tentang Allah dan kehendakNya. Mereka membangun
berdasarkan pemahaman satu sama lain dan berdasarkan pewahyuan berikutnya yang
dikaruniakan kepada mereka. Dalam proses ini natur Allah dan kehendak-Nya menjadi
palingjelas dalam Yesus Kristus. Hal ini dinyatakan secara ringkas dalam Surat Ibrani: "Setelah
pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dengan berbagai cara berbicara kepada nenek
moyang kita dengan perantaraan para nabi, maka pada zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita
dengan perantaraan Anak-Nya Dialah cahaya kemuliaan Allah dan gambar keberadaan Allah
yang sesungguhnya”(|brani1.1-3). 
Ajaran-ajaran Yesus menggenapi, bahkan kadang-kadang melampaui, ajaranajaran
Alkitab sebelumnya. ”Yesus menafsirkannya (Perjanjian Lama) untuk zaman-Nya," kata Ervin
Stutzman, direktur eksekutif Mennonite Church USA. ”Yesus (berkata) 'kamu telah mendengar
yang difirmankan', kemudian Ia mengutip sebuah bagian Perjanjian Lama yang disusul dengan
perkataanoNya 'tetapi Aku berkata kepadamu] yang memperlihatkan cara ilahi yang lebih baik
sekarang. Ia mengklaim otoritas untuk menafsirkan bagian-bagian Alkitab dengan berkata
l'entang diri-Nya, "Di sini ada yang lebih besar daripada Musa!"
Dalam menafsirkan Alkitab, kaum Anabaptis menganut kedua-duanya: aspek… aspek
spiritual dan etis dari hidup dan pelayanan Kristus. Kita percaya bahwa Allah dan kehendak-Nya
dengan paling jelas diwahyukan melalui Yesus Kristus yang utuhMaka etika kita datang
terutama dari Kristus alih-alih dari Dasa Titah dan Surat-surat. 
b. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi dan dlskusi:

1. Pendekatan mana (Alkitab datar, dispensasional, berpusat-pada Kristus yang dirohanikan,


atau berpusat-pada Kristus yang etis) yang telah Saudara gunakan untuk menafsirnkan
Alkltab? 
Pendekatan berpusat-pada Kristus yang etis hal ini karena saya berfikir bahwa Yesus
adalah pokok alkitab itu sendiri jadi semua cerita dalam alkitab bermuara di dalan kisah
Yesus sebagai juruselamat manusia.

2. Ketidaksepakatan-ketidaksepakatan apa di antara anggota-anggota keluarga; atau gereja


Saudara yang dapat Saudara identifikasikan karena disebabkan oleh pendekatan-
pendekatan yang berbeda dalam penafsiran?
Ketidaksepakatan yang terjadi biasanya mengenai apakah Tuhan menebus semua dosa
umat manusia atau hanya manusia yang percaya pada dia saja.

3. Renungkanlah kontras-kontras berikut dl dalam Iman Kristen berkenaan dengan


penalaran Alkitab: 
Saya sepaham dengan penekanan orang anabaptis dalam penafsiran alkitab.

4. Apa artinya bahwa Firman yang tertulis dan semangat Yesus harus dipagari dalam
tegangan? Dapatkah Saudara memberikan contoh? 

5. Bagaimana kita memperdamaikan perbedaan-perbedaan antara apa yang dikatakan Yesus


tentang perzinahan dalam Ulangan 22.22 dan apa yang dikatakan Yesus dalam Yohanes
8.1-11?

Anda mungkin juga menyukai