Anda di halaman 1dari 4

PA BAPAK BAPAK

GITJ INDUK JUWANA

BAHAN PA PASKAH – APRIL 2022


Bacaan: 1 Korintus 15:1-11 dan Yohanes 20:1-18

“MENJADI MANUSIA PASKAH”

PENGANTAR

Paskah adalah inti iman orang percaya. Tanpa Paskah iman orang percaya akan sia-sia. Rasul
Paulus mengatakan dengan jelas “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah segala
pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (I Kor 15:4). Kebangkitan Kristus memberikan
kuasa kepada setiap orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan mau terlibat dalam karya
keselamatan yang diberikan.
Belajar dari pengalaman Maria Magdalena dan Rasul Paulus pada bahan PA kita kali ini, kesaksian
mereka menggambarkan bahwa peristiwa kebangkitan Kristus memberikan dampak positif yang luar
biasa bagi mereka. Pertanyaannya sekarang: Sudahkah kita mengalami dampak karya keselamatan Allah
tersebut?

MENJADI MANUSIA PASKAH

“Meski tak layak diriku, tetapi kar'na darah-Mu...


dan kar'na kau memanggilku, 'ku datang, Yesus, pada-Mu…
“Sebagaimana adanya jiwaku sungguh bercela,
Darah-Mulah pembasuhnya; 'ku datang, Tuhan, pada-Mu …

Baris demi baris lirik di atas tertulis dalam Kidung Jemaat 27 MESKI TAK LAYAK DIRIKU; ditulis
oleh Charlotte Eliott seorang perempuan yang mengalami kelumpuhan di usia 32 tahun. Wajahnya yang
selalu ceria, penuh semangat dan humoris di masa belia terenggut oleh kelumpuhannya. Para ahli medis
pun tidak dapat menyembuhkan penyakitnya. Akibatnya, ia menjadi mudah stress dan marah, selalu
menyalahkan sekelilingnya dan bahkan Tuhan. Namun kasih Tuhan mengubah pandangannya, melalui
kehadiran seorang pendeta yang menghiburnya; Charlotte kembali penuh semangat.
1
PA BAPAK BAPAK
GITJ INDUK JUWANA

“Charlotte kamu dicintai apa adanya” itulah yang dikatakan pendeta Malan yang kemudian
menggerakkan hati dan iman Charlotte untuk berkarya, walaupun hanya di pembaringan. Rasa sakit
tetaplah dirasakan, kesendirian dan kesepian masih menghantui nya, perasaan tidak berdaya dan selalu
menerima pandangan sebagai orang lemah tetap hadir di hidupnya. Namun ketika ia menghayati rasa
cinta dan keselamatan yang diberikan Tuhan, Charlotte mampu mengubah cara pikir, hati dan pandangan
hidupnya, bahwa Tuhan telah memampukan dirinya untuk berbuat bagi banyak orang. (Cerita lengkap
dapat dilihat di channel: https://www.youtube.com/watch?v=cFzVCcdVeVw&t=137s)

Mungkin keadaan seperti itu pula yang seringkali membuat kita mengalami rasa gamang,
bimbang dan kehilangan arah iman. Tatkala kesedihan, keprihatinan, persoalan hidup yang
mendera dan tantangan iman yang selalu menekan; keteguhan dan keyakinan terhadap janji
keselamatan menjadi samar. Rasul Petrus, para murid Tuhan yang lain, Maria Magdalena dan Rasul
Paulus menghadapi hal yang sama. Rasul Petrus pernah menyangkal Tuhan Yesus sampai 3 kali, Maria
Magdalena pernah terjatuh dalam dosa, dan Rasul Paulus menjadi orang yang haus untuk menghilangkan
nyawa para pengikut Tuhan. Namun setelah mengalami peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, perilaku dan
keyakinan lama mereka diubah menjadi baru.

Allah menampilkan sosok perempuan sebagai saluran misi keselamatan bagi semua orang
melalui peran Maria Magdalena. Kenapa justru Maria Magdalena dan beberapa perempuan lain yang
terlebih dahulu menjenguk kubur Yesus? Kenapa tidak Petrus dan murid-murid lain yang terlebih dahulu
menjenguknya? Bukankah pada konteks masa itu status perempuan atau wanita bukanlah sebagai pihak
yang penting untuk didengar pendapatnya di tengah masyarakat?

Seperti yang tertulis dalam bacaan Injil, “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika
hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari
kubur” (Yoh 20:1). Maria Magdalena dan perempuan lain adalah orang-orang pertama yang menjenguk
kubur Yesus (bdk. Mat 28:1-10; Mrk 16:1-8; Luk 24:1-12). Maria Magdalena pula yang pertama kali
ditemui oleh Yesus yang bangkit. Dalam kesedihan yang mendalam, Yesus memanggil namanya “Maria”.

Seketika suasana hatinya berubah; kesedihan, kegetiran berubah menjadi kesukacitaan dan
pengharapan baru. Kesukacitaan itu membuat Maria ingin mengalami kebangkitan bagi dirinya sendiri.
Hal itu tampak seperti dalam firman yang ingin memegang Tuhan Yesus, Gurunya. Karenanya Tuhan
Yesus berkata, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah
kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada
Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” (Yoh. 20:17). Maria Magdalena sungguh-sungguh
memegang Tuhan Yesus yang bangkit, namun Ia menghendakinya agar tidak terus memegang atau
menahan-Nya. Sebab, Ia harus pergi kepada Bapa dan Maria Magdalena harus pergi mengatakan kepada
murid-Nya. Dengan demikian, diawali oleh kebangkitan- Nya, dan kemuliaan Tuhan Yesus para murid
menjadi anak-anak Allah yang adalah Bapa dan menjadi saudara Tuhan Yesus yang bangkit. Walapun

2
PA BAPAK BAPAK
GITJ INDUK JUWANA

Tuhan Yesus melarang untuk menyentuh-Nya, namun Maria telah diubahkan keadaannya. Dukacitanya
berubah menjadi sukacita. Ia beranjak dari kuburan itu, bergegas menyampaikan kabar sukacita kepada
murid-murid Tuhan, sejurus kemudian dihadapan murid-murid Tuhan, Maria berkata: "Aku telah melihat
Tuhan!" Luapan hati yang bahagia akan membuat orang dengan ringan melangkah dan menceritakan
ulang peristiwa besar dalam hidupnya. Hati Maria meluap dengan sukacita, bersama dengan perkataan
Yesus “… tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka …” iapun
melakukannya.

Dorongan untuk tetap menceritakan perbuatan Tuhan, hidup dalam pengharapan dan hidup
dalam ucapan syukur menjadi bagian pengajaran dan kesaksian Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
Pada waktu itu jemaat Korintus sedang bimbang karena adanya pandangan orang Yunani yang
mempengaruhi keyakinan umat Korintus terhadap peristiwa dan kuasa kebangkitan. Oleh karena itu,
Rasul Paulus menganggap penting untuk kembali menguatkan jemaat terhadap tipu daya pandangan
orang Yunani. Dalam 1 Korintus 15:14 ia mengatakan “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-
sialah segala pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”

Peristiwa Paskah adalah inti iman orang percaya. Tanpa Paskah iman orang percaya akan sia-sia.
Kebangkitan Kristus memberikan kuasa kepada setiap orang yang menyerahkan diri dan kekuatan bagi
yang mau terlibat dalam karya keselamatan. Hal itu telah dibuktikan oleh rasul Paulus, dulu ia penghina
Kristus dan penganiaya jemaat, namun setelah hidupnya diselamatkan oleh Tuhan Yesus, ia bersaksi:
“Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan
kasih karunia Allah yang menyertai aku” (ay 10). Kuasa kebangkitan Kristus telah mendorong Rasul
Paulus untuk lebih giat mengabarkan Injil, sebab di dalam Injil ada kepastian hidup. Dia yang seharusnya
mendapat penghukuman atas perbuatan- Nya, namun justru memperoleh keselamatan. Fokus hidup
Rasul Paulus tidak lagi untuk kepentingan dirinya atau kepentingan penguasa dunia yang ia tunduk
sebelumnya. Setelah mengenal Tuhan Yesus, fokus hidup Rasul Paulus hanya kepada Dia dan untuk
keselamatan semua orang.

Peristiwa Kebangkitan Tuhan Yesus tercatat telah memberikan dampak pada Maria Magdalena
dan Rasul Paulus, mereka telah merasakan perubahan hidup :
- dari yang tanpa pengharapan  penuh pengharapan;
- dari kebimbangan dan keprihatinan  menjadi penuh keyakinan dan keberanian untuk
menjalankan tugas panggilan Tuhan mengabarkan kabar sukacita kepada semua orang;
- Tidak lagi berpandangan sempit  menjadi lebih terbuka dan berpandangan bahwa manusia
lain setara dengan dirinya dan setara dihadapan Allah.

Oleh karena itu melalui pengalaman rohani para pengikut Tuhan yang telah menjadi saksi hidup
kebangkitan Yesus menolong kita semua untuk semakin yakin, bahwa percaya kepada Yesus bukanlah
kesia-siaan. Melalui kuasa kebangkitan-Nya kita diajak untuk selalu berusaha mengucap syukur,

3
PA BAPAK BAPAK
GITJ INDUK JUWANA

bersukacita, hidup dalam pengharapan, memiliki cara pandang yang lebih luas, berusaha hidup dalam
kesetaraan dengan orang lain dan kepada Tuhan serta menjadi manusia yang memanusiakan manusia
lain. Artinya kita juga harus mampu memancarkan semangat hidup yang benar, berusaha mewujudkan
ketentraman, damai sejahtera dan keselamatan bagi semua orang. SELAMAT MENJADI MANUSIA
PASKAH!

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI


(Catatan: Pada situasi ke-normal-an baru dalam masa pandemi covid-19, diharapkan PA tetap
dilakukan bersama keluarga di rumah atau kelompok PA secara virtual/online)

1. Pernahkah Anda memiliki pengalaman atau mendengar ada orang yang bertanya, “apakah
Tuhannya orang Kristen itu bisa bangkit?” Menurut Anda, bagaimana cara kita merespons
pertanyaan semacam itu?
2. Setelah kita bersama-sama belajar Firman Tuhan melalui PA ini, pelajaran apa saja yang dapat
Anda petik dari bacaan kita? Adakah yang paling mengena di dalam hati Anda dan pikiran Anda
khususnya berhubungan dengan tantangan pandemi dan berbagai bencana sekarang.?
3. Mohon sebutkan dan bagikan, tindakan nyata apa yang dapat lakukan sebagai agen pembawa
berita karya keselamatan Tuhan bagi keluarga, teman di lingkungan sekolah atau pekerjaan Anda
atau di masyarakat secara luas?

Anda mungkin juga menyukai