Anda di halaman 1dari 2

Tuhan Allah dalam kasih-Nya telah menciptakan kita untuk membawa kita semua kepada

kebahagiaan bersama dengan Dia. Kita tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil kita untuk
bersama dengan Dia melalui kematian. Bila Injil Yohanes berbicara tentang kematian dan
kebangkitan Lasarus  secara jasmani, namun ia dalam Injilnya juga mengingatkan kita akan
kematian dan kebangkitan rohani kita. Jadi ada kebangkitan jasmani dan ada juga
kebangkitan rohani. Kebangkitan jasmani akan berlangsung “pada hari terakhir”, sedangkan
kebangkitan rohani atau kebangkitan hati dapat terjadi setiap hari!

      Nabi Yehezkiel berbicara tentang tulang-tulang kering bangsa Israel dalam kubur-kubur.
Maksudnya kejahatan moral dan dosa-dosa umat Allah bangsanya pada waktu itu. Yehezkiel
mau membesarkan hati dan harapan mereka. “Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalam
dirimu”. Bukan hanya kebangkitan tubuh, tetapi juga kebangkitan kembali harapan bangsanya.
Merdeka dan diselamatkan dari pembuangan dan penjajahan.

      Apa pesan nabi Yehezkiel kepada kita? Kita dapat belajar banyak dari pengalaman hidup.
Kita ini juga dapat mati sebelum kita mati, bahkan selama kita masih hidup! Bukan hanya
berarti mati karena dosa saja. Di samping itu juga berarti mati atau kehilangan kekuatan batin,
atau kehilangan keberanian, atau kehilangan harapan. Ibaratnya “hati kita mati”! –
Pengalaman hidup negatif itu dapat berupa: kegagalan karya atau usaha, kegagalan perkawinan,
ketidaksetiaan sebagai suami atau isteri, penyakit dan kegelisaan dalam keluarga, bencana
keuangan, putus asa dan depresi, narkotika, alkoholisme, krisis dalam kehidupan dalam biara
atau krisis sebagai imam. Nah, bagi siapapun di antara kita yang mengalami “kematian hati”
serupa itu hendaknya ceritera Injil Yohanes tentang Lasarus itu merupakan suatu gema
atau bunyi genta atau lonceng Paskah yang membangkitkan kembali kepercayaan,
kegembiraan dan harapan kita!

      Namun kita bertanya: Siapa gerangan dapat membangkitkan harapan hati kita itu? Kita
semua tahu dan sering mengalami, bahwa banyak penyakit tantangan atau masalah hidup kita
tidak dapat kita sembuhkan. Nasihat dan kata-kata kebijaksanaan pun sering tidak berdaya.
Seperti misalnya diceriterakan dalam Injil Yohanes, bahwa di rumah Marta dan Maria banyak
orang-orang Yahudi yang datang untuk menghiburkan mereka, namun tidak berhasil. Dan
mereka yang mengalami situasi yang sulit memang tidak mampu mencari pertolongan, seperti
Lasarus sendiri tidak mampu karena sudah berada di kubur. Maka dibutuhkan mengundang
kedatangan Yesus. Dan itulah yang dilakukan oleh Marta dan Maria.

      Yesus pernah berkata kepada murid-murid-Nya: “Sembuhkanlah yang orang sakit;


bangkitkanlah orang mati”(Mat 10:8). Apa maksud Yesus dengan perintahNya
“membangkitkan orang mati” itu? Apakah kita sebagai murid-Nya harus membangkitkan
kembali orang yang sudah mati? Memang dalam sejarah Gereja ada beberapa Orang Kudus yang
dapat melakukannya. Tetapi yang dimaksudkan Yesus ialah bahwa kita sebagai murid-Nya
harus membangkitkan kembali orang-orang yang hatinya sudah mati, mati rohaninya,
sudah kehilangan harapan mereka. Inilah juga arti kata-kata yang diucapkan seorang bapak,
dalam dalam Injil Lukas disampaikan kepada anaknya yang nakal dan hilang ini: “Kita patut
bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah
hilang dan didapat kembali” Luk 15:32). Anaknya mati dalam maut moral, namun hidup
kembali dalam kehidupan rohani.

      Perintah Yesus Kristus “Bangkitkanlah orang mati” ditujukan kepada kita semua
muridNya tanpa kekecualian! Orang tua kita yang baik mengajarkan anak-anak mereka,
supaya kita berbelaskasih dan berbuat baik terhadap sesama. Juga ada nasihat: makamkanlah
orang yang meninggal. Tetapi sebagai murid Kristus, kita juga menerima nasihat penting
tambahan ini: “Bangkitkanlah orang yang mati!” Mati kepercayaan dan harapannya.

Anda mungkin juga menyukai