Anda di halaman 1dari 31

Oleh:

Christian Pardede (15.3028)


Novita Simaremare (15.2969)
Samuel Pradana Butarbutar (15.2975)
 Seseorang yang ditanyai tentang kebenaran “kebangkitan” atau
tentang kehidupan setelah kematian pada umumnya akan
menjawab dengan beragam argumentasi atau bahkan berujung
pada “debat kusir” yang kadang kurang memiliki landasan
teologis yang tepat. Hal ini tentu berkaitan dengan iman
kepercayaan masing-masing.
 Dari sana dimungkinkan lahir keraguan dalam imannya, atau
bahkan menimbulkan ambiguitas tentang kebenaran kebangkitan
itu sendiri. Bahkan bisa jadi sampai timbul ketidakpercayaan.
 Banyak penyebabnya, salah satu yang menonjol adalah kurangnya
literatur teologi yang kontekstual dalam Bahasa Nasional
(Indonesia) tentang kebangkitan.
 Maka dari itu kelompok mencoba untuk menerangkan
kebangkitan yang bersifat futuristik (eskatologi) tersebut dalam
perspektif iman Kristen.
 KBBI: .... bangun (hidup kembali); ‘bangkit’ dari
kubur, ‘membangkitkan’ orang mati ....
 Perjanjian Lama (PL): “yakum” berarti “akan
berdiri”, asal katanya “qum” yang berarti
bangkit.
 Perjanjian Baru (PB):
 Anistemi berarti “tegak, mengangkat, atau bangun”
 Egeiro berarti sama dengan anistemi namun lebih
bersifat futuris (eskatologi), berarti “akan bangkit”.
 Kebangkitan merupakan pusat pengakuan iman
Kristen; diformulasikan dalam 1 Korintus 15 dan
Roma 10:9.
 Ajaran Platonis-Aristotelis tentang kekekalan
jiwa → Teologi Katolik Roma → dalam diri
manusia terdapat percikan-percikan ilahi yang
tak pernah padam dan yang olehnya kehidupan
lebih tinggi dikembangkan → maka ketakutan
akan kematian dikatakan hilang.
 Kekekalan jiwa ditolak sama sekali → kematian
yang utuh, artinya bahwa manusia meninggal
secara total yakni tubuh maupun jiwanya.
P. Althaus :
 Tubuh dan roh harus dibedakan tetapi tidak boleh
dipisahkan.
 Karena itu kematian juga dialami oleh jiwa, bukan
oleh tubuh saja. Kedua-duanya adalah satu dan tak
terpisahkan, karenanya kematian bukanlah kejadian
yang di dalamnya jiwa tidak terlibat.
 Menurut Althaus, manusia dipanggil ke dalam
kehidupan dan ke luar dari ketidakadilan, dan Tuhan
Allah tidak melepaskan manusia dari tanganNya, pun
dalam kematian. Allahlah yang dapat memberi
bentuk kehidupan baru kepadanya.
Kesimpulan P. Althaus:
 Kebangkitan bukan penciptaan dari
ketidakadaan (creatio ex nihilo) melainkan
suatu penciptaan dari ciptaan (creatio ex
creatione). Kematian bukanlah ketiadaan
hubungan, melainkan secara baru
memperhadapkan manusia dengan Allah
sebagai hakimnya dan juga sebagai
penolongnya.
 James D. Tabor (2006)
 Yesus tidak bangkit dalam arti apa pun.
 Tabor meyakini bahwa jenazahYesus sudah dimakamkan dua kali dan
tulang-tulangNya dapat ditemukan sebabYesus tidak bangkit. Tabor
tidak percaya bahwa pada kebangkitanYesus sebagai peristiwa
historis, sehingga semua kesaksian PB ditolaknya.
 Maka dengan pasti dia juga menolak adanya kebangkitan orang-orang
mati pada akhir zaman.
 Ioanes Rakhmat (2007)
 Ioanes juga akan terus mencari makamYesus. Ia yang menolak
kebangkitanYesus sebagai historis yang terjadi pada diriYesus, ia juga
menolak kedatanganYesus-Kebangkitan.
 Maka dapat dikatakan bahwa Ioanes juga menolak kebangkitan pada
orang mati diakhir zaman.
 Andar Ismail
 Pada prinsipnya ia mengakui kebangkitanYesus.
 Allah tidak memerlukan tubuh alamiah kita. Tubuh
alamiah kita bisa saja lebur menjadi tanah, sudah
hancur menjadi abu kremasi, sudah remuk, sudah
rusak, sudah cacat. Namun Allah akan mengubah
tubuh alamiah itu menjadi tubuh rohaniah “dalam
ketidakbinasaan”, “dalam kemuliaan” dan “dalam
kekuatan.
 TubuhYesus-kebangkitan bukan penciptaan dari
sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Kebangkitan
Yesus lebih tampak sebagai penciptaan baru dari
sesuatu yang sudah ada.
 F. O. Van Genep
 “Ia sudah bangkit”, katanya. Dalam hal ini dia memberi pejelasan terhadap
1 Korintus 15.
 Tentang tubuh kebangkitan Kristus, bukan tubuh selurunya (Ia melewati
pintu-pintu tertutup) tetapi juga bukan roh seluruhnya (Ia memiliki daging
dan tulang).
 E. P. D. Martasudjita
 KebangkitanYesus adalah peristiwa iman dan bukan peristiwa historis
sebagaimana peristiwa kematianYesus.
 Yesus bangkit, itu sama sekali tidak sama dengan “hidup kembali” seperti
yang dialami pemuda dari Naim, anakYairus atau pun Lazarus.
 Dia juga mengatakan bahwa tindakan membangkitkan orang mati hanya
mungkin dilakukan oleh Allah.
 Tindakan kebangkitanYesus inilah yang menjadi tindakan eskatologis
Allah. KebangkitanYesus adalah peristiwa akhir zaman yang mulai tiba dan
datang.
 Van Niftrik
 KebangkitanYesus Kristus adalah suatu peristiwa yang nyata dan adalah
suatu perbuatan, yaitu perbuatan Allah Bapa yang telah “membangkitkan”
Yesus Kristus.
 Yesus Kristus adalah manusia pertama, yang bangkit dari antara orang mati,
artinya akan menyusul banyak orang lain lagi.
 Ichwei G. Indra
 Kebangkitan orang percaya akan terjadi, dan orang tidak percaya juga akan
diperhadapkan ke dalam hukuman.
 Tubuh kebangkitan kita adalah seperti tubuh kebangkitanYesus.
 Manusia terdiri dari roh, tubuh, jiwa dan daging yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Setelah mati, seluruh dirinya bersama dengan Tuhan. Sifat
tubuh kebangkitan kita secara rohani. Tubuh alamiah disebut tempat
kediaman atau kemah kita di bumi ini. Tubuh rohani kita disebut tempat
kediaman surgawi. Bahwa pada waktu tubuh kita meninggalkan tempat
kediaman (tubuh alamiah) kita akan mengenakan tempat kediaman baru,
yaitu tubuh rohani.
 Kelompok tentu menolak pandangan Tabor dan Rakhmat. Namun
kelompok setuju dan sepaham kepada Andar Ismail dengan pahamnya
tentang “tubuh alamiah” dan “tubuh rohaniah”. Dan juga setuju degan
pandangan Martasudjita tentang “kebangkitan ekskatologi/futuris” dan
“kebangkitan hidup kembali”.
 KebangkitanYesus adalah puncak penyelamatan. Kebangkitan juga yang
menandakan kemenangan dan kejayaan atas maut. Meski semua itu
harus dilewati Yesus melalui sengsara dan salib, tetapi penyelamatan kita
utuh oleh kebangkitan itu. Maka melahirkan pendapat bahwa kita tidak
hanya diselamatkan oleh kematian Kristus melainkan juga oleh
kebangkitanNya, atau lebih tepat lagi bahwa kita diselamatkan oleh
keduanya. Karena dalam kematian menjadi jelas bahwa Kristus sungguh
satu dari kita (100% Manusia). Oleh karena itu, kita yakin dalam iman,
bahwa kita juga boleh mengambil bagian dalam kebangkitan Nya. Yesus
tidak hanya mati untuk kita, Ia juga dibangkitkan untuk kita.
 Semua orang akan diselamatkan melalui kebangkitan bagi
yang mati di dalamYesus Krisus.
 Yesus adalah buah sulung dari kebangkitan.
 Dalam kebangkitan kita manusia, Allah tidak memerlukan
tubuh alamiah kita. Tubuh alamiah kita bisa saja lebur
menjadi tanah, sudah hancur menjadi abu kremasi, sudah
remuk, sudah rusak, sudah cacat. Namun Allah akan
mengubah tubuh alamiah itu menjadi tubuh rohaniah
“dalam ketidakbinasaan”, “dalam kemuliaan” dan “dalam
kekuatan”. Inilah menjadi suatu jaminan juga terhadap
orang-orang yang mengalami cacat dalam dunia, bahwa
Allah tidak memerlukan tubuh alamiah kita untuk
kebangkitan kita.
 Tata Acara Kebaktian Pemakaman (hlm. 34-35, Bahasa Indonesia):
 Ayat bacaan: “Yesus berkata: Akulah kebangkitan dan hidup;
barang siapa percaya kepadaku, ia akan hidup walaupun ia sudah
mati dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak
akan mati selama-lamanya. Amin.”
 Rumusan doa: “Tuhan Allah, Bapa kami yang di surga! Engkau telah
menyerahkan AnakMu, Tuhan Yesus Kristus ke dalam maut, karena
segala dosa kami, dan Engkau telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati, agar kami memperoleh kebenaran dan hidup.
Kasihanilah kami. Tuntun dan hiburkanlah kami, supaya kami tidak
putus asa, walaupun saudara kami ini telah Engkau panggil.
Teguhkanlah iman kami dan tabahkanlah hati kami untuk tekun
mengharapkan hidup yang kekal, supaya kami tidak meratap seperti
orang fasik yang tidak berpengharapan. Arahkanlah hati kami
padaMu, sebab hanya Engkau penghibur dan harapan kami.
KepadaMu kami berserah sampai akhir hidup kami. Amin!”
 Berkat: “Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang
sampai selama-lamanya. Amin.”
 Ayat bacaan tersebut menunjukkan bahwa iman kepada Yesus
merupakan landasan kepada kehidupan kekal sesuai dengan
janjiNya, dan menjauhkan manusia dari kematian kekal. Melalui
apa? Tentu melalui kebangkitan orang mati.
 Dalam rumusan doa, ada menyinggung tentang kematian
bukanlah akhir dari segalanya, namun menjadi pengingat bagi
orang yang masih hidup (tinggal). Allah tidak pernah
meninggalkan orang yang hidup maupun yang mati, dan Allah
telah menaklukkan kematian. Hal tersebut membuktikan bahwa
Allah adalah Tuhan dari orang yang hidup dan yang mati.
 Kalimat berkat itu: “keluar, masukmu”, kembali menunjukkan
kuasaNya atas kehidupan dan kematian. Pasalnya ketika
seseorang telah mati (keluar dari kehidupan manusia), dan
masuk/menerima kehidupan kekal, semua itu tidak luput dari
berkat dan karunia Allah saja.
 Dalam Konfesi HKBP 1951 pasal 16 tentang peringatan orang meninggal
disebutkan: “Manusia telah tentu satu kali mati dan kemudian daripada itu datang
hukaman (Ibr. 9:27). Mereka itu akan berhenti dari kelelahannya (Why. 14:53). Dan
Yesus Kristuslah Tuhan dari orang-orang yang mati dan yang hidup.Dalam kita
mengadakan peringatan kepada orang yang mati, kita mengingat pula akhir kita
sendiri dan menguatkan pengharapan kita pada persekutuan orang-orang percaya,
yang menetapkan hati kita di dalam pergumulan hidup ini (Why. 7:9-17).Dengan
ajaran ini kita menolak dan melawan ajaran animisme yang mengatakan : Roh-roh
dari orang-orang mati masih dapat bergaul dengan manusia. Demikian pula ajaran
yang mengatakan : Roh dari yang mati tinggal di kuburnya. Juga kita tolak ajaran
dari Gereja Katholik Roma yang mengajarkan tentang api ujian (vagevuur) yang
harus dialami seberapa lama untuk membersihkan roh orang mati, sebelum tiba
kepada hidup yang kekal dan orang dapat melakukan missa untuk orang mati dan
memdoakan orang mati itu supaya lebih cepat terlepas dari api itu.Demikian pula
doa kepada roh dari orang-orang kudus dan yang mengharapkan bahwa kekuatan
dan kekudusan orang itu dapat turun dari kuburan, pakaian, barang atau tulang-
tulangnya (relikwi).”
 Dalam Konfesi 1951 pasal 18 tentang hukuman pada hari kiamat
disebutkan: “Tuhan kita Yesus Kristus akan turun kelak pada hari
kiamat untuk membangunkan orang-orang mati (Yoh. 5:28; 1 Tes.
4:16; Mat. 24:3; Luk. 21:28; Why. 20:11-15). Ia akan menghakimi
segala manusia (Mat. 25; 1 Kor. 15:52; 2 Kor. 5:10). Pada waktu itu Ia
akan memanggil orang-orang yang percaya ke dalam hidup yang
kekal (Mat. 25:34). Tempat dari orang-orang percaya akan menjadi
kekal di hadapan Allah sampai selama-lamanya (Mat. 25). Dengan
ajaran ini kita menolak dan melawan ajaran yang mengatakan: (a)
bahwa waktu kedatangan Kristus kembali dapat dihitungkan oleh
manusia; (b) Bahwa masih ada waktu kemurahan sesudah orang
meninggal. Kita menekankan bahwa kedatangan Tuhan adalah
pada waktu yang tidak dapat diketahui (1 Tes. 5:2; Mat. 24:42;
44:50; Luk 12:35-36). Karena itu kita harus selalu bersiap seperti
diperingatkan oleh Tuhan kita (Luk. 12:35-36).”
 Pasal 16 tersebut menunjukkan kuasa Yesus yang
menjadi Tuhan dari orang yang hidup dan yang mati,
bahwa kuasaNya tidak terbatas oleh apa pun
(termasuk ruang dan waktu).
 Allah melalui Yesus menunjukkan korban terbaik,
yaitu korban pendamaian antara Allah dan manusia
(lih. pasal 1.2.).
 Pasal 18 memastikan tentang penghukuman pada
hari kiamat, di mana Yesus pasti akan turun kembali
untuk menghakimi seluruh manusia, lalu dengan
kuasaNya akan memanggil orang percaya ke dalam
kehidupan kekal. Pekerjaan ini akan dilakukan oleh
Roh Kudus yang membenarkan manusia dan
memateraikan keselamatan orang percaya.
 Sebenarnya ada banyak lagu yang bersifat eskatologi,
termasuk berhubungan dengan kebangkitan. Namun
kelompok hanya menunjukkan satu tema utama dan
mengambil beberapa lagu sebagai contoh.
 Tema lagu yang paling cocok adalah ende taringot tu na
masa sogot (nyanyian eskatologi), contoh: BE. No. 353:1-
dst.: “Di surgo hasonangan i, inganan na dumenggan i. Tusi
do laho muli au, asa rap dohot Jesus au. ....”
 Kemudian lagu berikutnya adalah BE. No. 342:1 “Ngot ma
ho dijou soara ni angka sipaboa mara, sai ingot ma ho
Jerusalem. Tonga borngin do ombasna, hamu parbaju na
marroha, sai unang ma hamu pedem. Naeng ro pangoli i,
pagalak lampu i, Haleluya! Marhobas be, hamu sude, tu
hasampuran rea i.”
 BE. No. 353:1 jelas menunjukkan pengharapan orang
Kristen Batak, bahwa setiap orang percaya akan ke
surga, dan di sana adalah tempat penuh kebahagiaan
dan sukacita abadi. Kalimat “tusi do laho muli au”
(kembali ke asal yang sudah ditetapkan) menunjukkan
satu tema yang menarik, yaitu bahwa manusia akan
kembali ke sana. Yaitu orang-orang percaya yang
sudah ditetapkan akan bangkit dan berada di surga
bersama dengan Yesus.
 BE. No. 342:1 mengingatkan setiap orang untuk
bersiaga, bila perlu setiap orang harus menganggap
bahwa esok adalah hari kematiannya, sehingga tidak
ada waktu untuk berbuat dosa, namun harus terus
berpengharapan kepadaNya.
 Allah di dalam kemuliaanNya datang ke dunia mengambil rupa manusia untuk
menyelamatkan setiap orang yang percaya kepadaNya, supaya mereka beroleh
hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Karya penyelamatan Allah melalui Yesus nyata
dalam dunia dalam kematianNya di kayu salib, dan dibuktikan dengan
kemenanganNya atas maut, yaitu kebangkitanNya dari antara orang mati.
Melalui kebangkitan ini, semua orang percaya diselamatkan, bukan hanya umat
pilihan Allah, melainkan pula semua orang yang mengaku bahwa Ia adalah Tuhan
dan Juruselamat (bnd. Rm. 10:12-13).
 Keselamatan orang percaya nyata dalam kebangkitannya (dalam perspektif
eskatologis), yang diterima setiap orang berdasarkan iman yang telah
dianugerahkan Allah bagi manusia. Karena Allah tidak menemukan perbuatan
yang melayakkan manusia untuk masuk ke dalam KerajaanNya yang kekal. Oleh
karena itu, hanya iman yang benarlah sebagai langkah menuju keselamatan yang
sempurna oleh Allah (bnd. 1 Ptr. 3:13-18). 1 Korintus 15 dengan jelas memberi
arah pandang harapan orang beriman harus kepada hari terakhir, sebab di waktu
itulah tubuh duniawi akan dibangkitkan menjadi tubuh rohani (1 Kor. 15:44), atau
di situlah tubuh manusia yang hina menjadi seperti tubuh Kristus (Flp. 3:21).
 Masih banyak dari orang Kristen yang sangat takut kepada
kematian, dan bahkan menganggap kematian itu seakan
akhir dari segalanya. Budaya orang Kristen (termasuk
Batak) masih sedikit primitif dan duniawiah, sebab jika ada
anggota keluarga atau sanak saudara terdekat yang
meninggal, mereka seakan lupa akan pengharapan
kehidupan kekal dan malah larut dalam tangis kesedihan.
Terlebih pada kasus Habatakon (Kebatakan), ada istilah
mangandungi na monding (menangisi secara mendalam
terhadap orang mati). Padahal Filipi 1:21 secara jelas
mengatakan bahwa “hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan”, artinya ada kehidupan kekal setelah
kematian. Selain itu orang yang percaya tidak akan
melihat sheol atau hades (lih. Mzm. 16:8-11). Karena
mereka yang percaya pasti akan dibangkitkan.
 Kematian merupakan jalan menuju kehidupan kekal. Kehidupan
kekal tersebut tentu diperoleh dari kebangkitan orang percaya.
Kebangkitan yang dimaksud dalam paper ini adalah kebangkitan
secara futuris, bukan presentis. Kebangkitan memang sulit
diterima secara rasio, untuk itu pemahaman secara rohaniah
(iman) perlu dilakukan. Seperti dalam pemahaman iman Kristen,
bahwa setiap orang yang percaya akan menerima kebangkitan
tersebut. Maka melalui tulisan ini, penulis hendak menekankan
bahwa setiap orang percaya setelah mati, pasti akan
dibangkitkan. Maka iman dan pengharapan yang teguh harus
menjadi landasannya. Semua orang percaya tidak akan
merasakan hades atau sheol, karena orang percaya (tubuh Kristus,
gereja), akan bergabung bersama Kristus itu sendiri (kepala
gereja).
 Beragam pandangan dan pendapat para teolog, ahli, dan
guru-guru besar membuat orang-orang yang berpikir
secara rasio menjadi semakin gusar. Namun jika kita lebih
teliti, pandangan mereka itu ternyata memiliki satu
tujuan, yaitu kematian menjadi jalan menuju kehidupan
kekal melalui kebangkitan orang percaya. Dan ada pula
saatnya untuk kesudahan dunia ini, di mana semuanya
berakhir, dan hanya ada Dia yang disebut Omega, masa
itu disebut akhir zaman. Masa itu merupakan masa
penghakiman, Yesus datang kedua kali untuk menghakimi
orang yang hidup dan yang mati. Setelah semuanya
berakhir, mereka yang hidup dan yang mati akan
ditentukan, masuk ke dalam Kerajaan Surga, atau ke
Neraka (mungkin kadang kala disebut hades, yaitu dunia
orang-orang yang telah menerima kematian kekal).
 HKBP juga tidak buta terhadap permasalahan kebangkitan, di
mana HKBP memuat paham tentang kebangkitan di dalam
beberapa dokumennya. Beberapa di antaranya adalah Agenda
HKBP, Konfesi HKBP dan Buku Ende HKBP. Agenda memuat
dengan jelas konsep kebangkitan melalui kematian orang percaya,
hal tersebut dapat ditemui dalam ragam tata acara pemakaman.
Demikian pula dengan Konfesi yang memuat paham kebangkitan.
Namun kebanyakan paham tentang kebangkitan dimuat dalam
Konfesi HKBP 1951. Dan paham kebangkitan yang lainnya dimuat
dalam Buku Ende, di mana Buku Ende menekankan beragam
paham yang tidak melenceng dari Konfesi HKBP sendiri, dan
semua lagu serta tema Buku Ende telah disesuaikan untuk
memahami kebangkitan dalam perspektif iman Kristen, terkhusus
di HKBP sendiri.
 Gereja sebagai suatu lembaga seharusnya lebih banyak
mempersiapkan literatur teologi tentang keselamatan dan
kebangkitan pada hari yang terakhir, juga memberikan
pengajaran-pengajaran mengenai hal itu kepada jemaatnya.
Terkhusus pada HKBP dalam mempersiapkan gereja yang mantap
landasannya.
 Mahasiswa teologi sebagai bakal calon Pendeta harus memiliki
pengetahuan yang baik mengenai kebangkitan, supaya kelak tidak
memberikan pengajaran yang salah kepada jemaat, dan dapat
memberikan pengajaran yang tepat melalui jawaban atas
pertanyaan yang kerap diajukan jemaat kepada kita. Terlebih
supaya kita dapat meruntuhkan paham animisme di HKBP, yaitu
“daging gabe tano, hosa gabe alogo, tondi gabe begu (sisombaon)”,
yang berarti jika orang sudah mati maka tubuhnya menjadi tanah,
nafasnya menjadi angin dan rohnya menjadi hantu (yang
disembah).
 Yosef Sinaga: “Creatio ex creatione, banyak
penafsiran dari yang tidak ada menjadi ada.
Apa alasan kelompok kenapa creatio ex
creatione menjadi tolak ukur dalam paper ini?”
 Kristina Situmorang:
 Dimana tertulis pemahaman HKBP tentang
eksistensi penghukuman atau penghakiman
terhadap orang mati?
▪ Konfesi HKBP 1951: Yoh. 5:28-29; 1 Tes. 4:16; Mat. 24:3; Luk. 21:28;
Why. 20:11-15; Mat. 25; 1 Kor. 15:52; 2 Kor. 5:10; Mat. 25:34; Luk.
12:35-36).
 Yesus selama 3 hari berada dalam perut bumi,
Mat. 12:40 menyatakan kemiripan dengan
peristiwa Yesus. Apa tujuan dari peristiwa ini?

 Hal apa dari Yesus yang mengalami kematian?


 Gr. Albert Hutagalung:
 Kelompok secara jelas menerangkan bahwa tidak
ada hubungan orang yang hidup dan yang mati.
Namun Saul bisa memanggil roh melalui
penenung. Bagaimana hubungan teks ini
terhadap pernyataan kelompok tadi?
 Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia. kala
Yesus bangkit, apakah yang bangkit hanya
RohNya saja?
 Diantri Padang:
 Kita mempercayai, bila manusia telah mati, roh
akan ke surga, dan tubuh yang fana di dunia.
Apakah sifat manusianya juga menempati roh
kekal yang naik ke surga itu?
 Jika roh manusia sudah terangkat, apakah
bentuknya sesuai dengan bentuknya di dunia?
 Elia naik ke surga, apakah tubuh dan rohnya
sekaligus menempati surga (lih. 2 Raj. 2:1)?
 Dosen:
 Kemana Roh orang mati setelah meninggal (menurut
tradisi Protestan)?
 Apa makna Mzm 121:8 dalam tradisi HKBP, sehingga
HKBP memasukkannya menjadi formula berkat bagi
orang yang meninggal?
 Apakah orang meninggal masih bisa diberi berkat? Apa
posisi Pendeta dalam memberkati orang meninggal?
 Apa hubungan parousia dan kebangkitan, siapa yang
datang dalam penghakiman?
 Mengapa ketika kita berdoa sering mengundang
kehadiran Allah, seakan kita mempercepat kiamat?

Anda mungkin juga menyukai