Novita Simaremare (15.2969) Samuel Pradana Butarbutar (15.2975) Seseorang yang ditanyai tentang kebenaran “kebangkitan” atau tentang kehidupan setelah kematian pada umumnya akan menjawab dengan beragam argumentasi atau bahkan berujung pada “debat kusir” yang kadang kurang memiliki landasan teologis yang tepat. Hal ini tentu berkaitan dengan iman kepercayaan masing-masing. Dari sana dimungkinkan lahir keraguan dalam imannya, atau bahkan menimbulkan ambiguitas tentang kebenaran kebangkitan itu sendiri. Bahkan bisa jadi sampai timbul ketidakpercayaan. Banyak penyebabnya, salah satu yang menonjol adalah kurangnya literatur teologi yang kontekstual dalam Bahasa Nasional (Indonesia) tentang kebangkitan. Maka dari itu kelompok mencoba untuk menerangkan kebangkitan yang bersifat futuristik (eskatologi) tersebut dalam perspektif iman Kristen. KBBI: .... bangun (hidup kembali); ‘bangkit’ dari kubur, ‘membangkitkan’ orang mati .... Perjanjian Lama (PL): “yakum” berarti “akan berdiri”, asal katanya “qum” yang berarti bangkit. Perjanjian Baru (PB): Anistemi berarti “tegak, mengangkat, atau bangun” Egeiro berarti sama dengan anistemi namun lebih bersifat futuris (eskatologi), berarti “akan bangkit”. Kebangkitan merupakan pusat pengakuan iman Kristen; diformulasikan dalam 1 Korintus 15 dan Roma 10:9. Ajaran Platonis-Aristotelis tentang kekekalan jiwa → Teologi Katolik Roma → dalam diri manusia terdapat percikan-percikan ilahi yang tak pernah padam dan yang olehnya kehidupan lebih tinggi dikembangkan → maka ketakutan akan kematian dikatakan hilang. Kekekalan jiwa ditolak sama sekali → kematian yang utuh, artinya bahwa manusia meninggal secara total yakni tubuh maupun jiwanya. P. Althaus : Tubuh dan roh harus dibedakan tetapi tidak boleh dipisahkan. Karena itu kematian juga dialami oleh jiwa, bukan oleh tubuh saja. Kedua-duanya adalah satu dan tak terpisahkan, karenanya kematian bukanlah kejadian yang di dalamnya jiwa tidak terlibat. Menurut Althaus, manusia dipanggil ke dalam kehidupan dan ke luar dari ketidakadilan, dan Tuhan Allah tidak melepaskan manusia dari tanganNya, pun dalam kematian. Allahlah yang dapat memberi bentuk kehidupan baru kepadanya. Kesimpulan P. Althaus: Kebangkitan bukan penciptaan dari ketidakadaan (creatio ex nihilo) melainkan suatu penciptaan dari ciptaan (creatio ex creatione). Kematian bukanlah ketiadaan hubungan, melainkan secara baru memperhadapkan manusia dengan Allah sebagai hakimnya dan juga sebagai penolongnya. James D. Tabor (2006) Yesus tidak bangkit dalam arti apa pun. Tabor meyakini bahwa jenazahYesus sudah dimakamkan dua kali dan tulang-tulangNya dapat ditemukan sebabYesus tidak bangkit. Tabor tidak percaya bahwa pada kebangkitanYesus sebagai peristiwa historis, sehingga semua kesaksian PB ditolaknya. Maka dengan pasti dia juga menolak adanya kebangkitan orang-orang mati pada akhir zaman. Ioanes Rakhmat (2007) Ioanes juga akan terus mencari makamYesus. Ia yang menolak kebangkitanYesus sebagai historis yang terjadi pada diriYesus, ia juga menolak kedatanganYesus-Kebangkitan. Maka dapat dikatakan bahwa Ioanes juga menolak kebangkitan pada orang mati diakhir zaman. Andar Ismail Pada prinsipnya ia mengakui kebangkitanYesus. Allah tidak memerlukan tubuh alamiah kita. Tubuh alamiah kita bisa saja lebur menjadi tanah, sudah hancur menjadi abu kremasi, sudah remuk, sudah rusak, sudah cacat. Namun Allah akan mengubah tubuh alamiah itu menjadi tubuh rohaniah “dalam ketidakbinasaan”, “dalam kemuliaan” dan “dalam kekuatan. TubuhYesus-kebangkitan bukan penciptaan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Kebangkitan Yesus lebih tampak sebagai penciptaan baru dari sesuatu yang sudah ada. F. O. Van Genep “Ia sudah bangkit”, katanya. Dalam hal ini dia memberi pejelasan terhadap 1 Korintus 15. Tentang tubuh kebangkitan Kristus, bukan tubuh selurunya (Ia melewati pintu-pintu tertutup) tetapi juga bukan roh seluruhnya (Ia memiliki daging dan tulang). E. P. D. Martasudjita KebangkitanYesus adalah peristiwa iman dan bukan peristiwa historis sebagaimana peristiwa kematianYesus. Yesus bangkit, itu sama sekali tidak sama dengan “hidup kembali” seperti yang dialami pemuda dari Naim, anakYairus atau pun Lazarus. Dia juga mengatakan bahwa tindakan membangkitkan orang mati hanya mungkin dilakukan oleh Allah. Tindakan kebangkitanYesus inilah yang menjadi tindakan eskatologis Allah. KebangkitanYesus adalah peristiwa akhir zaman yang mulai tiba dan datang. Van Niftrik KebangkitanYesus Kristus adalah suatu peristiwa yang nyata dan adalah suatu perbuatan, yaitu perbuatan Allah Bapa yang telah “membangkitkan” Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah manusia pertama, yang bangkit dari antara orang mati, artinya akan menyusul banyak orang lain lagi. Ichwei G. Indra Kebangkitan orang percaya akan terjadi, dan orang tidak percaya juga akan diperhadapkan ke dalam hukuman. Tubuh kebangkitan kita adalah seperti tubuh kebangkitanYesus. Manusia terdiri dari roh, tubuh, jiwa dan daging yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setelah mati, seluruh dirinya bersama dengan Tuhan. Sifat tubuh kebangkitan kita secara rohani. Tubuh alamiah disebut tempat kediaman atau kemah kita di bumi ini. Tubuh rohani kita disebut tempat kediaman surgawi. Bahwa pada waktu tubuh kita meninggalkan tempat kediaman (tubuh alamiah) kita akan mengenakan tempat kediaman baru, yaitu tubuh rohani. Kelompok tentu menolak pandangan Tabor dan Rakhmat. Namun kelompok setuju dan sepaham kepada Andar Ismail dengan pahamnya tentang “tubuh alamiah” dan “tubuh rohaniah”. Dan juga setuju degan pandangan Martasudjita tentang “kebangkitan ekskatologi/futuris” dan “kebangkitan hidup kembali”. KebangkitanYesus adalah puncak penyelamatan. Kebangkitan juga yang menandakan kemenangan dan kejayaan atas maut. Meski semua itu harus dilewati Yesus melalui sengsara dan salib, tetapi penyelamatan kita utuh oleh kebangkitan itu. Maka melahirkan pendapat bahwa kita tidak hanya diselamatkan oleh kematian Kristus melainkan juga oleh kebangkitanNya, atau lebih tepat lagi bahwa kita diselamatkan oleh keduanya. Karena dalam kematian menjadi jelas bahwa Kristus sungguh satu dari kita (100% Manusia). Oleh karena itu, kita yakin dalam iman, bahwa kita juga boleh mengambil bagian dalam kebangkitan Nya. Yesus tidak hanya mati untuk kita, Ia juga dibangkitkan untuk kita. Semua orang akan diselamatkan melalui kebangkitan bagi yang mati di dalamYesus Krisus. Yesus adalah buah sulung dari kebangkitan. Dalam kebangkitan kita manusia, Allah tidak memerlukan tubuh alamiah kita. Tubuh alamiah kita bisa saja lebur menjadi tanah, sudah hancur menjadi abu kremasi, sudah remuk, sudah rusak, sudah cacat. Namun Allah akan mengubah tubuh alamiah itu menjadi tubuh rohaniah “dalam ketidakbinasaan”, “dalam kemuliaan” dan “dalam kekuatan”. Inilah menjadi suatu jaminan juga terhadap orang-orang yang mengalami cacat dalam dunia, bahwa Allah tidak memerlukan tubuh alamiah kita untuk kebangkitan kita. Tata Acara Kebaktian Pemakaman (hlm. 34-35, Bahasa Indonesia): Ayat bacaan: “Yesus berkata: Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepadaku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Amin.” Rumusan doa: “Tuhan Allah, Bapa kami yang di surga! Engkau telah menyerahkan AnakMu, Tuhan Yesus Kristus ke dalam maut, karena segala dosa kami, dan Engkau telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, agar kami memperoleh kebenaran dan hidup. Kasihanilah kami. Tuntun dan hiburkanlah kami, supaya kami tidak putus asa, walaupun saudara kami ini telah Engkau panggil. Teguhkanlah iman kami dan tabahkanlah hati kami untuk tekun mengharapkan hidup yang kekal, supaya kami tidak meratap seperti orang fasik yang tidak berpengharapan. Arahkanlah hati kami padaMu, sebab hanya Engkau penghibur dan harapan kami. KepadaMu kami berserah sampai akhir hidup kami. Amin!” Berkat: “Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya. Amin.” Ayat bacaan tersebut menunjukkan bahwa iman kepada Yesus merupakan landasan kepada kehidupan kekal sesuai dengan janjiNya, dan menjauhkan manusia dari kematian kekal. Melalui apa? Tentu melalui kebangkitan orang mati. Dalam rumusan doa, ada menyinggung tentang kematian bukanlah akhir dari segalanya, namun menjadi pengingat bagi orang yang masih hidup (tinggal). Allah tidak pernah meninggalkan orang yang hidup maupun yang mati, dan Allah telah menaklukkan kematian. Hal tersebut membuktikan bahwa Allah adalah Tuhan dari orang yang hidup dan yang mati. Kalimat berkat itu: “keluar, masukmu”, kembali menunjukkan kuasaNya atas kehidupan dan kematian. Pasalnya ketika seseorang telah mati (keluar dari kehidupan manusia), dan masuk/menerima kehidupan kekal, semua itu tidak luput dari berkat dan karunia Allah saja. Dalam Konfesi HKBP 1951 pasal 16 tentang peringatan orang meninggal disebutkan: “Manusia telah tentu satu kali mati dan kemudian daripada itu datang hukaman (Ibr. 9:27). Mereka itu akan berhenti dari kelelahannya (Why. 14:53). Dan Yesus Kristuslah Tuhan dari orang-orang yang mati dan yang hidup.Dalam kita mengadakan peringatan kepada orang yang mati, kita mengingat pula akhir kita sendiri dan menguatkan pengharapan kita pada persekutuan orang-orang percaya, yang menetapkan hati kita di dalam pergumulan hidup ini (Why. 7:9-17).Dengan ajaran ini kita menolak dan melawan ajaran animisme yang mengatakan : Roh-roh dari orang-orang mati masih dapat bergaul dengan manusia. Demikian pula ajaran yang mengatakan : Roh dari yang mati tinggal di kuburnya. Juga kita tolak ajaran dari Gereja Katholik Roma yang mengajarkan tentang api ujian (vagevuur) yang harus dialami seberapa lama untuk membersihkan roh orang mati, sebelum tiba kepada hidup yang kekal dan orang dapat melakukan missa untuk orang mati dan memdoakan orang mati itu supaya lebih cepat terlepas dari api itu.Demikian pula doa kepada roh dari orang-orang kudus dan yang mengharapkan bahwa kekuatan dan kekudusan orang itu dapat turun dari kuburan, pakaian, barang atau tulang- tulangnya (relikwi).” Dalam Konfesi 1951 pasal 18 tentang hukuman pada hari kiamat disebutkan: “Tuhan kita Yesus Kristus akan turun kelak pada hari kiamat untuk membangunkan orang-orang mati (Yoh. 5:28; 1 Tes. 4:16; Mat. 24:3; Luk. 21:28; Why. 20:11-15). Ia akan menghakimi segala manusia (Mat. 25; 1 Kor. 15:52; 2 Kor. 5:10). Pada waktu itu Ia akan memanggil orang-orang yang percaya ke dalam hidup yang kekal (Mat. 25:34). Tempat dari orang-orang percaya akan menjadi kekal di hadapan Allah sampai selama-lamanya (Mat. 25). Dengan ajaran ini kita menolak dan melawan ajaran yang mengatakan: (a) bahwa waktu kedatangan Kristus kembali dapat dihitungkan oleh manusia; (b) Bahwa masih ada waktu kemurahan sesudah orang meninggal. Kita menekankan bahwa kedatangan Tuhan adalah pada waktu yang tidak dapat diketahui (1 Tes. 5:2; Mat. 24:42; 44:50; Luk 12:35-36). Karena itu kita harus selalu bersiap seperti diperingatkan oleh Tuhan kita (Luk. 12:35-36).” Pasal 16 tersebut menunjukkan kuasa Yesus yang menjadi Tuhan dari orang yang hidup dan yang mati, bahwa kuasaNya tidak terbatas oleh apa pun (termasuk ruang dan waktu). Allah melalui Yesus menunjukkan korban terbaik, yaitu korban pendamaian antara Allah dan manusia (lih. pasal 1.2.). Pasal 18 memastikan tentang penghukuman pada hari kiamat, di mana Yesus pasti akan turun kembali untuk menghakimi seluruh manusia, lalu dengan kuasaNya akan memanggil orang percaya ke dalam kehidupan kekal. Pekerjaan ini akan dilakukan oleh Roh Kudus yang membenarkan manusia dan memateraikan keselamatan orang percaya. Sebenarnya ada banyak lagu yang bersifat eskatologi, termasuk berhubungan dengan kebangkitan. Namun kelompok hanya menunjukkan satu tema utama dan mengambil beberapa lagu sebagai contoh. Tema lagu yang paling cocok adalah ende taringot tu na masa sogot (nyanyian eskatologi), contoh: BE. No. 353:1- dst.: “Di surgo hasonangan i, inganan na dumenggan i. Tusi do laho muli au, asa rap dohot Jesus au. ....” Kemudian lagu berikutnya adalah BE. No. 342:1 “Ngot ma ho dijou soara ni angka sipaboa mara, sai ingot ma ho Jerusalem. Tonga borngin do ombasna, hamu parbaju na marroha, sai unang ma hamu pedem. Naeng ro pangoli i, pagalak lampu i, Haleluya! Marhobas be, hamu sude, tu hasampuran rea i.” BE. No. 353:1 jelas menunjukkan pengharapan orang Kristen Batak, bahwa setiap orang percaya akan ke surga, dan di sana adalah tempat penuh kebahagiaan dan sukacita abadi. Kalimat “tusi do laho muli au” (kembali ke asal yang sudah ditetapkan) menunjukkan satu tema yang menarik, yaitu bahwa manusia akan kembali ke sana. Yaitu orang-orang percaya yang sudah ditetapkan akan bangkit dan berada di surga bersama dengan Yesus. BE. No. 342:1 mengingatkan setiap orang untuk bersiaga, bila perlu setiap orang harus menganggap bahwa esok adalah hari kematiannya, sehingga tidak ada waktu untuk berbuat dosa, namun harus terus berpengharapan kepadaNya. Allah di dalam kemuliaanNya datang ke dunia mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepadaNya, supaya mereka beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Karya penyelamatan Allah melalui Yesus nyata dalam dunia dalam kematianNya di kayu salib, dan dibuktikan dengan kemenanganNya atas maut, yaitu kebangkitanNya dari antara orang mati. Melalui kebangkitan ini, semua orang percaya diselamatkan, bukan hanya umat pilihan Allah, melainkan pula semua orang yang mengaku bahwa Ia adalah Tuhan dan Juruselamat (bnd. Rm. 10:12-13). Keselamatan orang percaya nyata dalam kebangkitannya (dalam perspektif eskatologis), yang diterima setiap orang berdasarkan iman yang telah dianugerahkan Allah bagi manusia. Karena Allah tidak menemukan perbuatan yang melayakkan manusia untuk masuk ke dalam KerajaanNya yang kekal. Oleh karena itu, hanya iman yang benarlah sebagai langkah menuju keselamatan yang sempurna oleh Allah (bnd. 1 Ptr. 3:13-18). 1 Korintus 15 dengan jelas memberi arah pandang harapan orang beriman harus kepada hari terakhir, sebab di waktu itulah tubuh duniawi akan dibangkitkan menjadi tubuh rohani (1 Kor. 15:44), atau di situlah tubuh manusia yang hina menjadi seperti tubuh Kristus (Flp. 3:21). Masih banyak dari orang Kristen yang sangat takut kepada kematian, dan bahkan menganggap kematian itu seakan akhir dari segalanya. Budaya orang Kristen (termasuk Batak) masih sedikit primitif dan duniawiah, sebab jika ada anggota keluarga atau sanak saudara terdekat yang meninggal, mereka seakan lupa akan pengharapan kehidupan kekal dan malah larut dalam tangis kesedihan. Terlebih pada kasus Habatakon (Kebatakan), ada istilah mangandungi na monding (menangisi secara mendalam terhadap orang mati). Padahal Filipi 1:21 secara jelas mengatakan bahwa “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”, artinya ada kehidupan kekal setelah kematian. Selain itu orang yang percaya tidak akan melihat sheol atau hades (lih. Mzm. 16:8-11). Karena mereka yang percaya pasti akan dibangkitkan. Kematian merupakan jalan menuju kehidupan kekal. Kehidupan kekal tersebut tentu diperoleh dari kebangkitan orang percaya. Kebangkitan yang dimaksud dalam paper ini adalah kebangkitan secara futuris, bukan presentis. Kebangkitan memang sulit diterima secara rasio, untuk itu pemahaman secara rohaniah (iman) perlu dilakukan. Seperti dalam pemahaman iman Kristen, bahwa setiap orang yang percaya akan menerima kebangkitan tersebut. Maka melalui tulisan ini, penulis hendak menekankan bahwa setiap orang percaya setelah mati, pasti akan dibangkitkan. Maka iman dan pengharapan yang teguh harus menjadi landasannya. Semua orang percaya tidak akan merasakan hades atau sheol, karena orang percaya (tubuh Kristus, gereja), akan bergabung bersama Kristus itu sendiri (kepala gereja). Beragam pandangan dan pendapat para teolog, ahli, dan guru-guru besar membuat orang-orang yang berpikir secara rasio menjadi semakin gusar. Namun jika kita lebih teliti, pandangan mereka itu ternyata memiliki satu tujuan, yaitu kematian menjadi jalan menuju kehidupan kekal melalui kebangkitan orang percaya. Dan ada pula saatnya untuk kesudahan dunia ini, di mana semuanya berakhir, dan hanya ada Dia yang disebut Omega, masa itu disebut akhir zaman. Masa itu merupakan masa penghakiman, Yesus datang kedua kali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Setelah semuanya berakhir, mereka yang hidup dan yang mati akan ditentukan, masuk ke dalam Kerajaan Surga, atau ke Neraka (mungkin kadang kala disebut hades, yaitu dunia orang-orang yang telah menerima kematian kekal). HKBP juga tidak buta terhadap permasalahan kebangkitan, di mana HKBP memuat paham tentang kebangkitan di dalam beberapa dokumennya. Beberapa di antaranya adalah Agenda HKBP, Konfesi HKBP dan Buku Ende HKBP. Agenda memuat dengan jelas konsep kebangkitan melalui kematian orang percaya, hal tersebut dapat ditemui dalam ragam tata acara pemakaman. Demikian pula dengan Konfesi yang memuat paham kebangkitan. Namun kebanyakan paham tentang kebangkitan dimuat dalam Konfesi HKBP 1951. Dan paham kebangkitan yang lainnya dimuat dalam Buku Ende, di mana Buku Ende menekankan beragam paham yang tidak melenceng dari Konfesi HKBP sendiri, dan semua lagu serta tema Buku Ende telah disesuaikan untuk memahami kebangkitan dalam perspektif iman Kristen, terkhusus di HKBP sendiri. Gereja sebagai suatu lembaga seharusnya lebih banyak mempersiapkan literatur teologi tentang keselamatan dan kebangkitan pada hari yang terakhir, juga memberikan pengajaran-pengajaran mengenai hal itu kepada jemaatnya. Terkhusus pada HKBP dalam mempersiapkan gereja yang mantap landasannya. Mahasiswa teologi sebagai bakal calon Pendeta harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai kebangkitan, supaya kelak tidak memberikan pengajaran yang salah kepada jemaat, dan dapat memberikan pengajaran yang tepat melalui jawaban atas pertanyaan yang kerap diajukan jemaat kepada kita. Terlebih supaya kita dapat meruntuhkan paham animisme di HKBP, yaitu “daging gabe tano, hosa gabe alogo, tondi gabe begu (sisombaon)”, yang berarti jika orang sudah mati maka tubuhnya menjadi tanah, nafasnya menjadi angin dan rohnya menjadi hantu (yang disembah). Yosef Sinaga: “Creatio ex creatione, banyak penafsiran dari yang tidak ada menjadi ada. Apa alasan kelompok kenapa creatio ex creatione menjadi tolak ukur dalam paper ini?” Kristina Situmorang: Dimana tertulis pemahaman HKBP tentang eksistensi penghukuman atau penghakiman terhadap orang mati? ▪ Konfesi HKBP 1951: Yoh. 5:28-29; 1 Tes. 4:16; Mat. 24:3; Luk. 21:28; Why. 20:11-15; Mat. 25; 1 Kor. 15:52; 2 Kor. 5:10; Mat. 25:34; Luk. 12:35-36). Yesus selama 3 hari berada dalam perut bumi, Mat. 12:40 menyatakan kemiripan dengan peristiwa Yesus. Apa tujuan dari peristiwa ini?
Hal apa dari Yesus yang mengalami kematian?
Gr. Albert Hutagalung: Kelompok secara jelas menerangkan bahwa tidak ada hubungan orang yang hidup dan yang mati. Namun Saul bisa memanggil roh melalui penenung. Bagaimana hubungan teks ini terhadap pernyataan kelompok tadi? Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia. kala Yesus bangkit, apakah yang bangkit hanya RohNya saja? Diantri Padang: Kita mempercayai, bila manusia telah mati, roh akan ke surga, dan tubuh yang fana di dunia. Apakah sifat manusianya juga menempati roh kekal yang naik ke surga itu? Jika roh manusia sudah terangkat, apakah bentuknya sesuai dengan bentuknya di dunia? Elia naik ke surga, apakah tubuh dan rohnya sekaligus menempati surga (lih. 2 Raj. 2:1)? Dosen: Kemana Roh orang mati setelah meninggal (menurut tradisi Protestan)? Apa makna Mzm 121:8 dalam tradisi HKBP, sehingga HKBP memasukkannya menjadi formula berkat bagi orang yang meninggal? Apakah orang meninggal masih bisa diberi berkat? Apa posisi Pendeta dalam memberkati orang meninggal? Apa hubungan parousia dan kebangkitan, siapa yang datang dalam penghakiman? Mengapa ketika kita berdoa sering mengundang kehadiran Allah, seakan kita mempercepat kiamat?