Anda di halaman 1dari 5

RSIA TRISNA MEDIKA

TUNTUNAN SPIRITUAL AGAMA KATOLIK

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK TRISNA MEDIKA


JL .PAHLAWAN NO 216 KETANON NO TELP 0355 323274
TULUNGAGUNG
RSIA TRISNA MEDIKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan
kepada semuanya, sehingga Tuntunan Spritual Agama Katolik di RSIA Trisna Medika
ini dapat diselesaikan dan disusun dengan baik. Buku panduan ini digunakan sebagai
buku panduan yang dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam melaksanakan tugas
di rumah sakit khususnya terhadap kebutuhan pasien akan pelayanan rohani.
Kami berharap, dengan buku panduan ini dapat menjadikan peningkatan dalam
proses pelayanan kesehatan yang secara maksimal dan tetap memperhatikan kaidah-
kaidah hukum yang telah ada.

Tulungagung,........................

Tim Penyusun
Dasar dari Kitab Suci

Sesungguhnya, pengurapan orang sakit diberikan atas perintah Yesus sendiri. Yesus
memberikan perintah kepada para muridNya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah
dan mengurapi orang sakit dengan minyak (lih. Mrk 6:13, Luk 10:8-9). “Sembuhkanlah
orang sakit,” (Mat 10:8) demikianlah seruan Yesus kepada para rasulNya. Penderitaan
dan penyakit manusia selalu menarik perhatian Tuhan, sehingga semasa hidupNya,
kemanapun Yesus pergi mengajar, hampir selalu disertai dengan mukjizat
penyembuhan orang-orang sakit (Mat 12:5, 14:36, Mrk 1:34, 3:10).

Dalam menyembuhkan, Yesus tidak hanya menyembuhkan badan namun juga jiwa
para orang sakit dengan mengampuni dosa mereka (lih. Mrk 2:5-12); dan
pengampunan dosa (kesembuhan rohani) dilihat oleh Yesus sebagai sesuatu yang lebih
utama daripada kesembuhan badan. Yesus menginginkan agar para penderita sakit
untuk percaya kepada-Nya (lih. Mrk 5: 34,36). Ia menggunakan tanda-tanda untuk
menyembuhkan, seperti ludah dan perletakan tangan (lih. Mrk 7:32-36; 8:22-25),
adonan dari tanah dan pembasuhan (lih. Yoh 9:6-7), ataupun penjamahan jubahNya
(lih. Luk 6:19).

Perhatian Yesus inilah yang diteruskan secara turun temurun oleh para rasul dan para
murid-Nya. Rasul Yakobus adalah yang secara khusus menuliskan hal ini, “Kalau ada
seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia mamanggil para penatua jemaat, supaya
mereka mendoakan dia serta mengolesinya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan
doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan
membangunkan dia; dan jika ia berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak
5:14-15). Tradisi ini yang diturunkan menjadi salah satu dari ketujuh sakramen Gereja.

Kapan sebaiknya menerima Sakramen Urapan Orang Sakit?

Katekismus mengikuti pengajaran Vatikan II, menegaskan bahwa Urapan orang sakit
tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang berada di ambang kematian saja. Maka
saat yang baik adalah pada saat kita mulai menghadapi bahaya maut, misalnya ketika
akan menghadapi operasi besar, ataupun ketika baru mendapat diagnosa penyakit
tertentu yang cukup serius; ataupun jika kita sudah lanjut usia. Jika sesudah menerima
sakramen ini kita sembuh, kita dapat menerimanya kembali jika kita mengalami sakit
berat lagi.

Urutan Pengurapan di Rumah Sakit


1. Ritus dimulai dengan tanda salib dengan air suci yang mengingatkan kita akan
janji baptis, bahwa kita akan mati bersama Kristus agar dapat bangkit dengan
kehidupan baru bersama Dia.
2. Bacaan Kitab Suci sesuai dengan kondisi orang yang sakit. Imam akan berdoa
dan akan menyampaikan doa-doa dari sesama anggota Gereja dan
mengundang yang sakit untuk juga berdoa bagi anggota Gereja.
3. Imam menumpangkan tangan ke atas kepala orang yang sakit, berdoa atas
minyak suci dan mengurapi dahi dan tangan orang yang sakit.
4. Imam mendoakan orang yang sakit dan mengundang semua yang hadir untuk
berdoa “Bapa Kami”.
5. Selanjutnya, orang yang sakit dapat menerima Komuni kudus.
6. Imam kemudian memberkati orang sakit dan semua yang hadir.

Buah-buah Pengurapan Orang Sakit

Sakramen Urapan Orang Sakit ini mendatangkan buah-buah yang baik bagi yang sakit,
yaitu:

1. Suatu anugerah khusus dari Roh Kudus. Melalui kisah pengalaman Pastor
Bob di atas, kita mengetahui bahwa rahmat sakramen ini adalah kekuatan,
ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berkaitan dengan penyakit tersebut ataupun kelemahan karena usia lanjut.
Rahmat ini memperbaharui iman dan pengharapan, sehingga orang yang sakit
tidak berkecil hati dan tidak takut menghadapi kematian. Rahmat ini dapat
mendatangkan pengampunan dosa, menyembuhkan jiwa, dan dapat pula
menyembuhkan badan, jika hal tersebut sesuai dengan kehendak Allah.
2. Persatuan dengan sengsara Kristus. Oleh Sakramen ini orang yang sakit
menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi
dengan sengsara Tuhan Yesus. Dalam keadaan sedemikian, orang yang sakit
seolah diangkat menjadi ‘sahabat sejati’ Tuhan Yesus yang tidak saja menjadi
sahabat di waktu senang, tetapi juga di waktu susah. Dengan menderita
bersama Yesus, sengsara kita akibat dari dosa asal mendapat suatu nilai yang
baru: kita dapat turut serta dalam karya keselamatan Yesus. Inilah yang disebut
sebagai “redemptive suffering” atau sengsara yang menyelamatkan.
3. Rahmat Gerejani. Orang yang sakit dapat menggabungkan penderitaannya
dengan penderitaan Yesus dan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan
umat Allah. Dari contoh kisah Pastor Bob di atas dapat kita lihat bagaimana doa
sang ibu yang sakit dapat membawa buah pertobatan bagi banyak anak muda
anggota Gereja. Jadi Pengurapan dapat menghasilkan buah yang ganda, sebab
yang menerima rahmat tidak saja orang yang sakit, tetapi juga para anggota
Gereja. Orang sakit yang didoakan oleh Gereja (melalui imam) dalam
persekutuan orang kudus menerima rahmat Roh Kudus, dan orang yang sakit
tersebut menyumbangkan rahmat yang diterimanya dari Pengurapan, yaitu doa
yang menguduskan Gereja.
4. Persiapan untuk perjalanan terakhir. Urapan ini merupakan persiapan untuk
perjalanan terakhir terutama bagi mereka yang tengah menghadapi ajal. Bagi
mereka, Urapan ini membuat mereka semakin serupa dengan Kristus sendiri.
Urapan Orang sakit ini menjadi semacam rangkuman kehidupan kita di dunia, yang
telah dimulai dengan (1)Pembaptisan yang telah mempersatukan kita dengan
kematian dan kebangkitan Kristus, dan yang telah memberikan kehidupan baru
dalam Roh, (2)Penguatan meneguhkan kita di dalam iman, dan (3) Pengurapan
Terakhir (temasuk Ekaristi) membekali kita untuk menghadapi perjuangan sebelum
memasuki kehidupan kekal di rumah Bapa.

Anda mungkin juga menyukai