PROSESI
- Doa di konsistori
- Bel Gereja dibunyikan 3x
- Warta Mimbar
- Pelayan dan Majelis Jemaat memasuki ruang Ibadah.... ( Jemaat berdiri )
PERSEMBAHAN
Menyanyikan KJ 202 : 1 – dst “Maut Sudah Menyerah”
Pendahuluan
Memulai khotbah saat ini, saya mau bertanya kepada bapa/ibu/sdr/sdri sekalian: siapa
di antara kita yang tidak pernah mengalami rasa takut? Semua kita pasti pernah
mengalaminya atau mungkin saja saat ini sedang mengalami perasaan itu. Contohnya: ada
orang yang takut mati, takut ditinggalkan, takut dipecat, takut gagal, takut sakit, takut tidak
lulus ujian sekolah, takut tidak bisa bayar hutang, bahkan juga ketakutan tidak memiliki masa
depan karena pernah menjadi korban kekerasan seksual, serta ketakutan lainnya. Ketakutan
bisa datang dari berbagai informasi negatif yang kita terima, dari berita-berita di media sosial,
gosip tetangga, ataupun bisa juga dari vonis dokter, sehingga ada orang yang sakit, tapi
enggan untuk pergi ke RS dengan alasan takut kalau nanti tahu sakit apa.
Berbicara tentang “takut,” pertama-tama mari kita memahami terlebih dahulu apa arti
dari kata takut ini. Menurut KBBI, “takut” berarti sebuah perasaan gentar (ngeri) menghadapi
sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Lalu kemudian menurut Wikipedia,
“takut” atau “ketakutan” adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi
sebagai respons terhadap suatu perubahan tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya.
Beberapa ahli psikologi juga mengatakan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar,
selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan. Dari pengertian kata “takut” ini dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa dalam kehidupan manusia, ketakutan adalah sebuah perasaan yang
sah, bukan perasaan yang dibuat-buat. Perlu dicatat bahwa ketakutan selalu terkait dengan
peristiwa pada masa yang akan datang, seperti memburuknya suatu kondisi atau kemudian
terjadinya suatu keadaan yang tidak dapat diterima. Perasaan takut bisa saja merusak keadaan
yang telah ada.
Isi
Bapa/ibu/sdr/sdri yang terkasih, dalam bacaan kita saat ini memberikan gambaran,
betapa mencekamnya dan menakutkannya keadaan saat itu. Meskipun suasana mencekam
dan ketakutan masih menguasai mereka, tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain mereka
pergi menengok kubur Yesus. Para pelayat Yahudi dan juga bangsa lain, punya kebiasaan
memeriksa kuburan tiga hari setelah dimakamkan. Tujuannya untuk memastikan bahwa
orang tersebut benar-benar telah meninggal. Tetapi, mengingat sifat penyaliban yang begitu
menyiksa dan mematikan, jelas tujuan utama Maria Magdalena dan Maria yang lain hanya
untuk berkabung, bukan memastikan kematian Yesus.
Tentu kematian Yesus adalah mimpi buruk bagi mereka. Sebuah keadaan yang tidak
pernah mereka bayangkan, sebuah keadaan yang tidak pernah mereka rindukan selama
bersama Yesus. Pengalaman bersama Yesus mungkin saja menghantarkan mereka pada
sebuah harapan-harapan besar ke depan, tapi pada faktanya di depan mereka Yesus mati.
Tentu harapan-harapan itu menjadi pupus. Dan mungkin saja ada sebuah ketakutan, akan
seperti apa masa depan mereka?
Perjalanan pergi ke kubur Yesus adalah perjalanan yang tidak mudah bagi mereka
karena dikubur Yesus ada penjagaan yang ketat. Lalu kemudian, ketika mereka sampai di
kubur Yesus, gempa bumi yang hebat terjadi. Tentu ini adalah ketakutan yang berlapis, yang
dialami oleh para perempuan.
Terkait dengan penampakkan malaikat, banyak orang Yahudi Kuno percaya bahwa
malaikat terdiri dari api, itu yang pada umumnya membuat orang ketakutan kalau lihat
malaikat yang berapi. Sastra apokaliptik terkadang menggambarkan malaikat atau figur lain
dengan pancaran manusia super, ada cahayanya. Batu yang menutup makam biasanya sangat
berat dan berbentuk cakram. Jadi menggulirnya ke belakang sendirian dan duduk di atasnya
menunjukkan karakter manusia super dari malaikat tersebut.
Mengapa Yesus, menampakkan diri-Nya sesudah kebangkitan-Nya kepada Maria
Magdalena dan Maria yaang lain? Karena baik di bawah hukum Yahudi, maupun hukum
Romawi kesaksian perempuan itu sangat diabaikan tidak diperhitungkan. Kenapa para
perempuan di suruh ke Galilea? Kebanyakan orang Yudea terkadang masih memandang
bahwa Galilea itu sebagai tempat bekas non Yahudi, bahkan dalam terjemahan Bahasa
Indonesia Sehari-hari, Mat. 4:15, disebut Galilea tanah orang bukan Yahudi. BIS: Mat. 4:12
“ketika mendengar bahwa Yohanes dimasukkan ke dalam penjara, Yesus menyingkir ke
Galilea.” Kenapa Dia menyingkir ke Galilea? Karena secara manusia di Galilea jauh lebih
aman, karena tanah orang bukan Yahudi.
Pada bagian lain, Yohanes 7:41 “Yang lain berkata: „Ia ini Mesias.‟ Tetapi yang lain
berkata: „bukan, Mesias tidak datang dari Galilea!” Kenapa? Karena tanah itu adalah tempat
bekas non Yahudi. Lagi Yohanes 7:52 , “Jawab mereka: „apakah engkau juga orang Galilea?
Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”
Jadi, secara sederhana Galilea adalah tempat yang tidak diperhitungkan untuk menjadi tempat
datangnya Mesias. Namun menariknya, keempat Injil melaporkan bahwa Yesus diterima
dengan lebih baik di Galilea, Mat.4:23 Yesus berkeliling di seluruh Galilea, di sana banyak
orang menerima Dia.
Galilea juga adalah tempat di mana Yesus memanggil beberapa muridnya (Mat. 4:18)
dan juga di Galilea adalah tempat Yesus memberitahukan para murid bahwa Dia akan
diserahkan nanti (Mat. 17:22). Jadi, memang pertanyaannya kembali, kenapa Yesus
menampakkan diri pertama kali pada para perempuan? Kenapa Tuhan Yesus mau
menampakkan diri pada murid-murid yang lain untuk pertama kali di Galilea? Karena Tuhan
mau tunjukkan bahwa kebangkitan-Nya mengubah tatanan yang dianggap ideal oleh
manusia. Tuhan mau tunjukkan bahwa yang dipandang tidak berharga, dengan kebangkitan
Tuhan Yesus akan dijadikan berharga; yang tidak diperhitungkan, seperti kesaksian para
perempuan, dengan kebangkitan Tuhan Yesus akan diperhitungkan. Sebab, Dia
menampakkan diri pertama kali pada para perempuan, yang secara hukum kesaksiannya
ditolak atau diabaikan baik secara hukum Yahudi maupun dalam hukum Romawi, jadi
kebangkitan Yesus mengubah tatanan itu, yang tidak diperhitungkan tetapi menerima
panggilannya akan diperhatikan.
Dengan mengatakan pergi ke Galilea dan menampakkan diri pertama kali kepada
perempuan, Tuhan Yesus mau memberi pesan bahwa kuasa kemenangan-Nya akan
ditunjukkan di tempat dan pada orang yang menerima dan percaya pada kebangkitan-Nya.
Galilea menjadi simbol keberpihakan Yesus bagi mereka yang lemah.
Mengapa banyak orang tidak merasakan kuasa kebangkitan Kristus? Sebab mereka
tidak mau menerima Dia, tidak mau percaya kepada-Nya. Dan banyak orang tidak akan
mengalami kuasa kebangkitan itu, sebab mereka tidak menerima-Nya. Tetapi kita yang
menerima dan percaya kepada-Nya akan mengalami kuasa kemenangan Kristus, yang
melahirbarukan kita, 1 Pet 2:9, kuasa kebangkitan Kristus itu melahirbarukan kita ke dalam
sebuah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah
sendiri.
Jadi, Tuhan mau tunjukkan bahwa kebangkitan-Nya mengubah tatanan yang dianggap
ideal oleh manusia akan diubah-Nya, yang dipandang tidak berharga dijadikan berharga,
yang tidak diperhitungkan tapi menerima panggilan-Nya akan diperhatikan. Dalam semangat
perjumpaan dengan Yesus yang bangkit itu, membangkitkan kembali daya dalam hidup
mereka untuk mewartakan tentang Dia yang hidup yang akan dijumpai oleh mereka yang lain
di Galilea.
Refleksi
Ketakutan adalah sebuah keadaan yang tidak mengenakkan dan tidak ada seorangpun
rindu untuk mengalaminya. “Ia mendahului kamu ke Galilea; Jangan Takut!” adalah tema
yang diangkat oleh PGI berangkat dari pergumulan skala nasional bahkan mendunia.
Ketakutan-ketakutan terpampang nyata di depan mata kita. Ketakutan itu adalah sebuah
perasaan yang sah, siapapun pasti mengalaminya. Tapi dengan kebangkitan Yesus Dia
meneguhkan kita, bahwa kita tidak sendirian. Dia menemani kita, Dia adalah teman dalam
perjalanan sepi, penuh ketakutan, kebimbingan, dan keputusasaan yang melanda hidup kita.
Dia memberikan semangat bahwa Dia pernah ada, saat ini Dia ada, dan akan selalu ada dalam
hidup kita.
Dalam perjalanan pergi dan pulang hidup kita selanjutnya, bukan rasa takut yang kita
bawa, tapi rasa percaya bahwa Dia yang bangkit itu, telah mendahului semuanya bagi kita.
Yesus mendahului segala perjalanan dan situasi yang akan kita hadapi, Yesus ada di depan
menyambut dan meneguhkan kita sehingga kita menjadi kuat, tegar menghadapi suasana
sukar yang sedang kita hadapi saat ini.
Kalau kita merasa tidak berharga saat ini, kita ingat kuasa kebangkitan Kristus
membuat kita berharga, kalau kita merasa diri kita tidak diperhitungkan oleh orang lain, kita
dianggap rendah, kita dianggap remeh, ingatlah kuasa kebangkitan Kristus yang mengangkat
kita, melahirbarukan kita. Selamat merayakan Kebangkitan Yesus Kristus. Amin.