Anda di halaman 1dari 8

Kasih Kristus senantiasa ada

bagi orang yang percaya


kepadaNyaKhotbah Minggu 26 Mei 2019
Rancangan Khotbah • 13 May 2019 • Dewan Pembinaan Teologi GKJW

Minggu Paskah VI / Masa Raya Undhuh – Undhuh


Stola Putih

Bacaan 1 : Kisah Para Rasul 16:9-15


Bacaan 2 : Wahyu 21:22-27, 22: 1-5
Bacaan 3 : Yohanes 14:21-31 dan Yohanes 5:1-9

Tema Liturgis : “Pemeliharaan Allah Bagi Orang Percaya Tiada


Habisnya”
Tema Kotbah : Kasih Kristus senantiasa ada bagi orang yang percaya
kepadaNya

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kisah Para Rasul 16:9-15


Paulus mendapatkan penglihatan untuk memberitakan Injil ke daerah
Makedonia (ay.9). Ia menyimpulkan bahwa Allah telah memanggil
mereka untuk memberitakan Injil secara lebih luas kepada orang-orang
yang berada di daerah tersebut (ay. 10). Ketika tiba di Makedonia,
mereka berkesempatan untuk memberitakan Injil kepada para
perempuan yang berkumpul di salah satu tempat sembahyang Yahudi,
dan salah satu di antara mereka adalah Lidia (ay. 13-14). Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa Paulus dkk tidak hanya memberitakan
Injil kepada orang Yahudi saja bahkan mereka juga memberitakan Injil
kepada para perempuan.

Lidia adalah seorang penjual kain ungu sehingga dari status sosial, ia
merupakan orang yang kaya karena kain ungu merupakan kain yang
mahal harganya. Ia dipatis bersama dengan seisi rumahnya.
Keselamatan yang diterima oleh Lidia beserta dengan keluarganya
telah menjadikannya ikut ambil bagian untuk juga melayani Paulus dkk
dengan mengajak mereka untuk menginap di rumahnya (ay.15).

Wahyu 21:22-27, 22: 1-5


Gambaran tentang “Yersalem Baru” sungguh menyenangkan penuh
dengan terang kemuliaan Allah. Keadaan dimana Allah bertahta
membuat manusia tidak lagi memikirkan kebutuhan duniawi karena
penuh kedamaian dan sukacita. Kemuliaan Allah yang dinyatakan
dalam Yesus Kristus (Anak Domba) juga bisa dirasakan oleh segala
bangsa. Semua orang hanya mengabdi pada kehendak Allah dan bukan
kebutuhannya pribadi. Semua orang hidup dalam terang yang artinya
perilaku yang berkenan di hadiratNya, serta hidup dalam kedamaian
dan sukacita.

Yohanes 14:21-31 dan Yohanes 5:1-9

Yohanes 14:21-31

Perikop ini merupakan bagian dari rangkaian selamat berpisah dari


Tuhan Yesus kepada murid-muridNyayang dimuali dari pasal 13-16 .
Yudas yang bukan Iskariot menyampaikan reaksinya terhadap
pernyataan Tuhan Yesus demikian, “ Tuhan, apakah sebabnya maka
Engkau hendak menyatakan diriMu kepada kami, dan bukan kepada
dunia?” (ay.22). Ini merupakan reaksi keempat dari para murid. Melihat
hal ini maka Tuhan Yesus memberitahukan kepada mereka bahwa Ia
akan memberikan seorang penolong yang lain yaitu Roh Kudus. Selain
itu, Roh Kudus juga akan menyertai, menghibur , mengajarkan dan
mengingatkan semua yang sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus juga akan memberikan damai sejahtera yang tentu saja
bersumber pada kayu salib karena melalui salib Tuhan Yesus telah
memperdamaikan kita dengan Allah. Semua ini diberitahukan kepada
para murid supaya mereka tidak kuatir dan ragu akan apa yang akan
terjadi dalam kehidupan mereka melainkan menjadi sukacita.

Yohanes 5:1-9
Ketika Tuhan Yesus bersama dengan para muridNya akan merayakan
hari raya Yahudi ke Yerusalem maka sampailah mereka ke kolam yang
dalam bahasa Ibrani disebut Betesda (rumah anugerah) dimana banyak
orang sakit yang menantikan mujizat kesembuhan bila airnya
bergoncang.

Tuhan Yesus menemui seorang yang sakit dan menantikan kesembuhan


selama 38 tahun. Ketika Tuhan Yesus bertanya kepadanya, “maukah
engkau sembuh?” maka ia memiliki pengharapan untuk mendapatkan
kesembuhan. Perintah Tuhan Yesus untuk bangun, mengangkat tilam
dan berjalan, tentunya merupakan hal yang mustahil bagi si sakit.
Namun, ketika ia melakukannya berarti ia percaya kepada Tuhan Yesus
bahkan ia tidak kehilangan harapan untuk sembuh. Akhirnya melalui
kasih Kristus orang ini mendapatkan kesembuhannya.

Peristiwa ini terjadi pada hari Sabat yang artinya bahwa kasih Tuhan
Yesus kepada sesama yang menderita (sakit) jauh lebih besar dari pada
peraturan hari Sabat yang dibuat oleh manusia.

Benang Merah Tiga Bacaan

Kasih Allah kepada manusia berupa keselamatan tidak dibatasi oleh


bangsa, jenis kelamin maupun keadaan fisik. Semua orang layak
menerima pemberitaan Injil dan menerima karya keselamatan Allah.
Tuhan juga akan memberikan kedamaian dan sukacita kepada setiap
orang yang percaya kepadaNya.

RANCANGAN KOTBAH: bahasa Indonesia


(Ini hanya sebuah rancangan, silak dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan
Saudara-saudara yang dikasihi dan mengasihi Tuhan,

Adakah diantara kita yang tidak pernah sakit sama sekali? Kita semua
pasti pernah sakit. Apalagi sekarang ini pabrik gula sudah buka
dimana-mana alias diabetes, makanan enak dan berlemak merajalela
sehingga banyak yang kena asam urat dan kolesterol. Belum lagi sate
kambing yang semakin nikmat dan menyebabkan tekanan darah
semakin tinggi. Masih banyak godaan yang ada di sekitar kita yang
sulit untuk dihindari dan bisa menjadi sumber penyakit. Inilah
kenyataan yang memang harus kita hadapi. Berbicara mengenai sakit
dan penyakit tentu tidak ada yang mau dan suka sakit. Apalagi kalau
sakit itu terjadi dalam waktu yang lama.

Isi
Saudara yang terkasih,

Bacaan kita hari ini juga menceritakan bahwa banyak orang sakit yang
ada di serambi- serambi kolam Betesda. Ada lima serambinya dan di
sana berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-
orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan
air kolam itu. Jika sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu
dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke
dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga
penyakitnya. Pengharapan inilah yang membuat mereka senantiasa
berada di serambi kolam Betesda.

Di tempat itu ada orang sakit yang sudah menunggu selama 38 tahun.
Orang ini tentu saja ingin masuk terdahulu ketika air kolam Betesda itu
mulai goncang supaya ia mendapat kesembuhan. Akan tetapi,
kenyataannya sampai 38 tahun orang ini masih berada di pinggir kolam
Betesda dan belum mendapat kesembuhan. Di ayat 6 Tuhan Yesus
bertanya: “Maukah engkau sembuh?”. Pertanyaan ini menunjukkan
bahwa Tuhan Yesus ingin mengetahui sejauh mana pengharapan orang
ini untuk sembuh, masih memiliki atau tidak. Orang ini memberikan
jawaban bahwa ia hanya sendirian sehingga tidak ada yang
menolongnya untuk menceburkan dirinya ketika air kolam itu mulai
goncang.

Walaupun demikian, ia masih menunggu selama 38 tahun. Keadaan ini


menunjukkan bahwa ia tidak putus asa dan tetap berharap untuk
mendapatkan kesembuhan. Padahal 38 tahun adalah waktu yang
panjang. Ketika melihat keadaan ini lalu Tuhan Yesus memerintahkan
dia: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Orang ini
mendengarkan dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan
Yesus sebagai wujud rasa percayanya kepada Tuhan Yesus. Alhasil, ia
sembuh.

Kesembuhan yang diterima dari Tuhan Yesus juga telah merubah


pemahaman orang tersebut bahwa sesungguhnya bukan goncangan air
kolam Betesda itu yang menyembuhkan sakit-penyakitnya melainkan
kuasa kasih Kristus. Kuasa Kasih Kristus telah membawa sukacita dan
kedamaian dalam kehidupan manusia bagaikan berada di “Yerusalem
Baru”. Kuasa kasih Kristus ini juga tidak dibatasi apapun baik itu hari
Sabat maupun keadaan fisik seseorang seperti yang dialami oleh orang
sakit tersebut. Begitu juga dengan jenis kelamin dan bangsa Yahudi,
seperti yang dialami oleh Lidia seorang perempuan di Neapolis yang
juga menerima kuasa kasih Kristus melalui kesaksian Rasul Paulus
dkk. Lidia bersama dengan seisi rumahnya dibaptis bahkan ia
kemudian ikut ambil bagian untuk juga melayani Paulus dkk dengan
mengajak mereka untuk menginap di rumahnya.

Penutup
Mungkin ada banyak hal yang saat ini sedang kita alami baik itu sakit-
penyakit maupun pergumulan lain yang ada di tengah keluarga,
lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat ataupun yang berkaitan
dengan diri kita sendiri. Dalam menghadapi semua ini, jangan pernah
berputus asa karena kuasa kasih Kristus melalui karya Roh Kudus
senantiasa ada bagi orang yang memiliki pengharapan dan percaya
kepadaNya. Amin.

Nyanyian: KJ. 389.

RANCANGAN KOTBAH: basa jawi

Pambuka
Para sedherek ingkang ditresnani lan nresnani Gusti,
Menapa wonten ing antawisipun panjenengan ingkang mboten nate
sakit? Nggih, kita sami tamtu nate ngalami sakit. Menapa malih
sakmangke kathah pabrik gula ten pundi-pundi alias diabetes, kathah
tetedan eco lan berlemak igkang merajalela pramila kathah ingkang
sakit asam urat lan kolesterol. Dereng malih, sate wedhus ingkang
nikmat ndadosaken tekanan darah sansaya inggil. Pancen kathah
sanget godaan ingkang wonten ing sakiwa tengen kita ingkang ewet
kita hindari lan saged ndadosaken sumber penyakit. Kasunyatan
ingkang kados menika pancen kedah kita adepi. Wicantenan bab tiyang
sakit lan penyakit tamtunipun mboten wonten ingkang purun lan remen
sakit. Menapa malih menawi sakit kalawau ngantos dangu.

Isi
Para sedherek ingkang kinasih,

Waosan kita ing dinten menika ugi nyariosaken bilih kathah sanget
tiyang sakit ingkang wonten ing bangsale blumbang Betesda. Wonten 5
bangsalipun lan ing ngriku kathah sanget tiyang sakit pating gluntung:
tiyang wuta, tiyang pincang, tiyang lumpuh, ingkang ngrantos blumbang
Betesda kocak. Awit sakwanci-wanci wonten malaekate Gusti tumedak
ing blumbang kono lan ngocak banyune; sarta menawa banyu mau
kocak; sinten mawon inkang nyebur paling rumiyen dados saras,
manapa kemawon sakitipun. Pengarep-arep menika ingkang
ndadosaken pra tiyang sakit menika ngantos ing bangsale kolam
Betesda.

Wonten ngriku wonten tiyang ingkang sampun nandang sakit


dangunipun 38 tahun. Tiyang meniko ugi kepingin nyebur rumiyen
nalika banyu ten blumbang Betesda kalawau kocak supados saged
saras. Nanging kasunyatan ngantos 38 tahun tiyang meniko tasik
wonten ing pinggiring blumbang Betesda lan dereng saras. Ing ayat 6
nalika Gusti Yesus paring pitakon; “ Kowe apa kepingin waras?”
nedahaken bilih Gusti Yesus kepingin mangertosi tiyang menika tasih
nggadahi pengarep-arep menapa mboten. Tiyang menika paring
wangsulan bilih piyambake namung piyambakan pramila mboten
wonten ingkang saged nulungi nyemplungaken ten blumbang nalika
banyunipun milai kocak. Senaosa mekaten, piyambake purun ngrantos
ngantos 38 tahun. Kahanan menika nedahaken bilih tiyang menika
mboten putus asa malah taksih nggadahi pangarep-arep supados saged
saras. Kamangka 38 tahun menika wekdal ingkang dowo. Nalika
mirsani kahanan ingkang kados mekaten lajeng Gusti Yesus banjur
ngandika: “Tangia, patronmu angkaten, lumakua!”. Tiyang menika
mirengaken lan nglampahi pangandikanipun Gusti Yesus minangka
wujuding kapitadosanipun tumrap Gusti Yesus. Alhasil, piyambakipun
saestu saras.

Kesarasan ingkang katampi saking Gusti Yesus menika ugi paring


pemahaman enggal tumraping tiyang menika bilih sejatosipun sanes
banyu blumbang ingkang kocak ingkang saged paring kesarasan
nanging awit katresnanipun Gusti Yesus piyambak. Katresnanipun
Gusti Yesus sampun mbeto sukorena lan tentreming gesang kados
dene wonten ing “Yerusalem Enggal”. Katresnanipun Gusti Yesus
menika ugi mboten dibatesi dening menapa kemawon kados dene
dinten Sabat mekaten ugi kahanan fisikipun manungsa ingkang
sampun dialami dening tiyang sakit ingkang nampi kesarasan kalawau.

Mekaten ugi katresnanipun Gusti Yesus mboten dibatesi dening jenis


kelamin lan suku bangsa, awit Lidia tiyang wadon ingkang asalipun
saking Neapolis ugi nampi katresnanipun Gusti Yesus lumantar
paseksinipun Rasul Paulus lan para rencangipun. Lidia lan para
sedereke sak ngriyo sami kabaptis lan nderek paring peladosan
lumantar ngajak Rasul Paulus lan para rencangipun nginep ing
ngriyanipun.

Panutup
Para sedherek ingkang kinasih,

Mbok bilih kathah sanget perkawis ingkang kita alami sakmangke sae
menika perkawis wonten ing satengahe brayat, satengahe masyarakat,
satengahe pedamelan, satengahe persekutuan ten Greja, bab sakit-
pisakit, perekonomian lan menapa kemawon. Ngadepi kahanan ingkang
kados mekaten meniko sampun ngantos kita putus asa nanging kedah
tansah nggadahi pengarep-arep awit Gusti Yesus tansah maringaken
sih katresnanipun Gusti Yesus kagem sinten mawon ingkang nggadahi
iman tumraping Panjenenganipun. Amin.

Pamuji: KPJ. 103.

Anda mungkin juga menyukai