RENUNGAN HARIAN
2
KATA PENGANTAR
3
Selasa, 1 Oktober 2019
Pesta St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus
Yes. 66:10-14c; Mzm. 131:1,2; Mat. 18:1-5
IKHLAS
“Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku.” (Mat. 18:5).
Yesus mewartakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat. Dan para murid
bertanya, siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Para murid berharap
Yesus akan menyebutkan kriteria orang seperti apakah yang memenuhi syarat
untuk dapat masuk Kerajaan Surga. Dengan kriteria itu, para Murid lalu bisa
mengukur kemampuan diri dan berhitung apa yang sudah mereka lakukan saat
mengikuti Yesus. Dengan jasa, prestasi, mungkin mereka berhak mendapatkan
tempat di dalam Kerajaan Surga.
Dengan memanggil anak kecil dan memperlihatkan kepada murid, Yesus
menegaskan Kerajaan Allah sudah dekat dan hanya mereka yang bertobat dan
merendahkan dirilah yang layak masuk ke dalamnya. Yesus berkata, agar para
murid menjadi seperti anak kecil: tidak perlu bersedih apabila mereka tidak
diperhitungkan namun lakukanlah amal kebaikan dengan tanpa berpamrih dan
berhitung untung rugi selain bahwa amal kebaikan memang harus dilakukan.
Dengan menunjukkan anak kecil, sepertinya para murid terbantu untuk
memahami maksud Yesus. Gambaran anak kecil mengingatkan para murid
akan situasi di Israel pada zaman Yesus dimana anak-anak dan wanita tidak
dihitung dan tidak diperhitungkan. Saat Yesus meminta para murid menghitung
jumlah orang yang mengikuti dan akan mendapatkan roti, para murid menjawab
“ada 5000 orang, belum termasuk anak-anak dan perempuan (Mrk.6:44). Yang
dihitung adalah laki-laki dewasa.
Kerajaan Surga adalah milik Allah. Allah sendirilah yang berhak untuk
memberikannya kepada siapa Ia ingin memberikan. Bagian kita adalah
melakukan apa yang harus kita lakukan sebagai manusia, yaitu memuji,
menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita (tuntunan Santo Ignatius Loyola
dalam Latihan Rohani).
Pertanyaan reflektif:
Apakah kita masih berpamrih dalam kegiatan-kegiatan sosial keagamaan, amal
kasih sebagai tiket untuk masuk surga?
Marilah berdoa
Ya Tuhan, berkatilah kami agar menjadi orang yang iklas dalam melakukan apa
pun perbuatan baik yang kami lakukan semata-mata sebagai sarana untuk
memuji dan memuliakan Tuhan. Amin. (Marcus L Supama)
4
Rabu, 2 Oktober 2019
PW Para Malaikat Pelindung
Kel. 23:20-23a; Mzm. 91:1-2, 3-4,5-6, 10-11; Mat 18:1-5.10
6
Kamis 3 Oktober 2019
Hari Biasa
Neh. 8:1-5.6-7.8-13; Mzm 19:8, 9, 10, 11; Luk. 10:1-12
7
Pertanyaan reflektif:
Sudahkah aku mengambil kesempatan untuk mewartakan kabar sukacita pada
Hari Pangan Sedunia 2019? Apa yang ingin aku wujudkan sebagai utusan
Pangan Sedunia?
Marilah berdoa:
Tuhan Yesus Engkau mengutus para murid berdua-dua. Bahkan perutusan itu
di tengah-tengah serigala. Namun, mereka memiliki keberanian karena
keyakinan Engkaulah yang menyertai. Tuhan, utuslah kami juga untuk
mewartakan kabar sukacita-Mu, khususnya agar kami mau dan mampu
menjadi utusan Pangan Sedunia ini. Tak membiarkan makanan dan minuman
tersisa. Kalau pun tersisa, terlebih dahulu kami pisahkan untuk berbagi kepada
yang berkekurangan. Ini kami mohon demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
(P. B. Hardijantan Dermawan, Pr)
8
Jumat, 4 Oktober 2019
Pw S. Fransiskus Asisi
Bar. 1:15-21; Mzm 79:1-2,3-5,8-9; Luk. 10:13-16
Pertanyaan reflektif:
Allah memanggil kita untuk bertobat, sudahkah kita menggunakan telinga kita
untuk mendengarkan seruan pertobatan itu?
Marilah berdoa:
Ya Tuhan, bukalah hati dan telinga kami untuk mendengarkan undangan
pertobatan. Amin (Katarina)
9
Sabtu, 5 Oktober 2019
Pekan Biasa XXVI
Bar. 4:5-12.12.27-29, Mzm. 69:33-37; Lukas 10:17-24
KEBANGGAAN SEMU
Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata:
"Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu"
(Luk.10:17).
Beberapa hari yang lalu, keluarga Joko berkunjung ke rumah orang tua
mereka di desa. Suasana yang sejuk, alam yang asri tanpa polusi seharusnya
membuat keluarga Joko betah berlama-lama di sana. Pak Joko dan Bu Joko
memang senang tinggal di rumah orang tua mereka, tetapi tidak demikian
dengan Ardy anak mereka yang masih beranjak remaja. Pada saat makan
siang nampak Ardy tidak berselera makan. “Ayooo makan Ardy.. Kenapa?
Sakiit?”, kata Bu Joko. Ardy mengangguk. “Ya udaah ibu antar ke kamar,
istirahat dulu yaach”, kata bu Joko. Di kamar, Ardi mencondongkan tubuhnya
ke arah ibunya dan berbisik: “Ibuuu.. Makanannya aku nggak sukaa.. sayuran
meluluu.. Di sini sepiii, nggak ada mall, super market, fried chicken, es krim..
Ardy bosen!”. Bu Ardy melongoo, tak menyangka anaknya bakal mengatakan
hal itu. “Anakku, kamu nggak boleh gituuu.. Justru makanan di sini lebih sehat
dibanding makanan di kota. Di desa semua makanan masih asli alamiah. Di
kota, kebanyakan makanan sudah diawetkan, atau ditambah bahan penyedap.
Apakah itu yang kamu banggakan? Bukankah di sekolah kamu dulu sudah
diajari makanan empat sehat lima sempurna? Pikirkanlah fungsi dan manfaat
sehatnya, nak. Kita bisa makan saja, sudah bersyukur”, kata Bu Joko.
Para sahabat Tuhan, kebanggaan semu, rasanya itulah yang dirasakan
Ardy. Senang dengan keadaan hidup dunia modern yang serba dipermudah,
segalanya enak, ramai, serba instan, nggak perlu repot, praktis dan fungsional.
Terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji, tapi melupakan unsur
kesehatannya. Barangkali, kebanggaan semu itulah yang dialami oleh para
murid Yesus. Mereka bangga karena merasa mampu mengusir setan. Dan
dengan segera Yesus mengkoreksi, bahwa yang terpenting “namamu terdaftar
di sorga”, bukan soal hebatnya mengusir setan itu.
Melalui bacaan Injil hari ini, kita diingatkan, bahwa segala karya yang kita
lakukan, ‘nilai spiritualnya’ yang sejati bukan terletak pada “aku bangga”, “aku
bisa” atau “aku suka”, tetapi pada seberapa dalam rasa cinta dan syukur dalam
karya kita itu dipersembahkan kepada Tuhan. Dan pesan Yesus itu tentu
berlaku untuk semua karya: ketika kita memberi sumbangan, memberi
10
makanan, memberi beasiswa, memberi tumpangan, bahkan bekerja di kantor
maupun di sawah, dll.
Pertanyaan Reflektif:
Apakah hari ini aku sudah bersyukur dan mempersembahkan segenap karyaku
kepada Tuhan? Atau kubiarkan diriku digoda oleh rasa bangga semu?
Marilah berdoa:
Tuhan, terima kasih atas segenap kemurahan dan karunia hidup ini.
Arahkanlah diriku untuk selalu terbiasa bersyukur dan mempersembahkan
segenap karya yang kulakukan, demi kemuliaan nama-Mu. Amin. (Ursula
Sulistyoningsih).
11
Minggu, 6 Oktober 2019
Hari Biasa XXVIII
Hab. 1:2-3,2:2-4; Mzm 95: 1-2. 6-7, 8-9; 2 Tim 1: 6-8. 13-14; Luk 17: 5-10
Pertanyaan Refleksi
Sudahkah kita sekali-kali makan makanan lokal?
Marilah Berdoa
Ya Tuhan Yesus betapa baiknya Engkau, jadikanlah kami berkat bagi sesama
dan bantulah kami untuk berbagi kasih-Mu. sungguh menghadirkan Engkau
dalam hidup kami dan relasi dengan sesama dan ciptaanMu. (Krismaria
Gunawan)
12
Senin, 07 Oktober 2019
SP Maria, Ratu Rosario
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVII
Yun. 1:1-17, 2:10; Mzm. Yun. 2:2.3.4.5.8; Luk 10:25-37
Marilah berdoa:
Tuhan Yesus, bimbinglah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami selalu setia
menjadi perantara kasih-Mu, Amin. (Gabriela Madeline Manurung)
13
Selasa, 8 Oktober 2019
Hari Biasa
Yun. 3:1-10;Mzm 130:1-2, 3-4, 7-8; Luk.10:38-42
MENCIPTAKAN KEHENINGAN
Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan
diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu Maria telah
memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk.
10:41-42)
Apa yang Anda lakukan saat merasa jenuh dengan rutinitas, atau gelisah
tentang masa depan? Anda bisa melarikan diri dengan pergi ke club malam,
minum minuman keras atau mengkonsumsi narkoba agar kegelisahan itu
terlupakan. Namun ada orang yang sengaja menciptakan suasana hening,
meluangkan waktu, mencari tempat tenang.
Apa yang dilakukan oleh Yunus dalam bacaan pertama tampaknya bisa
menjadi inspirasi. Sebelumnya Yunus tampil sebagai orang yang gelisah
karena ia harus menghadapi masyararat Ninive sangat berdosa. Ia takut gagal.
Ia mencoba melarikan diri. Namun, Yunus sekarang ini adalah Yunus yang bisa
mengendalikan ketakutannya. Dan karenanya, kota Ninive bertobat.
Seringkali melawan ketakutan dapat diperoleh saat kita hening. Dalam
keheningan kita menemukan kekuatan dari Allah itu sendiri. Dalam bacaan Injil,
Yesus memuji Maria. Maria memilih untuk bersimpuh dekat dengan Yesus,
tanpa kata. Ia diam dan mendengarkan. Maria berfokus pada kata-kata Yesus
dan berhenti beraktivitas. Marta adalah gambaran orang sibuk, diam hening
adalah pilihan yang sia-sia dan tak berguna. Bagi pecinta kerja, tiap saat adalah
kerja dan kerja. Yunus dan Maria adalah inspirasi tentang pentingnya memberi
waktu hening dan berdiam diri sejenak, melepaskan diri dari kesibukan serta
mendengar dan merenungkan sabda Tuhan. Ada saatnya kita sibuk bekerja,
ada saatnya kita berhenti dan masuk dalam keheningan.
Pertanyaan reflektif
Apakah kita memberi waktu dan tempat bagi keheningan dalam aktivitas harian
kita?
Marilah berdoa
Ya Tuhan, terima kasih karena Tuhan menciptakan waktu yang sangat cukup
untuk kami bekerja. Semoga kami selalu menyempatkan diri untuk
mendengarkan Tuhan melalui waktu-waktu hening. Amin. (Katarina)
14
Sabtu, 9 Oktober 2019
Hari Biasa-Pekan Biasa XXVII (H)
Yun. 4:1-11; Mzm. 86:3-4, 5-6, 9-10; Luk. 11:1-4
Pertanyaan reflektif
Sudahkah kita berdoa dengan rendah hati dan penuh keikhlasan pada
kehendak Allah?
Marilah berdoa
Ya Allah, ajarilah aku berdoa dalam kerendahan hatiku dan dalam kepenuhan
syukur serta keihklasan hati atas kehendak-Mu. Semoga doaku menegaskan
imanku akan Dikau dan terjadilah kehendak-Mu atas diriku. (Krismas P.
Situmorang)
15
Kamis, 10 Oktober 2019
Hari Biasa, Pekan Biasa XXVII
Mal. 3:13-4:2a; Mzm. 1:1-6; Luk. 11:5-13
Lia adalah anak dari seorang kuli bangunan. Penghasilan ayahnya pas-
pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Mereka
hampir tidak pernah makan di restoran, bahkan restoran sederhana sekalipun.
Jangankan makan makanan cepat saji, untuk ongkos ke sekolah pun Lia sering
hanya cukup untuk berangkat ke sekolah tetapi pulangnya dia harus berjalan
kaki dengan jarak lumayan jauh. Haruskah ia iri melihat teman-temannya yang
sering makan di restoran?
Tidak. Ia yakin bahwa rejeki yang Tuhan berikan kepada keluarganya
adalah rejeki terbaik untuk saat ini. Ia selalu bersyukur. Nyatanya, kendati hidup
keluarganya pas-pasan, keluarganya jarang sakit. Ia juga lancer dalam belajar.
Pengalaman Lia untuk menerima keadaannya mengingatkan kita pada
Injil hari ini. Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan dalam hidup kita.
Tuhan tidak pernah menghendaki hidup kita menderita asal selalu berusaha.
Yang dibutuhkan adalah bersyukur.
Pertanyaan reflektif
- Sudahkah aku bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepadaku?
- Jika belum, apa yang akan aku lakukan untuk mengucap syukur kepada
Tuhan atas apa yang telah Tuhan berikan?
Marilah Berdoa
Allah Bapa Yang Maha Kasih, syukur atas segala berkat karunia yang Engkau
berikan kepada kami. Buatlah kami cukup oleh segala berkat yang Engkau
berikan kepada kami. Mampukan kami untuk lebih peka terhadap sesama yang
membutuhkan dan ikhlas hati mengulurkan tangan tanpa memandang siapa
dia. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin. (Agnes Fallencia Putri Andriani)
16
Jumat, 11 Oktober 2019
Hari Biasa
Yl. 1:13-15; 2: 1-2; Mzm. 9:2-3, 6, 16, 8-9; Luk. 11:15-26
Pertanyaan reflektif
Sudahkah kita memberikan yang terbaik pada sesama, meski harus
menghadapi hujatan?
Marilah berdoa
Tuhan Yesus sumber pengharapan kami, kami bersyukur atas berkat
penyertaan-Mu yang selalu Kau berikan kepada kami. Semoga melalui
penyertaan dan kekuatan-Mu, kami dapat selalu mewartakan firman-Mu. Amin.
(Stephanie Pasaribu)
17
Sabtu, 12 Oktober 2019
Hari Biasa
Yl 3:12-21; Mzm. 97:1-2.5-6.11-12: Luk 11:27-28;
Ada suatu cerita dari negeri paman Sam. Tentang Lana seorang
narapidana yang mendekam di balik penjara karena kasus pembunuhan yang
dia lakukan. Dia di vonis hukuman mati. Saat mendapat kunjungan seorang
imam muda dan kelompok doa, dia mengaku selalu dibayangi rasa bersalah.
Dalam ibadat singkat, kelompok doa itu membacakan Firman Tuhan "Jangan
membunuh!" melalui bacaan Sepuluh Perintah Allah. Seketika hati Lana
bergejolak, ia menangis pilu karena teringat dosa dan hukum Tuhan yang
sudah dia langgar. "Bapa saya ini berdosa saya menentang hukum yang Tuhan
ajarkan, saya membunuh, dosa saya sangat berat." Lalu imam itu berkata
"Tidak ada dosa yang Tuhan tidak mampu hapuskan ". Lalu Lana diberikan
sebuah kutipan ayat "yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan
firman Allah dan yang memeliharanya." ”Hidup akan jauh lebih bahagia jika
kamu mendengarkan dan melakukan apa yang Tuhan firmankan”, kata
gembala. Seketika itu Lana terhibur "Bapa saat ini saya sudah bersalah. Saya
ingin bahagia, saya ikhlas." Setelah itu Lana yang tadinya ketakutan, kini sudah
berani tengadah dan menjalani masa hukumannya dengan rasa sukacita dan
penuh bahagia .
Kelegaa yang dialami Lana mengingatkan pada Injil hari tentang siapa
yang berbahagia. Yesus berkata “mereka yang mendengarkan firman Allah dan
yang memeliharanya.” (Luk. 11:28). Merenungkan sabda Tuhan dan
membiarkan diri diubah oleh nilai-nilai Injili adalah usaha yang berat. Namun
buahnya adalah sukacita dan bahagia.
Pertanyan reflektif
Sudahkah kita menerapkan nilai-nilai Injil dalam hidup harian?
Marilah berdoa
Tuhan Yesus, Engkau telah memberi kami teladan ketaatan dengan berkurban
sampai mati di salib. Tanamkanlah rahmat ketaatan ke dalam hati kami, supaya
kami pun taat kehendak-Mu, agar kami jangan sampai jatuh kedalam dosa,
tetapi selamat dalam meniti jalan hidup yang penuh tantangan dan cobaan ini.
Amin. (Patrisia Sonia)
18
Minggu, 13 Oktober 2019
Hari Minggu Biasa XXVIII
2Raj. 5:14-17; Mzm. 98:1,2-3ab, 3cd-4; 2Tim. 2:8-13: Luk. 17:11-19
Dalam Kisah Naaman dan Nabi Elisa dalam bacaan pertama hari ini kita
bisa belajar bahwa sikap manusia beriman yang ditunjukkan oleh Elisa adalah
menjauhi keserakahan. Ketika Naaman sembuh atas bantuan Nabi Elisa,
Naaman menawarkan berbagai macam hadiah kepada Nabi Elisa, tetapi ditolak
mentah-mentah oleh Nabi Elisa. Sebab Elisa sadar betul semua yang terjadi
adalah kasih karunia Allah, dirinya hanyalah abdi Allah, maka ia tidak berhak
memperoleh aneka ganjaran yang ditawarkan.
Dalam menghayati dan mewujudkan cita-cita di hari pangan ini, sebagai
orang beriman kita pun diajak untuk mempunyai sikap iman yang sama
terhadap aneka makanan dan minuman yang ada di sekitar kita, yaitu menolak
untuk bersikap serakah. Serakah hanya akan menjadikan manusia mahluk-
mahluk yang rakus, tidak pernah puas dan selalu mencari apa yang
sebenarnya tidak ia butuhkan. Keserakahan manusia terhadap pangan inilah
yang menyebabkan ketidakadilan dan kesenjangan yang sangat lebar dalam
masyarakat.
Sikap syukur yang ditunjukkan oleh satu orang kusta yang disembuhkan
Yesus, adalah salah satu penawar bagi kecenderungan manusia dari sikap
keserakahan. Syukuri apa yang kita punya, gunakan dengan bijak sambil
memperhatikan kebutuhan orang-orang di sekitar kita.
Pertanyaan reflektif:
Sudahkah Anda bersyukur dengan anugerah Tuhan dalam hidup Anda?
Marilah berdoa
Ya Tuhan, kami bersyukur atas segala berkat
Tuhan dalam hidup keluarga kami. Bantulah
kami agar bisa mengendalikan hasrat untuk
mengkonsumsi lebih dari yang kami
butuhkan. Berkatilah kami agar menjadi
sarana untuk menyalurkan berkatMu bagi
sesama kami. Amin.
(P. Josep Ferry Susanto, Pr)
19
Senin, 14 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 1:1-7; Mzm. 98:1, 2-3ab, 3cd-4; Luk. 11:29-32
KEADILAN TUHAN
Lalu Allah memberikati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari
itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibaut-Nya itu
(Mzm. 98:1)
Pertanyaan reflektif
Apakah kita sudah bertindak adil?
Marilah berdoa
Ya Allah, Engkau adalah Allah yang adil. Bimbinglah kami agar bisa berlaku adil
terhadap sesama kami. Amin (P. Josep Ferry Susanto, Pr)
20
Selasa, 15 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 1:16-25; Mzm 19:2-3, 4-5; Luk. 11:37-41
Pertanyaan reflektif
Dapatkah kita bersikap teladan seperti St.Teresa yang menjadi pembaharuan
bagi semua umat beriman sehari-hari?
Marilah berdoa
Tuhan Yesus semoga budi kami selalu di bimbing oleh ajarannya dan hati kami
di kobarkan oleh keinginan akan kesucian. Amin. (Vincentius Tanggal)
21
Rabu, 16 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 2, 1-11; Mzm. 62:2-3, 6-7, 9: Luk 11: 42-46
22
Kamis, 17 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 3:21-30; Mzm. 130:1-2,3-4b, 4c-6 Luk. 11:47-54
“Celakalah kami, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci
pengetahuan, kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha
untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.” (Luk 1152).
Pertanyaan reflektif:
Apakah aku berusaha mengamalkan sabda Tuhan dalam hidupku?
Marilah berdoa
Ya Tuhan, terima kasih karena Yesus mengajarkan agar kami membantu orang
lain untuk beriman kepada-Mu. Ajarilah kami agar kami pun menghayati sabda
Mu dalam hidup kami. Amin (Julio Ventino)
23
Jumat , 18 Oktober 2019
Pesta Santo Lukas
2Tim. 4::10-17b; Mzm. 145: 10-11, 12-13ab, 17-18; Luk. 10:1- 9
Pertanyaan reflektif:
1. Pernahkah aku membaca, memahami atau bahkan bertemu dengan
kelompok kelompok radikal di negeri kita ini? Bagaimana perasaanmu?
Bagaimana sikapmu?
2. Menurutmu apakah cara kita mewartakan kabar suka cita sudah sungguh
diterima oleh masyarakat lain di sekitar kita? Mengapa?
Marilah berdoa
Ya Bapa yang penuh kasih, Engkau mengutus kami para pengikutMu untuk
senantiasa tak henti hentinya mewartakan Kerajaan Allah. Kini ajarlah kami
untuk senantiasa peduli kepada masyarakat di sekitar kami dan bertahan dalam
setiap kesulitan yang kami hadapi dalam mewartakan kabar sukacitaMu. Doa
ini kami panjatkan demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, kini dan
sepanjang segala masa. Amin. (P. H. Sridanto Aribowo, Pr)
24
Sabtu, 19 Oktober 2019
Hari Biasa
Rom.4:13.16-18 ; Mzm.105:6-9.42-43 ; Luk.12:8-12
Pertanyaan reflektif
Maukah kita menjadi saksi Kristus dimanapun kita berada?
Marilah berdoa
Ya Tuhan jadikanlah kami saksi Mu atas setiap kebaikan Mu, biarlah kasih Mu
terlihat dalam setiap perbuatan dan tingkah laku kami dan namaMu selalu di
Muliakan. Amin. (Agatha)
25
Minggu, 20 Oktober 2019
Hari Minggu Biasa XXIX
Kel. 17:8-13; Mzm. 121:1-2, 3-4, 5-6, 7-8; 2Tim. 3:14-4:2; Luk. 18 : 9-14
Hari ini Tuhan Yesus kembali mengingatkan kepada kita tentang cara
masuk kerajaan Allah dengan sikap rendah hati dan murah hati. Dalam kisah
ini, Yesus memberikan contoh tentang orang Farisi yang meninggikan dirinya
dengan cara merendahkan orang lain yakni pemungut cukai. Cara orang Farasi
yang menganggap dirinya paling benar dan memandang rendah semua orang
lain inilah yang kemudian di kritik oleh Yesus.
Tentang apa yang dikatakan oleh orang Farisi bahwa “aku berpuasa dua
kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku”
tampaknya bisa menjadi inspirasi bagi cara hidup kita agar semakin rendah
hati dan murah hati. Berpuasa adalah bentuk latihan rohani melalui olah fisik.
Secara fisik kita berupaya mengendalikan asupan makanan dengan cara
memilih makanan tertentu untuk tidak dimakan atau sama sekali tidak makan
pada rentang waktu tertentu. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk berani
memilih makanan yang segar dan sehat untuk agar tubuh kita menjadi semakin
sehat dan sejahtera.
Dalam kesempatan puasa ini pula, secara rohani kita bisa belajar
membangun pribadi agar menjadi pribadi yang tenang, penuh syukur, penuh
hikmat, dan rendah hati. Puasa secara sosial juga merupakan bentuk belarasa
bagi sesama, apabila kita berbagi "hak atas makanan itu" (atau dalam bentuk
yang lain, misalnya derma) kepada yang mereka yang lemah, miskin, tersingkir,
menjadi korban ketidakadilan, dan penyandang disabilitas.
Pertanyaan Reflektif :
Apakah saya sudah memilih makanan sehat dan segar sehingga tubuh saya
semakin sehat untuk peduli kepada sesama yang menderita?
Marilah berdoa
Ya Allah, kami bersyukur atas anugurah kehidupan yang telah kami terima.
Bimbinglah kami untuk semakin memahami kehendak-Mu. Tuntuntlah kami
dengan Roh-Mu yang Kudus agar kami semakin berani berjuang menjadi
pribadi yang rendah hati dan murah hati terhadap kehidupan yang terjadi
disekitar kami. Amin (Yono Hascaryo Putro)
26
Senin, 21 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 4:20-25 MT Luk. 1:69-70, 71-72, 73-75; Luk. 12:13-21
PERBEDAAN KEHIDUPAN
“ Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan
aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya
segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada
jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun
lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”(Luk.
12:18-19)
Albert dan Bony adalah dua orang yang berbeda soal makan. Albert
amat suka makan makanan di restoran fast food atau cepat saji, sedangkan
Bony lebih memilih makanan sehat yang dimasaknya di rumah menggunakan
bahan sayur mayur alam bergizi. Albert punya alasan, fast food praktis dan
cepat disajikan, dan mudah untuk di delivery melalui aplikasi online. Albert tidak
berpikir jauh soal akibat seringnya makan fast food dan kurangnya
mengkonsumsi sayuran fisik dapat mengakibatkan tubuh kurang kuat.
Kebiasaan Albert menjelma menjadi kelekatan yang susah berubah. Ini seperti
kisah orang kaya yang terus menerus menumpuk harta sampai menjelang
kematiannya. Hidupnya merasa nyaman dalam topangan harta benda.
Kelekatan terhadap makanan tertentu, harta benda, atau apapun tidak
cocok dengan cara hidup yang dikehendaki Yesus. Yesus menghendaki sikap
lepas bebas. Dengan sikap lepas bebas, kapanpun benda-benda itu diambil
kita tidak terlalu sedih berkepanjangan, kapan pun kita harus berpindah tempat
tidak direpotkan dengan membawa benda-benda karena benda-benda itu bisa
saja dijual atau diberikan orang lain. Dengan sikap lepas bebas kapan pun
Tuhan memanggil kita sudah siap.
Pertanyaan Reflektif
Sudahkah kita bersikap lepas bebas terhadap kebiasaan-kebiasan yang kurang
produktif, terhadap benda-benda yang menghalangi pelayanan kita?
Marilah Berdoa
Terimakasih Tuhan atas makanan local, sayur-buah yang berlimpah, mudah
kami dapatkan dan kami konsumsi setiap hari, sehingga tubuh kami sehat dan
terhindar penyakit serta kuman yang mencemari dari makanan kami. Kiranya
berkati pula orang-orang yang telah bersusah payah menanam dan memelihara
sayur-buah itu dengan segala berkat yang mereka butuhkan. Amin. (Fidelis
Sinar Rahayu)
27
Selasa, 22 September 2019
Hari Biasa
Rm. 5:12, 15b, 17-19, 20b-21; Mzm. 40:7-8a, 8b-9, 10,17; Luk . 12:35-38
Marilah berdoa:
Ya Tuhan, Engkau mewartakan Kerajaan Allah sudah dekat. Tuhan
menyerukan pertobatan agar orang layak masuk dalam Kerajaan Allah.
Bantulah kami agar selalu memelihara sikap bertobat. Amin. (Marcus L.
Supama)
28
Rabu, 23 Oktober 2019
Hari Biasa
Rom. 6:12-18; Mzm.124:1-8; Luk. 12:39-48
Inti dari kisah pendek di atas adalah soal kita berjaga-jaga. Kita tahu
kondisi apa yang bakal terjadi dan berusaha mencari cara dan strategi supaya
hambatan yang ada tidak menjadi penghalang.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengharapkan agar kita juga bersikap
waspada. Karena waspada kita berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga ini dikaitkan
dengan datangnya Kerajaan Surga. Kerajaan Surga tiba bersamaan dengan
penghakiman terakhir dimana kita tidak tahu waktu datangnya.
Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa surga itu ada. Pada
saatnya, kita dipanggil untuk memasukinya. Namun, kapan waktunya kita tidak
tahu persis. Yang bisa kita lakukan adalah waspada dan berjaga-jaga.
Pertanyaan Reflektif
Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadap Bapa, kapanpun?
Marilah berdoa
“Doa Bapa Kami” (Johanes Ch. Bala)
29
Kamis 24 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 6:19-23; Mzm. 1:1-2, 3, 4, 6; Luk. 12: 49-53
“Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi?
Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan”
(Luk 12 : 51)
Sungguh kaget kita mendengar Injil hari ini. Kristus yang kita kenal
sebagai “Raja Damai”, kok justru tampil keras. Kristus yang kita kenal sebagai
“Jalan, Kebenaran dan Hidup”, kali ini tampaknya menegasi hal itu dengan
kata2nya yang cukup keras. Kristus yang dimana-mana mewartakan “Kasih”,
kali ini jauh dari apa yang biasa dan selalu diteladankanNya. Kita terperanjat
mendengar kata2Nya ini, “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai,
melainkan pertentangan.”
Dari contoh di atas, jelaslah apa yang kita dengar dari Injil hari ini. Bagi
orang yang percaya dan beriman kepada Yesus, ajarannya membawa damai
dan sukacita, namun sebaliknya, bagi para pembenci, ajarannya mendatangkan
pertentangan, perpecahan, dosa, perlawanan dan bahkan penganiayaan.
Pertanyaan reflektif :
1. Apakah aku percaya dan mengimani sabda2 Tuhan yang aku baca dan
dengarkan lewat Kitab Suci ?
2. Apakah aku menjadi pendengar dan pelaku firman yang taat ataukah hanya
setengah-setengah saja / suam2 kuku ?
3. Apakah kehadiranku di tengah keluarga dan masyarakat membawa damai
dan sukacita atau justru membawa perpecahan dan kebencian ?
4. Hal-hal kongkrit apa sajakah yang bisa aku lakukan di tengah keluarga dan
masyarakat, agar terwujud keluarga yang rukun dan damai serta masyarakat
yang menghargai perbedaan dan bertoleransi demi perdamaian yang lebih
langgeng ?
31
Jumat, 25 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm 7:18-25a; Mzm 119:66.68.76.77,93, 94; Luk 12: 54-59
32
Pertanyaan Reflektif
Sudahkah kita memiliki hati yang teguh bahwa Tuhan menyertai dalam
kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat ?
Marilah berdoa
Allah Bapa yang Maharahim, terimakasih atas segala rahmat yang boleh kami
terima hingga saat ini. Semoga kehadiran kami ditengah-tengah masyarakat
dapat membawa damai. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, yang hidup
dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin (Daniel Baka)
33
Sabtu, 26 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 8:1-11; Mzm. 24:1-2, 3-4ab, 5-6; Luk. 13: 1-9
34
Apakah saya sudah memilki kebiasaaan untuk berbagi makanan: terlebih
berbagi kepada meraka yang lemah, miskin, dan membutuhkan bantuan ?
Marilah berdoa
Allah yang Maharahim. Puji dan syukur atas rahmat hidup baru yang selalu
Engkau perbaharui dalam hidup kami. Bimbinglah kami dalam upaya untuk
semakin mengenal Engkau melalui sabdaMu. Bimbinglah kami agar bisa
berbuat adil bagi sesama melalui berbagai aktifitas hidup kami, termasuk
melalui cara kami makan atas rejeki yang Engkau limpahkan. Amin. (Yono
Hascaryo Putro)
35
Minggu, 27 Oktober 2019
Hari Minggu Biasa XXX
Sir 35:12-14, 16-18 Mzm 34:2-3, 17-18,19,23 2Tim. 4:6-8; Luk.18:9-14
Pertanyaan reflektif
Apakah aku rendah hati, terbuka terhadap Tuhan dan oran lain?
Marilah berdoa
Allah yang Maharahim, siramilah hatiku dengan sabda-Mu agar senantiasa
rendah hati, terbuka menerima sesama dengan sukacita. Amin. (Katarina)
36
Senin, 28 Oktober 2019
Pesta S. Simon dan S. Yudas
Ef 2: 19-22; Mzm. 19:2-3, 4-5; Luk 6: 12-19
SEHAT
“Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan
untuk disembuhkan dari penyakit mereka” (Luk. 6:18)
Sehat itu mahal. Sehat itu anugerah. Sehat itu membahagiakan. Maka
marilah berlomba untuk hidup sehat. Tidak mudah memang. Butuh kedisipinan
dan ketekunan. Disiplin untuk mengatur pola makan yang benar. Jenis
makanan juga pilih yang sehat. Disiplin minum air putih secara proporsional.
Disiplin berolah raga. Disiplin istirahat dan tidur cukup. Berawal dari disiplin,
dilakukan dengan penuh ketekunan niscaya buahnya hidup sehat. Diyakini
bahwa pangkal hidup sehat jiwa dan raga harus mulai dari diri sendiri. Ingat
pepatah: “Mens sana in corpore sano”. Jiwa sehat terdapat dalam tubuh
sehat.
Hidup sehat akan kita dapatkan selama kita berani taat dan disiplin
melakukan yang benar. Terlebih lagi kita memiliki Tuhan Yesus Sang sumber
Penyembuhan dan Pengampunan. “Mereka datang untuk mendengarkan Dia
dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka” (Luk 6:18). Meskipun kita telah
bersalah dan berdosa, Yesus tetap menerima kita asal kita dengan rendah hati
mau datang kepadaNya. Yesus selalu mempunyai kekuasaan yang tak terbatas
dan selalu diberikan kepada setiap orang yang memerlukan.
Pada masa HPS ini pun kita dipangil dan diutus Yesus untuk menjadi
duta-duta penyembuh dan penyehat. Panggilan ini dapat kita lakukan secara
tidak langsung atau langsung. Secara tidak langsung, kita dapat menyisihkan
dana dari belanja konsumsi harian untuk diserahkan ke Panitia HPS Paroki
atau ke Panitia HPS Sekolah. Selanjutnya Panitia akan menyetorkannya ke
Panitia HPS Keuskupan. Secara langsung, baik secara sendiri atau pun
bersama-sama, kita dapat melakukan berbagai gerakan aksi nyata HPS,
misalnya: menanam sayuran/buah organik di pot, beternak ayam atau ikan di
pekarangan, mengkonsumsi makanan/ minuman sehat organik, memberikan
solidaritas pangan/minuman sehat kepada orang miskin, lapar, tersisih,
menderita, dan hina. Tindakan nyata seperti ini sangat mulia, karena tidak
hanya sesuai dengan tema HPS tahun 2019 ini: ”MENCINTAI PANGAN
LOKAL: Ayo! Konsumsi Pangan Sehat, Segar dan Sejahtera”. Bahkan dengan
tegas Yesus menyerukan: ”............ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang
paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
37
Pertanyaan Reflektif:
Apakah aku sudah menjaga dan menghargai kesehatan jiwa dan badanku, agar
kemudian terpanggil untuk menolong sesama yang paling hina di sekitar
tempat tinggalku?
Marilah berdoa
Tuhan Yesus, sumber kesembuhan jiwa dan ragaku, bantulah aku dengan
perantaraan Bunda-Mu, Maria, agar aku dimampukan untuk terlibat dalam
karya penyembuhan jiwa dan raga saudara/i yang sangat memerlukan
pertolongan. Amin. (A. Widyahadi Seputra)
38
Selasa, 29 Oktober 2019
Hari biasa
Roma 8:18–25; Maz.126:1 6; Luk.13:18 -21
SUATU HAL YANG BESAR ITU SELALU DIMULAI DARI YANG KECIL
“Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi atau ragi.” (luk. 13:19)
Pertanyaan refleksi :
Apakah saat ini kita sudah selalu berusaha melakukan hal-hal yang tampaknya
kecil dan sederhana dengan sungguh-sungguh: pertama-tama buat Tuhan dan
sesama? Meskipun tidak ada yang melihatnya. Misalnya saja, membuang
sampah pada tempatnya; mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan
sesama atas hal yang sudah diterimanya; menyapa satpam dan mengucapkan
terima kasih yang sudah membantu membersihkan tempat/ruangan, dsb.
39
Marilah berdoa,
Ya Tuhan Allah kami, kami berterima kasih kepada-Mu, karena kami Kau
ingatkan kembali agar kami selalu menghargai hal-hal yang kecil dan yang
tampaknya sangat sederhana atau bahkan kurang berarti bagi banyak orang.
Ajarilah kami untuk selalu memiliki sikap rendah hati; sikap mau menghargai
apa pun dan lebih-lebih siapun; terlebih yang sudah membantu kehidupan yang
lebih baik tanpa memandang rendah apalagi meremehkannya. Biarlah
pesanMu hari ini menjadi bagian akan kami hidupi setiap hari hingga
KerajaanMu menjadi nyata di dunia ini. Amin. (Ignatius Bambang)
Hubungan yang akrab dengan Allah menjadi tema dari Injil hari ini. Jika sekilas
membaca Injil hari ini, terkait perumpamaan tentang orang yang masuk melalui
pintu sempit itu kita punya bayangan bahwa Allah (yang digambarkan dalam
perumpamaan sebagai tuan rumah itu) sangat kejam. Tuan rumah kejam
karena tidak berkenan membuka pintu. Tuan rumah keras karena berteriak
dengan lantang: “Aku tidak tahu dari mana kalian datang! Enyahlah dari
40
hadapanKu!”. Apakah perumpamaan yang digambarkan Yesus memang mau
menunjukkan Allah yang kejam, keras, atau galak?
Jawabannya tidak. Perumpamaan ini tidak menggambarkan hal itu.
Perumpamaan ini hendak mengajak kita untuk mengenal Allah dan
pentingnya manusia menjalin relasi akrab dengan Dia. Siapapun pasti akan
diterima. Problemnya, apakah kita menjalin relasi dengan akrab dan serius.
Untuk bisa akrab maka perlu mengenal Allah dengan serius. Untuk serius maka
perlu tahu tantangan tantangannya. Jika itu dilalui maka kita semakin paham
Allah. Relasi kita semakin dekat. Ada pepatah tak kenal maka tak sayang.
Pewartaan Kerajaan Allah dan keputusan mengikuti Yesus itu tidak main
main. Tentu ada banyak rintangan. Rintangan itu semakin membawa kita
memahami relasi yang makin dekat dan akrab dengan Allah.
Untuk itu dibutuhkan kesetiaan dan ketekunan dalam proses menjadi muridNya.
Pertanyaan Reflektif:
1. Pernahkah aku mempunyai pengalaman kurang serius mengikuti jalan
Yesus?
2. Pernahkan aku mempunyai pengalaman serius mengikuti jalan Yesus?
Kapan dan dalam peristiwa apa?
3. Dalam proses itu, apakah aku merasa bahwa menjadi murid Yesus itu ada
begitu banyak tantangan? Apakah aku menikmati adanya relasi dekat ketika
berproses?
Marilah berdoa
Ya Bapa yang penuh kasih, kerapkali aku kurang serius dan cenderung main
main dalam menjalin relasi dengan Engkau. Curahkanlah roh ketekunan dan
kesetiaan, agar aku dapat bertahan dalam menjalankan perintahMu dan
mengikuti Engkau. Ajarlah aku ya Tuhan untuk menjadi muridMu yang sejati
demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin. (P. H. Sridanto Aribowo, Pr)
41
Kamis, 31 Oktober 2019
Hari Biasa
Rm. 8: 31b – 39; Mzm 109: 21–22, 26 – 27, 30 – 31; Luk. 13: 31 – 35
KEYAKINAN IMAN
“Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita” (Rm 8:31).
Marilah berdoa:
Allah Bapa yang maha baik, engkau sudah menunjukkan betapa kasihMu tiada
batas. Yesus PuteraMu telah Kau korbankan demi kami. Namun kerap kami
lupa akan kasihMu, baik pada masa bahagia maupun saat masa sulit. Yesus
juga telah mengajarkan kepatuhan dan keyakinan terhadap perintahMu.
Ajarilah kami untuk selalu tak lupa meyakini iman kami dalam segala situasi.
Karena hanya padaMu lah kami memperoleh kekuatan untuk hidup. Amin.
(Teguh)
42