Anda di halaman 1dari 16

GRATIS (Untuk K alangan Sendiri)

EDISI 440 10 November


Editorial,
Shalom,
Iman yang memuncak kepada kekekalan, itulah
tema yang kita pelajari dalam Firman Tuhan
Minggu lalu.
Penguraian Firman dimulai di kolam Betesda
pada hari raya orang Yahudi (Yoh. 5:1) ketika
Yesus melihat seorang yang sudah 38 tahun ter-
geletak tak berdaya di tepi kolam. Ia sedang me-
nantikan malaikat menggoncangkan air yang
dipercaya akan membawa kesembuhan kepada
orang yang menderita sakit apa pun. Karena ke-
adaannya yang lumpuh dan tak seorang pun
menolong untuk menurunkannya ke dalam air
saat bergoncang, ia tidak berhasil mendapatkan
kesembuhan.
“Maukah kau sembuh?” tanya Yesus. Laki-laki
yang lumpuh itu menyatakan ketidakberdaya-
annya, lalu Yesus berkata lagi, “Angkatlah ti-
lammu dan berjalanlah.” Perkataan (Firman) yang sederhana itu ternyata menumbuhkan
iman orang yang sakit itu. Memang benar seperti dikatakan “Iman timbul dari pendengaran
dan pendengaran oleh Firman Kristus”! Ia bangkit karena iman, berdiri dan mengangkat
tilamnya padahal saat itu orang tersebut belum mengenal Yesus.
Pada pertemuannya yang kedua dengan Yesus, Yesus mengatakan, “Jangan berbuat dosa lagi
agar tidak terjadi yang lebih buruk.” Imannya meningkat, ia tidak hanya disembuhkan tetapi
lebih daripada itu. Yesus berkata bahwa barangsiapa mendengar perkataan-Nya dan percaya
kepada Bapa yang mengutus-Nya akan mempunyai hidup kekal. Namun kesembuhan orang
ini malah membuat orang Yahudi ingin membunuh Yesus. Sungguh ironis sekali! Orang-orang
Yahudi yang merasa telah memahami Kitab Suci dan menyangka olehnya mereka mendapat-
kan hidup kekal seharusnya mengenal Yesus melalui Kitab-kitab Suci yang telah dipelajari
dan diselidikinya karena semuanya memberi kesaksian tentang Yesus, Sang Firman, yang
dapat memberikan kehidupan kekal namun mereka menolak-Nya bahkan ingin membunuh-
Nya.
Bagaimana dengan iman kita? Apakah iman kita telah bertumbuh? Untuk mendapatkan
iman yang bertumbuh dan memuncak hingga kekekalan, kita perlu mempelajari seluruh Al-
kitab secara utuh bukan sepenggal-sepenggal. Dan Firman yang utuh itu adalah Yesus sendiri
yang telah hadir sejak hari penciptaan hingga kitab yang terakhir.
“Ya Tuhan, Firman hidup, tumbuhkan iman kami hingga pada kekekalan…! (Red.)

2  Warta Mingguan Jemaat Kristus Gembala-Ajaib


Pdt. Paulus Budiono, Lemah Putro, Minggu, 19 April 2020

IMAN
YANG MEMUNCAK
KEPADA
KEKEKALAN
Shalom,
Memang tampak seperti “dipaksakan” ketika kita beribadah via live streaming tetapi
Yesus sendiri mengatakan di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Nya,
Ia ada di tengah-tengah mereka (Mat. 18:20). Setelah Ia naik ke Surga, gereja
Tuhan berhimpun hingga ribuan orang tetapi sudah ada tanda-tanda ibadah di
rumah masing-masing. Kemudian berkembang dengan didirikan bangunan-
bangunan gereja yang makin hari makin beragam sehingga kita terbiasa beribadah
di zona nyaman. Namun tiba-tiba tanpa diduga terjadilah pandemi COVIC-19 yang
menyebabkan kita beribadah di rumah sendiri-sendiri. Tentu semua ini seizin Tuhan,
yang penting apa pun bentuk ibadahnya kita tetap dapat menikmati kehadiran-Nya
untuk memberkati kita.
Kita masih melanjutkan pembahasan tentang Injil Yohanes. Ternyata pola pem-
belajaran di sekolah yang menerapkan materi lebih berbobot di jenjang lebih tinggi
juga berlaku dalam kehidupan rohani. Iman yang kita peroleh dari (terus menerus)
mendengarkan Firman Kristus (Rm. 10:17) akan menunjukkan progres/kemajuan
mencapai kekekalan. Dengan demikian, kita akan makin terpacu dan dikuatkan
untuk mempelajari Firman Tuhan karena tahu dengan pasti tujuan akhirnya.
Bagaimana dengan pengalaman seseorang yang disembuhkan Yesus dari penyakit
yang dideritanya selama 38 tahun? Apa yang terjadi saat itu? Yohanes 5:1-2, 5-18
menuliskan, “Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi dan Yesus berangkat ke
Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang
dalam bahasa ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya… Di situ ada seorang
yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat
26 April 2020 3
orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan
itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu
kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam
itu apabila airnya mulai goncang dan sementara aku menuju ke kolam itu orang
lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, ang-
katlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu
lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu
orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari
Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” …Tetapi orang yang baru
sembuh itu tidak tahu siapa orang itu sebab Yesus telah menghilang ke tengah
-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam
Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa
lagi supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar lalu men-
ceritakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan
dia…Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-
Nya bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat tetapi juga karena Ia menga-
takan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan
diri-Nya dengan Allah.”
Ironis, Yesus menyembuhkan orang sakit tetapi Ia malah mau dibunuh. Percakapan
Yesus dengan orang sakit tersebut berlangsung begitu cepat tetapi menghasilkan
mukjizat kesembuhan. Awalnya orang yang disembuhkan tidak tahu siapa yang
memulihkan dan baru tahu setelah pertemuannya dengan Yesus di Bait Allah.
Apakah Yesus salah karena menyembuhkan orang sakit itu? Dan apakah iman orang
tersebut dapat meningkat kalau Yesus – Sang Firman – dibunuh oleh orang-orang
Yahudi gara-gara menyembuhkan dia? Mengapa Yesus memilih dia dari antara
banyak orang sakit di kolam Betesda itu, tidakkah Ia juga mengasihi mereka juga?
Sebagai Pencipta alam semesta, Ia pasti mengasihi semua. Demikian pula, saat ini
semua Hamba Tuhan memberitakan Firman Tuhan (walau via live streaming) karena
mengasihi jemaat dan menguatkan iman mereka. Namun setiap gereja/jemaat mem-
punyai kepentingan/kebutuhan berbeda.
Terjadi percakapan Yesus lebih lanjut terhadap orang yang sudah disembuhkan itu
untuk menentukan imannya. Orang tersebut diingatkan agar tidak berbuat dosa lagi.
Yesus menegur iman orang itu bukan imannya orang lain. Anehnya perkataan Yesus
tidak menimbulkan iman bagi yang lain tetapi malah muncul kebencian. Terbukti
bahwa iman setiap orang itu tidak sama.
Bagaimana iman kita dapat memuncak kalau kita tidak mengikuti jalannya pem-
bacaan Firman Allah dari pasal ke pasal untuk mengetahui lebih lanjut kisah beri-
kutnya yang dapat meningkatkan iman. Jangan memberitakan Firman disesuaikan

4  Warta Mingguan Jemaat Kristus Gembala-Ajaib


dengan kondisi yang sedang terjadi kemudian mencomot ayat-ayat untuk dico-
cokkan dengan situasi saat itu! Tindakan semacam ini sama dengan memperlakukan
Alkitab sebagai primbon atau “buku panduan kesehatan”; akibatnya, kalau tidak ada
masalah rumit, kita tidak memerlukan Alkitab untuk dibaca. Ilustrasi: seorang dokter
memberikan resep obat beda terhadap pasien dengan penyakit yang tidak sama.
Setelah sembuh, pasien-pasien tersebut tidak datang ke dokter untuk berobat lagi.
Apakah kita mengikut Yesus karena mengidap penyakit atau pekerjaan bangkrut
terutama saat-saat pandemi COVID-19 ini? Pengikutan seperti ini tidak mening-
katkan iman sebab kita tidak menghadapi satu kasus tetapi banyak masalah yang
kompleks. Tuhan ingin kita beriman oleh sebab Ia telah berkurban nyawa bagi kita.
Pada pertemuan kedua kali, orang yang disembuhkan itu masih tidak mengenal
Yesus, dia baru sadar siapa Penyembuhnya setelah Yesus mengingatkan dia untuk
tidak berbuat dosa lagi. Tujuan Yesus menyembuhkan orang itu ialah supaya dia
berbuat baik. Namun pertolongan Yesus justru memicu orang-orang Yahudi untuk
membunuh-Nya.
Introspeksi: bagaimana pengenalan kita terhadap Tuhan? Ia tidak mau kita
mengenal Dia karena kita telah ditolong oleh-Nya. Untuk itu jangan kita hanya
memegang ayat-ayat “emas” tertentu walau sudah menjadi berkat dan kekuatan
bagi kita.
Sesungguhnya iman yang memuncak kepada kekekalan diperoleh bukan dari
sepenggal-sepenggal ayat tetapi bila kita menikmati seluruh ayat dalam Alkitab
secara utuh. Sadarkah kita bahwa pasal demi pasal saling berkaitan (dahulu tidak
ada pasal dan ayat)? Contoh: Yohanes 5:1 dimulai dengan kata “Sesudah itu” berarti
kisah ini berhubungan dengan kisah sebelumnya tentang perempuan Samaria (Yoh.
4). Masihkah kita beriman seperti iman perempuan Samaria yang mengakui Yesus
adalah Juru selamat dunia (ay. 42)? Demikian pula pada pasal 6:1; 7:1 selalu
dimulai dengan kata “Sesudah itu” dan peristiwa demi peristiwa berlanjut terus.
Tuhan mau sebelum mempelajari peristiwa baru, kita mengingat peristiwa sebe-
lumnya yang telah menumbuhkan iman kita. Ilustrasi: untuk beroleh ilmu lengkap
dan lulus dengan nilai baik, seorang siswa harus mempelajari materi yang diajarkan
dari Bab 1 sampai selesai tanpa “lubang-lubang” melewati beberapa bab yang tidak
dibahas dan dipelajari. Demikian pula iman yang bertumbuh karena mendengarkan
Firman Kristus; jangan memilah-milah ayat kemudian memegang ayat-ayat yang
hanya diucapkan oleh Yesus lalu mengabaikan ucapan Paulus dll. karena dianggap
perkataan manusia semata.
Apa respons Yesus terhadap orang-orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Ia
adalah Anak Allah? Yohanes 5:36-47 menuliskan, “…segala pekerjaan yang

Bersambung ke hal 10.


26 April 2020 5
Pdt. Paulus Budiono, Lemah Putro, Sabtu, 18 April 2020

JESUS IS
THE ONLY
WAY
Paskah Kaum Muda-
Remaja GKGA

Shalom,
Saat ini Kaum Muda-Remaja GKGA sedang merayakan Paskah. Paskah bagi orang
Israel ialah lewatnya (pass over) semua anak sulung manusia sampai anak binatang
dari pembunuhan karena adanya tanda darah (Kel. 12:12-13) dan mereka bebas dari
perbudakan orang Mesir. Paskah bagi kita ialah Yesus berkurban mati untuk meng-
ampuni kita dan bangkit untuk membenarkan kita (Rm. 4:25). Rahmat/kasih karunia-
Nya jauh melebihi dosa kita. Dia hidup dan kita dihidupkan bersama-Nya. Peristiwa
kematian-kebangkitan Yesus telah lewat 2.000 tahun. Apa bukti kita telah diampuni
dan hidup bagi-Nya? Dan apa yang harus kita perbuat bagi-Nya?
Rasul Paulus menekankan bahwa kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah dalam
Kristus Yesus (Rm. 6:11). Untuk itu kita harus menyerahkan diri kita kepada Al-
lah (ay. 13) dan mengikuti jalan-Nya. Benarkah Yesus adalah satu-satunya jalan?
Berkaitan dengan jalan, kita tidak boleh melepaskan dengan ayat seutuhnya yang
mana Yesus sendiri mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6)
Untuk dapat datang mendekat kepada Bapa Surgawi, harus ada jalannya dan Yesus
telah menjelaskan dengan gamblang bahwa tanpa-Nya tak seorang pun dapat ber-
temu dengan Bapa-Nya.
Sudahkah kita berada di jalan Tuhan? Seperti diketahui, ada banyak model/macam
jalan umum untuk dilewati, antara lain: jalan tol, jalan utama yang lebar, jalan sem-
pit, jalan ‘tikus’ dll. Bagaimana model jalannya Yesus? Jangan sampai terjadi mereka
yang melalui jalan Yesus kaget, kecewa bahkan tidak mau melanjutkan perjalanannya
lagi karena tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Mengapa Yesus mengatakan bahwa Ia satu-satunya jalan untuk datang kepada Bapa?
Apakah ini bukan bentuk kesombongan diri? Banyak agama tidak mau menerima

6  Warta Mingguan Jemaat Kristus Gembala-Ajaib


Yesus sebab Ia selalu mengatakan “Akulah terang dunia (Mat. 8:12), “Akulah roti
kehidupan” (Yoh. 6:35), “Akulah Pintu” (Yoh. 10:9), “Akulah gembala yang ba-
ik” (Yoh. 10:11) dll. Lebih lanjut Ia memerinci bahwa pintu yang sesak dan jalan yang
sempit menuju kepada kehidupan sedangkan pintu lebar dan jalan yang luas di mana
banyak orang masuk melaluinya berakhir pada kebinasaan (Mat. 7:13-14). Bahkan
Amsal 14:12 dan 16:25 mengingatkan adanya jalan yang disangka lurus tetapi
ujungnya menuju maut. Benarkah ini? Ilustrasi: kita bergereja di Gereja Kristus Gem-
bala (GKG) bertempat di jalan Lemah putro I/18 yang ternyata tidak ditemukan di
Google Map. Kita dapat melewati jalan utama/besar dari Utara, Selatan, Timur, Barat
tetapi untuk tiba di gereja GKG kita tetap hanya melewati satu gang kecil. Jadi, dapat
dimengerti Yesus tidak menyombongkan diri sebab Ia memang jalan bagi kita untuk
mengenal Bapa.
Introspeksi: sudahkah kita memilih jalan yang benar untuk beroleh kehidupan? Per-
hatikan, setelah mendeklarasikan diri bahwa Ia adalah jalan (Yoh 14:6), tak lama
setelah itu Yesus masuk dalam penderitaan – ditangkap, diadili dan mati disalib (Yoh.
18-19) – kemudian bangkit (Yoh. 20). Seandainya Yesus tidak bangkit maka “He is
the only way” hanyalah omong kosong belaka. Justru karena Ia bangkit dan hidup,
jalan menuju Bapa Surgawi merupakan suatu kepastian bukan sekadar angan-angan.
Apa penyebab kita capai dan bosan bolak balik masuk gereja? Karena kita bergereja
hanya sebatas peraturan bukan bertemu Yesus. Pengalaman keubahan setelah me-
ngenal Yesus membuat kita tidak jenuh beribadah. Tentu pengalaman kita bertemu
Yesus tidak selalu sama tetapi jalannya tetap sama yaitu melalui Dia saja.
Yesus – Sang Firman – mengatakan bahwa Ia adalah jalan maka Firman Tuhan ada-
lah jalan yang dapat kita baca, renungi, ikuti bahkan alami dalam keseharian hidup.
Kita mempelajari lebih jauh apa yang terjadi pada Paskah bagi umat Israel dan kita
sekarang.
 Allah berjalan di depan pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun
bangsa Israel dan pada malam hari dalam tiang api untuk menerangi mereka
sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam (Kel. 13:21-22) → pemeliha-
raan dan perlindungan Allah
Paskah merupakan peristiwa luar biasa bagi orang Israel sebab mereka dilepas-
kan/dibebaskan Allah dari perbudakan orang Mesir selama 430 tahun (Kel. 12:40)
di bawah pemerintahan Firaun yang kejam. Setelah keluar dari Mesir, bangsa
Israel tidak langsung “terbang” ke Tanah Perjanjian tetapi Allah menuntun mere-
ka melalui jalan di padang gurun menuju Laut Teberau (Kel. 13:17). Allah tidak
menuntun mereka melalui jalan paling dekat (jalan pintas) – negeri orang Filistin
– sebab ditakutkan mereka kembali ke Mesir ketika menghadapi peperangan.

Bersambung ke hal 12
26 April 2020 7
ARTIKEL

BELAJAR DARI COVID-19


Sudah lebih dari 1 bulan Covid-19 meng-
hantui Indonesia sejak diumumkan awal
Maret lalu. Covid-19 tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga melanda di bagian
bumi lainnya. Entah sampai kapan Covid-
19 akan berhenti. Pandemi Covid-19 me-
nyebabkan seluruh aspek kehidupan per-
lahan berubah. Sesuai anjuran pemerintah,
semua kegiatan dialihkan di rumah untuk
menghindari penularan lebih luas. Ibadah pun akhirnya di rumah melalui live
streaming.
Terlepas dari semua kerugian dan penderitaan yang kita alami seperti hilangnya
pekerjaan, berkurangnya penghasilan, kelaparan dll. ada hal yang dapat kita pelajari
bahkan syukuri dari pandemi Covid-19 ini. Dari aspek sejarah, pandemi sudah terjadi
sejak lama. Virus ini sangat adaptif dan mampu bermutasi. Pandemi yang paling
mengerikan dan menelan banyak korban jiwa adalah flu Spanyol yang terjadi tahun
1918 dan menyerang hampir seluruh dunia. Pandemi-pandemi influenza lainnya
terjadi berkali-kali sejak tahun 1918 mulai dari flu burung, flu Hongkong, SARS,
MERS, flu babi dan saat ini Covid-19. Sesungguhnya penyakit menular telah disebut-
kan dalam Alkitab. Kata “wabah” disebut dalam tulah kelima yang menyerang hewan
ternak di seluruh Mesir (Kel. 9:1-9). Memang tidak disebut sampar itu penyakit apa
tetapi banyaknya jumlah ternak yang mati di seluruh Mesir mengindikasikan bahwa
penyakit sampar adalah wabah yang menyerang ternak. Mungkin saat ini disebut
penyakit antraks yang memang menyerang ternak. Jelas, wabah sudah terjadi di
masa Musa (1527-1407 SM).
Allah menunjukkan kasih setia-Nya dan menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir
tetapi mereka tidak tahu berterima Kasih. Mereka dirangsang nafsu (rakus) di pa-
dang gurun sehingga Allah mendatangkan penyakit paru-paru di antara mereka
(Mzm. 106:15). Penyakit menular lainnya adalah kolera dan kusta. Miryam, kakak
Musa, dihukum Allah dengan penyakit kusta ketika ia memberontak terhadap Musa
(Bil.12:10); Raja Uzia terkena kusta karena mengambil alih pelayanan imam-imam
keturunan Harun (2 Taw. 26:16-21); Naaman, panglima raja Aram, disembuhkan
dari kusta tetapi Gehazi tertular kusta karena ketamakannya (2 Raja. 5:25-27).

8  Warta Mingguan Jemaat Kristus Gembala-Ajaib


Kitab Habakuk 3:5 menuliskan “...mendahului-Nya berjalan penyakit sampar dan
demam mengikuti jejak-Nya.” Kemungkinan penyakit sampar dan demam yang
disebutkan nabi Habakuk menyerang manusia terjadi tahun 612-589 SM.
Wabah penyakit sampar dan penyakit menular juga terjadi di masa Daud (Mzm. 91:1
-16). Dia mengingatkan tentang perlindungan Allah agar kita tidak perlu takut ter-
hadap penyakit sampar busuk yang berjalan di dalam gelap dan penyakit menular
yang mengamuk di waktu petang (ay. 3, 5-6).
Kitab perjanjian Baru juga menyebutkan adanya penyakit sampar dan kelaparan
(Luk. 21:11). Dalam catatan sejarah penyakit, pada masa sesudah Masehi, seiring
dengan perkembangan besarnya jumlah penduduk dan derajat kebersihan hidup
timbullah banyak penyakit menular antara lain: kolera, tifus, pes, cacar, kusta dan
influenza.
“Sampar” (bhs. Ibr. de’ver = membinasakan). Secara umum sampar dapat diartikan
semua penyakit menular yang menyebar dengan cepat menjadi epidemi, wabah dan
pandemi yang berakibat kematian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pandemi sudah
terjadi ribuan tahun lalu dan COVID-19 bukan jenis pandemi baru.
Pelajaran apa yang kita peroleh dari COVID-19, penyakit sampar yang sedang me-
landa saat ini?
1. Tanpa disadari kita berkesempatan hidup sederhana. Kesempatan untuk ber-
diam diri di rumah mengajarkan kesederhanaan. Tidak ada pakaian, sepatu, tas
atau perhiasan yang kita ingin tontonkan kepada orang lain karena orang lain di
rumah hanyalah keluarga sendiri. Kita mengenakan pakaian paling nyaman di
rumah dan biasanya bukan pakaian baru yang bagus tetapi kaos atau daster
sederhana tanpa sepatu mahal atau perhiasan yang dicocokkan dengan pakaian.
Tidak ada kesombongan atau kata-kata kasar dalam berbicara. Juga tidak ada
makanan berlebihan karena situasi. Kita belajar lebih rendah hati dan men-
syukuri keadaan “apa adanya”.
2. Beratnya situasi saat ini mengingatkan bahwa kita bukanlah makhluk yang
dapat berdiri sendiri. Kesengsaraan dan penderitaan orang lain yang tidak
seberuntung kita "memaksa” kita berubah menjadi peduli terhadap sesama.
Setidaknya rasa peduli dinyatakan melalui WA atau SMS yang berbunyi “bagai-
mana kondisimu?”. Rasa keingintahuan terhadap keadaan sesama berkembang
menjadi solidaritas untuk saling membantu, setidaknya menghibur dan memberi-
kan pengharapan. Sering muncul ide untuk urunan saling membantu atau seti-
daknya mengirim informasi positif tentang pandemi. Kadang-kadang ketakutan
dan kepanikan membuat kita cenderung menyalahkan pemerintah yang seolah-
olah tidak cepat menangani persoalan. Dengan berdiam diri di rumah, kita diberi
Bersambung ke hal 14
26 April 2020 9
Sambungan dari hal 5: “Iman...”

diserahkan Bapa supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Ku-
kerjakan sekarang dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku bahwa Bapa
yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku.
Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat
dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu sebab kamu tidak percaya
kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab suci sebab kamu
menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal tetapi walaupun
Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku namun kamu tidak
mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu… Jangan kamu menyangka
bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah
Musa yaitu Musa yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau
kamu percaya kepada Musa tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku
sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa
yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
Kitab Suci orang Yahudi diawali dengan lima Kitab Musa (Kejadian-Keluaran-Imamat-
Bilangan-Ulangan) yang sudah baku dan tidak dapat dibolak-balik. Ilustrasi: kita
tidak mungkin mempelajari materi pelajaran SMA kelas tiga terlebih dahulu kemu-
dian mempelajari materi pelajaran SMA kelas satu. Kenyataannya, kita hanya men-
cintai kitab tertentu dalam Alkitab. Demikian pula orang-orang Yahudi merayakan
Paskah dengan menyembelih domba untuk mengingat pembebasan dari perbudakan
Mesir menuju Kanaan tanpa mengaitkannya dengan keselamatan.
Kemudian orang Yahudi menambahkan kitab-kitab lain sehingga Kitab Perjanjian
Lama berjumlah 39 Kitab. Selain itu mereka juga memakai Kitab Talmud – kitab
hikmat dan pengungkapan besar – yang menjabarkan lebih detail tentang Kitab
Musa. Mereka lebih memercayai Kitab Talmud ketimbang Alkitab sendiri. Waspada,
jangan menganggap khotbah Hamba Tuhan lebih hebat dari Alkitab sebab pema-
parannya dapat dipengaruhi oleh kondisi dan emosi. Berbeda dengan Yesus, Ia
mengestafetkan apa yang dikatakan oleh Bapa-Nya.
Yesus tidak berhenti pada mukjizat kesembuhan tetapi melanjutkan dengan meng-
ingatkan agar orang yang disembuhkan itu tidak berbuat dosa lagi. Jangan berhenti
pada penginjilan yang lebih memfokuskan kesembuhan jasmani tetapi harus ada
follow up-nya; artinya iman kita harus berkelanjutan. Misal: iman kita akan mening-
kat bila kita membaca seutuhnya Injil Yohanes dari pasal 1 – 21 bukan hanya mem-
baca beberapa pasal kemudian pindah ke Kitab lain dan melupakan peristiwa yang
terjadi di Injil Yohanes. Kita juga mengetahui adanya benang merah antara Per-

10  Warta Mingguan Jemaat Kristus Gembala-Ajaib


janjian Lama dan Perjanjian Baru. Contoh: Kitab Kejadian merupakan awal pen-
ciptaan yang mana Allah Tritunggal berkarya – Pribadi Allah, berfirman (Yesus) dan
Roh Allah melayang-layang. Injil Yohanes 1 menuliskan pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Yesus
adalah Firman menjadi manusia (ay. 14). Ingat, Allah Tritunggal tidak pernah
bertentangan satu sama lain tetapi faktanya banyak pendeta bertikai karena ayat.
Bukankah Allah memakai ± 40 penulis dengan latar belakang beda dan tidak saling
kenal dalam kurun waktu 1.500 tahun tetapi dapat menyatu menghasilkan Akitab
yang dikanonisasi oleh bapak-bapak gereja pada abad 3 – 4 M? Alkitab itu ada di
tangan kita, mengapa kita tidak membacanya dengan baik?
Hendaknya kita tidak bersikap seperti orang-orang Yahudi yang makin tidak suka
dan berniat mau membunuh Yesus. Hati-hati, iman yang tidak bertumbuh akan
makin tumpul bahkan dapat berbalik mau “membunuh” Firman. Bagaimanapun juga,
kita yang beriman harus berani menanggung konsekuensinya – tetap bersukacita
dalam pelbagai pencobaan yang menguji kemurnian iman dengan api (1 Ptr. 1:5-7).
Jelas, iman kita tidak boleh berlangsung sesaat. Contoh: apakah iman yang diper-
oleh saat mendengarkan Firman Tuhan di gereja tetap teguh setelah keluar dari
gereja menghadapi banyak masalah? Iman yang diuji dengan aneka ragam pen-
cobaan bagaikan pembuatan Kandil Emas yang ditempa oleh api untuk menghasilkan
bentuk yang indah. Agar iman kita meningkat, kita tidak boleh berbuat dosa lagi;
untuk itu kita harus dipenuhi dan menyatu dengan Firman Tuhan yang berke-
menangan. Bila iman kita memuncak, saat Yesus datang kembali kita dipermuliakan
bersama-Nya.
Kitab Keluaran mengisahkan keluarnya bangsa Isreal dari perbudakan orang Mesir
dilanjutkan dengan Kitab Imamat yang menuliskan tentang tata tertib beribadah dan
menyembah Allah. Dalam Injil Yohanes 4:21-24, Yesus menjelaskan ibadah yang
benar tidak dibatasi dengan tempat tetapi menyembah Bapa dalam roh dan kebe-
naran.
Kitab Bilangan mencatat penghitungan orang Israel dua kali untuk penentuan masuk
ke Kanaan. Apakah kita sebagai tentara Kristus ikut dalam hitungan/bilangan masuk
Yerusalem baru atau terbuang keluar?
Sekarang kita mengerti bahwa iman yang memuncak diperoleh jika kita mempelajari
Alkitab – Firman Allah – secara utuh (Kitab Kejadian – Wahyu) dari pasal ke pasal
berikutnya. Untuk itu kita harus bersedia diuji dalam pelbagai pencobaan yang ber-
tujuan memurnikan iman kita hingga klimaksnya saat Yesus datang kembali, Ia men-
jemput kita untuk dijadikan Mempelai Perempuan-Nya dan tinggal bersama-Nya di
dalam Yerusalem baru selamanya. Amin.

26 April 2020 11


Sambungan dari hal 7: “Jesus...”
Memang Allah menuntun bangsa Israel dalam perjalanan di siang dan malam hari
untuk bergerak maju. Namun Ia tidak ingin mereka maju dengan ngawur. Begitu
tidak ada makanan, mereka mengomel lalu Allah mengirim Manna dan burung
puyuh (Kel. 16). Mereka diizinkan kelaparan agar mengerti pemeliharaan Allah
(ay. 12) dan perlindungan-Nya ketika menghadapi Laut Teberau di depan
juga Firaun dengan bala tentaranya di belakang mereka (Kel. 14:15-31).
Sebanyak ± 2,5 juta orang Israel berjalan keluar dari Mesir dipimpin oleh Allah.
Tiga bulan kemudian mereka tiba di padang gurun Sinai (Kel. 19). Musa dipanggil
naik gunung untuk menerima rancang bangun Tabernakel. Mereka membangun
Tabernakel supaya dapat beribadah selama dalam perjalanan menuju Kanaan.
Sayang, bangsa Israel hanya memikirkan perkara jasmani dan hati mereka mem-
berotak ketika mengalami kondisi tidak nyaman. Sikap semacam ini membuat
Allah murka.
Yesus – Firman Tuhan – adalah jalan, kebenaran dan hidup. Di awal pengenalan
kita kepada Tuhan, Ia tidak langsung menghadapkan kita pada “peperangan”.
Setelah bertobat, kita diberi waktu untuk mengalami ketenangan. Bukankah gere-
ja mula-mula setelah dibaptis dan menerima Roh Kudus terus berkembang (Kis. 2
– 6) baru kemudian masuk dalam penderitaan (Kis. 7)?
Aplikasi: kita harus belajar bersyukur untuk tidak mudah mengomel dalam kondisi
apa pun. Kita telah diampuni, diselamatkan dan mulai bertumbuh dengan mem-
baca Alkitab untuk beroleh Roti kehidupan yang dapat memuaskan kita. Kehidup-
an rohani kita harus berjalan maju menurut jalan yang sudah ditentukan oleh-Nya
walau terkadang tidak enak dan tidak nyaman.
 Orang Israel meninggalkan padang gurun Sinai pada tahun kedua berjalan sela-
ma tiga hari untuk mencari perhentian (Bil 10:11-12, 33-34) → memberikan
perhentian
Sekali Allah memimpin, Ia akan bertanggung jawab tidak melepaskan bangsa
Israel sendirian walau mereka sering menyakitkan hati-Nya. Ia kembali menunjuk-
kan kasih setia-Nya ketika Musa memohon ampun atas pelanggaran bangsa Israel
dan Ia juga ingat akan janji-Nya kepada Abraham-Ishak-Yakub. Setelah ada Ta-
bernakel, mereka berjalan dan dipimpin untuk beristirahat. Pada hari Sabat mere-
ka diberi kesempatan untuk beribadah dan menyembah kepada Tuhan. Ia me-
mimpin kapan berhenti dan kapan melanjutkan perjalanan. Sayang, bangsa Israel
tidak tahu berterima kasih, mereka disuruh berhenti tidak mau, diperintahkan un-
tuk berangkat juga menolak. Surat Ibrani menuliskan akibat ketidaktaatan orang

12  Warta Mingguan Jemaat Kristus Gembala-Ajaib


Israel, Allah murka dan menghukum tidak satu pun dari mereka masuk dalam
tempat perhentian-Nya (Ibr. 3:7-11).
Aplikasi: Tuhan memberikan “istirahat” dalam pengikutan kita kepada-Nya. Kita
dididik untuk tertib mengikut Dia di dalam jalan-Nya. Jangan melayani Tuhan
penuh semangat saat in the mood tetapi langsung ngambek begitu kesandung
dengan sesama anggota pelayan. Setelah diselamatkan, kita dipenuhi Roh Kudus
dan menjadi bait/rumah Allah untuk bertumbuh. Kita dipimpin kapan bergerak
dan beristirahat bukan berhenti karena dunia bukanlah tempat tinggal permanen;
kita menuju Kanaan Surgawi.
 Bangsa Israel menempuh jalan baru yang belum pernah dilalui untuk berpe-
rang meraih kemenangan → memberikan kemenangan
Bangsa Israel berkemah di pinggir Sungai Yordan untuk menyeberang masuk
Kanaan (Yos. 3:1). Mereka diberi perintah bagaimana menyeberang menuju Ka-
naan yaitu para imam Lewi berjalan di depan sambil mengangkat Tabut Perjanjian
dan ada jarak 2.000 hasta orang Israel mengikuti di belakangnya supaya mereka
mengetahui jalan yang ditempuh sebab jalan itu belum pernah dilaluinya (ay. 3-
4). Bangsa Israel menghadapi tantangan/pandangan/situasi baru ketika masuk ke
Tanah Kanaan. Mereka menang menghadapi kota Yerikho tetapi kalah terhadap
kota Ai. Mereka harus merebut kota demi kota dengan jalan/cara baru. Orang-
orang Israel yang masuk Kanaan merupakan generasi baru yang lahir di padang
gurun sementara semua generasi tua yang keluar dari Mesir mati bergelimpangan
di padang gurun akibat ketidaktaatan mereka kecuali Kaleb dan Yosua (Bil. 14:29-
35). Generasi baru ini belum pernah berperang sebelumnya tetapi mereka meng-
hargai “istirahat/perhentian” dan ketertiban.
Aplikasi: memang (jalan) Yesus adalah sama tetapi kita menghadapi peristiwa
berbeda-beda untuk meraih kemenangan. Setelah bertobat, kita menikmati Sabat
sebab Yesus adalah Tuhan atas Sabat (Mat. 12:8). Paskah yang kita rayakan beda
dengan Paskah yang dirayakan oleh bangsa Israel. Mereka menyembelih domba
dari tahun ke tahun tanpa mengalami keubahan hidup. Sementara kita mengalami
kematian dan kebangkitan Anak Domba Allah, Yesus, untuk memiliki pandangan
dan kehidupan baru yang dipimpin oleh-Nya.
Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia adalah jalan, Tomas dan Filipus tidak me-
ngerti (Yoh. 14:5,8). Perlu diketahui Allah Tritunggal itu Esa/satu tetapi masing-
masing memiliki tugas sendiri-sendiri yang tidak bertentangan satu sama lain.
Yesus dalam posisi sebagai Manusia dapat mati tetapi Allah Bapa hidup kekal
selamanya.

26 April 2020 13


Marilah kita mengikut jalan-Nya Yesus dan Ia sendiri yang memimpin kita menuju
kepada kehidupan kekal. Perhatikan, jalan orang benar itu seperti cahaya fajar yang
kian menjadi terang sampai rembang tengah hari (Ams. 4:18). Sebaliknya, jalan
orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka
tersandung (ay. 19). Masihkah kita mudah tersinggung apabila dinasihati, ditegur dan
diingatkan oleh Firman Tuhan juga oleh seseorang atas kesalahan kita? Ingat, tidak
ada seorang pun baik dan benar di hadapan Allah (Rm. 3:10-12) kecuali dia percaya
dan dibenarkan oleh Yesus kemudian hatinya diterangi oleh Firman-Nya. Harus diakui,
ada kalanya kita yang sudah dibenarkan Tuhan tergelincir dan jatuh tetapi tidak
sampai tergeletak sebab Tuhan menopang tangannya (Mzm. 37:23-240). Hendaknya
kita senantiasa dipimpin oleh-Nya untuk tetap berada di dalam jalan-Nya menuju
kepada kekekalan. Amin.

Sambungan dari hal 9: “Belajar...”

kesempatan untuk memahami situasi juga perjuangan pemerintah dalam meng-


atasi bencana ini. Dengan demikian kita tidak perlu membuat berita hoax yang
hanya akan memperparah situasi. Kita juga tidak perlu menimbun bahan makan-
an dan barang lainnya karena masih ada orang lain yang lebih membutuhkan.
Kita belajar rendah hati dan legowo.
3. Kekosongan akibat perubahan kebiasaan (biasa bertemu orang lain lalu sekarang
harus di rumah) sering berakibat pada kesunyian. Dalam situasi ini berdoa ber-
sama dalam dunia maya sangat memperkuat rasa kebersamaan serta menum-
buhkan iman dan pengharapan. Ibadah yang dilaksanakan via live streaming
tanpa disadari menjadi “bounding” (= ikatan) antarsesama anak Tuhan tanpa
dibatasi denominasi, organisasi dan gedung gereja mana pun. Iman dan peng-
harapan ini menghasilkan damai sejahtera yang mampu mengatasi kepanikan
dan ketakutan akan pandemi. Faktanya, Allah memang menjanjikan perlindung-
an seperti dinyatakan dalam Mazmur 91. Hati yang penuh damai sejahtera serta
sukacita membantu tubuh fisik kita menjadi lebih sehat.
4. Sendirian di rumah adalah kesempatan untuk meningkatkan relasi pribadi
kita dengan Allah. Kita berkesempatan tumbuh dalam iman untuk mandiri
tidak bergantung pada situasi di gereja. Hanya Tuhan Yesus menjadi andalan
kita.
5. Dengan berdiam di rumah, kita tidak terkena sampar, tidak mencobai dengan
melanggar anjuran pemerintah, belajar hidup bersih dan sehat, kreatif dan
inovatif menghadapi keterbatasan, tidak saling menyalahkan dan belajar peduli.

Kiranya damai sejahtera Allah menyertai kita semua. Amin. (Toetik Koesbardiati)

14  Warta Mingguan Jemaat Kristus Gembala-Ajaib


26 April 2020 15

Anda mungkin juga menyukai