IMAN
YANG MEMUNCAK
KEPADA
KEKEKALAN
Shalom,
Memang tampak seperti “dipaksakan” ketika kita beribadah via live streaming tetapi
Yesus sendiri mengatakan di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Nya,
Ia ada di tengah-tengah mereka (Mat. 18:20). Setelah Ia naik ke Surga, gereja
Tuhan berhimpun hingga ribuan orang tetapi sudah ada tanda-tanda ibadah di
rumah masing-masing. Kemudian berkembang dengan didirikan bangunan-
bangunan gereja yang makin hari makin beragam sehingga kita terbiasa beribadah
di zona nyaman. Namun tiba-tiba tanpa diduga terjadilah pandemi COVIC-19 yang
menyebabkan kita beribadah di rumah sendiri-sendiri. Tentu semua ini seizin Tuhan,
yang penting apa pun bentuk ibadahnya kita tetap dapat menikmati kehadiran-Nya
untuk memberkati kita.
Kita masih melanjutkan pembahasan tentang Injil Yohanes. Ternyata pola pem-
belajaran di sekolah yang menerapkan materi lebih berbobot di jenjang lebih tinggi
juga berlaku dalam kehidupan rohani. Iman yang kita peroleh dari (terus menerus)
mendengarkan Firman Kristus (Rm. 10:17) akan menunjukkan progres/kemajuan
mencapai kekekalan. Dengan demikian, kita akan makin terpacu dan dikuatkan
untuk mempelajari Firman Tuhan karena tahu dengan pasti tujuan akhirnya.
Bagaimana dengan pengalaman seseorang yang disembuhkan Yesus dari penyakit
yang dideritanya selama 38 tahun? Apa yang terjadi saat itu? Yohanes 5:1-2, 5-18
menuliskan, “Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi dan Yesus berangkat ke
Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang
dalam bahasa ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya… Di situ ada seorang
yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat
26 April 2020 3
orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan
itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu
kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam
itu apabila airnya mulai goncang dan sementara aku menuju ke kolam itu orang
lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, ang-
katlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu
lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu
orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari
Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” …Tetapi orang yang baru
sembuh itu tidak tahu siapa orang itu sebab Yesus telah menghilang ke tengah
-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam
Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa
lagi supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar lalu men-
ceritakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan
dia…Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-
Nya bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat tetapi juga karena Ia menga-
takan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan
diri-Nya dengan Allah.”
Ironis, Yesus menyembuhkan orang sakit tetapi Ia malah mau dibunuh. Percakapan
Yesus dengan orang sakit tersebut berlangsung begitu cepat tetapi menghasilkan
mukjizat kesembuhan. Awalnya orang yang disembuhkan tidak tahu siapa yang
memulihkan dan baru tahu setelah pertemuannya dengan Yesus di Bait Allah.
Apakah Yesus salah karena menyembuhkan orang sakit itu? Dan apakah iman orang
tersebut dapat meningkat kalau Yesus – Sang Firman – dibunuh oleh orang-orang
Yahudi gara-gara menyembuhkan dia? Mengapa Yesus memilih dia dari antara
banyak orang sakit di kolam Betesda itu, tidakkah Ia juga mengasihi mereka juga?
Sebagai Pencipta alam semesta, Ia pasti mengasihi semua. Demikian pula, saat ini
semua Hamba Tuhan memberitakan Firman Tuhan (walau via live streaming) karena
mengasihi jemaat dan menguatkan iman mereka. Namun setiap gereja/jemaat mem-
punyai kepentingan/kebutuhan berbeda.
Terjadi percakapan Yesus lebih lanjut terhadap orang yang sudah disembuhkan itu
untuk menentukan imannya. Orang tersebut diingatkan agar tidak berbuat dosa lagi.
Yesus menegur iman orang itu bukan imannya orang lain. Anehnya perkataan Yesus
tidak menimbulkan iman bagi yang lain tetapi malah muncul kebencian. Terbukti
bahwa iman setiap orang itu tidak sama.
Bagaimana iman kita dapat memuncak kalau kita tidak mengikuti jalannya pem-
bacaan Firman Allah dari pasal ke pasal untuk mengetahui lebih lanjut kisah beri-
kutnya yang dapat meningkatkan iman. Jangan memberitakan Firman disesuaikan
JESUS IS
THE ONLY
WAY
Paskah Kaum Muda-
Remaja GKGA
Shalom,
Saat ini Kaum Muda-Remaja GKGA sedang merayakan Paskah. Paskah bagi orang
Israel ialah lewatnya (pass over) semua anak sulung manusia sampai anak binatang
dari pembunuhan karena adanya tanda darah (Kel. 12:12-13) dan mereka bebas dari
perbudakan orang Mesir. Paskah bagi kita ialah Yesus berkurban mati untuk meng-
ampuni kita dan bangkit untuk membenarkan kita (Rm. 4:25). Rahmat/kasih karunia-
Nya jauh melebihi dosa kita. Dia hidup dan kita dihidupkan bersama-Nya. Peristiwa
kematian-kebangkitan Yesus telah lewat 2.000 tahun. Apa bukti kita telah diampuni
dan hidup bagi-Nya? Dan apa yang harus kita perbuat bagi-Nya?
Rasul Paulus menekankan bahwa kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah dalam
Kristus Yesus (Rm. 6:11). Untuk itu kita harus menyerahkan diri kita kepada Al-
lah (ay. 13) dan mengikuti jalan-Nya. Benarkah Yesus adalah satu-satunya jalan?
Berkaitan dengan jalan, kita tidak boleh melepaskan dengan ayat seutuhnya yang
mana Yesus sendiri mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6)
Untuk dapat datang mendekat kepada Bapa Surgawi, harus ada jalannya dan Yesus
telah menjelaskan dengan gamblang bahwa tanpa-Nya tak seorang pun dapat ber-
temu dengan Bapa-Nya.
Sudahkah kita berada di jalan Tuhan? Seperti diketahui, ada banyak model/macam
jalan umum untuk dilewati, antara lain: jalan tol, jalan utama yang lebar, jalan sem-
pit, jalan ‘tikus’ dll. Bagaimana model jalannya Yesus? Jangan sampai terjadi mereka
yang melalui jalan Yesus kaget, kecewa bahkan tidak mau melanjutkan perjalanannya
lagi karena tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Mengapa Yesus mengatakan bahwa Ia satu-satunya jalan untuk datang kepada Bapa?
Apakah ini bukan bentuk kesombongan diri? Banyak agama tidak mau menerima
Bersambung ke hal 12
26 April 2020 7
ARTIKEL
diserahkan Bapa supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Ku-
kerjakan sekarang dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku bahwa Bapa
yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku.
Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat
dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu sebab kamu tidak percaya
kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab suci sebab kamu
menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal tetapi walaupun
Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku namun kamu tidak
mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu… Jangan kamu menyangka
bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah
Musa yaitu Musa yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau
kamu percaya kepada Musa tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku
sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa
yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
Kitab Suci orang Yahudi diawali dengan lima Kitab Musa (Kejadian-Keluaran-Imamat-
Bilangan-Ulangan) yang sudah baku dan tidak dapat dibolak-balik. Ilustrasi: kita
tidak mungkin mempelajari materi pelajaran SMA kelas tiga terlebih dahulu kemu-
dian mempelajari materi pelajaran SMA kelas satu. Kenyataannya, kita hanya men-
cintai kitab tertentu dalam Alkitab. Demikian pula orang-orang Yahudi merayakan
Paskah dengan menyembelih domba untuk mengingat pembebasan dari perbudakan
Mesir menuju Kanaan tanpa mengaitkannya dengan keselamatan.
Kemudian orang Yahudi menambahkan kitab-kitab lain sehingga Kitab Perjanjian
Lama berjumlah 39 Kitab. Selain itu mereka juga memakai Kitab Talmud – kitab
hikmat dan pengungkapan besar – yang menjabarkan lebih detail tentang Kitab
Musa. Mereka lebih memercayai Kitab Talmud ketimbang Alkitab sendiri. Waspada,
jangan menganggap khotbah Hamba Tuhan lebih hebat dari Alkitab sebab pema-
parannya dapat dipengaruhi oleh kondisi dan emosi. Berbeda dengan Yesus, Ia
mengestafetkan apa yang dikatakan oleh Bapa-Nya.
Yesus tidak berhenti pada mukjizat kesembuhan tetapi melanjutkan dengan meng-
ingatkan agar orang yang disembuhkan itu tidak berbuat dosa lagi. Jangan berhenti
pada penginjilan yang lebih memfokuskan kesembuhan jasmani tetapi harus ada
follow up-nya; artinya iman kita harus berkelanjutan. Misal: iman kita akan mening-
kat bila kita membaca seutuhnya Injil Yohanes dari pasal 1 – 21 bukan hanya mem-
baca beberapa pasal kemudian pindah ke Kitab lain dan melupakan peristiwa yang
terjadi di Injil Yohanes. Kita juga mengetahui adanya benang merah antara Per-
Kiranya damai sejahtera Allah menyertai kita semua. Amin. (Toetik Koesbardiati)