NIM : 20218010
M.K. : Hermeneutika
Kitab Matius merupakan salah satu kitab Injil dan juga bagian dari Injil
Sinoptik. Kitab ini menceritakan perjalanan Yesus yang ditulis oleh Matius sendiri
dan ditujukan kepada pembacanya orang Yahudi. Jika mencari tahu tujuan dari kitab
ini dituliskan, bahwasanya bertujuan agar pembaca percaya bahwa Yesus adalah
anak Allah dan penggambaran Kerajaan Allah yang dinyatakan di dalam Yesus
Kristus.
Lalu apa relevansinya bagi kita sekarang ini jika membaca kitab Matius
terutama dari nats yang telah kita baca? Kita perlu tahu bahwa nats ini merupakan
teks yang menceritakan pertemuan antara Yesus Kristus dengan para murid.
Perjumpaan ini adalah perintah Yesus kepada para murid, sebelumnya telah
dikatakan dalam Mat. 26:31 (sebelum Yesus ditangkap, disalibkan, mati, dan
dikuburkan) dan juga di Mat. 28:10 (sesudah Yesus mati, dikuburkan, dan kemudian
bangkit). Tujuan Yesus mengumpulkan para murid di bukit di Galilea ialah untuk
mengumandangkan sebuah Amanat Agung dan para murid harus melaksanakan
amanat itu.
Di era modern saat ini, teknologi semakin canggih dan juga evolusi cara
berpikir manusia semakin tinggi. Memperbaharui pemikiran manusia menjadi lebih
rasional dan juga labil. Menjadi rasional memang bukan sesuatu yang salah, namun
ini semakin memberatkan iman kekristenan. Sebagian orang beranggapan bahwa,
kebenaran akan Alkitab dan Allah adalah mustahil, sebab tidak dibuktikan serta
diterima oleh akal dan logika manusia. Orang zaman sekarang semakin malas dan
menolak dua esensi ini (Alkitab dan Allah), karena dalam perspektif mereka yang
rasional ini ialah jika memang benar adanya maka seharusnya dua esensi tidak
menjadi sukar dipelajari dan bisa dibuktikan.
Oleh karena demikian, Amanat Agung ini selalu relevan, lalu apa yang
hendak teks ini nyatakan bagi kita? Amanat Agung merupakan perintah suci dari
Yesus langsung kepada kita orang-orang di segala zaman. Amanat ini adalah
perintah terakhir Yesus yang tercatat dalam Alkitab, sebelum Ia terangkat ke sorga.
Yesus ingin supaya kita bisa melanjutkan penggembalaannya kepada anak-anak
domba yang belum mengenal akan kebenarannya. Jika sebelumnya telah kita
ketahui sekarang banyak domba-domba sesat yang meninggalkannya jalannya
Tuhan, dan juga yang belum mengenal Dia (dari agama lain). Maka tugas kita ialah
menyelamatkan jiwa-jiwa itu agar berbalik kepada Yesus. Dalam nats ini setidaknya
ada tiga syarat yang perlu kita patuhi sebagai pelaku-pelaku selanjutnya (baik
misionaris, hamba Tuhan, maupun jemaat biasa) ialah:
Kedua ialah berani mengambil sikap dan resiko (siap berkorban). Ayat 19
ialah sebuah alasan bagi kita untuk mengambil sikap siap sedia (siap pergi
kemanapun mengabarkan Injil, dan sedia berkorban). Dua sikap ini diharapkan dari
kita sebagai para pelaku Injil. Kita diutus oleh Yesus untuk pergi dan menjadikan
semua bangsa muridNya. Semua bangsa? Yang berarti kita tidak hanya diutus untuk
menyampaikan maksud kita kepada orang-orang tertentu, tetapi kepada semua
orang dalam segala aspek (tua-muda, Kristen-non Kristen, dan untuk semua
bangsa). Sikap melayani dan merendahkan diri harus kita punya, dengan begitu kita
telah mencerminkan keteladanan Yesus sebagai seorang Raja yang Maha Tinggi
dan mau merendahkan diri melayani mereka yang miskin dan berdosa di hadapan
Allah. Jangan sekali-kali kita memberi batasan bagi setiap orang yang mau kita
layani. Sebab semua bangsa layak mendengar kabar sukacita keselamatan dari
pengorbanan Yesus Kristus.
Oleh sebab itu, saudara-saudari, Firman Tuhan yang boleh saya bagikan hari
ini semakin meneguhkan kita dalam keseharian kita sebagai pelaku-pelaku
FirmanNya. Harapan saya ialah mampu menolong kita, dan menjadikan nats ini
sebagai suatu pegangan dalam setiap pelayanan kita. Semoga kita tidak jenuh-
jenuh mendengarNya, melainkan kita jadikan vitamin yang menstimulasi kesehatan
iman dan kerohanian kita. Sekian dan terimakasih, Shalom.