Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP SPIRITUALITAS

JEMAAT
DI GITJ GEMBONG

Disusun oleh:
Eri Bowo Nengsih PAK.18.310

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN WIYATA WACANA PATI


STAKWW PATI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tanggal 11 Maret 2020 Badan Kesehatan Dunia (WHO) oleh Dr. Tedros
Adhanom Ghebreyesus (WHO’s Director –General) telah mengeluarkan virus Corona atau
yang biasa disebut sebagai Covid-19 yang menjadi pandemic bagi dunia. Hingga saat ini
bulan Maret tahun 2021 sudah ribuan orang yang terjangkit virus ini yang tersebar di seluruh
negara negara di dunia. Begitupun di Indonesia, virus Covid-19 sudah menjangkiti hampir
sebagian masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah memberlakukan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diseluruh wilayah Indonesia yang mengakibatkan
banyak sector public yang dibatasi bahkan ditutup. Sekolah-sekolah dengan trpaksa dinon-
aktifkan, tidak ada kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas melainkan belajar dari rumah
masing-masing melalui daring online. Pembatasan pun dilakukan pada tempat-tempat
keramaian, seperti pusat pembelanjaan dan tempat wisata. Orang-orang diarahkan untuk
melakukan Work From Home (bekerja dari rumah), semuanya itu dilakukan agar penyebaran
pandemic ini dapat dihentikan.
Tidak hanya sector social, pendidikan, dan ekonomi saja yang mengalami hal
tersebut, namun pembatasan juga diberlakukan pada sector keagamaan. Pembatasan ini
dilakukan dengan cara melarang melakukan kegiatan keagamaan di dalam rumah-rumah
peribadatan. Pemerintah menganjurkan agar semua kegiatan peribadatan dilakukan dari
rumah dengan memanfaatkan teknologi yang dapat mendukung jalannya ibadah. Tidak
terkecuali dengan peribadahan yang ada di gereja-gereja, ibadah hari Minggu yang biasanya
berlangsung di gedung gereja, dialihkan secara live streaming/ aplikasi-aplikasi lain yang
mendukung. Semua kegiatan peribadatan lain selain ibadah Minggu terpaksa ditiadakan
sementara sampai batas waktu yang belum diketahui. Setelah beberapa waktu berlangsung,
diijinkan ibadah di gereja dengan jumlah jemaat yang hadir dibatasi hanya 50 % dari
kapasitas gedung gereja. Dan jemaat yang lain tetap harus beribadah online dari rumah.
Perubahan cara ibadah dari ibadah bersama di gedung gereja, ke peribadahan online,
dan juga penghentian sementara ibadah-ibadah lain selain Ibadah Minggu dimungkinkan
dapat berpengaruh bagi jemaat. Jemaat yang terbiasa beribadah dengan bersama-sama
sekarang harus menghadapi kebiasaan baru dimana peribadahan dilangsungkan dari rumah
masing-masing. Kegiatan-kegiatan ibadah lain seperti pendalaman alkitab, persekutuan doa,
beston, kring dll juga ditiadakan sementara. Hal ini dirasa sedikit banyak akan
memperngaruhi spiritualitas yang dimiliki oleh jemaat. Spiritualitas Kristen adalah ekspresi
dari keyakinan tertinggi seseorang dalam kehidupan setiap hari dalam komunitas, dicirikan
oleh keterbukaan untuk berbagi kasih Allah, diri sendiri, sesama dan dunia melalui yesus
Kristus dan di dalam kekuatan Roh Kudus. Spiritualitas jemaat tentu dibangun oleh kegiatan-
kegiatan peribadahan yang mereka ikuti, firman-firman yang mereka dengar, serta kegiatan
intim yang dilakukan dengan Allah baik secara individu maupun kelompok didalam dan luar
kegiatan gereja. Walaupun spiritualitas dapat dibentuka dari hubungan individu dengan Allah
secara langsung namun tentu kegiatan peribadahan secara kolektif berpengaruh membangun
spriritualitas itu sendiri.
GITJ Gembong Pati adalah salah satu gereja yang juga merasakan dampak dari
pandemi covid-19 ini. Pandemi covid-19 ini memaksa semua kegiatan peribadahan menjadi
berubah dari tatap muka menjadi secara online dan hanya sebanyak 50 % jemaat yang
diperbolehkan ibadah secara langsung itupun dengan protocol kesehatan yang ketat, serta
beberapa kegiatan peribadahan lain diberhentikan sementara, selain itu pandemi ini juga
mempengaruhi jemaat dari sisi ekonomi, social dan juga hubungan pelayanan dengan sesama.
Oleh karena itu dimungkinkan karena pandemi ini yang berpengaruh terhadap peribadahan,
ekonomi dan social tentu akan berpengaruh terhadap spiritualitas yang ada dijemaat gereja.
Sehingga penulis didalam tulisan ini ingin meneliti pengaruh pandemi covid-19 terhadap
spiritualitas jemaat di GIJT Gembong Pati.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah pandemi covid-19 berpengaruh terhadap spiritualitas jemaat di GITJ
Gembong?
2. Bagaimana bentuk spiritualitas jemaat di GITJ Gembong saat Pandemi Covid19?
3. Bagaimana dampak adanya pandemi Covid19 terhadap Gereja GITJ Gembong?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah pandemi covid-19 berpengaruh terhadap spiritualitas
jemaat di GITJ Gembong.
2. Untuk mengetahui bentuk spiritualitas jemaat di GITJ Gembong saat Pandemi
Covid19.
3. Untuk mengetahui dampak adanya pandemi Covid19 terhadap Gereja GITJ
Gembong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pandemi Covid19


Virus corona atau dikenal juga dengan nama Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan virus baru yang menginfeksi sistem pernapasan
orang yang terjangkit, virus ini umumnya dikenal sebagai Covid-19. Virus ini bahkan
membuat kita melakukan kebiasaan baru bahkan di Lembaga peradilan dan dunia Pendidikan.
Virus Corona bisa menyebabkan hal yang fatal terutama bagi mereka yang mengidap
gangguan pernapasan sebelumnya akan mengalami sindrom gangguan pada pernapasan
tingkat akut walaupun sudah dinyatakan sembuh dari virus ini. Hal itu disebut sebagai efek
dalam jangka panjang dari infeksi Covid-19 dan penderita akan menurun fungsi paru-parunya
sebanyak 20 sampai 30 persen setelah melewati serangkaian pemulihan. Selain paru-paru
ternyata ginjal juga bisa terdampak, penderita Covid-19 dengan persentase 25 sampai 50
persen mengalami gangguan pada ginjal. Penyebabnya adalah protein dan juga sel darah
merah akan cenderung lebih banyak. Dengan persentase 15 persen juga pasien Covid-19
cenderung turun fungsi penyaringan pada ginjalnya, serta penyakit ginjal akut juga bisa saja
menjadi masalah lain yang akan diderita oleh orang yang terinfeksi Covid-19. Pada sistem
saraf juga bisa saja terserang akibat infeksi dari Covid-19, virus ini dapat menyerang sistem
pada saraf pusat. 1
Di negara China misalnya orang yang menderita gangguan pada sistem saraf
mencapai 36 persen dari 214 orang yang dinyatakan positif Covid-19. Gejala-gejala yang
timbul seperti pusing dan gangguan di indera pencium serta indera perasa. Corona Virus
Disease 2019 ini awal penyebarannya terjadi di kota Wuhan, China pada penghujung tahun
2019. Virus ini menyebar dengan sangat masif sehingga hampir semua negara melaporkan
penemuan kasus Covid-19, tak terkecuali di negara Indonesia yang kasus pertamanya terjadi
di awal bulan Maret 2020. Sehingga merupakan hal yang wajar banyaknya negara yang
mengambil kebijakan sesuai dengan situasi dan kondisi di negara masing-masing dan
membuat hubungan antara beberapa negara menjadi tidak berjalan baik salah satu nya
autrasilia dengan negaranegara pasifik, akan tetapi kebijakan yang paling banyak diambil

1
Rizky Suganda, Endro Sutrisno, and Irawan Wisnu Wardana, ” Journal of Chemical Information and Modeling
53, no. 9 (2013)
adalah dengan memberlakukan lockdown yang dianggap sebagai strategi tercepat memutus
mata rantai penyebaran virus yang satu ini.2

2.2 Dampak Pandemi Bagi Gereja


Berdasarkan paparan diatas, pemberlakuan lockdown di Indonesia juga berlaku bagi
seluruh gereja, terdapat bahwa perubahan ibadah dari yang konvensional di gedung-gedung
gereja pindah ke ibadah online (era digital). Perubahan cara ibadah dari ibadah bersama di
gedung gereja, ke peribadahan online, dan juga penghentian sementara ibadah-ibadah lain
selain Ibadah Minggu dimungkinkan dapat berpengaruh bagi jemaat. Jemaat yang terbiasa
beribadah dengan bersama-sama sekarang harus menghadapi kebiasaan baru dimana
peribadahan dilangsungkan dari rumah masing-masing. Kegiatan-kegiatan ibadah lain seperti
pendalaman alkitab, persekutuan doa, beston, kring dll juga ditiadakan sementara. Hal ini
dirasa sedikit banyak akan memperngaruhi spiritualitas yang dimiliki oleh jemaat.

2.3 Spiritualitas
Istilah “spiritualitas” berasal dari kata spirituality, yang merupakan kata benda,
turunan dari kata sifat spiritual. Dalam bentuk kata sifat, spiritual mengandung arti “yang
berhubungan dengan spirit”, “yang berhubungan dengan yang suci”, dan “yang berhubungan
dengan fenomena atau makhluk supernatural”. Spiritualitas mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia yang merupakan sarana pencerahan diri dalam menjalani kehidupan
untuk mencapai tujuan dan makna hidup. Dalam hal tersebut menjelaskan bahwa Spiritual
dalam diri manusia membuat kita bertanya mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan
dan membuat kita mencari beberapa cara fundamental yang lebih baik untuk melakukannya.
Menurut Caroline Young dan Cyndie Koopsen sebagaimana dikutip dari Sanerya Hendrawan
mengartikan spiritualitas sebagai daya semangat prinsip hidup atau hakikat eksistensi
manusia yang diungkapkan melalui hubungan dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Sang
Pencipta atau sumber hidup dan dibentuk melalui pengalaman kultural, spiritualitas
merupakan pengalaman manusia yang universal”.3
Makna spiritualitas telah berkembang dan berkembang dari waktu ke waktu, dan
berbagai konotasi dapat ditemukan berdampingan satu sama lain. Secara tradisional,
spiritualitas mengacu pada proses reformasi keagamaan yang "bertujuan untuk memulihkan
2
Idah, W. Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai Upaya
Pencegahan. Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), Vol. 11 No. 3, Desember 2020, Hal. 179-188
3
E-book: Caroline Young dan Cyndie Koopsen, Spirituality, Health, and Healing: An Integrative Approach,
(Sadbury: Jones and Bartlett Publishers, 2011), Hlm 12.
bentuk asli manusia", berorientasi pada " gambar Tuhan " sebagaimana dicontohkan oleh
para pendiri dan teks-teks suci agama-agama dunia. Istilah ini digunakan dalam Kekristenan
awal untuk merujuk pada kehidupan yang berorientasi pada Roh Kudus dan diperluas selama
Abad Pertengahan Akhiruntuk memasukkan aspek mental kehidupan. Di zaman modern,
istilah ini menyebar ke tradisi agama lain dan diperluas untuk merujuk pada pengalaman
yang lebih luas, termasuk serangkaian tradisi esoteris dan tradisi keagamaan. Penggunaan
modern cenderung mengacu pada pengalaman subjektif dari dimensi sakral dan "nilai-nilai
dan makna terdalam yang dengannya orang hidup" sering dalam konteks yang terpisah dari
institusi keagamaan yang terorganisir, seperti kepercayaan pada alam gaib (di luar yang
diketahui dan dapat diamati), pertumbuhan pribadi , pencarian makna tertinggi atau suci,
pengalaman religius , atau perjumpaan dengan "dimensi batin" sendiri. 4

2.2 Spiritualitas Kristen


Spiritualitas Kristen yang sejati menurut firman Tuhan adalah keberadaan seseorang
yang tahu bagaimana ia " seharusnya berelasi dengan Tuhan, sesama, dirinya sendiri dan
ciptaan lain dan hidup berdasarkan apa yang ia tahu tersebut. Pengetahuan itu sendiri tidak
bersumber dari pola pikir manusia melainkan harus bersumber dari pola : pikir Allah yang
telah dinyatakan, melalui firman-Nya. Ia sebagai Pencipta segala sesuatu di dunia ini, Ia
jugalah yang mengetahui bagaimana semua ciptaan-Nya harus menjalani - kehidupan mereka
masing-masing.5
Kehidupan Kristiani yang sejati diawali oleh karya Roh Kudus dalam diri seseorang
sehingga ia menyadari dirinya adalah orang berdosa dan tidak dapat melepaskan diri dari
murka Allah dengan usahanya sendiri. Ia sadar bahwa ia memerlukan  Juru Selamat untuk
melepaskan dirinya dari murka Allah dan kembali hidup di hadapan Allah, bersama Allah
untuk  kemuliaan Allah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa spiritualitas Kristen
yang alkitabiah merupakan inisiatif dari Allah dan manusia merespons sebagaimana
seharusnya sesuai dengan : iman yang telah dianugerahkan kepadanya. Namun, itu semua
hanyalah titik tolak yang harus dilanjutkan dengan proses pengudusan (Ef. 4:23, Kol. 3:10).
Anugerah Allah memungkinkan terjadinya transformasi pada diri seseorang uantuk menjadi
serupa dengan Kristus. Hal itu dimungkinkan dengan adanya peran Roh Kudus dalam diri

4
https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/Spirituality&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search
5
Rahmiati, T. S. Spiritualitas Kristen & Apologetika Kristen. Literatur SAAT. Malang. 2018. Hal 20
orang percaya (Tit. 3:5) sehingga manusia kembali dimungkinkan untuk menjadi gambar
Allah yang mempermuliakan Allah sesuai dengan tujuan Allah sejak penciptaan (Ef 21-10).6
“Spiritualitas adalah pengalaman kehidupan manusia yang dapat didefinisikan sebagai
suatu keterlibatan sadar dalam proyek integrasi kehidupan melalui transendensi-diri ke arah
nilai tertinggi yang seseorang terima. Dalam spiritualitas Kristen, kategori-kategori
formalnya dikhususkan dalam pengertian Kristen: horizon dari nilai tertinggi adalah
ketritunggalan Allah yang diwujudkan dalam Yesus Kristus dan proyek yang dimaksud
adalah keterlibatan dalam kehidupan dari misteri kebangkitanNya di dalam konteks
komunitas gereja melalui pemberian Roh Kudus. “Spiritualitas Kristen adalah ekspresi dari
keyakinan tertinggi seseorang dalam kehidupan setiap hari dalam komunitas, dicirikan oleh
keterbukaan untuk berbagi kasih Allah, diri sendiri, sesama, dan dunia melalui Yesus Kristus
dan di dalam kekuatan Roh Kudus.7

6
Rahmiati, T. S. Spiritualitas Kristen & Apologetika Kristen. Literatur SAAT. Malang. 2018. Hal 22
7
Anamofa, “MENEROPONG SPIRITUALITAS RUANG-CYBER DARI SUDUT HALMAHERA.”
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
fenomenologi, pendekatan kualitatif. Penelitian fenomenologis ini sebagai penelitian berbasis
bukti dan sekaligus pengajaran berbasis bukti. Penelitian ini mencakup penggunaan subjek
yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi,
perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan, interaksional, dan visual yang
menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematika dalam kehidupan
seseorang.
Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggali secara terperinci tentang
pengaruh dari pandemi Covid19 terhadap spiritualitas jemaat di GITJ Gembong. Peneliti
akan menghubungkannya dengan persoalan pandemi Covid 19 yang membuat peribadatan
berubah dari konvensional ke peribadatan online, apakah hal ini berdampak terhadap
spiritualitas jemaat ataukah tidak. Dari hasil analisis data wawancara dengan jemaat
mengenai spiritualitas di masa pandemi, peneliti akan menarik makna dari pengaruh pandemi
kedalam spiritualitas jemaat, dan bagaimana jemaat memaknai spiritualitas di masa pandemi
ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Pengaruh Pandemi Covid19 terhadap Spiritualitas Jemaat


Berdasarkan wawancara yang sudah peneliti lakukan dengan sampel beberapa jemaat
GITJ Gembong yang diambil secara acak didapatkan hasil bahwa Pandemi Covid 19
mempengaruhi Spiritualitas Jemaat di GITJ Gembong. Hal ini dikarenakan perubahan cara
ibadah dari ibadah bersama di gedung gereja, ke peribadahan online, dan juga penghentian
sementara ibadah-ibadah lain selain Ibadah Minggu berpengaruh bagi jemaat dalam hal
spiritualitas. Jemaat yang terbiasa beribadah dengan bersama-sama sekarang harus
menghadapi kebiasaan baru dimana peribadahan dilangsungkan dari rumah masing-masing.
Kegiatan-kegiatan ibadah lain seperti pendalaman alkitab, persekutuan doa, beston, kring dll
juga ditiadakan sementara. Menurut jemaat yang penulis wawancarai dengan adanya semua
perubahan yang terjadi karena covid19 sedikit banyak akan mempengaruhi pertumbuhan
spiritualitas dari jemaat, disatu sisi banyak jemaat yang akan mengalami peningkatan
spiritualitas jika mereka tetap mau bertekun dan focus beribadah kepada Tuhan walaupun
dilakukan dirumah, disisi lain ada juga penurunan karena tidak adanya peribadatan langsung
dan ibadah-ibadah persekutuan doa yang biasanya dilakukan setiap minggunya yang
mengakibatkan beberapa jemaat menjadi jarang untuk bersekutu secara langsung dengan
Tuhan dan sesama. Jadi Pandemi Covid19 berpengaruh terhadap spiritualitas jemaat di GITJ
Gembong baik itu menumbuhkan maupun terjadinya penurunan.

4.2 Bentuk Spiritualitas Jemaat GITJ Gembong saat Pandemi Covid19


Bentuk Spiritualitas Jemaat GITJ Gembong yang merupakan jemaat gereja Mennonite
memiliki spiritualitas yang tidak jauh berbeda dengan spiritualitas Mennonite yaitu:
1. Spiritualitas Gelassenheit (Keberserahan total kepada Kristus)
Gelassenheit dapat disebut sebagai “intinya inti” dari kerohanian/spiritualitas
Anabaptis, sebagai jantungnya kehidupan kaum Anabaptis-Mennonite
• kesatuan dari penyerahan diri secara total
• Ketaatan yang radikal
Wujud Spiritualitas Gelassenheit:
• Komitmen batin kepada Kristus secara utuh
• Komitmen kepada Tubuh Kristus (gereja) sebagai sebuah komunitas
persaudaraan
• Komitmen untuk menderita demi kasih kepada Kristus dan saudara-saudari

2. Spiritualitas Kemuridan Radikal


• Komitmen pada mengikuti (berjalan di belakang Kristus) sebagai orang yang
telah diperbaharui
• Pertobatan/penyesalan
• Ketaatan kepada Kristus
• Kristus dipahami sebagai inkarnasi penyataan Allah yang menjadi model laku
hidup
• Meniru Yesus (imitatio christi): tindakan yang diarahkan Roh Yesus Kristus
• Perwujudan kemuridan radikal: pelaksanaan Kotbah di Bukit (Matius 5-7)
• Pengudusan hidup dan komunitas
• Kerelaan menanggung penderitaan sebagai konsekuensi ketaatan
• Gaya hidup sederhana.
• Kehidupan nirkekerasan, mencintai keadilan, mengupayakan kebaikan
bersama, menghukum dengan belas kasih, mendukung pewartaan Firman.

3. Spiritualitas Kerendahan hati


• Landasan utama dari spiritualitas ini adalah kebanggaan diri, berpusat pada
diri sendiri adalah wujud dari dosa.
• Hidup baru hidup berpusat pada Kristus.
• Memiliki pikiran dan perasaan seperti Kristus: PENGOSONGAN DIRI (Filipi
2:5-11), Pengurbanan, dan kasih
• Diwujudkan dalam gaya hidup: Sederhana dan sadar
• Pakaian sederhana (fashion)
• Kasih kepada orang lain
• Berbagi dalam hal ekonomi
• Keramahtamahan

4. Spiritualitas Pengudusan
• Penghayatan rohani/batin (inner) untuk seperti Kristus harus membuah dalam
laku (outer). Keselamatan mewujud dalam keseharian. Tujuan: Kesempurnaan
(Mat 5:48)
• Penyangkalan diri dengan tujuan mematikan keinginan dosa dan daging
sehingga dapat sepenuhnya taat kepada Kristus dan memisahkan diri dari
sistem dunia/ masyarakat yang jahat, seperti nilai-nilai, kebiasaan, khususnya
materialisme.
• Mengembangkan kebajikan positif: meniru Yesus sebagai model. Kotbah di
Bukit sebagai panduan (Matius 5-7)
• Pengudusan: Anugrah Allah yang direspon dengan perjuangan dan komitmen
• Pengudusan takterpisahkan dari keselamatan

5. Spiritualitas Perdamaian dan Keadilan


• Nirkekerasan adalah Konsekuensi mengikuti langkah Yesus
• Penghayatan sebagai warga Kerajaan Allah berdampak pada kehidupan (nilai
hidup, perilaku, standar moral) yang berbeda dengan Kerajaan dunia
• Perwujudan dalam sejarah:
• Kesetaraan dan solidaritas ekonomi dalam komunitas
• Penghargaan terhadap martabat manusia, termasuk terhadap yang memusuhi
• Perlawanan terhadap kekerasan, ketidakadilan, penindasan.
• Konsekuensi Injil: Perdamaian, Keadilan, Nirkekerasan

Dari uraian diatas pertumbuhan spiritualitas jemaaat GITJ Gembong disaat masa
pandemi mengikuti penghayatan Mennonite disaat masa masa sulit/penganiayaan. Dalam
segala situasi dan kondisi bahkan pada saat Pandemi Covid 19 yang terjadi saat ini. Virus
Covid 19 yang menyerang semua orang dan tak luput juga warga jemaat GITJ Gembong ini
mengakibatkan duka, kesulitan hidup, permasalahan, dan tantangan bagi banyak semua
orang. Banyak hal dan bidang yang terdampak dengan hadirnya Virus covid 19, baik itu
dalam bidang ekonomi, politik, sosial tak lepas juga spiritualitas.
Laku hidup Yesus yang tidak mencari kesenangan dan suka menolong orang yang
membutuhkan, dimanapun Dia berada. Demikian pula dengan Warga Jemaat GITJ Gembong,
adanya covid 19 menjadikan spiritualitas mereka berubah semakin bertumbuh dan
membuahkan Buah Roh. Pandemi covid 19 ini bagi Jemaat GITJ Gembong adalah sebagai
sebuah ujian terhadap Ketekunan mereka, seperti tertulis dalam surat Roma 5: 3-4 yang
tertulis demikian : Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan
kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan
menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Ditengah kesusahan dan permasalahan baru yang ditimbulkan oleh pandemi Covid 19
ini membuat Warga Jemaat GITJ Gembong semakin bertekun dalam Imannya kepada Tuhan
Yesus bahkan laku hidup mereka yang berpondasi pada pengajaranNya menjadikan mereka
semakin menunjukan kesalehan hidup seperti yang ada di kitab 2 Petrus 1:6 : dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan
kesalehan,
Bukti nyata adalah pada saat mereka tahu bahwa pandemi Covid 19 dapat di antisipasi
dengan menjaga Imun dan kepatuhan pada Protokol Kesehatan yang sering diabaikan oleh
banyak orang diluar Warga Jemaat GITJ Gembong, Warga Jemaat GITJ Gembong tetap
mengikuti anjuran dari Pemerintah dimanapun mereka berada, yaitu memakai masker, sering
cuci tangan atau menjaga kebersihan diri dan lingkungan meskipun banyak orang awam lain
yang menyepelekan dan menganggap kematian, dan sakit penyakit adalah sebuah takdir,
tetapi bagi Warga Jemaat GITJ Gembong dengan pengetahuan yang mereka dapat baik
melalui pengajaran Gereja maupun secara medis, mereka tetap dapat menguasai diri untuk
tetap patuh pada peraturan dan prokes yang ada.
Ditengah badai wabah Virus covid 19 atau Pandemi covid 19 ini spiritualitas
seseorang akan nampak seperti Warga Jemaat GITJ Gembong, dengan adanya Pandemi covid
19 ini menjadikan perubahan kearah yang semakin baik, dan memiliki dampak yang semakin
baik pula. Dengan adanya satu permasalahan yang sama maka Warga Jemaat GITJ Gembong
dalam kesatuan yang semakin nyata terjaga, bersama-sama mencari jalan keluar dan bersama-
sama pula saling membangun dan menguatkan dalam upaya menghadapi Wabah Virus
Corona ini.

4.3 Dampak pandemi bagi Gereja GITJ Gembong


Gereja sebelumnya menjadi wadah yang memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan spiritualitas jemaat, tetapi dimasa pademi ini jemaat tetap beribadah namun
setiap jemaat melaksanakan ibadah di rumah dengan menggunakan ibadah online. Dalam
ibadah online pun setiap jemaat dapat memaknai spiritualitas online. Sehingga yang
terpenting adalah Tuhan tidak bisa dipisahkan antara ruang dan waktu, Ia hadir disana untuk
memberikan kekuatan kepada setiap orang yang berharap kepada-Nya.
Kebaktian dengan pola gereja digital tidaklah bertentangan dengan kebenaran Firman
Tuhan. Di satu sisi, gereja adalah anggota tubuh Kristus yang keberadaannya tidak terbatasi
oleh ruang dan waktu. Di sisi lain, dalam sejarahnya gereja selalu mengalami dengan
perubahan zaman. Dengan demikian, gereja harus bisa berkontekstual terhadap suatu
perubahan tanpa kehilanganan esensinya sebagai tubuh Kristus. Secara biblical menyembah
Allah dengan roh dan kebenaran itu adalah penyembahan yang tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Berdasarkan hal ini, sebagai rekomendasi, gereja GITJ Gembong perlu memikirkan
secara serius pelaksanaan “gereja digital” sebagai upaya maksimal penatalayanan gereja. Ada
dua isu yang dapat dijadikan rujukan untuk penelitian berikutnya yaitu, pertama, tentang
keberlangsungan kebaktian secara digital ini setelah wabah Covid-19 dinyatakan selesai dan,
apakah kebaktian secara digital ini dapat menjadi pola gereja digital di masa yang akan
datang. apabila dikembangkan sebagai sebuah alternatif pelayanan sangat baik. Gereja GITJ
Gembong selama pandemi harus lebih kreatif dan bertumbuh didalam modernisasi pelayanan
yang memang merupakan tuntutan dari adanya Pandemi Covid19 ini sehingga jemaat tetap
terlayani dengan baik dan menumbuhkan spiritualitas yang ada didalam jemaat untuk terus
tumbuh didalam Yesus Kristus.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Simpulan yang dapat penulis peroleh dari penelitian ini adaalah pandemi Covid19
yang menyerang seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia mempengaruhi segala jenis bidang
kehidupan. Bahkan pandemi Covid19 juga berpengaruh terhadap spiritualitas jemaat di GITJ
Gembong, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan jemaat yang menyatakan
bahwa dengan adanya pandemi yang membuat peribadatan dilaksanakan secara online
membuat banyak jemaat menjadi lebih dekat dengan Tuhan dengan beribadah setiap hari
dirumah, selain itu spiritualitas jemaat juga tercermin dari nilai nilai Mennonite yang ada
sehingga jemaat hidup meneladani sikap Yesus selama pandemi ada. Pandemi juga
berdampak bagi gereja, selain ibadah yang berubah menjadi online, GITJ Gembong juga
dipaksa untuk berkembang semakin modern agar tetap dapat melayani jemaat dengan baik
ditengah situasi pandemi yang ada ini.

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah penelitian ini masih sangat bisa untuk
dikembangkan lagi, sehingga besar harapan penulis akan ada yang mau melanjutkan
penelitian tentang spiritualitas jemaat dimasa pandemi Covid19 ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anamofa. 2007. “Meneropong Spiritualitas Ruang-Cyber Dari Sudut Halmahera.”. SALT.


Malang.
Budijanto, B. 2018. Spiritualitas Generasi Muda dan Gereja. In Budijanto (Ed.), Dinamika
Spiritualitas Generasi Muda Kristen Indonesia (pp. 21–58). Bilangan Research
Center.
Caroline Young dan Cyndie Koopsen. 2011. Spirituality, Health, and Healing: An
Integrative Approach, Sadbury: Jones and Bartlett Publishers.
Hery Nuryanto. 2012. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi.
(Jakarta: PT. Balai Pustaka)
https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/Spirituality&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=s
earch diakses 20 Mei 2021
Idah, W. 2020. Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam
Berbagai Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), Vol. 11 No.
3, Desember
Rahmiati, T. S. 2018. Spiritualitas Kristen & Apologetika Kristen. Literatur SAAT. Malang.
Rizky Suganda, Endro Sutrisno, and Irawan Wisnu Wardana, 2013. ” Journal of Chemical
Information and Modeling 53, no. 9

Anda mungkin juga menyukai