JEMAAT
DI GITJ GEMBONG
Disusun oleh:
Eri Bowo Nengsih PAK.18.310
1
Rizky Suganda, Endro Sutrisno, and Irawan Wisnu Wardana, ” Journal of Chemical Information and Modeling
53, no. 9 (2013)
adalah dengan memberlakukan lockdown yang dianggap sebagai strategi tercepat memutus
mata rantai penyebaran virus yang satu ini.2
2.3 Spiritualitas
Istilah “spiritualitas” berasal dari kata spirituality, yang merupakan kata benda,
turunan dari kata sifat spiritual. Dalam bentuk kata sifat, spiritual mengandung arti “yang
berhubungan dengan spirit”, “yang berhubungan dengan yang suci”, dan “yang berhubungan
dengan fenomena atau makhluk supernatural”. Spiritualitas mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia yang merupakan sarana pencerahan diri dalam menjalani kehidupan
untuk mencapai tujuan dan makna hidup. Dalam hal tersebut menjelaskan bahwa Spiritual
dalam diri manusia membuat kita bertanya mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan
dan membuat kita mencari beberapa cara fundamental yang lebih baik untuk melakukannya.
Menurut Caroline Young dan Cyndie Koopsen sebagaimana dikutip dari Sanerya Hendrawan
mengartikan spiritualitas sebagai daya semangat prinsip hidup atau hakikat eksistensi
manusia yang diungkapkan melalui hubungan dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Sang
Pencipta atau sumber hidup dan dibentuk melalui pengalaman kultural, spiritualitas
merupakan pengalaman manusia yang universal”.3
Makna spiritualitas telah berkembang dan berkembang dari waktu ke waktu, dan
berbagai konotasi dapat ditemukan berdampingan satu sama lain. Secara tradisional,
spiritualitas mengacu pada proses reformasi keagamaan yang "bertujuan untuk memulihkan
2
Idah, W. Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai Upaya
Pencegahan. Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), Vol. 11 No. 3, Desember 2020, Hal. 179-188
3
E-book: Caroline Young dan Cyndie Koopsen, Spirituality, Health, and Healing: An Integrative Approach,
(Sadbury: Jones and Bartlett Publishers, 2011), Hlm 12.
bentuk asli manusia", berorientasi pada " gambar Tuhan " sebagaimana dicontohkan oleh
para pendiri dan teks-teks suci agama-agama dunia. Istilah ini digunakan dalam Kekristenan
awal untuk merujuk pada kehidupan yang berorientasi pada Roh Kudus dan diperluas selama
Abad Pertengahan Akhiruntuk memasukkan aspek mental kehidupan. Di zaman modern,
istilah ini menyebar ke tradisi agama lain dan diperluas untuk merujuk pada pengalaman
yang lebih luas, termasuk serangkaian tradisi esoteris dan tradisi keagamaan. Penggunaan
modern cenderung mengacu pada pengalaman subjektif dari dimensi sakral dan "nilai-nilai
dan makna terdalam yang dengannya orang hidup" sering dalam konteks yang terpisah dari
institusi keagamaan yang terorganisir, seperti kepercayaan pada alam gaib (di luar yang
diketahui dan dapat diamati), pertumbuhan pribadi , pencarian makna tertinggi atau suci,
pengalaman religius , atau perjumpaan dengan "dimensi batin" sendiri. 4
4
https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/Spirituality&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search
5
Rahmiati, T. S. Spiritualitas Kristen & Apologetika Kristen. Literatur SAAT. Malang. 2018. Hal 20
orang percaya (Tit. 3:5) sehingga manusia kembali dimungkinkan untuk menjadi gambar
Allah yang mempermuliakan Allah sesuai dengan tujuan Allah sejak penciptaan (Ef 21-10).6
“Spiritualitas adalah pengalaman kehidupan manusia yang dapat didefinisikan sebagai
suatu keterlibatan sadar dalam proyek integrasi kehidupan melalui transendensi-diri ke arah
nilai tertinggi yang seseorang terima. Dalam spiritualitas Kristen, kategori-kategori
formalnya dikhususkan dalam pengertian Kristen: horizon dari nilai tertinggi adalah
ketritunggalan Allah yang diwujudkan dalam Yesus Kristus dan proyek yang dimaksud
adalah keterlibatan dalam kehidupan dari misteri kebangkitanNya di dalam konteks
komunitas gereja melalui pemberian Roh Kudus. “Spiritualitas Kristen adalah ekspresi dari
keyakinan tertinggi seseorang dalam kehidupan setiap hari dalam komunitas, dicirikan oleh
keterbukaan untuk berbagi kasih Allah, diri sendiri, sesama, dan dunia melalui Yesus Kristus
dan di dalam kekuatan Roh Kudus.7
6
Rahmiati, T. S. Spiritualitas Kristen & Apologetika Kristen. Literatur SAAT. Malang. 2018. Hal 22
7
Anamofa, “MENEROPONG SPIRITUALITAS RUANG-CYBER DARI SUDUT HALMAHERA.”
BAB III
METODE PENELITIAN
4. Spiritualitas Pengudusan
• Penghayatan rohani/batin (inner) untuk seperti Kristus harus membuah dalam
laku (outer). Keselamatan mewujud dalam keseharian. Tujuan: Kesempurnaan
(Mat 5:48)
• Penyangkalan diri dengan tujuan mematikan keinginan dosa dan daging
sehingga dapat sepenuhnya taat kepada Kristus dan memisahkan diri dari
sistem dunia/ masyarakat yang jahat, seperti nilai-nilai, kebiasaan, khususnya
materialisme.
• Mengembangkan kebajikan positif: meniru Yesus sebagai model. Kotbah di
Bukit sebagai panduan (Matius 5-7)
• Pengudusan: Anugrah Allah yang direspon dengan perjuangan dan komitmen
• Pengudusan takterpisahkan dari keselamatan
Dari uraian diatas pertumbuhan spiritualitas jemaaat GITJ Gembong disaat masa
pandemi mengikuti penghayatan Mennonite disaat masa masa sulit/penganiayaan. Dalam
segala situasi dan kondisi bahkan pada saat Pandemi Covid 19 yang terjadi saat ini. Virus
Covid 19 yang menyerang semua orang dan tak luput juga warga jemaat GITJ Gembong ini
mengakibatkan duka, kesulitan hidup, permasalahan, dan tantangan bagi banyak semua
orang. Banyak hal dan bidang yang terdampak dengan hadirnya Virus covid 19, baik itu
dalam bidang ekonomi, politik, sosial tak lepas juga spiritualitas.
Laku hidup Yesus yang tidak mencari kesenangan dan suka menolong orang yang
membutuhkan, dimanapun Dia berada. Demikian pula dengan Warga Jemaat GITJ Gembong,
adanya covid 19 menjadikan spiritualitas mereka berubah semakin bertumbuh dan
membuahkan Buah Roh. Pandemi covid 19 ini bagi Jemaat GITJ Gembong adalah sebagai
sebuah ujian terhadap Ketekunan mereka, seperti tertulis dalam surat Roma 5: 3-4 yang
tertulis demikian : Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan
kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan
menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Ditengah kesusahan dan permasalahan baru yang ditimbulkan oleh pandemi Covid 19
ini membuat Warga Jemaat GITJ Gembong semakin bertekun dalam Imannya kepada Tuhan
Yesus bahkan laku hidup mereka yang berpondasi pada pengajaranNya menjadikan mereka
semakin menunjukan kesalehan hidup seperti yang ada di kitab 2 Petrus 1:6 : dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan
kesalehan,
Bukti nyata adalah pada saat mereka tahu bahwa pandemi Covid 19 dapat di antisipasi
dengan menjaga Imun dan kepatuhan pada Protokol Kesehatan yang sering diabaikan oleh
banyak orang diluar Warga Jemaat GITJ Gembong, Warga Jemaat GITJ Gembong tetap
mengikuti anjuran dari Pemerintah dimanapun mereka berada, yaitu memakai masker, sering
cuci tangan atau menjaga kebersihan diri dan lingkungan meskipun banyak orang awam lain
yang menyepelekan dan menganggap kematian, dan sakit penyakit adalah sebuah takdir,
tetapi bagi Warga Jemaat GITJ Gembong dengan pengetahuan yang mereka dapat baik
melalui pengajaran Gereja maupun secara medis, mereka tetap dapat menguasai diri untuk
tetap patuh pada peraturan dan prokes yang ada.
Ditengah badai wabah Virus covid 19 atau Pandemi covid 19 ini spiritualitas
seseorang akan nampak seperti Warga Jemaat GITJ Gembong, dengan adanya Pandemi covid
19 ini menjadikan perubahan kearah yang semakin baik, dan memiliki dampak yang semakin
baik pula. Dengan adanya satu permasalahan yang sama maka Warga Jemaat GITJ Gembong
dalam kesatuan yang semakin nyata terjaga, bersama-sama mencari jalan keluar dan bersama-
sama pula saling membangun dan menguatkan dalam upaya menghadapi Wabah Virus
Corona ini.
5.1 Kesimpulan
Simpulan yang dapat penulis peroleh dari penelitian ini adaalah pandemi Covid19
yang menyerang seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia mempengaruhi segala jenis bidang
kehidupan. Bahkan pandemi Covid19 juga berpengaruh terhadap spiritualitas jemaat di GITJ
Gembong, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan jemaat yang menyatakan
bahwa dengan adanya pandemi yang membuat peribadatan dilaksanakan secara online
membuat banyak jemaat menjadi lebih dekat dengan Tuhan dengan beribadah setiap hari
dirumah, selain itu spiritualitas jemaat juga tercermin dari nilai nilai Mennonite yang ada
sehingga jemaat hidup meneladani sikap Yesus selama pandemi ada. Pandemi juga
berdampak bagi gereja, selain ibadah yang berubah menjadi online, GITJ Gembong juga
dipaksa untuk berkembang semakin modern agar tetap dapat melayani jemaat dengan baik
ditengah situasi pandemi yang ada ini.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah penelitian ini masih sangat bisa untuk
dikembangkan lagi, sehingga besar harapan penulis akan ada yang mau melanjutkan
penelitian tentang spiritualitas jemaat dimasa pandemi Covid19 ini.
DAFTAR PUSTAKA