Markus 16:1-18
Shalom….
Terpujilah Tuhan Allah yang oleh anugerah-Nya telah memperkenankan kita
memasuki tahun baru sebagai tahun rahmat Tuhan bagi orang yang
mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.
Hari ini juga bertepatan dengan perayaan hari perdamaian dunia. Sehubungan
dengan hal itu tema khotbah adalah Peace starts within me (Perdamaian dimulai
dari diri sendiri). Tema ini digaungkan untuk menggugah nurani setiap umat manusia
agar menyatu bersama membangun perdamaian dunia. Dunia yang bebas
peperangan, permusuhan dan kebencian.
Dunia seperti ini digambarkan kitab Kejadian seperti Taman Eden, dimana ada:
Hidup harmoni dengan Pencipta, dan sesama ciptaan yaitu seluruh mahkluk di muka
bumi ini. Tentu tidak mudah membangun dunia damai di tengah kebisingan,
egoisme manusia yang mencari dan meraup kenikmatan yang berpusat pada diri
sendiri.
Seorang ibu pernah menjumpai Bunda Theresa, sosok fenomenal peraih Nobel yang
mendedikasikan dirinya dalam pelayanan kepada orang-orang miskin. Ibu ini,
berkeinginan untuk mengambil bagian di dalam perdamaian dunia. Kata Bunda
Theresa, pulanglah ke rumahmu. Artinya perdamaian dunia tidak dimulai dari orang
lain melainkan mulai dari keluarga sendiri, diri sendiri.
Bacaan kita hari ini menceritakan tentang Yakub yang begitu ketakutan bertemu
dengan saudara kembarnya, Esau. Ia takut karena ia mengambil hak kesulungan
saudaranya dengan cara yang tidak jujur atau menipu. Namun kita tidak boleh
terjebak di dalam polemik ini, melainkan melihatnya dari persepsi iman, bahwa Allah
berdaulat merancangkan apa yang terbaik bagi umat-Nya kendati umat-Nya pernah
melakukan kesalahan. Kembali ke soal Yakub, ia meninggalkan mertuanya, Laban
dan melanjutkan perjalanan untuk mengubah kembali masa lalu yang pahit dengan
membangun keluarga yang rukun dan damai. Yakub memulaikan perjalanan
hidupnya bersama dengan Tuhan. Kita percaya hanya orang yang selalu
memulaikan perjalanan hidupnya bersama dengan Tuhan, maka dia dapat
mengubah masa lalu yang pahit dan kelam menjadi masa kini dan masa depan yang
membahagiakan dan menyejahterakan.
Yakub memiliki rancangan strategis untuk memulaikan perdamaian dengan
saudaranya. Metode ini sangat tepat untuk menggugah nurani persaudaraan dan
menghilangkan kemarahan atau kebencian. Ia mulai dengan doa, merancang waktu
yang tepat langkah demi langkah, menggunakan kata-kata yang bijak untuk
mengambil hati atau mendapatkan kasih kakaknya, Esau. Ia menyuruh utusannya
berjalan lebih dahulu dan menyampaikan kepada Esau, pengalaman hidupnya
sebagai orang asing dan bagaimana ia berjuang keras untuk mendapatkan isteri,
dan menikmati hidup sejahtera di tanah orang. Ia pergi hanya dengan tongkat, kini
pulang dengan keluarga dan kekayaan berlimpah.
Ia membagi dua pasukan untuk menjumpai Esau. Dalam kekalutan dan kesesakan
hatinya ia berdoa memohon bahwa Tuhan yang menyuruhnya kembali (Pulkam)
akan berbuat baik kepadanya. Ia mengaku akan ketidaklayakan terhadap kasih setia
Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan melepaskan dan menjadikan keturunannya
seperti pasir di laut yang tidak dapat dihitung.
Esau yang memiliki 400 orang pasukan yang bersama dengan dia menjumpai.
Yakub memiliki prasangka yang buruk, ia berpikir kakaknya Esau akan
membunuhnya. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak mengandalkan kekuatannya, ia
mengandalkan Allah yang berjanji padanya.
Hal ini seringkali juga kita lakukan, jika kita berlutut di hadapan Allah, maka kita
dapat berdiri tegak di hadapan siapapun. Ketika kita mengangkat tangan maka Allah
akan turun tangan untuk menolong umat-Nya. Selanjutnya Yakub menyiapkan
persembahan atau tanda kasih untuk Esau. Masing masing menurut jenisnya;
kambing betina, kambing jantan, domba betina domba jantan, unta, lembu betina,
lembu jantan, keledai betina dan keledai jantan. Jadi ada 9 (Sembilan) kumpulan.
Yakub sengaja mengatur jarak setiap kumpulan untuk memperlambat waktu
pertemuannya dengan Esau. Cara ini sangat strategis untuk menunjukkan
penghormatannya kepada kakaknya, Esau. Cara ini disebutnya sebagai upaya
mendamaikan hati orang yang membenci atau memusuhinya.
Keteladanan Yakub untuk mengambil hati atau mendapatkan kasih harus kita
lakukan dalam membangun perdamaian dengan sesama. Hanya dengan kesabaran,
kerendahan hati dan sikap yang mau mengalah, berani mengakui kesalahan maka
kita dapat menghentikan kegeraman/kemarahan. Itulah langkah demi langkah untuk
mendamaikan diri dengan mereka yang membenci kita. Yakub tidak meminta Esau
mendamaikan dirinya, tapi ia sendiri berinisiatif untuk menenangkan/mendamaikan
hati Esau. Setelah langkah demi langkah ditempuh, pada akhirnya ia akan melihat
muka Esau dan berharap diterima dengan baik.
Di tengah dunia yang penuh kekerasan dan permusuhan, orang percaya dipanggil
untuk mampu berdamai dengan siapa saja, termasuk dengan orang yang memusuhi
kita. Kita dipanggil membalas kejahatan dengan kebaikan. Cara damai harus kita
bangun untuk memenangkan hati sesama kita. Hal ini harus dilakukan dengan
kesabaran, pengampunan dan berkelanjutan sambil terus mengandalkan Tuhan.
Menjadi seorang agen/pelopor perdamaian tidak mudah, ada banyak orang yang
melakukan sebaliknya. Bukan mencari sahabat melainkan lebih suka mencari
musuh. Seorang pendamai haruslah sosok yang rendah hati, tekun berdoa dan mau
menenangkan hati orang lain. Semoga tahun baru ini kita hidup dalam perdamaian
dengan semua orang, jangan karena pemilihan atau lainnya kita menjadi musuh
terhadap yang lain apalagi keluarga sendiri. Tahun baru ini harus menjadi tahun
perdamaian bagi kita semua, di mulai dari diri sendiri. Amin