Anda di halaman 1dari 9

Yesus Sudah Bangkit, Percayalah!

Markus 16:1-18

Injil Markus membuka kisah kebangkitan dengan kunjungan Maria


Magdalena dan teman-temannya ke kubur Yesus. Maksud untuk merempah-
rempahi mayat Yesus tiba-tiba berubah karena sesampainya di sana, batu besar
yang menjadi segel kubur itu sudah terguling. Keterkejutan wanita itu makin
bertambah sebab di dalam kubur selain tidak ada mayat Yesus, telah hadir seorang
yang berkostum serba putih. Pikir wanita-wanita itu apakah mereka melangkah ke
tempat yang salah atau di kubur yang salah? Mustahil, mereka tahu persis kubur
Yesus. Lukas memberi informasi sebelumnya “dan perempuan-perempuan yang
datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat
kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan” (Luk.23:55). Markus pun
mempertegas ini sebelumnya; “Maria Magdalena dan Maria Ibu Yoses melihat di
mana Yesus dibaringkan (Mark.15:47). Jadi, tidak mungkin mereka ada di tempat
yang salah. Apapun realitas psikis yang ditunjukan wanita-wanita ini, merekalah
saksi perdana kebangkitan Yesus. Tradisi Yahudi bisa melarang perempuan
bersaksi, dan jika bersaksi dianggap hoax. Tapi kewibawaan berita paskah jadi unik,
bahwa peristiwa maha penting itu malah dimulai dari kesaksian Maria Magdalena
dan wanita lainnya.

Ia menyambut para wanita ini dengan pernyataannya: “jangan takut! Kamu


mencari Yesus orang Nazaret yang disalibkan. Ia telah bangkit (16:6a).
Perhatikanlah, bangkit dalam naskah Yunani egerthe bentuk kata kerja pasif.
Seharusnya diterjemahkan “Ia dibangkitkan”. Markus sengaja menggunakan
rumusan ini untuk mensahkan tergenapinya rencana Allah. Dibangkitkan dari antara
orang mati adalah gagasan Allah, sebab tidak ada orang mati yang bisa bangkit
karena kuasa manusiawinya, ini mustahil. Markus dengan tegas menyatakan kuasa
Allah yang mendominasi dalam peristiwa kebangkitan. Kebangkitan ini bukan
sekedar dari mati menjadi hidup lagi, tapi esensinya adalah “Yesus berkuasa atas
maut/kematian” dan Ia memenangkannya untuk manusia. Kristus beralih dari
“dikuasai oleh maut” menjadi “Penguasa atas maut” dan selanjutnya tubuh
kebangkitanNya tidak bisa mati lagi dan berali menjadi kekal. Inilah factor pembeda
dengan mereka yang pernah dibangkitkan sebelumnya.

Sebuah proklamasi sukacita menggema. Maria Magdalena dkk dan para


murid di suruh pergi untuk mengabarkan dan memberitakannya(16:8b). Amanat ini
menunjukkan bahwa karya selamat Allah sudah digenapi dalam kebangkitan Yesus.
Namun tantangan baru mulai bermunculan. Para murid dan Kekristenan Mula-mula
menghadapi gugatan bahwa Yesus tidak bangkit, tetapi mayatnya telah dicuri orang.
Orang atheis juga sama sejak awalnya ragu dan mengklaim bahwa kebangkitan
Yesus adalah sebuah mitos, karena lemahnya bukti objektif dalam peristiwa itu.
Keraguan massa di era itu bahkan di era kekinian tidak pernah mereduksi hakikat
kebenaran yang diyakini gereja dan orang percaya.

Kebangkitan Yesus Kristus adalah peristiwa iman, orang beriman pasti


mempercayai ini dengan segenap hati, dengan segenap jiwa kepada Allah yang
mengerjakannya. Karena meragukan kebangkitan Yesus sama halnya tidak percaya
dan tidak beriman kepada Allah. Mustahil murid-murid, rasul-rasul bersedia pergi ke
ujung dunia, bahkan menghadapi hambatan apapun, demi memberitakan ini, jika
Yesus tidak bangkit. Namun karena ada kebangkitan Kristus maka Injil diberitakan
sampai ke ujung bumi.

Rasul Paulus habis-habisan dalam mengungkapkan tentang keyakinannya


pada peristiwa kebangkitan. Menurutnya, jika Yesus tidak dibangkitkan sia-sialah
iman kita. Kita adalah orang yang paling malang dan bodoh, karena menaruh
pengharapan yang keliru. (band 1 Kor 15:14-20). Menurut Paulus, justru adalah
tragedi jika Yesus tidak bangkit. kematianNya adalah mistery yang sulit dijelaskan
jika tanpa kebangkitan. Dosa tetap berkuasa, manusia semakin terbenam dalam
lumpur kejahatan, dan kematian, adalah siklus terakhir penduduk jagad raya ini. Oh,
betapa mengerikan jika Yesus tidak bangkit. Tapi syukur, di dalam Allah yang
membangkitkan Yesus yang jadi jaminan keselamatan dunia dan manusia. Manusia
berdosa kini dibenarkan dalam Kristus.

Dengan demikian kebangkitan Kristus adalah kebenaran yang paripurna.


Kepercayaan pada Kebangkitan Kristus adalah doktrin penting yang justru telah
melahirkan gereja. Inilah dasar pemberitaan gereja yang paling penting. Salib Yesus
memang adalah dasar pemberitaan yang penting, Kematian Yesus juga adalah
dasar pemberitaan yang penting. Paket pembebasan manusia dari dosa, tidak
berhenti pada salib dan kematianNya. Dalam terang Kebangkitan Yesus
pembebasan manusia dari dosa jadi final. Allah membebaskan apa yang tidak bisa
dibebaskan oleh manusia manapun. Dosa dan kematian adalah belenggu yang sulit
ditaklukkan. Tidak ada yang sanggup mengerjakannya dengan cara apapun juga
dengan jalan manapun. Hanya kebangkitan Yesus satu-satunya jalan untuk
memenangkannya. Inilah sukacita tertinggi dalam merayakan Paskah, dan
menjadikan Paskah sebagai sebagai kesaksian dan berita yang masif gereja masa
kini.

Dunia yang skeptis terhadap kebangkitan Yesus Kritus, janganlah jadi


hambatan untuk memberitakakan kebenarannya. Demikian juga tradisi Paskah yang
beragam dan kerap berubah, tidak boleh menciderai maknanya yang agung.
Perayaan Paskah apapun model dan trendnya tidak boleh terjebak pada eforia dan
ritual semata. Perayaan itu harus mampu menggali dan mengungkapkan pesan
bahwa kebangkitan benar-benar terjadi, manusia dimerdekakan dan diselamatkan,
Yesus Kristus harus jadi puncak dari perayaan itu.

Kristus sudah bangkit, Haleluyah!. Salam Paskah, Amin!

Khotbah ini disusun oleh Prayer Liando


Kelas IX B
Tema: Benar Yesus Bangkit
Bacaan Alkitab : Yohanes 20 1-10

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan,


Kita bersyukur kepada Tuhan Allah dalam Yesus Kristus yang menjadi pusat
iman Kristen sehingga hari ini kita merayakan hari Paskah. Berbicara tentang
kebangkitaan Kristus sangat menarik dan menyenangkan hati setiap orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus. Jikalau Yesus Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah
iman percaya kita dan kita pun masih hidup di dalam dosa. Jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka Injil hanyalah sebagai buku cerita belaka dan Injil tidak
diberitakan ke seluruh penjuru dunia ini.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan,
Bacaan hari ini Yohanes 20:1-10, dimana Maria Magdalena mempunyai
inisiatif untuk datang di pagi subuh untuk melihat kubur Yesus. Maria Magdalena
harus menunggu sampai hari Minggu untuk mengunjungi kubur Yesus. Ini
menunjukkan ketaatan mereka pada hukum Sabat! Pada hari Sabat memang orang
Yahudi tidak boleh melakukan pekerjaan (Kel 20:9-10). Orang-orang Yahudi yang
taat tidak akan melakukan pekerjaan apapun pada hari itu. Dan lagi, pelanggaran
terhadap peraturan Sabat ini merupakan dosa yang berat.
Maria melihat batu penutup kubur itu tidak ada, dan mendapati kubur itu telah
kosong. Ia menduga, ada orang yang telah mengambil mayat Yesus. Apapun
kecurigaannya, kelihatannya ia sangat terkejut, panik, hatinya gundah atas
kenyataan bahwa tubuh Tuhan Yesus hilang. Sehingga ia segera berlari menjumpai
Simon Petrus dan Yohanes untuk memberitahukan apa yang telah terjadi. Sampai
disini Maria belum menyadari apa yang terjadi, seandainya ia mengerti dengan
benar, tidak ada yang lebih membahagiakan jika kita tahu bahwa orang yang kita
kasihi telah bangkit dari kematian.

Saudara-saudara yang di kasihi Tuhan,


Batu itu disingkirkan bukan supaya Kristus yang telah bangkit itu bisa keluar
dari kubur. Dengan kuasa-Nya, Ia bisa menembus tembok/ruangan yang tertutup
sekalipun. Sehingga jelas Ia tidak membutuhkan penyingkiran batu yang menutup
pintu kubur-Nya itu. Ini menunjukkan bahwa kubur sudah ditaklukkan oleh
kebangkitan Yesus dan supaya para perempuan dan murid, bisa memasuki kubur itu
dan melihat kenyataan bahwa Ia telah bangkit dan mengalahkan maut. Kubur yang
kosong menunjukkan bahwa kebangkitan Yesus juga bersifat jasmani, bukan hanya
rohani. Apa yang terlihat itu tiba-tiba menembus/masuk ke pikiran Yohanes; ia
menyadari apa yang telah terjadi dan ia percaya.
Saudara-saudara,
Merasa takut, namun segera ketakutan itu akan berganti dengan rasa
sukacita. Demikian juga yang terjadi dengan para perempuan dan para murid.
Sekalipun hati mereka masih diliputi berbagai pertanyaan, namun sebuah
pengharapan telah mulai tumbuh di dalam hati mereka setelah melihat kubur yang
kosong dan kain kafan serta kain peluh tergulung rapi. Banyak orang yang tidak
percaya bahwa Tuhan Yesus telah bangkit. Ada golongan yang percaya bahwa
kebangkitan Yesus hanya bersifat rohani saja tidak secara jasmani, seperti golongan
gnostik dan saksi Yehowah. Yohanes percaya Tuhan Yesus telah bangkit
berdasarkan fakta bahwa kubur telah kosong dan kain kafan serta kain peluh yang
ditinggalkan disana. Saudara-saudara yang diberkati Tuhan,
Kebangkitan Kristus telah memberikan kepastian iman bahwa di balik
kematian ada kehidupan. Hal ini juga ditegaskan Tuhan Yesus sendiri, “Akulah
kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia
sudah mati,” (Yohanes 11:25). Jadi dengan kebangkitan Kristus ada jaminan pasti
bahwa kita yang percaya juga akan dibangkitkan dari kematian dan beroleh
kehidupan kekal. Oleh karena itu Rasul Paulus menasihatkan, “… saudara-
saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam
pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih
payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58). Namun sampai saat ini masih ada orang
Kristen yang begitu mudahnya menjual imannya demi jabatan, harta, popularitas,
dan juga pasangan hidup; keselamatan ia tukarkan dengan kemewahan dunia ini.
Orang Kristen bukan menyembah Tuhan yang mati. Kita menyembah Tuhan
yang hidup, yang telah mengalahkan kematian. Kita harus percaya bahwa Dia tetap
hidup dan tetap berkuasa sampai selama-lamanya. Pakaian kematian itu telah
ditanggalkan-Nya untuk memberi kehidupan baru bagi orang percaya yang
mengasihi-Nya. Sehingga kehidupan setiap orang percaya semakin dibaharui hari
demi hari sampai hari kedatangan-Nya.
Memaknai Paskah di Tahun ini, kita juga merayakan hari anak GMIM. Kita
diajak untuk semakin memperbaharui diri, tingkah laku, perkataan, pikiran dan
perbuatan ke arah yang lebih baik, ke arah yang berkenan pada kehendak Tuhan.
Mari kita tanggalkan pakaian kematian yang selama ini menyelubungi kita, mari kita
kenakan pakaian kehidupan yang telah diberikan-Nya. Amin.

Khotbah ini disusun oleh Brigel Tanda


Kelas IX B
Khotbah Natal
“Sambutlah Yesus Dengan Hati Yang Bersukacita”
BACAAN ALKITAB: Lukas 2:8-20

Saudara-saudara dalam Tuhan,


Tema Ibadat Natal ini adalah “Sambut Yesus Dengan Hati Yang Bersukacita”.
Sebagaimana janji dalam syair lagu di atas, maka tema kita adalah ajakan untuk
menyambut Yesus bukan dengan sedih, duka, pesimis, takut, atau dengan setengah
hati bahkan bersungut-sungut. Tetapi mari menyambut Yesus dengan hati
bersukacita, bergembira, penuh harapan akan janji-janji TUHAN. Mengapa para
pengikut Yesus terpanggil untuk bersikap demikian?
Karena pembacaan Alkitab saat ini dari Lukas 2 : 8-20 adalah ajakan untuk
menghayati kisah bagaimana penyambutan para gembala pada berita Natal
sebagaimana yang disampaikan oleh penginjil Lukas. Penyambutan pertama ini
bukan terjadi di istana oleh para pangeran dan bangsawan, bukan juga terjadi di Bait
Allah oleh para imam, tetapi terjadi di padang Efrata kepada para gembala. Keadaan
para gembala sangat memprihatinkan, bahkan dalam suasana: gelap tak ada lampu
terang, dingin tak ada pemanas apalagi daerah padang Efrata, di saat malam angin
berhembus kencang sehingga dinginnya menusuk tulang, berjaga-jaga dalam
keadaan waspada, karena sewaktu-waktu pencuri dan perampok datang
menyerang. Keadaan-keadaan ini adalah gambaran suasana yang “mencekam” dan
“menakutkan”.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Lukas, yang adalah seorang Penginjil dan Tabib menyampaikan kisah penyambutan
para gembala akan berita Natal di padang Efrata sebagai kisah pemulihan oleh
kuasa Allah melalui pemberitaan kelahiran Yesus Kristus di Betlehem. Bagaimana
gembala-gembala yang hidup dalam keadaan “gelap”, “dingin”, “tegang” dan
“waspada” dipulihkan dan diubahkan menjadi “bergembira”, “bersukacita”, penuh
suasana “kehangatan” dan “pengharapan”? Itu terjadi ketika mereka mendengar
perkataan malaikat: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Lukas 2 : 10-11).
Berita Natal adalah berita Injil itu sendiri, Allah bekerja di dalam pemberitaan ini
sehingga orang yang mendengarkannya dipulihkan dan diubahkan-Nya. Ketakutan
berubah menjadi keberanian, pesimis menjadi optimis, putus asa menjadi
berpengharapan, kesusahan berubah menjadi sukacita.
Bahkan perubahan kepada para gembala ketika mendengar berita Natal, itu nampak
diwujudkan dalam 3 tindakan Iman:
Pertama: Bergerak untuk melakukan perintah Tuhan (ayat 15 ). Setelah malaikat-
malaikat pembawa berita itu pergi, para gembala tersadar bahwa mereka terpanggil
untuk bergerak, dan bertindak menjawab berita Natal itu. “Gembala-gembala itu
berkata seorang kepada yang lain “Mari kita pergi ke Betlehem”. Ajakan ini adalah
gerakan untuk ke luar dari zona yang terpuruk, ajakan untuk bangkit dari tidur di
kasur masalah, ajakan untuk menyongsong masa depan bukan dengan kekuatan
sendiri tapi dengan kekuatan Allah.
Kedua : Menjadi saksi Tuhan, sebagai tindakan Iman yang kedua oleh para gembala
yang dipulihkan dan diubahkan. Lukas 2:17 “Dan ketika mereka melihat-Nya,
mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak
itu”. Para gembala menjadi “saksi” tentang berita Natal yang mereka dengar.
Sebelumnya mereka hidup dalam “kekurangan percaya” atas diri mereka untuk
menyampaikan pesan-pesan ajaib dan heran dari Tuhan. Tetapi perjumpaan dengan
Tuhan melalui berita Natal, telah mengubahkan mereka dari sikap “diam”, “bisu”,
“dingin”, dan “masa bodoh” menjadi orang yang bersaksi dengan penuh semangat,
menceriterakan kabar injil dengan penuh sukacita, kerelaan untuk bersaksi dengan
ketulusan hati. Kata “saksi” dari perkataan Yunani “martyr”, yaitu orang yang mau
menyampaikan injil sukacita dan hidup dalam sukacita injil.
Ketiga: “Berita yang mengherankan” (ayat 18). Isi berita yang disampaikan para
gembala mendatangkan rasa “heran”. Ini dari kata Yunani “thaumazo” yang berarti
“mengherankan banyak orang, mendatangkan rasa takjub kepada yang
mendengarnya, atau berita yang mengagumkan. Biasanya perkataan-perkataan
seperti ini disampaikan oleh orang-orang berpengaruh, tokoh masyarakat, atau
tokoh agama. Namun para gembala mampu menyampaikan berita ini, karena Allah
telah mengubahkan mereka dari orang-orang biasa yang perkataan-perkataannya
tidak berpengaruh dan cara memiliki berbicara yang tidak menarik, menjadi saksi-
saksi yang perkataannya penuh kuasa. Maria, Bunda Yesus juga terpengaruh
dengan perkataan para gembala-gembala itu, namun Maria cuma menyimpan
semuanya itu di dalam hatinya, tapi ia merenungkan semuanya itu dan
menerimanya sebagai kebenaran dari Allah.
Saudara-saudara dalam Tuhan Yesus Kristus,
Kisah tentang para gembala yang diubahkan ini mengingatkan kita bagaimana Allah
mengubahkan Musa di padang Midian, dari seorang yang merasa gagal, ditolak, dan
dikejar-kejar Firaun sehingga merasa “berat lidah” untuk berbicara tentang Allah
kepada orang Israel dan kepada Firaun. Akhirnya diubahkan Tuhan menjadi “saksi”
dan “penyambung lidah” Allah. JIkalau Musa diubahkan melalui penampakan Allah
di dalam api belukar yang menyala-nyala, sehingga melalui peristiwa itu Musa
digerakan untuk menghadap Firaun dan memimpin orang Israel ke luar dari tanah
Mesis. Demikian juga para gembala di padang Efrata diubahkan Tuhan melalui
berita Natal. Peristiwa yang dirancang oleh Allah sendiri, untuk memakai para
gembala sebagai pembawa berita dari Natal itu sendiri.
Bagaimanakah dengan kita yang mendengarkan berita Natal pada saat ini? Allah
berkenan untuk membawa kita ke tempat ibadat ini untuk mendengar berita
kesukaan dari-Nya.
Sebagaimana pesan dari tema kita dalam ibadat ini: Sambutlah Yesus Dengan Hati
Yang Bersukacita. Bahkan kita dipanggil untuk melanjutkan dengan berbagai
tindakan iman, seperti yang dicontohkan para gembala. Tentu keluarga kita akan
menyambutnya, suami atau istri, anak-anak atau orang tua akan turut bersukacita
merayakan Natal yang kudus ini. Amin

Disusun oleh Riki Kontul


Kelas IX A
Khotbah Tahun Baru
Tema: Perdamaian Mulai Dari Diri Sendiri
BACAAN ALKITAB: Kejadian 32:1-21

Shalom….
Terpujilah Tuhan Allah yang oleh anugerah-Nya telah memperkenankan kita
memasuki tahun baru sebagai tahun rahmat Tuhan bagi orang yang
mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.
Hari ini juga bertepatan dengan perayaan hari perdamaian dunia. Sehubungan
dengan hal itu tema khotbah adalah Peace starts within me (Perdamaian dimulai
dari diri sendiri). Tema ini digaungkan untuk menggugah nurani setiap umat manusia
agar menyatu bersama membangun perdamaian dunia. Dunia yang bebas
peperangan, permusuhan dan kebencian.
Dunia seperti ini digambarkan kitab Kejadian seperti Taman Eden, dimana ada:
Hidup harmoni dengan Pencipta, dan sesama ciptaan yaitu seluruh mahkluk di muka
bumi ini. Tentu tidak mudah membangun dunia damai di tengah kebisingan,
egoisme manusia yang mencari dan meraup kenikmatan yang berpusat pada diri
sendiri.
Seorang ibu pernah menjumpai Bunda Theresa, sosok fenomenal peraih Nobel yang
mendedikasikan dirinya dalam pelayanan kepada orang-orang miskin. Ibu ini,
berkeinginan untuk mengambil bagian di dalam perdamaian dunia. Kata Bunda
Theresa, pulanglah ke rumahmu. Artinya perdamaian dunia tidak dimulai dari orang
lain melainkan mulai dari keluarga sendiri, diri sendiri.
Bacaan kita hari ini menceritakan tentang Yakub yang begitu ketakutan bertemu
dengan saudara kembarnya, Esau. Ia takut karena ia mengambil hak kesulungan
saudaranya dengan cara yang tidak jujur atau menipu. Namun kita tidak boleh
terjebak di dalam polemik ini, melainkan melihatnya dari persepsi iman, bahwa Allah
berdaulat merancangkan apa yang terbaik bagi umat-Nya kendati umat-Nya pernah
melakukan kesalahan. Kembali ke soal Yakub, ia meninggalkan mertuanya, Laban
dan melanjutkan perjalanan untuk mengubah kembali masa lalu yang pahit dengan
membangun keluarga yang rukun dan damai. Yakub memulaikan perjalanan
hidupnya bersama dengan Tuhan. Kita percaya hanya orang yang selalu
memulaikan perjalanan hidupnya bersama dengan Tuhan, maka dia dapat
mengubah masa lalu yang pahit dan kelam menjadi masa kini dan masa depan yang
membahagiakan dan menyejahterakan.
Yakub memiliki rancangan strategis untuk memulaikan perdamaian dengan
saudaranya. Metode ini sangat tepat untuk menggugah nurani persaudaraan dan
menghilangkan kemarahan atau kebencian. Ia mulai dengan doa, merancang waktu
yang tepat langkah demi langkah, menggunakan kata-kata yang bijak untuk
mengambil hati atau mendapatkan kasih kakaknya, Esau. Ia menyuruh utusannya
berjalan lebih dahulu dan menyampaikan kepada Esau, pengalaman hidupnya
sebagai orang asing dan bagaimana ia berjuang keras untuk mendapatkan isteri,
dan menikmati hidup sejahtera di tanah orang. Ia pergi hanya dengan tongkat, kini
pulang dengan keluarga dan kekayaan berlimpah.
Ia membagi dua pasukan untuk menjumpai Esau. Dalam kekalutan dan kesesakan
hatinya ia berdoa memohon bahwa Tuhan yang menyuruhnya kembali (Pulkam)
akan berbuat baik kepadanya. Ia mengaku akan ketidaklayakan terhadap kasih setia
Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan melepaskan dan menjadikan keturunannya
seperti pasir di laut yang tidak dapat dihitung.
Esau yang memiliki 400 orang pasukan yang bersama dengan dia menjumpai.
Yakub memiliki prasangka yang buruk, ia berpikir kakaknya Esau akan
membunuhnya. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak mengandalkan kekuatannya, ia
mengandalkan Allah yang berjanji padanya.
Hal ini seringkali juga kita lakukan, jika kita berlutut di hadapan Allah, maka kita
dapat berdiri tegak di hadapan siapapun. Ketika kita mengangkat tangan maka Allah
akan turun tangan untuk menolong umat-Nya. Selanjutnya Yakub menyiapkan
persembahan atau tanda kasih untuk Esau. Masing masing menurut jenisnya;
kambing betina, kambing jantan, domba betina domba jantan, unta, lembu betina,
lembu jantan, keledai betina dan keledai jantan. Jadi ada 9 (Sembilan) kumpulan.
Yakub sengaja mengatur jarak setiap kumpulan untuk memperlambat waktu
pertemuannya dengan Esau. Cara ini sangat strategis untuk menunjukkan
penghormatannya kepada kakaknya, Esau. Cara ini disebutnya sebagai upaya
mendamaikan hati orang yang membenci atau memusuhinya.
Keteladanan Yakub untuk mengambil hati atau mendapatkan kasih harus kita
lakukan dalam membangun perdamaian dengan sesama. Hanya dengan kesabaran,
kerendahan hati dan sikap yang mau mengalah, berani mengakui kesalahan maka
kita dapat menghentikan kegeraman/kemarahan. Itulah langkah demi langkah untuk
mendamaikan diri dengan mereka yang membenci kita. Yakub tidak meminta Esau
mendamaikan dirinya, tapi ia sendiri berinisiatif untuk menenangkan/mendamaikan
hati Esau. Setelah langkah demi langkah ditempuh, pada akhirnya ia akan melihat
muka Esau dan berharap diterima dengan baik.
Di tengah dunia yang penuh kekerasan dan permusuhan, orang percaya dipanggil
untuk mampu berdamai dengan siapa saja, termasuk dengan orang yang memusuhi
kita. Kita dipanggil membalas kejahatan dengan kebaikan. Cara damai harus kita
bangun untuk memenangkan hati sesama kita. Hal ini harus dilakukan dengan
kesabaran, pengampunan dan berkelanjutan sambil terus mengandalkan Tuhan.
Menjadi seorang agen/pelopor perdamaian tidak mudah, ada banyak orang yang
melakukan sebaliknya. Bukan mencari sahabat melainkan lebih suka mencari
musuh. Seorang pendamai haruslah sosok yang rendah hati, tekun berdoa dan mau
menenangkan hati orang lain. Semoga tahun baru ini kita hidup dalam perdamaian
dengan semua orang, jangan karena pemilihan atau lainnya kita menjadi musuh
terhadap yang lain apalagi keluarga sendiri. Tahun baru ini harus menjadi tahun
perdamaian bagi kita semua, di mulai dari diri sendiri. Amin

Disusun oleh Eugenia Mawitjere


Kelas IX B

Anda mungkin juga menyukai