Anda di halaman 1dari 83

Kebangkitan: Sebuah Dasar Yang Sukar

(1Kor 15:2; Roma 10:9) Mengapa Kebangkitan dikatakan sebuah dasar? Disebut sebuah
dasar karena inilah awal kepercayaan kita. Jikalau Yesus yang kita sembah tidak bangkit,
maka sia-sialah injil. Sia-sialah gereja. Sia-sialah hamba Tuhan harus sekolah di sekolah
Teologi, mereka sudah menghabiskan bertahun-tahun digembleng tetapi hasilnya cerita
bohong melulu. Sia-sialah juga Stefanus, Petrus dan Paulus mempertahankan iman
kepercayaan mereka sampai mati. Mengapa Kebangkitan dikatakan sebuah dasar yang sukar?
Disebut sukar karena tidak gampang orang mempercayai kebangkitan ini. Termasuk murid-
murid Yesus sendiri, salah satunya Tomas.

Artikel Terkait
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Kubur Kosong
 Kebangkitan Kristus
 Kemenangan Orang Percaya
 Salib Yesus Kristus
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Ketakutan dan Kesukaan Besar

Memang benar, peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus yang kita proklamirkan pada setiap
Paskah menjadi perdebatan sejak dahulu; khususnya bagi mereka yang tidak percaya?
Mereka mengatakan tidak mungkin, orang yang mati bisa bangkit kembali. Sudah mati ya
mati, habis. Apa lagi yang perlu diharapakan? Di sinilah letak keunikan kepercayaan orang
Kristen yang tidak dimiliki oleh kepercayaan yang lain; sebab Yesus yang kita sembah bukan
Yesus yang senantiasa bercokol di atas kayu salib; lalu bangkai-Nya dimakan burung gagak
dan habis. Tetapi Yesus yang kita sembah yaitu Yesus yang sudah mati di atas kayu salib,
lalu dikuburkan dan bangkit pada hari yang ke tiga. Itulah saat-saat Kemenangan Yesus.

Salah satu bukti Yesus bangkit yakni kubur kosong, namun rupanya bukti ini tidak cukup
kuat dan masih sulit dipercaya terutama oleh para murid-murid-Nya; sebab di sana-sini
muncul berbagai teori dan tuduhan;

1. Ada yang mengatakan murid-murid itu datang pada kubur yang keliru, yakni kubur
yang baru yang memang belum ada "penghuninya". Tetapi hal ini bisa kita tolak
sebab malaikat-malaikat juga ada di sana, dan perajurit-perajurit itu tidak mungkin
begitu lalai sehingga menjaga kubur yang salah.

2. Serdadu-serdadu itu telah mengarang cerita bahwa seseorang mencuri mayat Yesus
saat mereka sedang tidur. Apabila ini merupakan kasusnya, tentu para pengawal itu
harus dihukum mati. Tetapi menurut catatan Matius, mereka disuap untuk
menceritakan berita bohong. Sudah tidak dihukum dapat uang lagi.
3. Sangat kurangnya bukti dari orang-orang yang berkeberatan kalau Tuhan Yesus
bangkit dari kubur, hal ini menjadikan kita boleh menerima bahwa Yesus benar-benar
bangkit. Kebangkitan itu merupakan peristiwa yang penting; dan jikalau memang
tidak dirasa penting; maka kebangkitan itu tentu tidak akan dipersoalkan.

Bagian Alkitab di dalam 1 Korintus yang kita baca, rasul Paulus merasa berkepentingan
untuk menjelaskan kepada jemaat tentang sesuatu yang cukup dasar di dalam iman
kepercayaan orang-orang percaya. Sebab apabila prinsip kebangkitan ini tidak dianggap
penting atau dikesampingkan maka itu berarti meniadakan atau membatalkan seluruh Injil.
Paulus mengatakan "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu"

Rupanya di gereja Korintus ada beberapa orang yang telah menyangkal Kebangkitan Yesus
Kristus. Paulus berusaha menasihati mereka. Di dalam Galatia 1:12, rasul Paulus mengatakan
ia menerima Injil itu bukan dari manusia maupun dari rasul-rasul, melainkan dari Yesus
Kristus sendiri. Karena itu, Paulus dapat memberitakan Injil dengan penuh percaya diri
berdasarkan kebenaran itu.

Tema khotbah ini adalah Kebangkitan: sebuah dasar yang sukar. Mengapa saya katakan
demikian?. Ada tiga alasan yang akan saya jelaskan di bawah ini, walaupun sebenarnya
alasan tersebut lebih dari tiga.

1. Kebangkitan Yesus membuktikan Ia Hidup

Bagi orang Palestina, Mesias itu merupakan pengharapan satu-satunya dari mereka;
Mesias yang berarti Yang Diurapi atau Juruselamat akan datang kedunia ini lalu
memerintah atas mereka, membebaskan mereka dari penjajahan kerajaan Romawi.
Tetapi Mesias yang mereka harapkan itu ternyata sempat mengecewakan mereka
termasuk oleh murid-murid Yesus; sebab Ia tidak datang dengan luar biasa maupun
gagah perkasa; sekali lagi Ia tampil biasa-biasa saja. Bahkan mati-Nya tergantung di
kayu salib.

Gereja di Korintus rupanya ada dua kelompok orang yang cukup ekstrem yakni orang Saduki
dan orang Farisi. Orang Saduki itu tidak percaya akan kebangkitan, sedangkan orang Farisi
sebaliknya. Konsep mereka barangkali sempat menyusup ke gereja di Korintus, sehingga
rasul Paulus mau meluruskan kembali konsep jemaat di sana. Paulus telah mengajarkan
kepada jemaat di Korintus tentang Kristus yang telah mati karena dosa-dosa kita dan ini jelas
sesuai dengan isi Kitab Suci. Lalu Ia menampakkan diri kepada Kefas, kepada keduabelas
murid-murid-Nya bahkan ke lebih dari lima ratus orang; selanjutnya Ia menampakkan Diri ke
Yakobus dan akhirnya Yesus menampakkan Diri kepada Paulus.

Bagi rasul Paulus peristiwa penampakan Diri Yesus kepadanya merupakan momen penting.
Disitulah ada sebuah hati jahat yang diubah 180 derajat (total). Padaa saat inilah Saulus yang
jahat telah menjadi Paulus yang baik. Saulus yang "ikut setan" menjadi Paulus yang "ikut
Tuhan."

Yesus yang hidup, sanggup merubah hati-hati yang keras dan mati. Itulah sebabnya, tatkala
mengingat Kebangkitan Yesus; kita dingatkan kepada peritiwa Kasih-Nya yang Ajaib.
Mengapa Ia bisa bangkit, karena Ia sudah mati. mengapa Ia mati, karena Ia mau menebus
dosa kita. Kebangkitan memberi arti Yesus hidup, dengan demikan kita tidak mengerjakan
sesuatu pekerjaan yang sia.

 Kebangkitan Yesus membuktikan Ia berkuasa


Secara manusia memang seakan-akan Yesus tidak memiliki kuasa apa-apa. Yesus yang
diharapkan sebagai pembebas; tetapi telah mati konyol. Ia gagal sebelum berperang. Memang
benar kematian Yesus akan konyol apabila Dia tidak pernah bangkit. Tetapi kenyataannya
lain bukan? Yesus yang kita sembah itu sudah bangkit. Ia tidak ada di dalam kubur lagi.
Dengan demikian maka Yesus telah mengalahkan maut. Inilah letak kuasa-Nya. Kuasa Yesus
inilah yang merupakan pengharapan kita manusia baik pada saat kita masih hidup di dunia
maupun setelah mati.

Kuasa atas maut, itulah yang dimiliki Yesus. Itu berarti Yesus telah memperoleh kemenangan
itu. Satu kemenangan yang cukup Satria, ditandai dengan kematian seorang anak manusia
yang disalibkan. Ia rela menyerahkan nywa untuk menyelamatkan kita. Kuasa tersebut juga
diberikan pada kita, yakni kemenangan atas kuasa dosa; dengan modal penyerahan total pada
Dia dan percaya kepada-Nya.

Pada musim dingin tahun 1981, di Amerika Serikat telah terjadi suatu tragedi yang timbul
karena kecelakaan pesawat terbang, yang sangat tragis terjadi di sungai Patomac,
Wangshington DC. Tatkala berita mulai menyebar keluar, diketahui bahwa ada seseorang
yang merupakan orang "ke-enam", oleh regu penyelamat, lima orang berhasil diselamatkan
melalui tali-tali penyelamat dan pelampung yang dilemparkan ke arah mereka.

Melalui Helikopter yang terbang melayang-layang di atas mereka, para penyelamat dengan
heran melihat seorang dari mereka berulang-ulang memberikan pelampungnya kepada
teman-teman yang ada disekelilingnya. Akhirnya, ketika lima orang telah berhasil
diselamatkan, helikopter itu kembali untuk menyelamatkan seseorang yang disebut orang
"ke-enam" itu. Tetapi ia tidak kelihatan lagi. Ia telah tenggelam di bawah air yang dingin
seperti es, dan mati lemas. Ia sungguh-sungguh menganggap orang lain lebih utama. Ia relah
menyerahakan nyawnya demi nyawa orang lain.

Ayat Alkitab

Yohanes 15:13 "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."

1 Yohanes 3:16 "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa IA telah menyerahkan
nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara
kita."

1. Kebangkitan Yesus membuktikan Puncak Karyanya


Puncak Karya Yesus adalah Kebangkitan. Injil menjadi berkuasa dan berkualitas karena
adanya Kebangkitan ini. Rasul Paulus sekali lagi mau katakan bahwa (coba lihat ayat 14,15
dan dibaca), Ayat 20 yang merupakan suatu prinsip kebenaran.

Kebangkitan disebutkan sebagai Puncak Karya Yesus karena tidak hanya menunjukkan
Kuasa dan Keselamatan, tetapi sekaligus pembuka jalan menuju ke Sorga. Dengan
Kebangkitan maka orang-orang yang mendengar berita Injil, mereka yang degil, mereka yang
keras kepala dan sebagainya harus segera berpaling diri, karena karya yang besar yakni karya
keselamatan akan diberikan kepada mereka.

Dalam ruang Nama dan Peristiwa harian Kompas, dituliskan bahwa, tidak benar seorang
lelaki lebih menghargai kecantikan fisik dan tubuh ketimbang kualitas lain wanita. Dalam
survai yang diadakan surat kabar Amerika, Pittsburgh Post-Gazette, terhadap 200 penduduk
Pensylvania, 52% pria mengatakan jika kapal penumpang Titanic tenggelam saat ini, mereka
bersedia menyerahkan jatah tempatnya di perahu penyelamat kepada tokoh kemanusiaan
Bunda Teresa. Hanya 8% pria yang mengatakan bersedia menyerahkan peluang keselamatan
kepada penyanyi Madonna.

Dalam survei yang disebut "Test Titanic" itu, 35% pria berse371 menyerahkan jatah kursi
kepada pria yang bukan suaminya atau anaknya. Selain itu, 67% pria dan 41% wanita
bersedia menyerahkan kursinya kepada pasangan mereka. Dari tes itu, terlihat bahwa
responden ternyata lebih suka berkorban demi ibu ketimbang ayah. Sejumlah 74% pria dan
85% wanita bersedia menyerahkan kursinya kepada anak-anak mereka. Sejumlah 52% pria
dan 40% wanita akan menyerahkan kursinya kepada ayahnya mereka, sedangkan 54% pria
dan 55% wanita akan menyerahkan kursinya kepada ibu mereka.

Menurut Mike Sigworth, salah satu responden, lelaki pada saat ini tidaklah begitu kesatria
seperti dulu. "Jika terjadi bencana tenggelamnya Titanic sekarang, setiap pria akan segera
berusaha meninggalkan kapal itu,"ujarnya. Hanya sepertiga pria saja yang mau menyerahkan
kursi penyelamat kepada wanita yang bukan keluarga dekatnya.

Tetapi Yesus yang kita sembah Ia tidak berbuat demikian. Di taman Getsemani memang dia
bergumul secara berat atas penyaliban itu, bahkan Ia berdoa supaya kehendak Tuhan bisa
berubah. Namun di dalam taman Getsemani juga Iman Yesus diteguhkan, doanyapun
berubah, biarlah kehendak Tuhan yang jadi. Saya begitu yakin sekali bahwa di sinilah letak
Puncak Karya-Nya.

Seorang utusan Injil terkenal, yang bernama Dr. Alexander Duff kembali dari India ke
Scotlandia. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang berumur lanjut. Pada suatu hari ia
berkhotbah dihadapan jemaat Presbyterian, ia menantang agar para pemuda bersedia menjadi
misionari untuk di utus ke India. Tetapi sayang, tidak seorangpun yang tergerak pada
tantangannya, berulang-ulang kali ia menantang terus, sampai mendadak ia jatuh pingsan.

Orang-orang berdatangan untuk menolong dia dan seorang dokter memeriksa jantungnya.
Akhirnya pahlawan Injil ini yang sudah tua itu membuka mata, ia bertanya: "Dimanakah saya
ini?" Dokter menjawab: "Tenang, bapak tidak boleh terlalu banyak bergerak, keadaan jantung
bapak sangat lemah."Tetapi Dr. Duff terus berusaha dengan sekuat tenaga untuk bangkit, lalu
ia berkata : "Bawalah saya kembali ke surga, saya harus menyelesaikan tantangan saya."
Karena tekadnya yang bulat, maka akhirnya dokter mengizinkannya kembali ke mimbar.
Dengan diapit oleh seorang dokter dan seorang majelis, ia berjalan tertatih-tatih menaiki
tangga mimbar. Semua jemaat merasa terharu, ia kemudian melanjutkan
tantangannya:"Ketika ratu Victoria memanggil sukarelawan untuk dikirim ke India, saya lihat
begitu banyak pemuda yang menyerahkan diri memenuhi panggilan itu."Kemudian dengan
keras ia berkata:"Tetapi sekarang, Yesus Sang Juruselamat kita memanggil, mengapa tidak
seorangpun yang mendengar panggilan-Nya?"Benarkah di Scotlandia tidak ada lagi pemuda
yang mau di utus ke India? Kalau betul tidak ada lagi, maka saya yang sudah tua ini bersedia
untuk kembali ke India. Walaupun saya sudah tidak sanggup berkhotbah, tetapi saya dapat
berbaring dan mati di sungai Gangga; agar orang-orang India tahu bahwa paling sedikit ada
satu orang Scotlandia yang masih mengasihi mereka.

Dalam waktu singkat, banyak pemuda dengan mencucurkan air mata berdiri dan berkata:
"Saya rela pergi ke India." Beberapa lama kemudian Dr. Duff meninggal, dan sejak saat itu
banyak sekali pemuda Scotlandia yang mau diutus ke India.

Roma 10:14,15

"Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang
Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia. jika tidak ada yang memberitakan-Nya?

Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada
tertulis; betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak


Merah
Penulis : John Adisubrata

PEMBERONTAK YANG MUNAFIK

"Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan
kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka." (Kisah Para Rasul 2:23) Membaca dan
menjelajahi keempat Injil Tuhan Yesus Kristus dengan seksama di atas meja ruang belajar
rumah, sering kali menyebabkan saya secara refleks meraih sebuah kotak kecil yang terletak
di atasnya, tepatnya di ujung sebelah kiri meja, untuk berkali-kali mencabut secarik "tissue"
putih dari dalamnya.

Artikel Terkait
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong
 Kristus Bangkit, Soraklah, Haleluya!
 Paskah A to Z
 Kebangkitan: Sebuah Dasar Yang Sukar
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Kemenangan Orang Percaya
 Salib Yesus Kristus

Ketika membaca beberapa kisah di dalam Injil-Injil tersebut, saya menyadari secara tidak
langsung keselarasan tindakan-tindakan mereka yang tercantum di sana sebagai orang-orang
yang hidup di sekitar Tuhan Yesus, dengan perbuatan-perbuatan saya sendiri selama ini. Isi
firman Allah tampak begitu relevan dengan perjalanan hidup yang saya lalui.

Menyadari segala tindakan yang telah, sedang dan akan saya lakukan, bagaimana saya bisa
menyangkal kenyataan, bahwa saya tidak membutuhkan tissues lembut tersebut?

Karena nubuatan nabi Yesaya yang sudah terjadi 2000 tahun yang lalu, ternyata masih tetap
digenapi sampai sekarang: "Tetapi dia ditikam oleh karena PEMBERONTAKAN kita, dia
diremukkan oleh karena KEJAHATAN kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi
kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5)

Pertama-tama, ketika saya memperhatikan gaya hidup wanita Samaria yang bertemu dengan
Tuhan Yesus di sumur Yakub, saya bisa menghayati kehampaan hidup yang dilalui olehnya.
Bagaikan dia yang pada waktu itu sedang hidup di dalam dosa perzinahan, saya juga pernah
mengembara dari satu hubungan "asmara" ke hubungan-hubungan yang lain, hanya untuk
mengejar "kepuasan" tanpa pernah berhasil menemukan makna dan tujuan yang sebenarnya.
(Yohanes 4:1-42)

Begitu pula para pendengar setia yang mengikuti Tuhan Yesus ke manapun Ia pergi. Seperti
mereka, saya juga pernah duduk di dekat kaki-Nya untuk mendengarkan firman yang
diucapkan oleh-Nya. (Lukas 8:4-15) Firman yang tidak pernah saya cernakan di dalam hati,
karena hanya masuk melalui telinga kiri, lalu menerobos keluar lagi lewat telinga yang
sebelah kanan!

Membaca kisah mengenai wanita yang menderita sakit pendarahan selama 12 tahun, saya
menjadi teringat akan semua penderitaan yang harus saya lalui seorang diri dirantauan, ketika
sedang ditimpa musibah penyakit yang cukup parah. Karena pada waktu itu, tiba-tiba saja
saya menjadi sadar akan keberadaan-Nya lagi! Bagaikan tindakan wanita yang tidak pernah
mau menyerah, dengan iman yang menyala-nyala saya juga berusaha meraih dan menjamah
jumbai jubah Tuhan Yesus untuk menerima kesembuhan-Nya. (Lukas 8:43-48)

Tetapi yang sangat menyedihkan, kerap kali sikap saya tidak berbeda jauh dengan
kesembilan orang yang menderita penyakit kusta yang menganggap, bahwa mereka tidak
perlu pergi menemui-Nya lagi untuk mengucapkan terima kasih atas kesembuhan yang sudah
mereka dapatkan. (Lukas 17:11-19)

Seperti orang-orang tersebut, saya merasa, bahwa kesembuhan yang dikaruniakan oleh-Nya
adalah sesuatu hal yang amat lumrah. Bukankah sedari dahulu "privilege" seperti itu sudah
menjadi hak semua orang, ... apalagi saya?

Bahkan tidak jarang, bagaikan para imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi, yang selalu
mencurigai kemutlakan kuasa Tuhan Yesus Kristus atas segala sakit-penyakit yang ada di
dunia (Matius 21:23-27), dengan sinis sekali saya juga meragukan kesaksian orang-orang
yang berani mengatakan di depan umum, bahwa mereka baru saja menerima kesembuhan-
kesembuhan supranatural dari-Nya. Entah yang dikaruniakan kepada mereka melalui doa-doa
orang percaya dari gereja lokal mereka, ataupun melalui acara-acara KKR (Kebaktian
Kebangunan Rohani) yang diadakan oleh hamba-hamba Tuhan yang khusus diurapi oleh-Nya
untuk melayani di bidang tersebut.

Di dalam kasus wanita yang tertangkap basah sedang berzinah di siang hari bolong, saya
adalah salah seorang di dalam gerombolan lelaki yang mempunyai hasrat paling besar untuk
segera merajam dia menggunakan batu yang ada di dalam genggaman tangan saya.
Bagaimana tidak, bukankah ia sudah berani melanggar dan mengkhianati hukum Taurat?

Kendatipun jelas sekali, bahwa pasti ada dua insan yang terlibat di dalam dosa perzinahan itu,
saya merasa layak sekali untuk menghakimi wanita tersebut seorang saja, bahkan
membunuhnya! Dibutakan oleh kegeraman hati saya sendiri, saya menjadi lupa, bahwa sikap
hidup dan tingkah laku saya tidak berbeda sama sekali dengan perbuatan laki-laki mesum
yang sudah ikut mengambil bagian yang setara di dalam dosa perzinahan tersebut! (Yohanes
8:2-11)

Jangankan menghakimi, " mengutuki orang-orang yang sudah menjengkelkan hati, oleh
karena mereka selalu menghalangi, bahkan menentang "kehendak" saya pun, sering
menggoda benak pikiran saya. Tidak jarang saya menggerutu dengan hati gemas,
"menganjurkan" kepada Tuhan untuk segera membantu melaksanakan hasrat keinginan saya,
yaitu memberi hukuman yang "setimpal" kepada mereka. Seperti kutukan yang dianjurkan
kepada Tuhan Yesus oleh kedua murid-Nya, rasul Yohanes dan rasul Yakobus, untuk
memusnahkan seluruh penduduk desa di Samaria yang sudah menolak kedatangan mereka:
"Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk
membinasakan mereka?" (Lukas 9:54b)

Di dalam hal mengampuni kesalahan orang-orang lain, kiasan yang diceriterakan oleh Tuhan
Yesus kepada murid-murid-Nya di Matius 18:21-35 telah jitu mengenai sasarannya di dalam
hati saya! Bagaikan tindakan hamba yang jahat, yang meskipun baru saja dibebaskan oleh
rajanya dari seluruh hutangnya yang berjumlah sangat banyak, seperti dia, sering kali saya
melupakan belas kasihan tersebut, di mana saya masih berani menuntut orang-orang lain
untuk segera membayar kembali hutang mereka kepada saya. Kendatipun sebenarnya
dibandingkan dengan karunia pembebasan hutang saya, jumlah yang mereka pinjam tidak
mempunyai arti sama sekali!

Sampai sekarang peringatan Tuhan Yesus kepada semua orang yang tidak bersedia
mengampuni kesalahan sesamanya di akhir kisah yang amat mengerikan tersebut, tetap
menimbulkan rasa gentar di dalam hati saya!

Menyamakan diri dengan seorang rasul seperti Petrus, tampak agak kurang pantas. Tetapi
kenyataannya, kami memang memiliki beberapa karakter-karakter yang serupa! Salah satu di
antaranya adalah, cepat sekali berkata-kata " tanpa memperhitungkan kemampuan untuk
melaksanakannya, atau " tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu konsekuensi-konsekuensi
yang akan terjadi sebagai akibatnya.

Beberapa kali saya mempunyai hasrat seperti dia, yaitu mengikrarkan iman saya kepada-Nya:
"Aku tidak akan pernah menyangkal Engkau, Tuhan!" (Matius 26:30-35), " di depan umum,
dan tanpa merasa malu! Tetapi justru pada saat-saat yang paling kritis, di mana hasrat
tersebut bisa saya buktikan, seperti yang sudah dilakukan oleh rasul Petrus, saya juga
menyangkal Dia. Dan yang amat menyedihkan, " perbuatan itu tidak saya ulangi hanya tiga
kali saja!
Kerap kali kelakuan saya juga tidak berbeda jauh dengan Nikodemus, orang Farisi yang
hanya berani menemui Tuhan Yesus secara sembunyi-sembunyi, ... di tengah malam buta.
Seperti dia, saya merasa takut dipergoki oleh teman-teman sedang duduk bercakap-cakap
dengan Dia, karena saya merasa enggan sekali akan kecaman orang-orang "Farisi" lainnya!
(Yohanes 3:1-21)

Yang paling tragis, ... saya juga pernah bertindak seperti salah seorang dari murid-murid yang
dibasuh kakinya pada malam perjamuan terakhir, makan dan minum semeja dengan Dia,
tetapi kemudian pergi "menjual" Dia. (Yohanes 13:1-30)

Ya, saya bisa melihat ciri-ciri tabiat Yudas di dalam sikap hidup saya sendiri! Karena jauh
sebelum saya "ditangkap" kembali oleh kasih karunia-Nya, saya memutuskan untuk
membelakangi, bahkan meninggalkan Tuhan, demi kepuasan-kepuasan semu yang telah lama
memikat dan menggoda diri saya, yang ditawarkan kepada kaum muda-mudi oleh dunia
bebas di sekeliling saya.

Tanpa saya sadari sendiri, kembali tangan saya meraih kotak kecil yang terletak di ujung
sebelah kiri meja, untuk mencabut secarik tissue putih yang amat lembut dari dalamnya.

"Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia." (Matius
12:14)

"SALIBKAN DIA!"

"Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia
memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada
di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus." (Kolose 1:19-20)

Seperti saya, pernahkah Anda membayangkan: "Andaikan saja aku seorang Yahudi yang
hidup di zaman Tuhan Yesus, ... pasti aku tidak mau terlibat dengan bangsaku yang telah
menolak Dia sebagai Mesias kami. Apalagi ikut mengambil bagian di dalam penyaliban-
Nya!"

Tetapi, " apakah "fair untuk mengutarakannya tanpa mempelajari terlebih dahulu keadaan
zaman pada waktu itu? Bukankah para "pejabat" agama Yahudi yang mempunyai kuasa
untuk mengancam kehidupan orang-orang yang berani menjadi simpatisan-simpatisan Tuhan
Yesus ... cukup menakutkan! Kekuasaan mereka tidak berbeda jauh dengan orang-orang yang
pada saat ini memegang kedudukan di tempat-tempat "maha tinggi", baik di dalam
masyarakat maupun di dalam gereja Tuhan, yang dapat mempengaruhi "nasib" ekonomi
rumah tangga kita?

Tampaknya di situ saya tidak terkecualikan, karena ternyata " sering kali saya masih bisa
mendengar dengungan gema jeritan lantang suara saya di tengah-tengah teriakan orang-orang
lain, yang sudah menggetarkan tambur telinga saya sendiri: "Salibkan Dia!" (Markus 15:13)

Padahal beberapa hari sebelumnya, saya juga termasuk di dalam kelompok orang-orang yang
bersukacita menyambut kedatangan-Nya, berseru-seru dengan penuh semangat sambil
bertepuk tangan di sepanjang jalan menuju ke pintu gerbang kota Yerusalem. Bersama
mereka saya ikut memuji-muji Dia: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan, Raja Israel!" (Yohanes 12:13)
Mungkin sekali sikap saya terhadap Dia menjadi berubah, oleh karena saya adalah salah
seorang dari para pedagang kaki lima di halaman Bait Allah, yang menderita kerugian amat
besar oleh karena tindakan-Nya, di mana Ia, dengan penuh kemarahan, telah mengobrak-
abrik dan menghancurkan barang-barang "dagangan" yang kami tawarkan di sana! (Matius
21:12-13)

Pada malam bersejarah saat Ia ditangkap di taman Getsemani, saya adalah salah seorang
pengikut-Nya yang menjadi takut dan lari terbirit-birit meninggalkan-Nya, membiarkan Dia
seorang diri untuk menghadapi para pemimpin agama Yahudi yang sangat berapi-api ingin
segera mengadili dan membunuh-Nya. (Markus 14:50)

Ketika menyaksikan segala sesuatu yang terjadi pada diri-Nya di taman tersebut, seperti yang
sudah dialami oleh para pengikut-Nya yang lain, iman saya merapuh, hancur luluh menjadi
bubur, laksana secarik tissue putih lembut yang basah kuyup, yang ada di dalam genggaman
erat telapak tangan saya.

Benak pikiran saya mulai dipenuhi oleh perasaan bimbang, mempertanyakan semua
kebenaran perkataan-perkataan dan janji-janji yang pernah Ia ucapkan. Karena iman saya
pada waktu itu sudah tidak berbeda jauh dengan iman rasul Tomas, murid pendua hati yang
selalu menuntut bukti-bukti yang konkret dari kebenaran yang telah didengar olehnya!
(Yohanes 20:24-29)

Pada saat-saat terakhir menjelang kematian Tuhan Yesus di kayu salib, saya adalah salah
seorang dari kedua penyamun yang tersalib di sisi kiri dan kanan-Nya. (Matius 27:38)

Saya harus mengakui dengan jujur, bahwa selama ini tingkah laku dan tindakan-tindakan
saya tidak berbeda sama sekali dengan perbuatan jahat penyamun tersebut! Karena tidak
jarang saya menipu, mencuri, bahkan merampas hak-hak orang lain untuk kepentingan dan
keuntungan diri saya sendiri. Entah itu dalam bentuk waktu, pajak negara, pekerjaan,
peralatan kantor, uang, kehormatan, kemuliaan, atau " hal-hal "KECIL" lainnya yang tampak
sangat tidak berarti pada waktu saya lakukan, tetapi bisa mengakibatkan kerugian amat besar
bagi orang-orang lain!

Seperti dia, walaupun dalam keadaan sekarat dan tanpa harapan, penuh penyesalan saya
masih memiliki keberanian untuk memohon kepada Tuhan: "Yesus, ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja." (Lukas 23:42)

Begitu pula kepala pasukan Romawi yang ditugaskan untuk memimpin pelaksanaan
penyaliban Tuhan Yesus di atas bukit Golgota, yang telah menyaksikan sendiri semua
KEAJAIBAN yang terjadi pada detik-detik terakhir sebelum kematian-Nya.

Bagaikan kepala pasukan tersebut, saya juga ikut terpana mendengar kata-kata penuh kasih
dan pengampunan yang Ia ucapkan dengan lirih di tengah-tengah penderitaan-Nya sendiri,
bagi mereka yang menyalibkan-Nya: "Ya Bapa, ampunilah MEREKA, sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34a)

Sampai saat ini ayat termasyhur itu masih selalu menimbulkan suatu rasa pilu di dalam hati
yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, karena saya tahu, SIAPA yang dimaksudkan
oleh-Nya!
Secara refleks kembali tangan saya meraih kotak kecil yang terletak di atas meja di depan
saya, untuk mencabut sekali lagi secarik tissue putih yang amat lembut dari dalamnya.

Seperti pengakuan kepala pasukan Romawi tersebut, yang dicatat di dalam semua Injil
Perjanjian Baru, akhirnya dengan hati yang hancur luluh saya juga takluk mengakui
kedahsyatan-Nya: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (Markus 15:39)

Suatu pengakuan tulus dari dalam hati yang segera mencelikkan mata hati nurani saya yang
"tertutup rapat" selama itu!

Bagaikan orang buta semenjak lahir yang berani membela kenyataan kesembuhan yang sudah
diterima olehnya dari Tuhan Yesus di depan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
sekarang saya juga menjadi berani mengikrarkan iman saya di depan umum: "Tetapi satu hal
aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." (Yohanes 9:25b)

Saya yakin sekali, bahwa ketiga pertanyaan yang diajukan oleh Tuhan Yesus kepada rasul
Petrus setelah kebangkitan-Nya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku
(lebih dari pada mereka ini)?" juga ditujukan kepada saya. (Yohanes 21:15-19)

Seperti yang dialami olehnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut juga sudah menimbulkan suatu
perasaan sedih yang amat memilukan hati saya. Laksana tikaman-tikaman sebilah pedang
tajam bermata dua, ketiga pertanyaan-Nya yang sama itu langsung menembus lubuk hati saya
yang terdalam, mengaduk di dalamnya setiap tindakan "memalukan" yang pernah saya
lakukan, yang tidak berbeda jauh dengan tingkah laku mereka yang sudah menjadi murtad,
berani memberontak dan mengkhianati diri-Nya!

Kendatipun demikian, seperti reaksi-Nya yang penuh kasih di dalam menghadapi kehancuran
hati rasul Petrus, Ia juga tidak ingin membuat saya menjadi malu di hadapan-Nya. Tidak ada
sepatah kata pun yang dilontarkan oleh-Nya kepada saya yang bersifat sarkastik,
menghakimi, atau mencemoohkan tindakan-tindakan yang telah saya lakukan selama ini. Ia
hanya mengulangi sekali lagi pertanyaan yang sama: "Apakah engkau mengasihi Aku?"
Hanya itu saja!

Oh, " sebuah pertanyaan penuh kasih yang membuktikan, bahwa keajaiban kasih karunia
sorgawi yang luar biasa, yang ditawarkan oleh-Nya semenjak masa pelayanan-Nya di dunia
2000 tahun yang lalu masih tetap berlaku sampai sekarang!

Oleh karena itu, seperti rasul Petrus yang tidak mempunyai keberanian untuk menatap wajah-
Nya, saya tidak hanya menjawab: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa
aku mengasihi Engkau." (Yohanes 21:17b)

Tetapi sambil menelan ludah, saya menambahkan: "Karena kasih karunia-Mu, mataku telah
Kau celikkan, hidupku telah Kau bebaskan, jiwaku telah Kau ampuni, bahkan Roh-Mu yang
kudus telah Engkau berikan kepadaku. Aku tidak hanya mengasihi-Mu, Tuhan, tetapi juga
percaya sepenuhnya kepada-Mu! Tidak ada yang melebihi-Mu, karena Engkaulah satu-
satunya yang mampu memenuhi kekosongan hidup yang telah kuderita selama ini! Meskipun
aku masih sering jatuh di dalam pencobaan, bahkan gagal di dalam melaksanakan perintah-
perintah-Mu, aku berjanji, bahwa " untuk selama-lamanya aku tidak akan meninggalkan
Engkau lagi."
Saya yakin sekali, perintah Tuhan Yesus kepada rasul Petrus: "Ikutlah Aku." (Yohanes
21:19b) adalah perintah yang diberikan kepada saya juga, " dan kepada setiap orang lain yang
mau menjadi pengikut-pengikut-Nya.

Sekarang saya telah mengambil keputusan yang tetap, apa pun yang akan terjadi di dalam
perjalanan hidup ini, saya akan selalu mengikuti langkah-langkah-Nya, " sampai tugas yang
Ia berikan kepada saya di dunia berakhir, ... bahkan sampai di akhir zaman!

Oh, " ternyata nubuatan nabi Yesaya beberapa ribu tahun yang lalu: "Tetapi dia ditikam oleh
karena PEMBERONTAKAN kita, dia diremukkan oleh karena KEJAHATAN kita; ganjaran
yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya
kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5) masih terus digenapi, karena isi firman Allah sangat
relevan dengan kehidupan umat manusia sepanjang masa!

Pengorbanan Tuhan Yesus Kristus yang luar biasa di kayu salib tersebut ternyata tidak sia-sia
belaka. Darah-Nya yang paling berharga, yang dicurahkan di atas bukit Golgota masih terus
menyelamatkan hidup orang-orang berdosa yang MURTAD, MUNAFIK dan TERSESAT
seperti saya, 2000 tahun kemudian!

Mengetahui tingkah laku saya selama ini, tanpa sadar kembali tangan saya meraih kotak
tissue di ujung sebelah kiri meja. Entah cabutan tissue yang keberapa?

Saya terus berdoa kepada Tuhan, agar Ia melalui Roh Kudus selalu menyertai, membimbing
dan menopang saya pada saat-saat yang kritis. Karena saya yakin sekali, janji yang diberikan
kea s684etiap orang yang mau mengikuti-Nya: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b) juga masih digenapi oleh-Nya
sampai sekarang! Terpujilah nama Tuhan, karena besar kasih-Nya! Haleluya!

Setelah membersihkan hidung yang tersumbat oleh cairan air mata di dalamnya, untuk
pertama kalinya saya menyadari, bahwa ... tissue putih lembut tersebut sudah dinodai oleh
bercak-bercak darah berwarna merah yang amat pekat!

Minggu Advent: Menanti dan Introspeksi


Penulis : Weinata Sairin

Keunikan dan kekayaan dari sebuah negara Indonesia adalah bahwa berbagai agama hidup
dan tumbuh kembang dengan leluasa di dalamnya. Indonesia bukan negara agama yang
mengakomodasi ketunggalan agama, tetapi sebuah negara Pancasila yang mengakomodasi
kemajemukan agama. Bahkan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Dari
pengalaman empirik, relasi antarumat beragama berlangsung dengan baik. Sikap saling
menolong, saling respek, saling mengunjungi dan saling mengucapkan selamat pada hari-hari
raya keagamaan terwujud dalam keseharian untuk melakukan hal-hal itu, mereka tidak diatur
oleh ketentuan perundangan apapun juga; sebab realitas itu merupakan aktualisasi dari nilai-
nilai luhur ajaran setiap agama. Bukan hanya lima agama yang hidup di Indonesia seperti
yang acap diklaim pemerintah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha.
Artikel Terkait
 Ia Telah Bangkit
 Paskah dan Bencana Alam
 Penderitaan
 Perjamuan Kudus
 Antara Mbok Wek dan Yu Paing
 Anjing Kecil
 Betapa Lucunya, Tapi Nyata...

Dalam Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 yang berdasarkan Undang-Undang No 3 Tahun


1969 telah ditetapkan berkekuatan hukum sebagai undang-undang, disebutkan bahwa di
Indonesia terdapat enam agama yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khong Hu
Cu. Penjelasan Penetapan Presiden itu menyatakan "Ini tidak berarti bahwa agama-agama
lain seperti: Yahudi, Zararustrian, Shinto, Taoism dilarang di Indonesia, mereka mendapat
jaminan penuh seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat (2) dan mereka dibiarkan adanya,
asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau
perundangan lain."

Batas Kewenangan
Sayang sekali pemikiran bahwa Negara Republik Indonesia hanya mengakui secara resmi
lima agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha, masih tetap terjadi hingga era
reformasi sekarang. Banyak rancangan perundangan yang mencantumkan bahwa hanya lima
agama itu yang resmi diakui pemerintah. Pandangan ini bukan saja melampaui batas-batas
kewenangan negara, tetapi mengarah kepada pelecehan terhadap agama sebagai institusi yang
memiliki dimensi transenden.

Keabsahan dan eksistensi sebuah agama tidak menjadi bagian dari wilayah kewenangan
pemerintah/negara tetapi merupakan otoritas dari agama itu sendiri. Dalam konteks ini adalah
amat bijaksana jika pemerintah tidak mengeluarkan ketentuan perundangan yang mengatur
hari-hari raya keagamaan, mana yang ritual dan mana yang seremonial. Agama-agama itu
sendiri melalui lembaga-lembaga yang mereka miliki yang mempunyai kewenangan dan
otoritas tunggal untuk menetapkan hari-hari raya keagamaan mereka dan untuk
mengembangkan sikap hidup rukun di antara umat beragama.

Pancasila, UUD Negara RI 1945 dan ajaran agama telah cukup menjadi referensi utama.
Agama telah cukup menjadi referensi utama. Pada waktu-waktu tiga bulan terakhir umat
Islam dan Kristen menapaki hari-hari yang amat penting dalam kehidupan keberagamaan
mereka. Umat Islam menjalani ibadah Puasa di bulan Ramadhan yang kemudian berpuncak
pada Hari Raya Idul Fitri. Ibadah Puasa - seperti yang acap ditekankan Aa Gym tidak hanya
menahan lapar dan haus tetapi juga menahan nafsu dari segala perbuatan munkar. Titik
kulminasi dari ibadah Puasa adalah Hari Raya Idul Fitri, hari-hari tatkala manusia
memenangkan perjuangan melawan nafsu, hari-hari tatkala manusia kembali ke fitrahnya
yang suci, sebagai makhluk Allah.

Umat Kristiani memasuki minggu-minggu Advent (Latin: Adventus= kedatangan), sejak 30


November hingga 21 Desember 2003 yang mencapai klimaks pada Hari Raya Natal 25
Desember 2003. Gereja-gereja di seluruh dunia menetapkan empat minggu sebelum hari
Raya Natal sebagai minggu-minggu Advent untuk lebih mempersiapkan umat yang
menyambut kedatangan Yesus Kristus. Hadirnya beberapa hari Raya keagamaan secara
berangkai amat signifikan maknanya bagi pemantapan spritualitas umat sekaligus bagi
penguatan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Suasana khusus memang acap mewarnai minggu-minggu Advent ini: suasana hening-
reflektif yang dapat bangun karena gereja-gereja menyiapkan liturgi khusus dengan bacaan
Alkitab yang secara spesifik mengacu pada pemaknaan Advent bagi pemantapan spritualitas
umat.

Istilah kedatangan pada kata Advent, tidak hanya berarti kedatangan Yesus Kristus pada hari
Natal, tetapi sekaligus juga menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua kali (parousia)
yang diyakini umat Kristen sebagai akhir dari sejarah. Itulah sebabnya hal mendasar yang tak
bisa diabaikan dalam pemberitaan firman di minggu-minggu Advent adalah aspek ganda dari
kedatangan Yesus Kristus: kedatangan dalam konteks Natal, dan kedatangan dalam konteks
parousia. Ada perbedaan substansial dan diametral antara kedatangan Yesus yang pertama
(Natal) dan kedatangan Yesus kedua (Parousia).

Benang Merah
Kesederhanaan, kehidupan, ketidakberdayaan, ketidakmampuan menjadi benang merah yang
amat mewarnai kedatangan-Nya yang pertama. Minggu-minggu Advent yang diperingati
selama empat minggu harus mampu menguak serta mendalami kedua aspek tersebut,
sehingga warga gereja benar-benar dipersiapkan untuk memasuki hari Raya Natal dengan
sebaik-baiknya.

Yesus Kristus mendatangi ruang hidup manusia dengan segala kesederhanaan-Nya dan
kehinaan-Nya, agar manusia yang arogan, tinggi hati, berlumur dosa menjadi luluh dan luruh
dalam pelukan Yesus. Ia memanggil setiap manusia yang berbeban berat untuk bersimpuh di
hadapan-Nya dan menerima pembebasan serta penyelamatan.

Dalam parousia, Yesus datang dalam kemuliaan untuk menjadi Hakim yang Adil bagi
seluruh umat manusia. Nada dasar dalam Minggu-minggu Advent sebab itu, adalah menanti
dan introspeksi. Suara Yohanes Pembaptis yang lantang dalam mempersiapkan kedatangan
Yesus patut didengar kembali: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat" (Matius 3:2).
Bahkan Yohanes tanpa ragu berkata keras kepada publik sat itu: "Jangan menagih lebih
banyak daripada yang telah ditentukan ba-gimu! Jangan merampas dan jangan memeras dan
cukupkanlah dirimu dengan gajimu." (Lukas 3: 13,14b)

Sebenarnyalah Minggu-minggu Advent menjamah ramah relung-relung kehidupan kita, kita


tidak sekadar menanti dan menanti. Tetapi juga introspeksi.dalam bahasa Yohanes
Pembaptis: bertobat, jangan menagih lebih banyak dari yang seharusnya, jangan merampas
dan memeras, cukupkanlah dengan gajimu!

Selamat merengkuh minggu Advent !

Sumber: Suara Pembaruan Daily

angan Takut Menjadi Anak Raja


Penulis : Kristian.N
"Jangan takut menjadi anak Raja". Sebuah kalimat yang terdengar aneh di telinga kita. Jika
dipikir, apa yang perlu ditakutkan jika kita menjadi seorang anak raja? bukankah sebagai
anak raja berarti kita dekat dengan sumber kekuasaan. Kita tidak perlu takut dengan apapun.
bahkan kita bisa melakukan apapun yang kita mau? lalu kenapa kita harus takut? Tidak, tidak
demikian. Kalimat di atas sebenarnya cukup beralasan, dan benar. Setidaknya jika kita
memandang dari sisi kita sebagai orang percaya. Sebagai orang percaya, Allah tidak hanya
memulihkan kita, tapi juga telah mengangkat kita dan melayakkan kita menjadi anak-
anakNya. Lalu apa sebenarnya yang akan kita alami sebagai anak Raja, sehingga kita
dinasihati untuk tidak perlu menjadi takut?

Artikel Terkait
 Berpikir Sederhana
 Hendaklah Perkataanmu Menjadi Berkat Bagi Orang Lain.
 Renungan di Hari-hari Pentakosta
 Anak Kerang
 Allah Sumber Penghiburan
 Menjadi Saksi Kristus
 Bersepeda Bersama Yesus

Kita memang memiliki alasan untuk takut, sebab sebagai anak Raja, kita ternyata harus mau
mengikuti jejak Kristus sebagai yang Sulung diantara kita. Sama seperti Kristus menjalanai
jalan penderitaan, menyangkal diri dan memikul salibNya, untuk memuntaskan tugas yang
diberikan Allah, seperti itu jugalah kita.

Beberapa waktu yang lalu mungkin kita sempat mengenal pengajaran teologi kemakmuran
yang mengajarkan bahwa sebagai anak Raja kita berhak dan akan mendapatkan warisan
kemakmuran, kekayaan dan kesuksesan dari Allah. Benarkah demikian, jika itu benar,
mengapa Kristus sebagai yang Sulung di antara kita justru memilih jalan yang jauh dari itu
semua? Jauh dari kemakmuran dan popularitas sebagai Anak Raja. Sebaliknya selama
hidupnya Kristus diwarnai dengan kesederhanaan, pengorbanan dan penyangkalan diri.
mahkota yang Dia pakai tidak terbuat dari emas tapi dari anyaman semak belukar. Bukan
mahkota yang bertatahkan berlian tapi bertaburan duri tajam. Penderitaan dan pengorbanan
Kristus bukanlah tanpa alasan. Jalan yang Dia pilih bukan tanpa tujuan. Melalui hidupnya
Kristus ingin menunjukan jalan yang harus kita lalui jika kita ingin disebut sebagai anak Raja
yang layak menjadi ahli waris kerajaan Allah bersama dengan Dia.

Kekristenan bukanlah jalan yang menjanjikan kemakmuran, kemapanan dan kepenuhan


materi seperti yang dimiliki oleh anak-anak raja dunia. Kekristenan adalah jalan terjal sarat
dengan pengorbanan dan penyangkalan diri yang didasari oleh semangat cinta kasih dan
kerendahan hati. Kita akan sering dihadapkan pada berbagai batu ujian. Tuhan sengaja
meletakkan batu-batu ujian di sepanjang jalan yang kita lalui, menjadi pijakan kaki kita untuk
naik ke atas setapak demi setapak, hingga mencapai puncak kemenangan, kedewasaan
karakter menjadi sempurna.

"karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya
sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti
anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas
dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak
gampang. (Ibrani 12:6-8)

Karena itulah kita sebenarnya memiliki alasan untuk takut disebut sebagai anak Raja. Siapa
yang tidak takut hidup menderita? siapa tidak takut ditolak dan diremehkan? Siapa yang siap
berkorban dan tidak mendapatkan apa-apa? Mengikut jejak Kristus berarti kita harus siap
untuk ditolak dan dipinggirkan. Tapi Allah akan selalu melihat perjuangan kita. Penderitaan
yang kita alamai adalah sarana untuk mengasah karakter kita sehingga layak untuk disebut
anak-anak Raja. Tidak ada seorangpun yang berhak duduk bersama dengan Kristus tanpa
harus memikul salib.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16:24)

Tapi sekali lagi meskipun kita memiliki alasan untuk menjadi takut, kita tidak perlu takut.
Kristus sudah memenangkan kita. Dia yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa,
Dia sendiri yang akan memampukan kita untuk memikul salib yang dibebankan kepada setiap
kita selama kita masih di hidup di dunia. Sekarang kita sadar bahwa kita tidak berjuang
sendiri, ada Kristus yang siap memikul beban kita. Tinggal apakah kita mau memberikan
beban kita untuk kita pikul bersama-sama denganNya.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-
Kupun ringan." (Matius 11:9-10)

Kristus telah meninggalkan jejak kakinya supaya kita bisa ikuti. Sebagai pedoman untuk kita
melangkahkan kaki, agar tidak tersesat.

Meskipun kita diremehkan karena kelemah lembutan kita, tapi tetaplah berbuat baik.

Jadi meskipun kita diolok-olok karena dianggap naif, tapi mari kita tetap hidup jujur.

Meskipun dimusuhi karena kita tidak mau berkompromi dengan ketidak adilan, tetapi
tetaplah berpegang pada kebenaran.

Meskipun kita dimusuhi tetapi tetaplah mengasihi.

adalah wajar jika dunia tidak mengerti kita dan bahkan menolak kita. Sebab kita bukan
berasal dari dunia. Jika dunia bangkit melawan kita, sebenarnya bukan kita yang mereka
munsuhi tapi Kristus yang panjinya kita bawa. Yang melalui kita dunia mengenalNya

Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia,
bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. (Yohanes 7:7)

"Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan
mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka
bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah
dipilih dan yang setia." (Wahyu 17:14)
Sebab hanya dengan inilah dunia akhirnya akan mengakui bahwa kita layak disebut anak-
anak Raja, Allah yang maha tinggi. Mari kita dengan suka cita memikul salib kita. Melalui
cahaya kemuliaan Tuhan yang bersinar dalam diri kita, melalui kualitas hidup kita, mari
beritakan kepada setiap orang bahwa Allah mengasihi mereka, dan bahwa mereka juga layak
disebut sebagai anak-anak Allah, sama seperti kita, yang layak menjadi ahli waris kerajaan
sorga bersama dengan Kristus sebagai Yang Sulung di antara kita.

Inilah semangat pembebasan, semangat Paskah yang sebenarnya. Selamat Paskah.

Sumber: http://noviz.melesat.com/

Penderitaan
Penulis : Dr. Eben Nuban Timo

KITA semua tahu apa itu penderitaan. Kita bahkan mengalaminya. Orang biasa bilang bahwa
penderitaan itu seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan
itu di belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga
bayangan itu membentang di depan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam.

Artikel Terkait
 Minggu Advent: Menanti dan Introspeksi
 Arti Sebuah Derita
 Ia Telah Bangkit
 Paskah dan Bencana Alam
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong
 Paskah: Pengadilan Yesus
 Berbagi Ketegaran

Penyebab penderitaan juga macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal
dalam usaha, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang
yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab
penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang
selalu menyertai hidup. Hanya orang yang sudah meninggal saja yang tidak mengenal dan
mengalami penderitaan. Atau mungkin juga orang mati menderita. Kita belum tahu itu,
karena kita belum mengalami sendiri.

Minggu-minggu ini umat kristen sedunia memasuki saat-saat perenungan akan penderitaan
Kristus dan maknanya bagi mereka. Penderitaan selalu ada. Manusia tidak bisa berbuat lain
kecuali menghadapinya. Itu sebabnya adalah penting untuk kita merenungkan makna
penderitaan itu. Mungkin kita tidak suka melakukannya. Tetapi karena penderitaan itu
merupakan fakta yang tidak terhindarkan, kita harus menerimanya dan menemukan
maknanya. Inilah salah satu maksud penetapan perayaan minggu-minggu sengsara alam
kalender gerejawi.

Penderitaan perlu dihadapi dan direnungkan. Ini mengandaikan bahwa ada makna positif
yang bisa kita petik dari pengalaman penderitaan. Ya, setidak-tidaknya itulah yang dikatakan
oleh Henry Ward Becher. Menurut Becher "menangis itu adalah rahmat". Waktu anak kami
lahir di negeri Belanda, seorang dokter datang membawa jarum suntik. Dia mengambil darah
dari telapak kaki anak kami. Tentu saja si bayi kesakitan. Ia menangis dengan suara keras.
Dokter yang merawat dia berkata: "Gooed..... Goed... doe maar" (Baik-baik. Menangislah).
Sambil memandang kepada saya dia berkata: "Bayi yang menangis waktu disakiti adalah
tanda bahwa bayi itu sehat. Menangis juga perlu agar paru-parunya berkembang".

"Menangis adalah berkat." kata Henry Becher. Ini juga berlaku bagi orang dewasa. "Karena
dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan, negeri
yang tanpa air mata." Saya rasa pendapat ini ada benarnya. "Yesus ada bersama dua orang
murid waktu mereka di dalam perjalanan ke Emaus. "Tetapi ada sesuatu yang menghalang
mata mereka sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia" (Yoh. 24:16). Mereka sangat
terpaku pada cara hidup yang lama, pendapat dan pengajaran yang lama tentang hidup, Allah
dan kebenaran. Penghayatan mereka tentang hidup bersifat statis dan monoton.

Sesuatu yang menutupi mata mereka itu terangkat, waktu Yesus berbicara kepada mereka
begitu rupa sehingga hati mereka berkobar-kobar, mereka sangat tersentuh dan terharu
dengan apa yang mereka dengar itu (Yoh. 24:32). Sangat biasa jadi perasaan berkobar-kobar
itu membuat mata mereka basah karena air mata. Akibatnya mereka memperoleh pemahaman
yang baru mengenai hidup, Allah dan kebenaran. Mereka memperoleh perspektif baru dalam
memahami kitab suci. Mata mereka dapat melihat sesuatu yang baru pada apa yang selama
ini sudah mereka lihat. Saya kira Becher benar saat ia berkata : "Menangis adalah berkat
karena dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan,
negeri yang tanpa air mata". Artinya dengan memahami penderitaan, pengharapan akan satu
perubahan ke arah yang lebih baik makin dilihat sebagai sebuah kebutuhan. Pengharapan
akan hidup yang lain dari keadaan sekarang (status quo) bertumbuh di dalam pengalaman
penderitaan.

Waktu pemerintah sekarang mengumumkan kenaikan harga BBM, reaksi muncul di mana-
mana. Banyak orang yang meminta agar harta para koruptor besar disita oleh pemerintah
untuk menanggulangi subsidi BBM, proses pengadilan yang adil kepada para koruptor harus
menjadi prioritas pemerintah. Penderitaan ternyata mengajar orang untuk memperbaiki
keadaan hidup.

Penderitaan ada manfaatnya. Ia mendekatkan kita kepada Allah, kata seorang pemikir yang
lain bernama Harlod A Bisley. "Penderitaan adalah kesempatan yang baik untuk berdoa.
"Waktu hujan tidak turun dan tanaman di kebun mulai layu dan ada ancaman kegagalan
panen, banyak orang berdoa. Kita cepat-cepat datang kepada Tuhan waktu pencobaan
datang."

Para awak kapal berseru masing-masing kepada Allahnya waktu badai dan angin sakal
menghantam kapal mereka. Itu cerita yang kita baca dalam Kitab Yunus. Murid-murid Yesus
juga berseru kepada sang guru waktu mereka diserang badai secara tiba-tiba saat mereka
sedang berlayar. Bahkan Yesus sendiri juga mengambil waktu khusus untuk berdoa, waktu
Dia berada pada situasi yang kritis menjelang kematiannya.

Akh, bisa saja ada yang tidak setuju. Penderitaan tidak membawa manfaat apa pun bagi
manusia. Ia malah membuat umur hidup seseorang menjadi lebih pendek. Lihat saja, gara-
gara penderitaan ada banyak orang yang stres, lalu mengalami strok dan kemudian stop.
Karena alasan-alasan ini ada ahli yang menolak untuk kita memuliakan penderitaan.
Penderitaan harus dilawan sekuat tenaga. Manusia harus berjuang untuk menolak penderitaan
yang ia alami.

Fakta-fakta yang kita catat di atas membuat kita menjadi bijak. Penderitaan itu ada plusnya
tetapi juga ada minusnya. Ini memang fakta yang tidak mungkin dipungkiri. Teori macam
apa pun tidak akan mampu berkat yang kita peroleh dalam penderitaan menghilangkan sisi
negatifnya. Ini kalau kita bicara tentang plus-minus dari penderitaan. Daripada terjerat dalam
soal plus minus dan kita tidak pernah akan memperoleh kata sepakat penderitaan dapat juga
dilihat dari sisi lain. Sisi lain adalah sebagai berikut.

Fakta mengatakan bahwa manusia tidak pernah sendirian dalam menghadapi penderitaan.
Dalam derita manusia kembali menjadi satu. Penderitaan membuat perbedaan-perbedaan
pendapat, konflik, dan perpecahan mencair dengan sendirinya. Orang-orang yang hidup
dalam permusuhan dan konflik bisa dengan mudah melupakan konflik dan perbedaan
pendapat yang ada di antara mereka.

Coba kita lihat pengalaman penderitaan yang kita alami sebagai satu bangsa karena bencana
alam di Aceh. Belakangan ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang bersekutu dan
persaudaraannya tercabik-cabik. Bangsa Indonesia yang satu mengelompok dalam sentimen
agama dan suku yang sangat tinggi. Orang Islam menganggap orang Kristen sebagai
ancaman. Mereka saling memandang dengan penuh curiga, yang satu menganggap yang lain
sebagai kafir atau melakukan syirik.

Pengelompokan manusia Indonesia menurut agama : Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
orang kafir dan orang bertaqwa hilang dengan begitu saja. Mereka yang berbeda-beda ini
justru bergandengan tangan menanggulangi dan menghadapi penderitaan. Ini sungguh satu
mujizat. Ya, kalau dalam keadaan suka cita kita cenderung terbelah-belah, maka dalam derita
dan duka kita kembali menjadi satu.

Pengalaman tidak sendiri dalam penderitaan tidak merupakan satu yang bersifat horizontal
belaka. Yang tidak kalah penting untuk kita ketahui, juga di dalam minggu-minggu pra
paskah ini, adalah kenyataan berikut. Allah juga ada bersama kita. Ia menjadi satu dengan
kita yang menderita. Allah ternyata ikut ambil bagian dalam penderitaan manusia. Ia yang
kudus dan agung berkenan menyatukan nasibNya dengan nasib manusia.

Fakta ini kita alami di dalam Kristus. Paulus menulis: "Yesus Kristus, yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-9)

Penderitaan memang menyakitkan dan menimbulkan luka. Tetapi manusia tidak pernah
sendiri menghadapinya. Selalu saja ada teman dan sahabat yang ikut berbela rasa dengan kita
memikul duka cita itu. Bahkan Tuhan juga menjadi sahabat kita. Yesus kawan yang sejati,
bagi kita yang lemah, tiap hal boleh dibawa dalam doa padaNya. Inilah penghiburan sejati
bagi manusia. Ini sumber kekuatan kita menghadapi penderitaan dengan percaya bahwa
penderitaan itu bersifat sementara saja. Habis gelap akan terbit terang. Penderitaan ternyata
membangkitkan pengharapan.
Fakta Tentang Ciptaan Baru
Oleh: Wiempy Wijaya

II Korintus 5:17 - Jadi siapa yg ada di dlm Kristus, ia adalah ciptaan baru: yg lama sdh
berlalu, sesungguhnya yg baru sdh datang.

Melihat dari ayat tsb akan membuka pola pikiran dan sudut pandang yg baru ttg ciptaan baru.
Ketika diri kita menjadi seorang Kristen, maka kita adalah ciptaan baru. Hal tsb sesuai dgn
ayat di Efesus di bawah ini: Efesus 1:3 - Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
yg dlm Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dlm sorga.

Artikel Terkait
 Perjamuan Kudus
 Ia Telah Bangkit
 Kubur Kosong
 Paskah dan Bencana Alam
 Kebangkitan Kristus
 Kemenangan Orang Percaya
 Ketakutan dan Kesukaan Besar

Dan juga terdapat pada ayat: Kolose 3:1-17 - Ayat ini menekankan ttg pikiran dan kehidupan
kita berubah oleh karena kita telah menjadi ciptaan baru.

1. Fakta Atas Penciptaan

Untuk lebih jelasnya, mari kita buka ayat: Yoh 1:1-4 Ayat tsb ingin menekankan
firman itu adalah Allah. Hal tsb sudah menjawab ttg Ketuhanan Yesus Kristus.
Mengenai Ketuhanan Yesus, Yesus dikatakan akan "menghakimi orang yang hidup
dan yang mati" (II Timotius 4:1). Thomas menyebut kepada Yesus, "Tuhanku dan
Tuanku!" (Yohanes 20:28). Paulus memanggil Yesus "Tuhan yang Mahabesar dan
Juruselamat kita" dan menunjuk bahwa sebelum Yesus berinkarnasi, Yesus sudah ada
dalam "rupa Tuhan" (Filipi 2:5-8).

Dunia ini terdiri dari surga dan neraka. Kita semua diciptakan berawal dari surga.
Surga adalah suatu "tempat" dan keadaan bahagia yang sempurna bersama Allah
dalam hidup yang selanjutnya. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak
pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia". (1 Korintus 2:9)

Segala macam dosa memisahkan kita dari Allah, termasuk "dusta putih dan kecil".
Setiap orang sudah berdosa dan tidak seorangpun yang dapat masuk ke surga dengan
upaya sendiri (Roma 3:23). Masuk ke surga bukanlah berdasarkan apakah kebaikan
kita lebih banyak dari kejahatan kita. Kalau itu ukurannya, kita semua akan kalah.
"Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan,
sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia" (Roma
11:6). Tidak ada perbuatan baik yang dapat kita lakukan untuk membawa kita masuk
surga (Titus 3:5).

Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan karena Dia adalah satu-satunya yang
dapat membayar hutang dosa kita (Roma 3:23). Tidak ada agama lain yang
mengajarkan hal tsb dan seriusnya dosa kita dan akibat-akibatnya. Tidak ada agama
yang menawarkan pembayaran dosa seperti yang disediakan oleh Yesus. Yesus
haruslah Allah supaya Dia dapat membayar hutang dan dosa kita. Yesus harus
menjadi seorang manusia supaya Dia bisa mati. Keselamatan hanya tersedia melalui
iman di dalam Yesus Kristus! "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga
selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12).

2. Fakta Atas Penebusan

Secara dejure dapat diartikan bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa
kita semua sebagai org Kristen yg percaya kepada-Nya. Kristus telah mati untuk
membebaskan kita semua dari segala kejahatan dan dosa. Hal ini sesuai dgn ayat di
Titus 2:14 yg berbunyi demikian: Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk
membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu
umat, kepunyaaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.

Secara defacto dapat diartikan pada saat kita menerima Yesus sbg juru selamat kita.
Secara defacto kita perlu mengusahakan keselamatan diri kita dgn berbuat baik sesuai
dgn kehendak-Nya. Kita perlu mengusahakan kehidupan yang bebas dari kutuk dan
dosa.

3. Fakta Atas Pertobatan

Di dalam Perjanjian Lama dapat kita lihat bahwa pertobatan yg sejati itu terjadi pada
diri Raja Daud. Berikut ini merupakan buah-buah dari hasil pertobatan:

o Dihidupkan bersama-sama dengan Kristus


o Memiliki tempat di Sorga
o Memperoleh kekayaan kasih karunia
o Diselamatkan karena iman
o Melakukan pekerjaan baik
o Ada rencana Allah bagi kita.
4. Fakta Atas Kebangkitan

Tanpa kebangkitan Yesus Kristus, maka iman Kristen tidak mungkin muncul dan
menjadi sia-sia belaka. Kekristenan mula-mula sangat bergantung kepada
kepercayaan murid-murid-Nya bahwa Tuhan telah membangkitkan Yesus dari
kematian.

Yesus Kristus bangkit dgn kuasa-Nya sendiri. Yesus mempunyai kuasa untuk
memberikan nyawa-Nya dan untuk mengambilnya kembali (Yohanes 10:18).
Kebangkitan-Nya dari kematian merupakan materai atau persetujuan dari Allah Bapa
akan kebenaran pernyataan Yesus mengenai diri-Nya yaitu sbg anak Allah.
Tanpa kebangkitan Yesus, posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja tidak akan dapat
terjelaskan.Tanpa kebangkitan, pencurahan Roh Kudus yg diberikan Tuhan Yesus
kepada murid-murid-Nya akan meninggalkan misteri yang tidak dapat dijelaskan.
Tanpa kebangkitan, sumber kesaksian murid-murid akan hilang dan tdk mempunyai
makna yg berarti.

5. Fakta Tentang Yesus sebagai pengganti diri kita

Karena begitu besar-Nya kasih Yesus akan dunia ini, sehingga Yesus mau menukar
hidup-Nya demi menyelamatkan kita semua dari dosa-dosa agar kita menjadi selamat.

Paulus menghimbau orang Kristen di Korintus untuk merayakan festival Paskah yang
di dalamnya Kristus, domba Paskah kita, telah dikorbankan (1 Kor 5 : 7, 8).

Cara hidup kita di dunia ini harus sesuai dengan standar Kerajaan Allah. "Tidak
seorangpun dapat melihat kerajaan Allah kecuali ia dilahirkan kembali...kecuali ia
dilahirkan dari air dan Roh Kudus" - (Yoh. 3 : 3 - 5).

Dengan demikian menurut Yesus kita harus dilahirkan dari air dan Roh Kudus.
Dilahirkan dari Roh Kudus menandakan memasuki kehidupan baru dengan
mengalami perubahan pikiran dan hati.

Di dalam II Petrus 1 : 4, yg berbunyi demikian: Dengan jalan itu Ia telah


menganugerahkan kepada kita janji-janji yg berharga dan yg sangat besar, supaya
olehnya kamu boleh mengambil bagian dlm kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu
duniawi yg membinasakan dunia.

Di dalam ayat tsb terkandung maksud yg baik yaitu supaya kita mengambil karakter
ilahi, dgn demikian karakter Allah akan dipulihkan kembali dalam diri dan kehidupan
kita.

Berkat Sejati
Oleh:Sion Antonius

Pada waktu berdoa kita sering berkata, Tuhan berkatilah hidup kami, Tuhan berkatilah
pekerjaan kami, Tuhan berkatilah gereja kami dan seterusnya. Kata berkat itu menjadi sangat
penting dan ketika diucapkan dalam kegiatan yang bersifat rohani maka menjadikan situasi
menjadi sangat religius dan agung. Banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi orang yang
diberkati. Namun pernahkah kita berdiam diri dan merenungkan arti kata berkat dengan
sangat mendalam?

Artikel Terkait
 The Forgiven Unforgiven
 Perjamuan Kudus
 Kubur Kosong
 Ketakutan dan Kesukaan Besar
 Kayu yang Kasar
 Bangunlah dan Berjalanlah
 Paskah dan Lingkungan Hidup

Pengertian kita tentang konsep berkat pada umumnya adalah sangat dangkal bahkan
cenderung hanya merupakan ungkapan nafsu serakah akan materi. Orang Kristen ketika
berpikir untuk meminta berkat kepada Tuhan, maka berkat yang diharapkan adalah curahan
materi yang berkelimpahan. Saat kita berdoa Tuhan berkatilah hidup kami maka yang
diharapkan adalah adanya curahan materi yang banyak berupa uang. Jika setelah berdoa dan
kemudian ada curahan uang yang banyak pada rekening, maka saat itulah kita merasa
mendapat berkat. Demikian pula dengan pekerjaan, kita merasa mendapat berkat apabila
pekerjaan itu menghasilkan uang yang banyak. Gereja kita mendapat berkat tatkala bisa
memperluas gedung dan membeli tanah karena banyaknya uang yang ada pada kas. Pikiran
seperti inilah yang saya maksud dengan dangkal dan ungkapan nafsu serakah. Pandangan
orang mengenai berkat semata-mata hanyalah mengenai berapa banyak uang yang bisa saya
peroleh. Jika kita mendapat berkat materi maka ada fenomena yaitu itulah orang yang
diperkenan oleh Tuhan. Semakin seseorang menjadi kaya maka semakin orang lain dan
dirinya sendiri merasa sebagai orang yang baik dihadapan Tuhan.

Istilah orang baik di sini merujuk pada satu kondisi yaitu sebagai orang yang saleh di
bandingkan orang yang lebih miskin materi. Kita harus mengerti berkat itu tidak identik
dengan uang atau kekayaan. Namun pandangan ini tidak banyak yang bisa mengertinya,
karena pandangan orang pada umumnya adalah seperti fenomena yang sudah saya sebutkan,
jika kaya maka dia adalah orang yang diberkati oleh Tuhan. Dan kita juga kemudian terjebak
pada pemikiran jika seseorang miskin pasti tidak diberkati Tuhan. Mengapa orang pada
umumnya dapat setuju pada fenomena seperti ini? Saya beri 2 alasan yang sederhana,
pertama: ketika ada yang diminta untuk memberikan kesaksian, maka seringkali adalah
mereka yang memiliki keberhasilan di bidang bisnis, keberhasilan orang ini membuat orang
yang menyaksikan digiring untuk berkesimpulan itulah orang yang diberkati Tuhan. Dari
kesimpulan ini menimbulkan kesimpulan lain yaitu di dalam gereja orang miskin posisinya
sangat kurang dihargai. Alasan kedua: coba lihat daftar pemberi persembahan, maka pada
umumnya diurut dari pemberi yang terbesar hingga yang terkecil. Mungkin ada yang
beralasan itu hanya untuk memudahkan saja dalam menyusun laporan. Saya pikir alasan ini
tidak cukup kuat untuk mendukung pendapat tersebut. Alasan yang sesungguhnya adalah
karena mereka yang memberi persembahan dengan angka besar adalah orang-orang yang
dipandang penting dalam gereja, mereka dipandang sebagai kelompok orang yang diberkati,
sehingga dihormati, oleh karenanya mereka harus berada dalam daftar paling depan.

Saya pikir 2 alasan tersebut sudah bisa menggambarkan betapa terhormatnya menjadi orang
kaya. Dua alasan sederhana yang sudah saya sebutkan ini sudah bisa cukup untuk memicu
orang-orang Kristen juga untuk berlomba-lomba menjadi orang kaya secara materi. Untuk
mendukung fenomena tersebut masih banyak alasan yang lainnya, saya tidak akan
menuliskannya lebih banyak. Jika sudah tahu fenomenanya bagaimana dengan faktanya?
Faktanya adalah justru seringkali orang kaya itu mempunyai moralitas dan etika yang
amburadul. Moralitas dan etika dalam menjalankan bisnisnya ketika ditelusuri banyak yang
tidak sesuai dengan ajaran dalam Alkitab. Dengan fakta seperti ini apakah bisa ditarik
kesimpulan bahwa orang kaya adalah orang yang lebih istimewa di hadapan Tuhan? Di
hadapan Tuhan belum tentu, tapi dihadapan manusia adalah ya. Ayub kaya dan dia istimewa
di hadapan Tuhan, tapi tidak berarti setiap orang kaya istimewa dihadapan Tuhan. Janda
miskin bisa lebih berharga di hadapan Tuhan.
Nafsu serakah manusia ini sulit dibuat menjadi lebih benar, karena dasar pemikirannya yang
sudah keliru yaitu banyaknya materi sebagai bukti akan begitu baiknya hubungan dengan
Tuhan. Nafsu yang serakah ini semakin mendapat dukungan oleh karena adanya kesaksian
dari orang-orang yang menjadi kaya karena ikut Tuhan. Mereka menebarkan pesona betapa
indahnya menjadi kaya dan disayang Tuhan. Padahal Alkitab mencatat ketika seorang muda
yang kaya datang kepada Yesus, dia disuruh menjual seluruh hartanya dan mengikut Dia.
Bukan orang kaya yang disayang Tuhan, tetapi mereka yang taat kepada kehendaknya.
Konsep berkat bagi orang Kristen harus lebih mulia, lebih agung daripada hanya sekedar
uang. Seandainya kita berdoa berkatilah hidup kami, maka kalaupun tidak ada curahan materi
yang berkelimpahan, tapi memiliki istri/suami yang mengasihi keluarganya, bukankah ini
juga berkat? Sebagai orang tua yang anaknya mau belajar dengan sungguh-sungguh di
sekolah tanpa menghamburkan biaya, apakah itu bukan berkat? Dianugerahi kesehatan yang
baik sehingga tidak pernah berobat ke dokter, masihkah tidak merasakan ini sebagai sebuah
berkat? Istri/suami yang baik, anak yang baik, kesehatan yang baik itu adalah berkat yang
seharusnya diterima dengan rasa syukur kepada Tuhan.

Manusia pada umumnya, termasuk orang Kristen juga terkadang tidak menyadari bahwa
setiap detik dalam kehidupan manusia adalah berkat. Manusia diciptakan Tuhan dan diberi
tempat dalam dunia ini pada saat Dia sudah menyelesaikan penciptaan alam semesta.
Manusia adalah ciptaan yang paling terakhir, hal ini supaya ciptaan ini bisa melangsungkan
kehidupan dengan kondisi alam yang mendukung mereka dapat bertahan hidup. Jadi ketika
manusia dapat hidup di dunia, dia hidup berdasarkan berkat-berkat dari Tuhan. Jikalau Tuhan
tidak mengatur kondisi planet bumi sedemikian rupa, maka manusia tidak dapat hidup di
dalamnya. Celakanya manusia seringkali tidak menyadari adanya berkat ini, kehidupan di
dunia ini dipandang sebagai sebuah keadaan yang biasa saja. Ketika menghirup oksigen tidak
dirasakan sebagai berkat. Baru ketika sakit dan harus membeli oksigen supaya dapat bernapas
dengan lancar dan memerlukan biaya yang sangat mahal, kita menyadari oksigen adalah
berkat. Betapa sempitnya pikiran kita dalam memandang berkat dari Tuhan, sehingga banyak
hal yang berseliweran dalam kehidupan yang harusnya diakui sebagai berkat tapi kita tidak
merasakan itu sebagai berkat.

Berkat dari Tuhan itu bukan semata-mata kekayaan materi saja. Berkat Tuhan itu luas dan
dalam tidak dapat diukur dan dibatasi oleh pemikiran manusia. Bahkan ada sebuah berkat
yang jarang dirasakan sebagai berkat, bahkan oleh orang Kristen sekalipun, berkat itu adalah
pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah, itu adalah BERKAT SEJATI yang
seharusnya paling dikejar oleh umat manusia. Berkat itu adalah Yesus Kristus sendiri. Berkat
ini ironisnya adalah yang paling dihinakan bahkan dianggap tidak bernilai dan tidak berguna
oleh banyak orang. Mengapa orang tidak menghargai berkat yang berupa pemulihan
hubungan antara Allah dan manusia? Ini karena perbedaan pandangan antara Allah dan
manusia terhadap dosa. Manusia memandang dosa bukan hal yang fatal dalam hubungan
dengan Allah. Manusia mengira dosa seperti sebuah kesalahan biasa yang bisa mudah
diperbaiki.

Ilustrasinya seperti ini, dalam sebuah ulangan matematika seseorang mendapat nilai ulangan
80, dia salah dalam 2 soal, kesalahan pengerjaan ini membuat dia berpikir lain kali dia tidak
akan mengulang kesalahan itu, dan di sisi lain dia berpikir toh nilainya masih cukup untuk
lulus ujian. Cara berpikir seperti ini dijadikan sama untuk masalah dosa, manusia berpikir
jika saya berdosa dan bisa memperbaikinya (dengan cara mohon pengampunan dan tidak
mengulanginya) maka dosa bisa diselesaikan. Penyelesaian masalah dosa dianggap seperti
soal keliru biasa dalam perbuatan kemudian diperbaiki dengan gampang. Pengampunan dosa
selalu Tuhan sediakan namun akibat dosa selalu harus ada pertanggungan jawabnya,
contohnya adalah dosa yang dibuat oleh Daud, dia mendapat pengampunan, namun ada
akibat yang harus ditanggungnya.

Konsep tanggung jawab terhadap dosa ini sering dilupakan orang. Kemudian manusia juga
berpikir, jika saya dosanya cuma 2 dan yang benarnya 8, bukankah itu sudah lebih dari cukup
untuk dikategorikan sebagai orang benar? Manusia memandang dirinya masih cukup baik
dihadapan Allah, yang jahat adalah pembunuh, pencuri, penipu, penzinah, pemerkosa dan
kejahatan lainnya, apabila tidak melakukan kejahatan tersebut maka dia merasa sebagai orang
baik. Membuat sederhana masalah dosa juga terjadi pada Adam dan Hawa, saat mereka
berdosa Alkitab hanya mencatat mereka malu, tapi tidak dicatat mereka berupaya mencari
jalan untuk menyelesaikan dosanya, mereka hanya bisa diam dan solah-olah berkata, ya
sudahlah, wong sudah terjadi. Sedangkan di pihak Allah, dosa itu sangat fatal dan Dia jijik
karenanya. Saya mencoba menggambarkan jijiknya dosa. Pernah menonton acara Fear
Factor? Dalam acara itu seringkali peserta yang ikut harus makan makanan yang menjijikkan.
Ketika peserta memakannya ada yang muntah dan jijik. Seperti itulah Allah memandang dosa
kita yang menjijikkan. Dia ingin memuntahkan kita, karena kita begitu menjijikkan
dihadapanNya. Dosa sedemikian najis dihadapan Allah, maka Dia tidak bisa kompromi
dengan dosa. Perbedaan pandangan ini membuat adanya jurang yang sangat dalam antara
manusia dan Allah dalam memandang dosa.

Perbedaan ini membawa perbedaan juga ketika melihat berkat Allah dalam penebusan dosa.
Banyak orang Kristen yang juga salah menilai tentang masalah dosa. Tidak sedikit orang
Kristen merasa Allah terlalu berlebihan dalam penebusan dosa, mereka merasa tidak terlalu
jahat dalam dunia ini. Sehingga penebusan Yesus di kayu salib membawa akibat yang biasa
saja bagi banyak orang Kristen. Jika diadakan survey maka dapat dipastikan sangat sedikit
orang Kristen yang bersyukur karena sudah di tebus dosanya. Mereka juga seringkali sangat
puas dan bangga dengan pelayanannya, seolah-olah Tuhan pasti berkenan, mengganti
kekudusan dengan pelayanan, yang pelayanannya banyak pasti lebih kudus dihadapan Tuhan.
Jadi ketika sudah menjadi orang baik, maka orang Kristen merasa pantas kalau Tuhan
memberkati mereka dengan materi yang berkelimpahan. Orang Kristen tidak merasa puas
akan berkat penebusan dosa tapi minta lebih banyak berkat lagi yang lain, karena apa? Sebab
orang Kristen merasa layak dihadapan Tuhan.

Segala hal yang dianggap perbuatan baik oleh manusia adalah sampah dihadapan Allah.
Banyak upaya manusia dilakukan untuk memperkenan hati Allah. Manusia mencari
kebenaran akan tetapi selalu tidak memperoleh kesimpulan akhir yang memuaskan. Jika
akhirnya manusia berkesimpulan sudah menemukan kebenaran, sebenarnya itu adalah
kesimpulan yang salah, karena ketika manusia berkesimpulan mereka tidak berdasarkan nilai-
nilai yang ditetapkan oleh Allah. Kesimpulan itu dibuat berdasarkan apa yang dipandang
benar oleh manusia tentang apa yang dikehendaki oleh Allah.

Saya ingin memberikan ilustrasi yang sederhana, seorang ayah pergi ke sebuah rumah makan,
kemudian anaknya memberikan mie bakso si ayah tidak memakannya, memberikan lagi
ayam goreng, lagi-lagi tidak dimakan, diberikan lagi gado-gado, ayahnya semakin tidak mau
makan, akhirnya ayahnya bicara dia mau bubur polos saja, anaknya protes, makan bubur
kurang kenyang, ayahnya lalu berkata bahwa gigi palsunya tertinggal, jadi kalau mau makan
hanya bisa bubur polos saja yang tinggal di telan beres. Dari ilustrasi ini kita melihat bahwa
upaya anaknya adalah sia-sia, karena yang menentukan standar bisa dimakan atau tidak
adalah si ayah. Ilustrasi ini tidak bisa menggambarkan hubungan manusia dan Allah, tetapi
saya ingin mengilustrasikan bahwa kehendak Allah itu tidak bisa diselami oleh manusia,
karena untuk memahami manusia lainnya saja kita sudah tidak mampu apalagi memahami
jalan pikiran Allah. Upaya manusia memperkenan hati Dia hanyalah kesia-siaan, karena
standarnya hanya milik Allah. Allah sendiri yang menentukan bagaimana manusia berdosa
dapat diselamatkan. Manusia tidak bisa menebak-nebak apa kira-kira yang Allah suka supaya
mereka diperkenan. Allah tidak sama dengan manusia, sehingga Dia bisa ditawari sesuatu
oleh manusia supaya manusia mendapat belas kasihan. Manusia masih beranggapan dapat
mengalahkan iblis, namun Allah menentukan bahwa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah
Dia sendiri.

Jika Allah tidak berinkarnasi menjadi manusia maka persoalan dosa itu tidak dapat selesai.
Standar ukuran keberhasilan penyelesaian masalah dosa adalah ditentukan oleh Allah bukan
oleh manusia.. Allah berkata Aku adalah Aku apa maksudnya? Ini berarti Allah yang
berdaulat dan sebagai standar yang tertinggi, keputusannya adalah mutlak, kehendaknya
bebas dari intervensi siapapun. Allah hanya tunduk pada diriNya sendiri. Jadi kematian Yesus
Kristus di atas kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga itu adalah standar yang telah
Allah tentukan supaya manusia ditebus dari dosa, itu artinya BERKAT SEJATI untuk umat
manusia. Manusia boleh untuk tidak mendapat berkat yang lainnya, namun mereka tidak
boleh kehilangan berkat yang satu ini. Berpikir untuk mengerti Yesus Kristus sebagai berkat
harus dimulai pada saat manusia jatuh ke dalam dosa. Ketika manusia berdosa maka Allah
pencipta bisa saja menghancurkan Adam dan Hawa, lalu menciptakan manusia yang baru.
Bagi Allah tindakan ini sah-sah saja, karena Dia adalah yang memiliki kedaulatan.
Ciptaannya mau diapakan, itu adalah hak Allah. Namun Allah tidak bertindak seperti itu,
tetapi membiarkan kisah manusia itu berlanjut. Adam dan Hawa dibiarkan hidup bahkan
berkembang biak sesuai dengan perintahnya. Bahkan Allah memberi kejutan yaitu pada saat
Adam dan Hawa berdosa, Dia membuat sebuah janji yaitu ada penebusan dosa, iblis akan
dikalahkan, ini dimeteraikan melalui janji sulung. Saya sudah menuliskan bahwa berkat
Tuhan itu luas dan dalam tidak dapat kita selami.

Bagaimana kita bisa mengerti, manusia yang gagal tapi Allah masih merencanakan karya
yang agung? Ketika Allah berjanji untuk menyelesaikan masalah dosa manusia, maka itu
membawa sebuah akibat yaitu hanya Allah sendiri yang dapat memenuhi janjinya. Manusia
tidak dapat menyelesaikan masalah dosa, karena mereka sudah kalah, sudah berada dalam
kekuasaan iblis. Allah sendiri yang harus merebut manusia dari kuasa iblis. Allah harus pergi
untuk mengalahkan maut. Untuk mengalahkan maut maka Allah harus menjadi manusia yang
tidak berdosa dan mati di salib. Inilah yang dimaksud dengan rencana Allah yang luas dan
dalam tak terselami oleh akal manusia. Namun Yesus Kristus yang sudah mengalahkan maut
ini, tetaplah dipandang sebelah mata, banyak manusia yang menghinakan karya
keselamatannya. Manusia tetap lebih suka mencari jalan sendiri untuk mendapat belas
kasihan dari Allah. Pengorbanan Yesus Kristus untuk menjadi penyelesai masalah dosa
dianggap terlalu gampang dan murah. Padahal Yesus melakukan karya keselamatan ini bukan
karena gampang dan murah, akan tetapi karena terlalu sulit dan mahalnya penebusan dosa ini
sehingga Allah sendiri yang harus berinkarnasi menjadi manusia.

Allah yang sedemikian otonom, juga dikatakan Maha Adil, oleh karenanya Dia mempunyai
standar dimana semua orang dapat kesempatan yang sama untuk memperoleh penyelesaian
dalam masalah dosa. Penyelesaian itu oleh Allah di cantumkan dalam Yohanes 3:16 Karena
begitu besar kasih Allah dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal. Undangan dari Allah ini ditanggapi oleh banyak manusia dengan tawar hati dan sinis,
mereka tidak percaya bahwa dosa dapat diselesaikan dengan cara yang sangat mudah, yaitu
percaya kepada Yesus. Mudahnya cara penyelesaian dosa bukan berarti Allah bertindak
dengan cara murahan, tetapi sekali lagi harus dingat, hal ini karena terlalu mahalnya upaya
penyelesaian dosa, sehingga Allah harus memberikannya dengan cuma-cuma. Bagi manusia
mungkin terlalu mudah tapi tidak bagi Allah. Bagi Allah itu adalah tindakan yang sangat
sulit, sehingga Yesus di taman getsemani, berdoa hingga keringatnya seperti darah. Apa yang
dialami Yesus ini dikarenakan pecahnya pembuluh darah oleh karena pergumulan yang
sedemikian beratnya, sehingga pada butiran keringat juga ada darah, secara medis disebut
hemohidrosis. Jika penebusan adalah perkara yang gampang maka tidak mungkin Yesus
mengalami keadaan ini.

Berikut saya akan menggambarkan betapa sakitnya pada waktu puncak Allah menebus dosa
manusia melalui penyaliban. Kita mulai dahulu dengan hukuman salib. Penyaliban adalah
salah satu jenis hukuman mati untuk kejahatan yang berat dan bagi warganegara bukan
Romawi. Hukuman salib itu bukan hanya untuk membuat seseorang menjadi mati, tetapi
melalui hukuman salib itu seseorang yang dihukum mati juga di inginkan supaya mengalami
penderitaan yang sangat hebat. Semakin orang yang disalib mengalami penderitaan maka
tujuan hukuman itu menjadi semakin tercapai. Jadi tujuan utama salib adalah membuat
seseorang sangat menderita sebelum mengalami kematian.

Penderitaan untuk yang mendapat hukuman karena di salib adalah karena keluarnya darah
secara sedikit demi sedikit sehingga membuat suplai oksigen menjadi tidak maksimal,
akibatnya orang yang di salib harus mengerahkan segenap daya untuk bisa bernapas. Upaya
ini membuat paru-paru dan jantung bekerja dengan keras dan mengalami sakit yang luar
biasa pada saat mengambil napas. Jika sudah sampai pada puncaknya diharapkan orang yang
di salib itu mati karena kekurangan oksigen yang berakibat gagal jantung. Penderitaan
lainnya adalah tangan dan kaki yang dipaku. Apakah kita pernah tertusuk sesuatu hingga
berdarah? Saya pernah disuntik vaksin dimana akibatnya selama 1 minggu tangan menjadi
bengkak dan sakit sekali. Dalam penyaliban paku yang di tusukkan pada tangan (banyak yang
menganalisa pada pergelangan) adalah berukuran sangat besar supaya bisa mengakibatkan
pendarahan dan dapat menyangga tubuh. Dengan paku yang besar seperti itu maka sakit yang
ditimbulkan pastilah sangat luar biasa. Rasa sakit semakin bertambah disebabkan Tuhan
Yesus yang sedang di salib tidak bisa diam begitu saja, karena untuk bernapas Dia harus
menggerakkan seluruh tubuhnya, bergeraknya tubuh ini mengakibatnya sakit yang semakin
timbul pada tangan dan kaki yang di paku. Tubuh yang harus bergerak ketika mengambil
napas itu, juga membuat punggung yang penuh luka bekas dicambuk memakai paku kecil
pada ujungnya, mengalami gesekan, punggung inipun mengalami sakit amat sangat yang tak
terbayangkan. Yesus yang di salibkan sungguh-sungguh mengalami penderitaan yang
sangat….sangat…. tak tertahankan. Pada saat menonton visualisasi penderitaan
Yesus dalam film The Passion of The Christ, saya membutuhkan waktu jeda hingga beberapa
minggu untuk dapat menonton dari awal hingga akhir, saya tidak sanggup menonton
penderitaan yang sedemikian hebat.

Jika kita sudah memahami penderitaan yang begitu hebat dari Tuhan Yesus supaya kita dapat
ditebus dari dosa. Jika kita tahu bahwa menebus manusia dari dosa adalah sedemikian
mahalnya karena harus ditebus oleh nyawa. Jika kita tahu bahwa pemulihan hubungan
manusia dan Allah adalah berkat yang paling agung. Apa respon kita?

PERTAMA: penebusan dosa bukanlah untuk orang lain, pada waktu Yesus disalib itu adalah
untuk saya, bukan untuk dia, bukan untuk mereka. Manusia berdosa yang menjijikkan
dihadapan Allah adalah saya. Setelah ditebus dari dosa maka saya adalah orang yang
diberkati Tuhan. Berkat ini yang utama maka jika saya tidak mendapatkan berkat yang
lainnya, saya tetap bersyukur kepada Tuhan.

KEDUA: bersyukurlah senantiasa, apapun keadaan kita. Baik ketika banyak berkat materi
maupun jika tidak memiliki materi yang banyak.

KETIGA: sebagai orang Kristen hendaknya bertobat dan menjadi orang-orang yang
memandang hidup bukanlah untuk mencari keberhasilan secara materi. Kekayaan itu ada
gunanya untuk hidup kita, tapi biarlah itu bukan menjadi tujuan utama hidup selama berada
di dalam dunia. Konsentrasi orang Kristen bukanlah untuk mendapatkan berkat materi lagi,
karena bagi setiap orang percaya Allah tidak akan lalai menjaga kita. Orang Kristen sudah
mendapat berkat yang terbesar, oleh karenanya ambisi kita di dunia hendaknya tidak berfokus
pada mencari kesenangan duniawi. Berkat materi haruslah menjadi urusan yang tidak kita
pentingkan lagi. Tujuan mengikut Tuhan Yesus hendaknya bukan lagi supaya menjadi orang
kaya, ini karena adanya konsep berpikir Dia adalah Raja dan kita anaknya pasti juga seperti
raja.

KEEMPAT: pengorbanan Yesus di kayu salib adalah berkat yang mahal oleh karenanya kita
harus menjadikan diri kita sebagai berkat untuk orang lain. Jadikan diri kita menjadi tempat
dimana orang lain bisa merasakan berkat dari Tuhan. Jikalau kita diberi berkat materi,
cobalah untuk membagi berkat itu melalui pelayanan yang bersifat menolong orang lain,
jangan hanya memakai materi untuk kepuasan diri sendiri. Dalam merayakan JUMAT
AGUNG dan PASKAH, seharusnya kita bisa lebih memahami kasih dan pengorbanan Tuhan
Yesus. Dan dengan meneladani kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus maka konsentrasi utama
dari orang percaya adalah bagaimana mengupayakan orang lain yang belum mendapatkan
BERKAT SEJATI yaitu Yesus Kristus, bisa juga memperolehnya. Hidup bukan hanya untuk
diri sendiri atau untuk keluarga sendiri atau gereja kita saja, tapi bagaimana menjadi saksi-
saksi Kristus kepada dunia.

Ia Telah Bangkit
Penulis : Herlianto

"Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada
di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat
Ia berbaring.." (Matius 6:19-21)

Artikel Terkait
 Paskah dan Bencana Alam
 Penderitaan
 Minggu Advent: Menanti dan Introspeksi
 Perjamuan Kudus
 Antara Mbok Wek dan Yu Paing
 Anjing Kecil
 Betapa Lucunya, Tapi Nyata...
Yesus yang bangkit memang menjadi sandungan bagi mereka yang menolak Dia, dan untuk
meredam fakta historis para saksi mata yang bersaksi tentang kebangkitan itu, Makamah
Agama Yahudi menebarkan dusta yang menyebut bahwa "mayat Yesus dicuri para
muridnya" (Matius 6:11-15). Dusta-dusta ini terus berkembang dengan berjalannya waktu.

Sepanjang sejarah banyak usaha dilakukan orang untuk mengubah fakta historis ini, ada yang
menyebut bukan Yesus yang disalib tetapi Yudas. Dalam film Jesus Christ Superstar (1973)
disebutkan Yesus mati frustrasi dalam kegagalan dan Yudas dijadikan pahlawan yang
dikorbankan Tuhan. Film yang lain The Last Temptation of Christ (1988) menggambarkan
Yesus di atas kayu salib, dalam frustrasinya sebelum mati ia membayangkan menikah dengan
Maria Magdalena.

Sebuah buku best seller berjudul Holy Blood Holy Grail (1982) menyebut Yesus menikah
dengan Maria Magdalena dan keturunannya tinggal di Perancis Selatan, demikian juga buku
best seller lainnya Jesus The Man menyebut Yesus tidak mati di salib tetapi hanya pingsan
dan disembuhkan oleh Simon Magus dan lari melalui lorong-lorong gua Qumran. Dusta
terakhir disebarkan oleh buku best seller The Da Vinci Code yang menyebut Yesus menikah
dengan Maria Magdalena dan sekarang keturunannya tinggal di Inggeris. Tidak kurang ada
dusta lainnya yang menyebut bahwa Yesus kabur ke Timur dan mati di Kashmir.

Fakta menunjukkan bahwa setelah Perjamuan Malam dan kemudian Yesus mati di salib,
murid-murid menjadi ketakutan dan frustrasi sehingga mereka tidak berani keluar dan tinggal
merenung di ruang yang terkunci dan kembali dalam pekerjaan asal mereka, tetapi peristiwa
kebangkitan ternyata mengubah segala sesuatu secara radikal.

Petrus yang pengecut dan menyangkal kenal dengan Yesus yang diadili dan akan disalib
menjadi pemberani yang berani berbicara lantang bersaksi akan iman kebangkitan yang
dipercayainya di depan mahkamah agama. Para Rasul lainnya juga menjadi bergairah
mengabarkan Injil kemana-mana, bahkan Thomas yang pernah meragukan kebangkitan
Yesus akhirnya menjadi perintis gereja Mar Thoma di India. Perbahan psikologis dalam diri
para Rasul ini juga dialami Rasul Paulus, seorang farisi fanatik yang biasa mengejar dan
membunuh murid-murid Yesus. Setelah pertemuannya dengan Yesus yang telah bangkit
dalam perjalanannya ke Damsyik, ia menjadi rasul kabangkitan yang rela mati demi Nama
yang pengikutnya pernah diburu-buru untuk dibunuh olehnya.

Peristiwa sejarah juga menunjukkan adanya ledakan agama besar setelah kebangkitan.
Josephus ahli sejarah Yahudi juga menyebut soal kebangkitan agama itu, dan ledakan para
pengikut Yesus dengan cepat berlipat ganda dan menakutkan banyak politisi Romawi
sehingga mereka mengejar para pengikut Yesus, menjadikannya makanan para singa di
Koloseum Roma, dan bahkan menyalibkan mereka di jalan-jalan. Namun iman kebangkitan
terus mendorong umat menyebarkan kabar baik kebangkitan itu.

Fakta sejarah lainnya adalah adanya kubur yang kosong dan para pemuka agama Yahudi dan
tentara Romawi yang ganas itu tidak bisa menunjukkan dimana mayat Yesus diletakkan atau
disembunyikan kalau memang Yesus tidak bangkit. Yesus yang bangkit dilihat oleh banyak
sekali orang sehingga mustahillah kalau semuanya itu hasil halusinasi mereka yang sudah
terlanjur percaya.

Petunjuk menarik sebagai bukti Yesus bangkit pada hari minggu adalah perubahan Paskah
Perjanjian Lama (Tuhan membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir) yang dirayakan
pada hari Sabat Sabtu yang begitu ketat dilaksanakan sebagai ritus agama oleh umat Yahudi,
dengan bangkitnya Yesus pada hari pertama dalam minggu mendorong umat Kristen tidak
lagi merayakan Sabat Sabtu tetapi melaksanakan ibadat di hari Minggu sebagai peringatan
mingguan akan Yesus yang telah bangkit pada hari itu. Perubahan melawan tradisi agama
yang ketat ini tentu disebabkan peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi. Paskah sekarang
berarti Tuhan menang atas maut dan Tuhan membebaskan umat manusia dari dosa.

Yesus yang bangkit telah mendorong banyak penginjil untuk memberitakan kabar baik itu ke
seluruh dunia dan banyak orang rela sekalipun harus mati sebagai martir karena kesaksian
mereka. Polycarpus ketika akan dibakar kecuali kalau ia mau menyangkali Yesus dan
menyembah kaisar, berseru: "70 tahun Ia (yang telah bangkit itu) tidak pernah
mengecewakan saya, bagaimana saya harus mengecewakan Dia pada hari ini?", ia mati
dibakar. Iman Kristen tidak didasarkan pada penderitaan Yesus atau penyaliban-Nya, tetapi
iman Kristen didasarkan kebangkitan Yesus dari kematian yang menunjukkan kemenangan-
Nya atas maut dan bahwa Ia adalah Tuhan atas kehidupan ini.

Berita Yesus yang telah bangkit tetap diberitakan sampai sekarang, dan bukan sekedar
sebagai fakta historis tetapi sebagai janji bahwa Tuhan Yesus akan membangkitkan umat
yang percaya. Bagi pengikut Tuhan Yesus, Ia adalah Kristus, sang juruselamat, yang
membebaskan umatnya dari perhambaan dosa dan membawa kepada keselamatan dan
kebangkitan tubuh bila telah mati.

Peringatan Paskah bukan sekedar ritual agama, tetapi merupakan momentum bagi manusia
untuk menyadari bahwa hidup manusia itu harus dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah
pada saat mereka meninggal atau belum meninggal saat kedatangan-Nya kedua kali kelak.
Namun, bagi mereka yang mau menerimanya sebagai juruselamat dan mengakui dosa-dosa
mereka dan tidak berbuat lagi dan melakukan kehendak Allah, maka kebangkitan menjadi
jaminan bila nanti mati meninggalkan dunia yang fana ini.

Berita Ia telah bangkit bukan sekedar catatan Alkitab yang terjadi 2000 tahun yang lalu,
melainkan kabar baik yang tetap diberitakan sampai sekarang, bahwa Ia menjanjikan
kebangkitan juga bagi orang yang percaya dan diperkenan-Nya, dan menjadi pengharapan
hidup bagi semua orang yang membuka diri kepada-Nya.

Selamat Hari Paskah, Amin!

Kristus Bangkit, Soraklah, Haleluya!


Penulis : Mangapul Sagala

Hari ini, 27 Maret 05 saya bersyukur dipercayakan untuk melayani sebuah kebaktian paskah
berbentuk KKR di sebuah Gereja megah di ibukota, Jakarta. Sekitar lima ratusan lebih umat
bersorak sorai merayakan hari kebangkitan Kristus tsb. Setahun yang lalu, saya juga
menikmati keindahan dari peristiwa yang sama, di mana hari raya paskah dirayakan pada dini
hari di sebuah gereja yang sangat megah di Singapura, dihadiri oleh sekitar 400 orang jemaat.
Ketika pada umumnya masyarakat setempat tertidur lelap, ratusan jemaat tsb dengan gegap
gempita mengumandangkan nyanyian-nyanyian kemenangan! Jadi, kemegahan dan
keagungan ibadah bukan saja karena kondisi Gerejanya yang sedemikian megah, tetapi juga
karena umat yang bersorak sorai menyanyikan Kristus Bangkit, Soraklah, Haleluya!Suasana
memang menjadi saling mendukung karena sekitar 40 orang anggota paduan suara, yang
mayoritas adalah mahasiwa/i dari universitas terkenal, dgn pakaian seragam putih hitam
berdiri di depan jemaat dengan posisi saling berhadapan.

Artikel Terkait
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Kemenangan Orang Percaya
 Salib Yesus Kristus
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong
 Paskah A to Z
 Kebangkitan: Sebuah Dasar Yang Sukar

Sungguh sangat indah dan bahagia, saya sulit melukiskannya dgn kata2, ketika lagu tsb
dikumandangkan secara bersama dan bersahut-sahutan antara ratusan jemaat dgn paduan
suara tsb. Kebaktian yg berjalan 2 jam tsb diakhiri dgn suasana ceria, penuh sukacita sambil
bersalaman mengucapkan, Selamat Paskah, Kristus Bangkit. Menyaksikan hal itupun
memberi sukacita tersendiri, yaitu ketika melihat jemaat dari berbagai usia spt remaja,
pemuda hingga orang tua, dan latar belakang tingkat pendidikan dan sosial, spt siswa
mahasiwa, alumni... serta Ph.D(cand)/Ph.D yg memiliki reputasi tinggi menyatu di dalam
semangat persaudaraan. Semua bersama-sama menikmati betapa indahnya berita kebangkitan
Kris tus itu. Dalam hati saya berpikir, berita kebangkitan bukan hanya milik orang sederhana
atau orang2 terpelajar, miskin atau konglomerat, melainkan milik mereka yang beriman.

Dasar Yang Teguh

Jika demikian halnya, mengapa masih ada orang yang meragukan peristiwa tsb? Seperti saya
sebut di atas, jawabannya sederhana: krn mereka tidak mau beriman, atau barangkali mrk
tidak mampu beriman. Apakah menerima fakta kebangkitan Kristus merupakan suatu
kebodohan? Saya harus menjawab dengan tidak! Buktinya? Banyak orang terpelajar di
bawah kolong langit ini, termasuk jemaat tersebut di atas, yg dengan segenap hati dapat
menerima kebangkitan itu dan mensyukurinya. Memang kita harus mengakui dengan jujur
bahwa ada juga orang2 yg ahli meragukan dan menolak berita tersebut. Sebutlah misalnya
seorang yg bernama Gerd Ludemann, professor PB dari Univ. Gottingen yg pemikirannya
dipengaruhi oleh David Hume, di mana Ludemann menolak peristiwa kebangkitan Kristus
tsb. Bagi Ludemann, kebangkitan itu tidak lebih dari halusinasi saja, atau visionary. Krn itu,
dia menulis: We can no longer take the statements about the resurrection of Jesus literally...
the tomb of Jesus was not empty, but full, and his body did not disappear but rotted away[1]

Adakah dasar yang logis untuk menerima kebangkitan tsb? Tentu ada. Masalahnya adalah,
apakah orang/ahli tsb memiliki kesediaan utk menerimanya? Atau, apakah yg dpt
dikelompokkan ke dalam masuk akaltsb. Bagi David Hume, the Socttish philosopher yg
terkenal itu semua yg namanya mukjizat, yg tdk dpt dijelaskan dengan rasio atau sciencetdk
masuk akal. Miracle is a violation of the laws of nature...demikian Hume.[1][2] Karena itu
tdk ada gunanya mengatakan bhw Allah telah membangkitkan Yesus yg mati itu dari kubur.
Hume menuntut penjelasan ilmiah bgmn tubuh Yesus yg sdh mati tsb berubah menjadi tubuh
lain (yg disebut kebangkitan). Karena itu, tdk ada gunanya mulut sampai berbusa atau tangan
sampai lumpuh menulis penjelasan2 tentang mukjizat kepadanya. Itu hanya membuang2
waktu yg sangat berharga. Mengapa? Karena apa yg kita anggap ilmiah dan logis, bagi Hume
dan pengikutnya bisa jadi tidak logis. Bagi Hume, realita tsb hanya ada di dalam logika dan
science. Tdk ada realita yg lain di luar itu. Allah terlibat dalam alam semesta? Tdk mungkin.
Krn jk demikian, kita harus mengurung Allah dan menjelaskannya ke dalam kategori
ilmiah/logis. Itu berarti Allah yg tdk terbatas itu harus juga dimasukkan ke dalam rasio yg
terbatas! Apakah itu logis? Bagi kita tidak, tapi Hume itulah yg logis!

Karena itu, mari kita lupakan Hume, Ludemann dan semua pengikut2nya. Mari kita maju di
dalam pengenalan dan iman kita secara bersama-sama. Kembali kepada pertanyaan di atas,
adakah dasar yg teguh bagi kita yg dpt dinikmati baik iman maupun akal? Sekali lagi saya
jawab dengan penuh keyakinan dgn, ada. Dan sebenarnya itulah yg dijelaskan oleh penulis2
Alkitab. Sebenarnya, jk kita mengamati semua tulisan2 mrk, baik PL maupun PB, mk kita
akan melihat bhw mrk itu menulis bukan hanya dgn iman, tapi juga dengan akal; bukan
hanya dengan akal, tapi juga dengan iman.

Barangkali ada yang berkata: Ah, Alkitab? Bukankah laporan Alkitab ttg kebangkitan,
berbeda-beda?Memang itu jugalah reaksi Ludemann, dan pengikut2nya. Baginya keempat
Injil tdk dpt dipercaya, krn mrk menceritakan hal2 yg berbeda-beda, masing2 dgn versinya.
Pandangan yg sama juga pernah ditegaskan oleh almarhum Wismoadi, guru besar STT Jkt,
dlm bukunya Di Sini Kutemukanitu. Namun, bagi saya, tentu juga bagi banyak orang,
perbedaan penulisan dari penulis2 Injil, termasuk rasul Paulus sebenarnya tidak cukup kuat
utk menyangkal kebangkitan tsb. Seharusnya, sebaliknya yg terjadi. Mari kita ambil sebuah
contoh, tentang Perdana Menteri dari Spura yg datang ke Indonesia. Apakah kita
mengharapkan bhw semua koran akan menulis peristiwa yg sama dgn cara yg ! sama?
Apakah tdk mungkin terjadi bhw Kompas menyoroti percakapan politik di Cendana, Suara
Pembaruan menyoroti percakapan business di hotel Hilton, dan pos Kota menceritakan
makan ikan di Muara Angke? Jika terjadi perbedaan laporan seperti itu, apakah itu pertanda
bhw pemimpin Spura tsb sebenarnya tdk benar2 datang ke Indonesia? Atau sebaliknya,
perbedaan laporan tsb meneguhkan fakta kedatangannya?

Secara jujur saya mengatakan bhw setelah meneliti dan mengamati kisah kebangkitan Kristus
yg disampaikan oleh keempat Injil, tidak ada masalah bagi saya untuk menerimanya.
Sebaliknya saya sangat diteguhkan olehnya. Dan ternyata saya tdk sendiri, krn banyak ahli yg
jauh lebih senior dari saya dan yang telah lama menyelam di samudera raya Perjanjian Baru,
dengan segenap hati mereka menerima pernyataan Alkitab tsb. Prof. William Lane Craig
secara khusus telah meneliti hal tsb dan hasil karyanya dapat dibaca di dalam bukunya,
Assessing the New Testament Evidence for the Historicity of the Resurrection of Jesus, yg
merupakan volume ke 16 dari Studies in the Bible and Early Christianity tsb. Buku setebal
442 halaman tsb sepenuhnya m! erupakan pertanggung jawaban imannya kepada peristiwa
kebangkitan tsb yg dpt dibaca oleh mrk yg menerima atau menggugat berita penting tsb. Mk
wajarlah jk pd 18-9-1997 di St Thomas More Society of Boston College, Lane lah yg
diundang utk menjawab serta menantang kembali Gerd Ludemann yg menolak kebangkitan
tsb. Dlm buku tsb di atas dia menegaskan betapa akurat dan dapat dipercayanya laporan
keempat Injil tsb.

Karena itu, marilah kita lihat fakta-fakta yg sangat penting mengapa kita menerima
kebangkitan Yesus tsb. Kita dapat mencatat fakta kubur kosong, batu yg terguling serta
adanya perempuan2 yg menjadi saksi kubur kosong tsb. Keempat penulis Injil menyoroti hal
itu bersama-sama. Di dalam penulisan tsb, mrk juga memiliki keunikan masing2. Injil
Markus misalnya mencatat kekwatiran perempuan2 tsb, tentang siapa yg akan
menggulingkan batu besar yg menutup kubur Yesus tsb. (Mark.16:3). Sedangkan Injil Matius
menjelaskan bagaimana batu yg besar itu bisa terguling krn adanya gempa bumi yg hebat dan
turunnya malaikat Tuhan dari langit. Yg menarik adl, bhw Matius mencatat bukan saja batu
itu terguling MELAINKAN MALAIKAT MENDUDUKINYA! Apa gerangan yg mau
disampaikannya? Biarlah orang yg percaya merenungkannya. Sedangkan Injil Yohanes
sendiri mencatat hal yg kelihatannya kecil namun penting, yaitu adanya kain kapan terletak di
tanah dan kain peluh yg mengikat kepala Yesus, berada dekat kain kapan itu (Yoh.20:5,6).
Apa pula yg mau disampaikan oleh fakta tsb? Bahwa kebangkitan adalah metaphora? Biarlah
orang yg beriman merenungkan dan memikirkannya. Apakah dengan demikian kita dpt
mengatakan bhw kain kapan yg mengikat tubuh Yesus yg mati serta kain peluh pengikat
kepala itu kempes karena tubuh tsb telah bertransformasi menjadi tubuh kebangkitan?
Banyak perenungan dpt terjadi bagi kita yg memang mempercayai Alkitab dgn segenap hati.

Sebagaimana telah saya tuliskan di atas, apakah penerimaan kpd kubur kosong itu adalah
bukti kelemahan intelektual dan hanya mengandalkan apa yg disebut dgn iman atau percaya
saja pdhal sebenarnya dia hanyalah dongeng dan kisah ciptaan hasil imaginasi para rasul yg
frustrasi dan perlu mengalami pemeriksaan ilmu jiwa?Saya harus menjawab dgn tegas, tidak!
Karena kita dpt mencatat pandangan orang2 yang benar-benar ahli, di mana keahliannya
diakui oleh seluruh ahli sejagad. Untuk itu, kita dapat menyebut beberapa nama spt John A.T.
Robinson, N.T. Wright dari Cambridge University atau seorang ahli dari Austria yg bernama
Jacob Kremer, yg telah mengkhususkan dirinya meneliti kebangkitan tsb. Menurut Kremer,
"By far most exegetes hold firmly to the reliability of the biblical statements concerning the
empty tomb".[5] (Hampir semua ahli berpegang teguh dan percaya kpd pernyataan2 Alkitab
mengenai kubur kosong). Prof J.A.T Robinson malah menegaskan lebih jauh lagi ketika dia
mundur ke belakang terhadap fakta penguburan Yesus yg dipertanyakan oleh sebagian ahli
sbgmn John Dominic Crossant dan Barbara Thiering tsb di atas. Dia menulis, "The burial of
Jesus in the tomb is one of the earliest and best attested facts about Jesus "[6] Demikian juga,
N.T. Wright, jagoan Perjanjian Baru dari Inggris tsb dalam bukunya setebal 817 halaman itu
secara khusus membahas tentang kebangkitan Yesus secara ilmiah dan pendekatan
Alkitabiah. Menarik sekali, dalam buku yg berjudul The Resurrection of the Son of Godtsb
dia malah mengacu kepada seorang theology dan penulis Yahudi yg bernama Pinchas Lapide
yang mengakui kebangkitan Yesus secara tubuh (hal.721).

Jika hal tsb di atas digabungkan dgn nubuatan Alkitab, baik di PL maupun PB, mk iman kita
akan semakin diteguhkan. Bukankah hal itu telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya kira2 700 thn
sebelumnya? "Ia akan meniadakan maut utk seterusnya dan Tuhan Allah menghapuskan air
mata..." (Yes.25:8). Bahkan Yesus sendiri telah berkali-kali menubuatkan hal itu, bhw Dia
akan diserahkan... akan mati dan akan bangkit pada hari yg ketiga. Setidaknya hal itu telah
dicatat empat kali oleh Injil Matius: 16:21; 17:22-23; 20:17-19; 26:1-2.

Selanjutnya, Alkitab, khususnya keempat Injil mencatat penampakan Yesus yg bangkit itu.
Hal itu dilakukanNya secara berulang-ulang dan kepada orang yg berbeda-beda. Injil
Yohanes secara khusus mencatat penampakan Yesus kpd Maria Magdalena yg terus menerus
setia mendampingi dan melayani Yesus (20:11-18). Maria inilah yg setelah dilepaskan dari
perbudakan roh jahat, dengan setia mengiring Yesus hingga Yesus disalibkan dgn begitu
mengenaskan di bukit Golgota. Pdhal, ketika itu murid2 Yesus sendiri, kecuali Yohanes,
begitu ketakutan dan pergi entah ke mana.

Injil Lukas yg kelihatannya telah mengantisipasi keraguan orang2 di kemudian hari telah
mencatat tantangan Yesus kpd murid2Nya utk melihat tangan dan kakiNya. "Lihatlah
tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, krn hantu tdk ada daging
dan tulangnya spt yg kamu lihat pdKu" (24:39). Tidak cukup di sana, Lukas masih mencatat
satu pembuktian secara ilmiah lainnya ketika Yesus makan ikan di hadapan murid2 (24:42-
43).

Tentu fakta inipun dpt ditolak oleh seorang yg bernama Ludemann, krn baginya itu adl
karangan Lukas semata.

Karena itu dia menulis setengah melawak bhw di sana Lukas toh tdk menjelaskan apakah
Yesus masih perlu pergi ke toilet setelah makan ikan itu! Tapi kita tidak perlu pusing dgn
orang2 spt itu, termasuk para pengikut2nya yg membeo saja. Pd kenyataannya, William Lane
Craig sendiri yg telah melakukan research ilmiah secara jujur telah mengungkapkan karyanya
sbgmn kita sebutkan di atas. Dalam buku tsb dia menegaskan,

"The majority of New Testament scholars today -not conservatives, not


fundamentalists- concur with the facts of Jesus honorable burial, his empty tomb, his
postmortem appearances... and the best explanation for those four facts is that God
raised Jesus from the dead".

Itulah sebabnya kita melihat perubahan yg sangat besar dan mendasar dlm diri para rasul,
sekalipun sebelumnya mrk tdk dpt membohongi diri bhw mrk sempat kecewa krn kematian
Yesus yg sedemikian tragis dan memalukan!

Namun setelah kebangkitan Yesus itu dan setelah penampakan Yesus kpd diri mrk, dgn
berani mereka, khsusnya rasul Petrus yg pernah menyangkal gurunya itu berkhotbah di
hadapan ribuan orang2 Yahudi yg baru bbrp wkt yl menyalibkan Yesus tsb.

Mari kita perhatikan kenyataan ini: tema khotbah paling awal rasul Petrus ketika itu bukanlah
berpusat kpd kematian Yesus, tetapi kepada kebangkitanNya. Dia bahkan
menggabungkankebangkitan itu dgn nubuatan Mazmur yg dpt kita lihat pd Kis.2:25-28. Di
tengah2 ribuan massa yg menyalibkan Yesus, Petrus dgn berani mengkhotbahkan
kebangkitan Mesias! (Kis.2:31) Sekiranya Yesus tdk bangkit, jk kubur Yesus masih ada pd
orang2 Yahudi itu, apakah Petrus berani berkhotbah ttg kebangkitan tsb? Jika pemberitaan
tentang kebangkitan adl kebohongan di mana sebenarnya orang2 Yahudi memiliki dan
mengetahui tempat kuburan Yesus, tentu dengan sangat mudah orang2 Yahudi akan
mentertawakan Petrus serta orang2 Kristen. Mereka akan dengan mudah membantah
pemberitaantsb serta mempermalukan orang2 Kristen dgn menunjukkan kubur Yesus yg
mereka miliki tsb. Tp kenyataannya, tidaklah demikian.

Apakah yang kita lihat di dalam Alkitab? Bukannya orang2 Yahudi berhasil mempermalukan
orang2 Kristen dgn menunjukkan kuburan Yesus, tetapi sebaliknya, orang2 Yahudi yang
mengarang cerita bahwa kubur Yesus dicuri oleh murid2 (Mat.28:11-15). Sekalipun tentu
sangat sulit menerima cerita bohong tsb, karena kubur Yesus dijaga sedemikian ketat
(Mat.27:62-66) sementara murid2 sedemikian lemah dan tak berdaya, namun demikian cerita
itu tetap diciptakan demi melepaskan diri dari kondisi kepepet. Inti yang mau saya sampaikan
adalah ini: bukannya orang2 Yahudi dan musuh2 Kristen berhasil menunjukkan kuburan
Yesus, tetapi, mengarang cerita yg sangat sulit diterima akal.

Jika kita beralih dari Petrus kpd rasul Paulus, maka kita juga melihat penegasannya ttg
kematian dan kebangkitan Yesus tsb. Dia bahkan mengatakan hal itu sbg berita yang "sangat
penting..." (1Kor.15:3-4). Untuk itu, dia juga menjelaskan bukti2 dari peristiwa Yesus
menampakkan diriNya kpd orang yg berbeda-beda pd wkt yg berbeda-beda, termasuk kpd
dirinya sendiri (ay.5-8). Dari semua penampakan itu, salah satu kalimat yg SANGAT
PENTING DIAMATI adl kalimat berikut, "Sesudah itu Ia menampakkan diri kpd lebih dari
LIMA RATUS saudara sekaligus; KEBANYAKAN DARI MRK MASIH HIDUP SAMPAI
SEKARANG, ttp bbrp telah meninggal" (1Kor.15:6).

Pernyataan di atas sangat penting. Penegasan itu melawan teori halusinasi sbgmn dituduhkan
oleh theolog tertentu termasuk Ludemann. Apakah mungkin terjadi halusinasi kepada 500
orang pd saat yg sama? Jawabnya tentu tidak. Selanjutnya, jk sekiranya ada keraguan
terhadap kebangkitan Yesus, mk ketika rasul Paulus menulis kitab tsb, mk berhentilah segala
keraguan itu dengan menanyakan langsung kpd saksi mata yg MASIH HIDUP tsb. Dengan
perkataan lain, segala debat, keberatan dan tantangan terhadap kebangkitan Yesus telah
dipatahkan oleh rasul Paulus dgn tulisannya tsb. Jika demikian halnya, boleh dikatakan
bahwa debat meragukan dan menolak kebangkitan Yesus SDH DITUTUP pada abad pertama
dengan KEMENANGAN DI PIHAK PRO KEBANGKITAN.

Apa yg terjadi dgn sekarang? Ketika saya dgn seorang teman (ketepatan pendeta dari sebuah
gereja besar) berdebat berjam-jam ttg kebangkitan Yesus, mk dengan emosi tinggi dia
berkata: "Buktikan kpd saya bahwa Yesus bangkit..." Tentu saya mengalami kesulitan
melakukan itu, khususnya jk kita bicara dari segi saksi mata. Itulah sebabnya dia merasa
menang. Karena itu, saya memintanya untuk tidak terlalu cepat tertawa dan merasa menang
karena saya kemudian balas menantangnya: "Masalahnya, bukan pada saya, tapi pada diri
anda. Buktikan kpd saya bahwa Yesus tdk bangkit". Hasilnya? Dia pun bungkem dan hanya
bisa mengarang cerita spt pemimpin2 tsb di atas.

Tapi lain halnya pd abad pertama ketika rasul Paulus menulis kitab di atas. Kebangkitan dpt
dibuktikan oleh saksi mata yg MASIH HIDUP KETIKA ITU. Sebaliknya, pemikiran
ketidakbangkitan Kristus dipatahkan.

Ada lagi tuduhan yang aneh yang sengaja diberikan oleh mrk yg meragukan kebangkitan
Yesus tsb. Mereka mengatakan bhw hal itu adl dongeng ciptaan orang2 Kristen. Tp
sesungguhnya, tuduhan spt ini pun dpt dgn mudah ditolak, karena dalam masa kurang dari 30
thn sejak kematian dan kebangkitan Kristus, berita itu telah dituliskan oleh keempat penulis
Injil: Mat, Mark, Luk dan Yohanes. Dalam kurun wkt singkat spt itu tidak mungkin
menciptakan sebuah dongeng, di mana saksi mata masih cukup banyak yang hidup. Bahkan
jika kita perhatikan surat rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, dia menulis: Sebab yang
sangat penting telah kusampaikan kepadamu, bhw Kristus mati karena dosa-dosa kitaia telah
dibangkitkan pada hari yg ketiga(1 Kor.15:3-4). Menarik sekali membaca kalimat tsb di atas,
di mana itu termasuk merupakan pengakuan kepercayaan paling awal dari Gereja mula-mula.
Menurut para ahli, pengakuan itu diduga sdh menyebar di berbagai jemaat mula-mula pada
thn 35 M. Jadi, jk rasul

Paulus bertobat pd tahun 32, maka 3 thn kemudian, pengakuan tsb diterima oleh rasul Paulus
dan kemudian dituliskannya. Selang waktu tiga tahun sungguh merupakan waktu yang terlalu
dekat untuk menciptakan sebuah dongeng.

Bagaimana caranya orang2 liberal menjelaskan hal itu? O... gampang saja. Dengan ringan
Ludemann dpt mengatakan bhw Paulus itu aneh dan mengalami gangguan jiwa yg perlu
dibawa ke RS jiwa. Mengapa? Krn tdk mungkin seorang yg tadinya begitu keras menentang
kekristenan tiba2 berubah sedemikian jadi pembela nomor satu! Tdk heran jk mrk ini akan
membuat berbagai teori, spt rasul Paulus stress berat krn berbagai hal, mengalami visionary,
terancam hidupnya, dstnya...

Tapi kita juga punya penjelasan yg cukup kuat utk menyanggah tuduhan tsb di atas. Krister
Stendahl, theolog Swedia yg boleh dikatakan tdk seinjili orang2 Injili pada umumnya (utk tdk
mengelompokkannya juga kpd theolog liberal spt Ludemann) pernah menulis bhw Paulus tdk
mengalami masalah spt dituduhkan tsb, krn itu tdk perlu dia menulis hal2 yg aneh2. Stendahl
menulis:

"... he experiences no troubles, no problems, no qualms of conscience. He is a star


pupil, the student to get thousand dollar graduate scholarship in Gamaliels Seminary...
Nowhere in Pauls writings is there any indication... that psychologically Paul had
some problem of conscience".[7]

Setelah melihat betapa kuatnya dasar yang kita miliki untuk menerima kebangkitan tsb,
sekarang kita melihat apa makna praktis dari kebangkitan tsb kepada kita. Bagi saya secara
pribadi, kebangkitan Yesus mengandung makna yg sangat penting, yang berhubungan dgn
doktrin- doktrin penting kekristenan.

Pertama, kebangkitan Yesus berhubungan dengan ajaran Kristologi. Kebangkitan tsb


menyatakan identitas diri Yesus Kristus. Seluruh pendiri agama, betapapun besarnya mereka
itu, mereka memiliki nasib dan kondisi yang sama: mereka semua berada di dalam kuburan.
Tetapi Yesus mengosongkan kuburan. Ini kembali membuktikan keAllahanNya. Di dalam
Kristologi, dikenal dua macam pendekatan: pendekatan dari atas, yaitu Kristologi dari atas
(Christology from above) dan pendekatan dari bawah, yaitu Kristologi dari bawah
(Christology from below). Pendekatan Kristologi dari bawah melihat kebangkitan Yesus
sebagai klimaks penyataan diri Yesus sbg Tuhan. Rasul Petrus menulis: Jadi seluruh kaum
Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu
menjadi Tuhan dan Kristus) (Kis.2:36). Pemimpin-pemimpin agama Yahudi menyalibkan
Dia, tetapi Allah membangkitkanNya. Itu berarti bhw pernyataan Tuhan Yesus selama
hidupNya benar adanya. Jk sekiranya Yesus adl pembohong spt tuduhan mrk yg
memusuhiNya, mk Allah akan membuktikan kebohongan tsb dgn membiarkanNya tetap di
dalam kuburan. Tetapi Yesus tdk bohong, Dia benar2 bangkit; Dia membuktikan diriNya sbg
Allah yang melampaui nabi-nabi. Karena itu, biarlah kita menyembah dan melayani Dia
seumur hidup kita.

Kedua, kebangkitan Yesus berhubungan dengan bibliology (ajaran ttg Alkitab). Sejak PL sdh
dengan sangat jelas dinubuatkan bahwa ttg kematian dan kebangkitan Yesus tsb. Itulah
sebabnya rasul Paulus menulis bahwa hal itu sesuai dengan kitab suci(1Kor.15:3-4). Ketika
rasul Paulus mengatakan bhw maut telah ditelan oleh kematian Yesus, dia mengacu kepada
nubuatan nabi Yesaya dan Hosea (1Kor.15:54-55; Yes.25:8; Hos.13:14). Demikian juga,
ketika rasul Petrus berkhotbah tentang kebangkitan Yesus, dia mengacu kepada nubuatan2
yang telah ditulis di dalam Perjanjian Lama (Kis.2:23-36). Sebagaimana telah sy tulis di atas,
Injil Matius sendiri mencatat berkali-kali tentang kematian dan kebangkitan Yesus tsb
(Matius: 16:21; 17:22-23; 20:17-19; 26:1-2. Lihat juga Yoh.10:17-18). Jadi, dengan
kebangkitan Yesus tsb, maka pernyataan2 Alkitab di dalam PL terbukti benar, semua
digenapi. Dengan demikian, kita dapat semakin mengandalkan firman Tuhan sbg landasan yg
teguh bagi iman dan hidup kita.
Penutup

Secara jujur saya mengatakan bhw kita dpt menulis secara panjang lebar tentang kebangkitan
Kristus tsb. Sy bersukacita memberitahukan bahwa di dalam perjalanan menjelajah di dalam
dunia theologia yang sedemikian rumit, sy mengamati bhw sekalipun ada segelintir org yg
meragukan dan menolak kebangkitan Kristus tsb, namun sangat banyak ahli-ahli theologia di
bawah kolong langit ini yang membangun iman dan hidupnya di atas dasar Kristus yg bangkit
tsb. Sy telah berjumpa dgn mrk secara pribadi dan mengamati sorot mata mrk yg dgn jujur
menyatakan iman dan kepercayaan mrk. Jd, kita tidak sendirian mengimani tema yg sangat
penting tsb. Banyak hal yg dpt kita bicarakan ttg iman dan pengajaran mrk. Tetapi kita akhiri
di sini saja pembahasan tema, yang oleh rasul Paulus ditegaskan sebagai tema "yang sangat
penting" tsb.

apa yg sedang terjadi. Dia hanya dpt berteriak dengan sedih mengatakan, "Dari mana
datangnya hidup dan kemana dia pergi...?" Ilmu filsafatnya BUNGKEM DAN TDK
BERDAYA menghadapi kematian Anne. Tdk demikian dgn Injil yg diberitakan oleh rasul
Paulus.

Akhir kata, jika kita berada di kapal Titanic yg besar itu, kita dpt menari dan bermain
sepuasnya tanpa perlu memikirkan apa yg terjadi bbrp jam lagi atau esok hari. Lain halnya
ketika diberitahukan bhw Titanic bbrp jam lagi akan tenggelam! Orang2 akan terlalu bodoh
terus bermain-main dan menari-nari. Mrk semua, ya semua harus segera bertindak, berhenti
dari segala permainan mrk.... berlari keluar secepat-cepatnya dan mencari kapal kecil yg dpt
memberi harapan agar terlepas dari maut (sekalipun usaha itu tetap tdk pasti)!

Berita kebangkitan bukan sekedar harapan. Itu adl kepastian. Ya kepastian kehidupan kekal
bagi mereka yg percaya dan menerima Dia, dan kepastian kebinasaan bagi mereka yg
mengeraskan hati dan menolak!

Perjamuan Kudus
Oleh: Rudy Lee

Perjamuan Kudus tidak pernah dilakukan sebulan sekali oleh jemaat mula-mula. Perjamuan
Kudus juga tidak pernah dilakukan seminggu sekali tetapi setahun sekali.

Memecah roti dalam pemahaman Ibrani (Maaseh Schlihim/ Kisah Rasul 2:42-46)

Saat sebuah keluarga Ibrani hendak memulai makan, ucapan syukur di atas dipanjatkan dan
kepala keluarga memecah roti. Ucapan syukur di atas disebut dengan “memecah roti”.
Kebiasaan “memecah roti” ini merupakan salah satu ciri khas kehidupan dari sebuah
keluarga atau komunitas Ibrani.

Artikel Terkait
 Berkat Sejati
 Kubur Kosong
 Kayu yang Kasar
 Paskah dan Lingkungan Hidup
 Pesta Paskah
 Adakah Makna Paskah Telah Kehilangan Arah?
 Signifikansi Kebangkitan Kristus

Pada zaman Yesus, perjamuan makan dalam sebuah komunitas merupakan kebiasaan yang
lazim, terutama di kalangan sekte Yahudi Esseni. Dalam Kisah Para Rasul kita membaca
bahwa banyak dari para pengikut Mesias yang mulai menjalankan gaya hidup Esseni,
menjual segala kepunyaan mereka, saling berbagi keperluan seperti makanan dan pakaian,
dan memecah roti dari rumah ke rumah. Pada abad kedua Masehi, gereja mulai menolak
segala hukum dan pola pandang Yahudi, dengan menyatakan bahwa Kristen bukan
merupakan bagian daripada Yudaisme. Dan anehnya, ketika di satu sisi gereja meninggalkan
akar Ibrani, di sisi lain gereja malah menyerap unsur-unsur paganisme yang populer dalam
kerajaan Romawi, Praktek-praktek dan ritual agama Romawi dengan mudah beradaptasi
untuk masuk ke dalam kekristenan. Mari kita tengok asal mula ritual “komuni” dalam
agama Romawi yang berasal dari Babylonia dan Yunani. Ritual komuni (Perjamuan kudus)
merupakan sebuah ritual yang disebut “Omophagia”. Dalam agama Yunani kuno,
Dionysus (atau Bacchus dalam agama Babylonia kuno), adalah salah seorang dewa utama. Ia
adalah dewa anggur.

Walaupun Gereja Protestan menolak “transubstansiasi”, mereka meneruskan ritual ini,


dengan menyatakan bahwa dalam roti dan anggur itu, umat mengambil bagian secara
spiritual terhadap daging dan darah Yesus. Ada tiga doktrin ritual Komuni yang terdapat
dalam kekristenan:

1. Gereja Katholik Roma mengajarkan bahwa roti dan anggur dari sakramen tersebut
benar-benar menjadi daging dan darah Yesus (Ini disebut Transubstansiasi).
2. Gereja Lutheran mengajarkan bahwa daging dan darah Yesus dikonsumsi dalam dan
bersama dengan roti dan anggur (Ko-substansiasi).
3. Gereja Kalvinis mengajarkan bahwa roti dan anggur menjadikan setiap orang yang
turut di dalamnya, mengambil bagian dalam daging dan darah Yesus.

Sudah merupakan hal umum dalam gereja Protestan untuk menspiritualisasikan ajaran-ajaran
Katholik. Walau demikian, kepercayaannya masih serupa, bahwa baik secara harafiah
maupun spiritual, dengan mengambil bagian dalam daging dan darah Tuhan, umat percaya
bahwa mereka menjadi serupa dengan Tuhan.

Dalam kepercayaan Ibrani, tidak ada sama sekali ritual yang para pengikutnya secara harafiah
memakan simbol Tuhan supaya dapat “menerima-Nya”. Kita menerima Roh Kudus
hanya dengan memelihara dan mematuhi perintah-perintah-Nya.

Lalu apakah yang dimaksud oleh Yesus ketika Ia menggunakan simbol roti dan anggur
sebagai daging dan darah-Nya? Mari kita mulai dengan menengok perkataan Yesus ketika
mengambil bagian dalam perjamuan makan terakhir-Nya bersama-sama para murid:

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya


kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini
menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19)
Perjamuan makan tersebut adalah Perjamuan Paskah (Seder) yang dilakukan oleh Yesus
bersama para murid (Mat 26:17-18; Mrk 14:12-16; Luk 22:13-15). Apakah roti yang diambil-
Nya ketika berkata, “inilah tubuh-Ku”? Ia mengambil Afikomen, bukan sembarang roti,
tetapi roti yang hanya dimakan dalam Perjamuan Paskah pada malam 14 Nissan. Roti ini
merupakan roti tidak beragi yang melambangkan ketidakberdosaan Mesias

Torah dengan jelas mengajarkan bahwa kita harus mengingat penyelamatan kita dengan
memakan roti tidak beragi pada saat hari raya Roti Tidak Beragi dan Paskah. Yesus adalah
roti tidak beragi itu. Dengan alasan itulah Ia berkata, “Perbuatlah ini (merayakan hari raya
Roti Tidak Beragi dan Paskah) menjadi peringatan akan Aku (Penyelamatmu).”

Sering kali dalam ibadah “komuni” gereja memakai roti beragi. Padahal ragi merupakan
lambang dosa sedang kita tahu Mesias adalah “tanpa dosa” dan Anti-Mesias adalah
“manusia pendosa”. Jadi sebenarnya siapakah yang sedang “diperingati” dalam
komuni gereja ?

Dalam 1 Korintus 10:14-22, ada dua hal yang tengah dibicarakan oleh Paulus:

1. Kekudusan Perjamuan Paskah sebagai perjamuan untuk “orang-orang yang telah


diselamatkan” (Tubuh).
2. Pelarangan untuk mengambil bagian dalam “perjamuan berhala”.

Nampaknya jemaat Korintus menghadiri baik Perjamuan Paskah maupun perjamuan dalam
perayaan-perayaan berhala. Rabi Shaul berkata bahwa menggabungkan keduanya adalah
tidak dibenarkan di mata Tuhan. Dalam ayat 21 ia menulis: “Kamu tidak dapat minum
dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian
dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.” Ini merupakan masalah
yang lazim terjadi di antara orang-orang percaya yang bukan Yahudi.

Karena latar belakang mereka adalah penyembah berhala maka tidaklah mudah bagi mereka
untuk begitu saja meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama mereka. Rabi Shaul memandang
perlu bagi komunitas Tuhan untuk “memisahkan diri”. Ayat 17, “Karena roti adalah
satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian
dalam roti yang satu itu.” Tidak boleh ada percampuran di dalamnya.

Keseluruhan 1 Korintus 5 berbicara tentang Perjamuan Paskah. Rabi Shaul berkata bahwa
orang-orang berdosa dilarang turut serta dalam perjamuan tersebut. Paskah adalah satu-
satunya hari raya Tuhan di mana hanya orang-orang yang berpercaya yang boleh
merayakannya (Kel 12:43-49).

Jemaat Korintus mengundang semua orang, termasuk saudara dan kenalan mereka yang
belum percaya, untuk datang merayakannya. Rabi Shaul menekankan bahwa mereka yang
belum percaya dilarang untuk ikut serta dalam perjamuan itu sebab Perjamuan Paskah harus
dirayakan tanpa “ragi” (dosa), ayat 7-8. Tetapi bukan berarti kita harus memisahkan diri
dari orang-orang yang belum percaya itu setiap waktu.

Rabi Shaul berkata ini diterapkan hanya dalam konteks Paskah saja, ayat 10: “Yang aku
maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini”…ayat 11:
“dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”
Dalam 1 Korintus 11:26-31, Rabi Shaul sekali lagi menegaskan perintah Taurat bahwa
“orang-orang yang tidak percaya tidak boleh makan Paskah” harus benar-benar
dicamkan. Kelihatannya perintah satu ini tidak dituruti dengan serius oleh jemaat Korintus
dengan membiarkan orang-orang yang belum percaya untuk ikut serta.

Kalau begitu bagaimana ritual seder Pesakh sebenarnya? Mereka melakukan beberapa hal
dalam minum anggur dan roti yang intinya adalah:

1. Cawan berkat pengudusan (Anggurnya bukan fermentasi)


2. Cawan Tulah (Nama-nama Tulah disebut sambil mencelupkan jari kelingking sebagai
simbol berkurangnya sukacita.
3. Shulen Orekh. Memakan matzah (Roti), Maror (Rempah pahit), Karpas (Selada),
Kharoset (Campuran kacang tanah, apel dan madu)
4. Memakan Afikomen. (Ada 3 roti) yang ditaruh dalam kantung, roti yang di tengah
diambil dan dipatahkan, dibungkus dengan kain putih dan disembunyikan. Nama roti
yang dipatahkan dan dibungkus kain putih disebut Afikomen yang artinya hidangan
penutup. Afikomen inilah yang dilambangkan dengan tubuh dan darah Yesus
5. Cawan Penebusan. Minum anggur ke-3 melambangkan penebusan Israel dari tulah
Allah di Mesir. Yesus memakai anggur dalam cawan penebusan untuk melambangkan
darahnya yang tertumpah untuk menyelamatkan manusia.
6. Cawan pujian. Meminum anggur ke-4 yang merupakan penutup sebagai simbol
ucapan syukur kepada Bapa Allah yang telah memberikan hal2 yang baik.
7. Cawan Elia. Meminum anggur ke-5 sebagai tambahan, dalam tradisi Yahudi yaitu
yang belum menerima Yesus, anggur ke-5 ini berisikan pengharapan terhadap Elia
yang akan datang untuk meratakan jalan Mesias. (Mal 4:5-6).

8.
9. Yesus Kristus membuat tujuh pernyataan akhir pada akhir hidupnya di kayu salib.
Berikut ini Tujuh Perkataan Salib dalam urutan kronologis.
10. 1. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat." Lukas 23:34a (Alkitab SABDA, Alkitab.mobi)
11. 2. Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga
engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Lukas 23:43 (Alkitab
SABDA, Alkitab.mobi)
12. 3. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada
murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Yohanes 19:26-27a (Alkitab SABDA, Alkitab.mobi)
13. 4. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama
sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Matius 27:46 (Alkitab SABDA, Alkitab.mobi), Markus 15:34 (Alkitab SABDA, Alkitab.mobi)
14. 5. Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!" Yohanes 19:28
(Alkitab SABDA, Alkitab.mobi)
15. 6. ... berkatalah Ia: "Sudah selesai." Yohanes 19:30a (Alkitab SABDA, Alkitab.mobi)
16. 7. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu
Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Lukas 23:46 (Alkitab SABDA, Alkitab.mobi)

Kemenangan Orang Percaya


Konsep Perjanjian Lama mengartikan Paskah sebagai Hari Pembebasan mereka di dalam
perbudakan, dalam Perjanjian Baru juga demikian, Paskah merupakan pembebasan orang-
orang percaya dari "perbudakan" dosa dan maut, semestinya manusia itu mati karena dosa;
namun kemenagan Tuhan Yesus di atas kayau salib telah membebaskan kita dari kematian
itu. Yesus telah menang atas dosa-dosa umat manusia secara universal, artinya setiap orang
yang percvaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Peringatan
Paskah juga merupakan suatu pesta kemenangan besar Yesus Kristus, sekaligus Kemenangan
besar bagi orang-orang percaya. Yesus bukan hanya menang atas kematiaan-Nya saja di
dalam Kubur, tetapi sekaligus menang atas dosa manusia. Inilah salah satu dasar Iman
Kepercayaan orang Kristen yang tidak boleh dilupakan. Makanya ketika Dokter Lukas
mengatakan dalam bagian ini bahwa ";Ia Tidak Ada di sini, Ia Telah Bangkit" (Lukas 24:6),
haruslah diyakini bahwa Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari kubur, di gua itu sudah
kosong, yang ada hanay kain kafan bekas pembalut mayat Tuhan Yesus. Tidak ada sejengkal-
pun alasan yang boleh membatalkan pernyataan ini.

Artikel Terkait
 Menguji Ekspektasi
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Sama-Sama Benar?
 Salib Yesus Kristus
 Iman, Apa Manfaatnya?
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong

Di dalam Teologia Apologetika, Yesus diyakini sebagai Anak Allah, kokoh atau hancurnya
konsep ini sangat tergantung dan erat hubungannya dengan Kebangkitan Yesus Kristus.
Kalau kita perhatikan 1 Korintus 15 :7 di sini rasul Paulus mengatakan “Jika Kristus tidak
dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”
Karena itu, Kebangkitan patutlah dianggap sebuah bukti tentang Pribadi Kristus yang Ilahi,
Kemesiasan-Nya dan Kuasa-Nya menyelamatkan manusia dari dosa. Tanpa Kebangktan, itu
berarti Yesus yang kita sembah adalah Yesus yang tidak bedanya dengan para tokoh-tokoh
agama. Kebangkitan-Nya sekaligus membuktikan Ia Hidup.

"Kemenangan Orang Percaya" demikianlah judul tulisan ini. Tentu ada orang yang bertanya,
apa sih bukti kemenangan itu, bukankah Yeus disalibkan di bukit Golgota? Ada orang
berpendapat bahwa kubur Yesus yang kosong belum tentu merupakan indikasi Yesus
bangkit, barangkali Yesus melarikan diri sebab Dia hanya semaput (pinsan), sekarang sudah
siuman lalau pergi melarikan diri?. Atau, karena kepiawaian Yesus, maka Ia telah
mengelabui orang-orang yang telah menyalibkan Dia, sesungguhnya yang disalibkan itu
orang lain? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul dalam benak orang-orang
yang tidak percaya akan Kebangkitan bukan? Hal ini bisa kita maklumi, sebab kejadian
Kebangkitan Yesus Kristus telah berlalu dua ribu tahun lebih, dan mereka yang tidak senang
akan hal ini pasti punya banyak alasan dan cerita untuk menghancurkan Kebanaran ini.
Jangankan orang-orang modern sekarang ini banyak yang tidak percaya, orang-orang yang
hidup pada jaman Yesus-pun ada yang tidak percaya akan Kebangkitan ini. Salah satunya
justru orang yang paling dekat dengan Yesus yakni murid-Nya yang bernama Tomas.
Demikian kata Tomas, "Sebelum aku sendiri memasukkan jari tangan ke dalam telapak
tangan bekas paku Tuhan Yesus dan memasukkan tanganku ke dalam perut bekas tusukan
tombak, aku tidak percaya Yesus sudah bangkit" (lihat Yohanes 20:25) Sehubungan dengan
Kemenangan orang Percaya ini, saya mencatat tiga hal yang akan kita soroti lebih mendetail.

I. Kemenangan Orang Percaya, buktinya Batu Besar Penutup Kubur Terguling

Di dalam Injil Matius 28 :2 tercatat " Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang
malaikat turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di
atasnya" Sedangkan Markus mencatat, setelah lewat Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu
Yakobus serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki mayat
Yesus. Di tengah perjalanan, mereka bertanya siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi
kita? Mereka sadar, bahwa ada yang kurang dari antara mereka yakni tidak membawa teman-
teman pria. Sebab sesungguhnya batu penutup pintu kubur itu cukup berat untuk di geser.
Namun apa boleh buat, saat ini sudah hampir tiba di Kubur. Satu hal yang sangat
mengagetkan mereka semua adalah, ternyata batu besar dan berat itu sudah terguling dan
kubur dalam keadaan terbuka. Ini berarti ada sesuatu sedang rterjadi di dalam Kubur itu.

Kebangkitan Tuhan Yesus merupakan peristiwa yang penting dan dahsyat. Begitu kuat-Nya
kuasa Kebangkitan itu telah mendorong dan menggeser batu penutup kubur sekaligus
menghancurkan penghalang itu dan membuat terobosan baru. Bagaimana dengan kita semua?
Sesungguhnya apa yang menjadi penghalang kita dalam hidup ini supaya bisa menaruh
kepercayaan seratus persen kepada Tuhan? Apa yang senantiasa menjadi penghalang,
membnuat kita tidak setia kepada Tuhan. Sanggupkah kita menggulingkan batu penghalang
hidup kita ini?

Pernah suatu hari dalam percakapan dengan salah seorang jemaat gereja, saya begitu kaget
sebab saya menemukan ada jemaat yang sudah puluihan tahun berbakti di gereja tetapi dia
belum dibaptis. Danm tatkala kita coba bertanya alasannya, terlalu banyak yang beralasa
bahwa " orang tua kami masih hidup". Kita lihat bahwa jawabannya itu tidak sejalan dengan
pertanyaannya bukan? Namun setelah saya coba selidiki latar belakangnya, ternyata memang
orang tuanya belum percaya, sehingga apabila orang tuanya masih hidup, pastilah mereka
marah sekali kalau anak-anaknya percaya Yesus, sebab apabila mereka sebagai orang tua
meninggal, tidak ada yang menyembayangi. Tetapi kalau dipikirkan kembali, bukankah dia
sebagai anak juga sangat "kejam", rela kalau orang tuanya meninggal tanpa Tuhan Yesus.
Apalagi kalau orang tuanmya mengetahui akan Kebenaran ini, tentu mereka akan "sakit hati"
pada anak-anaknya. Bukankah bagi jemaat tersebut. Orang tunya sebagai "batu besar
penghalang" , yang harus segera digeser. Yang harus segera diubah konsepnya, sehingga
yang tadinya penghalang dengan kekuatan Tuhan telah menjadi pendukung.

II. Kemenangan Orang Percaya, buktinya: Yesus tidak ada di dalam Kubur lagi
Lukas mencatat dalam bacaan tadi, "Pagi-pagi benar mereka, dalam hal ini para wanita itu
yakni Maria Magdalena, Yohana, Maria ibu Yakobus dan Salome dan wanita-wanita lainnya
berangkat menuju ke kubur. Kenyataan yang mereka hadapi adalah, Batu Penutup Kubur itu
telah tergeser dari tempatnya; dan satu hal yang paling penting lagi mayat Yesus sudah tidak
ada di dalam. Bagi murid-murid Yesus yang saat itu penuh ketakutan, barangkali mendapat
sedikit penjelasannya saja, mereka sudah bisa mengerti dan menerima dan percaya peristiwa
Kebangkitan itu. Sebab memang Yesus pernah menceritakan kepada mereka kronologisnya.

Namun fakta yang terjadi di lapangan beda, Tomas yang seringkali disebut Didimus itu masih
ragu akan hal ini. Seorang ahli Teologia dari Amerika John F Walvoord menjelaskan
perdebatan serta keraguan dan kecurigaan ini sebagai berikut :

Ada orang yang mengatakan bahwa murid-murid Yesus itu sesungguhnya telah datang ke
kubur yang salah, sehingga wajar kalau tidak menemukan Yesus di sana. Apakah ini benar,
bagaimana penjelasannya? "Kira-kira tigapuluhan tahun yang lalu, saya masih ingat cerita
dari nenek saya mengenai kuburan orang-tuanya. Beliau mengatakan bahwa, kubur orang-
tuanya hampir tidak ditemukan, karena tanda berupa patokannya hilang. Jadi ada
kemungkinan pergi ke kubur yang salah. Di jaman sekarang ini, kuburan sudah di tata rapi,
bahkan ada alamat dan nama bloknya. Misalnya di Jawa-Timur saja kuburan di Gunung
Gansir atau Sentong Lawang sudah ada namanya, Blok A, Villa Masa Depan Sejahtera" atau
entah nama apa lagi, sehingga orang-orang lebih gampang menemukannya. Namun, apakah
benar murid-murid itu salah? Jawabannya tidak, sebab malaikat-malaikat ada di kubur itu,
tidak mungkin malaikat berada pada kubur yang keliru bukan. Selain itu di sana juga ada para
serdadu, jadi tidak mungkin mereka menjaga kubur orang lain, apa kepentingannya dengan
kubur orang lain, sudah pasti itu kubur Yesus, walaupun pada waktu itu tidak diberi nomor
Blok dan nama Villa.

Sementara itu ada lagi yang mengatakan bahwa para serdadu itu sendirilah yang telah
mengarang cerita untuk meyakinkan orang banyak bahwa mayat Yesus benar-benar telah
dicuri oleh seseorang tatkala mereka sedang tidur. Apabila kasus ini benar-benar terjadi,
maka para serdadu itu pasti akan dihukum mati; sebab mereka yang diberi tanggung-jawab
untuk menjaga tetapi kenyataannya mereka tidur. Sebaliknya menurut catatan Injil Matius,
mereka itu disuap dengan uang untuk menyebarkan cerita bohong itu. Hal ini jelas
merupakan suatu usaha untuk menutupi fakta kebenaran dengan mengandalkan uang.
Tentunya para serdadu itu akan dijamain keselamatannya ats hukuman yang berlaku pada
waktu itu.

Kurangnya bukti untuk mengadakan klaim bagi orang-orang yang berusaha menggugat
kebangkitan-Nya membuat kita menerima catatan tentang Kebangkitan itu. Jikalau
Kebangkitan itu tidak ajaib dan begitu penting sehingga menjadi dasar yang kokoh bagi
seluruh iman Kristen, maka tentulah Kebangkitanm itu tidak pernah dipersoalkan. Sekali lagi
murid-murid Yesus tidak mungkin mencuri mayat Guru-nya; dan kalau musuh-musuh Tuhan
269243g telah mengambil mayat-Nya, tentulah mereka akan mengeluarkannya kembali
tatkala berita tentang Kebangkitan mulai tersebar. Kubur kosong merupakan saksi bisu yang
yang tidak dapat disangkal tentang kenyataan Yesus Bangkit dari kubur-Nya.

Kalau kita semua megerti penjelasan dan pembelaan yang sederhana ini tentang Kebenaran
akan Kebangkitan Yesus, mengapa kita masih belum mau percaya? Yesus bangkit
menciptakan harapan baru bagi para pengikutnya, tadinya suam-suam kukuh sekarang
berkobar lagi. Tadinya sudah hampir putus asa, sekarang tidak lagi.
III. Kemenangan Orang Percaya, buktinya: Yesus Bangkit dan Menampakkan Diri-
Nya

Seperti biasanya, diantara murid-murid Yesus yang paling aktif, agresif dan penuh inisiatif
adalah Simon Petrus. Kadang kala Yesus meras jengkel terhadap tinmgkah lakunya ini. Pada
saat Yesus mau kembali Ke Yerusalem, Petrus yang menarik tangan Yesus; waktu itu Yesus
memarahi dia. Sewaktu perajurit itu menangkap Yesus di Taman Getsemani, Petrus
mengeluarkan pedang dan dipotong sehelai telinga perajurit itu. Nah, tatklala Petrus
mendengar Yesus sudah bangkit (lihat ay. 12), ia langsung bangun dan pergi ke kubur. Kalau
kemarin sewaktu di Taman Getsemani tatkala Yesus berdoa Petrus dan kawan-kawan selalau
tertidur, seakan-akan semangatnya sudah pudar, tetapi pagi ini nampaknya ada perubahan.
Benar, Petrus tidak menemukan mayat Yesus, ia hanya melihat kain Kafan saja. Bagi orang
banyak pada waktu itu, peristiwa Kebangkitan ini merupaka cerita "omong kosong"( ay.11),
tetapi kesaksian para murid ini tentunya akan membuktikan bahwa Kebangkitan Yesus bukan
Omong Kosong.

Ditambah lagi Yesus menampakkan diri buat orang banyak. Ada tujuh belas kali Tuhan
Yesus menampakkan diri sesudah kebangkitannya sampai setelah IA naik ke surga.

Penampakan yang pertama : Ditujukan kepada Maria Magdalena, mereka piker dia Tukang
Kebun (Lihat Yohanes 20:11-17 dan Markus 16:9-11).

Penampakan yang kedua: Ditujukan kepada para wanita lain yang kembali ke kubur ( Matius
28:9-10)

Penampakan yang ke tiga: Yesus memperlihatkan Diri-Nya kepada Petrus pada suatu sore
(Lihat Lukas 24:23 dan 1 Korintus 15:5)

Penampakan yang ke empat: Ditujukan kepada mereka yang berjalan menuju ke Emaus
(Markus 16:12-13, Lukas 24:13-35)

Penampakan yang ke lima: Ditujukan kepada ke sepuluh murid Tuhan Yesus, waktu itu
Tomas tidak ada di tempat, sehingga sebelum Tomas melihat sendiri ia tidak percaya. (Lukas
24:36-43 dan Yohanes 20: 19-23)

Pernampakan ke enam: Kembali ditujukan kepada murid-murid-Nya, dan saat itu Tomas
sudah hadir (Yohanes 20:26-29)

Penampakan ke tujuh: Penampakan ini ditujukan kepada tujuh orang murid di Laut Galilea,
waktu itu terjadilah penangkapan ikan yang penuh mujijat (Lihat Yohanes 21:1-23).

Penampakan ke delapan : Yesus menampakan diri secara umum, kepada lima ratus orang dan
diikuti oleh Paulus (1 korintus 15:6)

Penampakan ke sembilan : Ditujukan kepada Yakobus saudara Yesus sendiri (1 korintus


15:7). Ada orang mengatakan bahwa Yakobus itu tidak percaya sebelum Kebangkitan Tuhan
Yesus (Yohanes 7:3-5), tetapi setelah Yesus Bangkit, ia terhitung sebagai orang percaya.
Penampakan ke sepuluh : Kembali Yesus memperlihatkan Diri-Nya kepada ke sebelas murid-
murid-Nya di bukit Galilea, ada perintah yang Agung yang sering disebut Amanat Agung
untuk memberitakan Injil disampaikan kepada murid-murid pada saat ini (Matius 28:16-28)

Penampakan ke sebelas: Tatkala Yesus naik ke surga. Dari Bukit Zaitun IA Menampakkan
Diri-Nya (Lukas 24:44-53 dan Kisah Para Rasul 1:3-9). Penampakan ini adalah penampakan
yang terakhir sebelum Yesus naik ke Surga.

Penampakan ke dua belas: Yesus menampakkan Diri-Nya kepada Stefanus yang mati Martir
(lihat Kisah Para Rasul 7:55-56). Selanmjutnya penampakan yang berbeda sifatnya untuk
menguatkan fakta Kebangkitan Yesus.

Penampakan ke tiga belas: Penampakan ini ditujukan kepada rasul Paulus, waktu itu masih
bernama Saulus. Di perjalanan ke Damsyik, sesungguhnya Saulus mempunyai rencana jahat
terhadap orang-orang percaya, namun Yesus memperlihatkan Diri-Nya kepada Saulus, ia
tersungkur dan bertobat/ (Kisah Para Rasul 9:3-6;22:6-11;26:13-18).

Penampakan ke empat belas: Sekali lagi penampakan itu ditujukan kembali kepada rasul
Paulus ketika di Arabia (Kisah Para Rasul 20"24; 26:17).

Penampakan ke lima belas: Ditujukan lagi kepada Paulus tatkala di Bait Allah, Paulus
diingatkan oleh Yesus bahwa penganiayaan terhadap orang-orang percaya sudah segera tiba
(Kisah Para Rasul 22"17-21).

Penampakan ke enam belas: Kepada Rasul Paulus, waktu itu ia berada di dalam penjara di
Kaisaria, dikatakan bahwa Tuhan datang berdiri disisinya dan memberitahu Paulus bahwa ia
harus menyaksikan Injil di kota Roma ( Kisah Para Rasul 23:11)

Penampakan ke tujuh belas: Waktu itu ditujukan kepada rasul Yohanes, waktu itu ia berada
di pulau Patmos ( Wahyu 1:12-20).

Inilah fakta, bahwa "Kubur Yesus Yang Kosong, Bukan Omong Kosong". Berdasarkan
Kebenaran inilah, maka kita juga berani mempertarukan seluruih hidup kita kepada Tuhan.
Sebagai orang percaya kita menyembah kepada Allah yang hidup, bukan yang mati tetap di
Kubur. Masih ragukah anda akan kebenaran ini? Mari, tambahkan dam bangkitkan kembali
semangat yang sudah letih dan lelah, kobarkan semangat Kebangkitan ini.

Apa yang bisa kita pelajari? Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Ia hidup, dan kita
sebagai Umat-Nya bersandar sepenuhnya kepada-Nya yang Hidup pasti tidak sia-sia. Ini
bukan "Omong Kosong", Yesus yang telah mati di kayu salib demi kita, maka kita harus
hidup bagi Dia yang sudah bangkit. Ini komitmen penting dalam seluruih aspek hidup kita,
dan ingat komitmen kita seharusnya bukan komitmen yang omong kosong. Banyak orang
yang senantiasa hidup dengan Komitmen yang omong kosong, padahal ngakunya itu
merupakan prinsip hidupnya. Prinsip hidup yang omong kosong adalah Hari ini kita katakan
"tidak" tetapi keesokan harinya terlalu gampang berubah menjadi "ya". Komitmen yang
bukan omong Kosong yakni, hari ini kita katakan "ya" besok dan selama-lamanya tetap
katakan "ya". Kiranya Tuhan memberikan pertolongan kepada kita untuk senantiasa hidup
dalam Komitmen yang benar, baik dalam pelayanan, bertutur kata, memegang prinsip dan
sebagainya. Bukan Omong Kosong, Semoga!
Paskah A to Z
Sumber: Buletin GKI Kayu Putih Jakarta

Bangkitnya Yesus dari kematian merupakan makna dari Perayaan Paskah Umat Kristiani.
Makna ini sebenarnya sejajar dengan Paskah Yahudi, Hari Raya Paskah merupakan
peringatan peristiwa sejarah yaitu pembebasan orang Israel dari perbudakan di Mesir
(Keluaran 12:1-28). Paskah mempunyai ciri dirayakan terus-menerus (Misynah Pesakhim).
Perayaan Paskah mengingatkan orang Israel akan penyerahan anak sulung kepada Tuhan,
juga akan korban anak domba serta pelaburan kedua tiang pintu dan ambang pintu atas
dengan darah domba sehingga Allah melewatkan keluarga orang Israel dalam rumah itu dari
tulah. Paskah; dari kata Ibrani pesakh yang artinya lewat. Jadi, Paskah sama-sama dimaknai
sebagai perayaan pembangkitan dari kematian.

a. Ayam berkokok tiga kali. Peristiwa tersebut segera mengingatkan Petrus akan ucapan
Yesus beberapa saat sebelum Dia ditangkap (lih Mat. 26:34,75). Ayam berkokok itu
sendiri sebenarnya mau menunjuk pada waktu terjadinya situasi itu, yakni hari Jumat
subuh. Sebelumnya dalam Perjamuan Makan Terakhir, Petrus dengan lantang me
ngatakan bahwa tidak sekalipun dia akan menyangkal Yesus. Peristiwa ini sebenar
nya mau mengajak umat beriman untuk bercermin perihal keadaan spiritualnya.
Apakah keputusannya mengikut Yesus sudah dilandasi oleh motivasi yang benar,
bukan karena dorongan emosional sesaat.

b. Barabas, yang bernama depan Yesus, adalah seorang penjahat terkenal pada zaman
Tuhan Yesus. Ia dipenjarakan karena telah meresahkan pemerintahan Romawi. Lazim
pada zaman itu pemerintah Romawi membebaskan seorang tawanan pada hari raya
Paskah. Barangkali sama seperti di Indonesia. Ketika peringatan 17 Agustus, maka
ada tawanan yang mendapatkan remisi, grasi, bahkan amnesti. Pontius Pilatus
kemudian menawarkan pilihan kepada orang banyak siapa yang akan dipilih untuk
dibebaskan: Yesus Barabas atau Yesus yang disebut Kristus. Keempat Injil mencatat
bahwa orang banyak yang menyaksikan peristiwa itu serentak berteriak untuk mem
bebaskan Barabas.

Peristiwa ini sebenarnya hendak menunjuk pada penolakan terhadap Yesus sekaligus
penerimaan terhadap orang berdosa. Hal ini mirip dengan kehidupan manusia saat ini.
Ada banyak orang yang menolak untuk percaya kepada Yesus, namun justru me
nunjukkan penerimaannya terhadap dosa.

Bangkitnya Yesus dari kematian merupakan makna dari Paskah Kristen. Makna ini
sebenarnya sejajar dengan Paskah Yahudi, yang bermakna lewatnya bangsa Israel dari
suatu proses kematian di Mesir (Keluaran 12:1-28) (Paskah – dari kata Ibrani pesakh
yang artinya lewat). Jadi, Paskah sama-sama dimaknai sebagai perayaan
pembangkitan dari kematian.
c. Crucifixion atau penyaliban merupakan bentuk hukuman terberat yang berlaku pada
zaman Tuhan Yesus, di samping bentuk-bentuk hukuman lainnya yang lazim pada
waktu itu, seperti: cambuk, penjara dsb. Hukuman salib dijatuhkan pemerintah
Romawi kepada penjahat-penjahat besar yang telah mengganggu stabilitas wilayah
kekuasaan Roma.

Ketika Yesus dijatuhkan hukuman salib oleh Pontius Pilatus, hal itu bukan disebab
kan oleh karena Yesus adalah seorang penjahat besar yang ditangkap. Penyaliban itu
lebih didasarkan pada permintaan orang banyak yang turut mengadili Yesus (bnd.
Mrk. 15:13-15). Di mata orang banyak saat itu, Yesus dipandang telah melakukan
kejahatan besar yang setara dengan kejahatan para penjahat yang dihukum salib.
Memang menurut para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sering kali berhadap-
hadapan dengan Yesus, Yesus telah melakukan pelanggaran terhadap aturan agama
Yahudi, misalnya: menghujat Allah dan karenanya layak untuk dijatuhi hukuman mati
(lih. Mrk. 14:64).

d. Dosa pada hakikatnya adalah ketidaktaatan dan pemberontakan manusia terhadap


Allah yang sudah merancang sesuatu bagi kita, sudah mengarahkan kita pada sasaran
yang tepat (bnd. 1 Yoh. 3:4). Oleh karena itu, dosa yang manusia lakukan sudah
sepantasnya mendapatkan upahnya, yaitu maut (Rm. 6:23). Secara jujur kita harus
mengatakan bahwa setiap orang yang berdosa harus menanggung hukuman atas dosa
yang ia lakukan. Namun persoalannya adalah apakah ada cara yang paling tepat dan
adil untuk menebus dosa manusia?

Orang Israel dulu mempersembahkan korban untuk menebus dosanya. Ini bukanlah
sebuah cara yang adil sebenarnya. Manusia yang berdosa, namun hewan yang
dikorbankan. Namun, hal itu nyatanya dipakai sebagai sebuah cara sekaligus simbol
dari upaya manusia melakukan penebusan dosa. Pada akhirnya, manusia sendirilah
yang seharusnya menebus hukuman atas dosa. Dan penebusan yang paling sahih
hanyalah dapat dilakukan oleh manusia yang tidak berdosa.

Persoalannya adalah apakah ada manusia yang tidak berdosa? Ada! Dialah Yesus!
Oleh karena itu, Ia-lah satu-satunya manusia yang mampu menebus dosa umat
manusia. Dosa manusia ditebus oleh manusia juga. Di sinilah kita dapat melihat
terjadinya keadilan; suatu keadilan yang diprakarsai Allah dan ditawarkan kepada
manusia dalam peristiwa Paskah.

e. Eli, Eli, lama sabakhtani (bahasa Aram), artinya “Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan aku?” Ini merupakan salah satu ucapan Yesus di kayu salib. Ucapan ini
dapat dimengerti dalam terang ajaran Perjanjian Baru mengenai pendamaian. Di sini
kita dapat melihat bagaimana Yesus menyamakan diri-Nya dengan manusia berdosa
(bnd. Flp. 2:8). Dalam posisi yang demikian, maka ada suatu keterpisahan antara
Allah dan manusia karena dosa. Dosa tidak lain adalah meninggalkan Allah. Oleh
karena itu, akibat dosa yang paling hebat adalah ditinggalkan oleh Allah. Dan ketika
Ia berteriak demikian, itu adalah karena kita!

Jadi, ucapan tersebut bukanlah ekspresi perasaan kemanusiaan Yesus yang tengah
menderita disalib, karena tokh Ia sudah pernah mengalami semua bentuk penderitaan
dan kepedihan manusiawi yang paling berat dan itu tidak membuat-Nya mengaduh.
Ucapan tersebut bukan pula ekspresi kekecewaan Yesus yang mengharap Allah akan
menghadirkan dunia baru, karena bukan itu tujuan-Nya datang ke dunia. Bukan pula
sekadar mengulangi Mzm 22:2 sebagai suatu latihan kesalehan. Teriakan itu diucap
kan seolah suatu pertanda; pertanda akan bahaya dosa dan akibatnya, yakni diting
galkan Allah.

f. Farisi adalah salah satu aliran dalam agama Yahudi yang terlihat sangat sering
berurusan dengan Yesus. Pada umumnya mereka berasal dari kalangan menengah,
yakni para tukang dan kaum pedagang (contoh: Paulus adalah pembuat tenda).
Mereka adalah orang-orang yang setia kepada Taurat Musa dan kepada setiap pan
dangan dan tafsiran para rabi. Namun sayang tafsiran yang mereka lakukan adalah
penafsiran yang harfiah, sehingga “melahirkan” aturan-aturan praktis yang kaku
dalam hidup sehari-hari bangsa Israel.

Sikap yang demikian ini didasarkan pada prapaham bahwa peristiwa pembuangan ke
Babel diakibatkan oleh kegagalan bangsa Israel dalam taat kepada Allah. Oleh karena
itu, agar mereka tidak mengalami peristiwa buruk yang serupa itu, mereka berusaha
untuk sungguh-sungguh menerapkan ketaatan kepada Allah melalui pelaksanaan
Taurat. Hanya saja sayang ketaatan yang mereka miliki adalah ketaatan yang mem
buta. Mereka lebih taat kepada Hukum Taurat, tafsirannya, dan adat-istiadat Yahudi
ketimbang taat pada kehendak Allah (bnd. Mat. 15:3-6). Sehingga muncullah legal
isme dalam cara beragama mereka.

g. Getsemani (bahasa Aramnya adalah gat semen = perasan minyak) adalah nama
sebuah bukit, tempat di mana Yesus berdoa dalam suatu pergumulan yang berat.
Letaknya di timur Yerusalem, seberang lembah Kidron dekat Bukit Zaitun (Mat.
26:30). Getsemani adalah tempat yang disenangi Yesus dan murid-murid-Nya sebagai
peristirahatan, dan kemudian menjadi panggung kesengsaraan, pengkhianatan Yudas,
dan penangkapan Yesus (Mrk. 14:35-52).

Sikap Kristus di Getsemani (Luk. 22:41) memelopori kebiasaan orang Kristen untuk
berlutut bila berdoa, mengingat orang Yahudi biasanya berdoa dengan berdiri dan
menengadahkan kedua tangannya ke atas.
Golgota (bahasa Aramnya adalah gulgolta = tengkorak) adalah nama sebuah bukit,
tempat di mana Yesus disalibkan bersama dua penjahat besar lainnya (lih. Mat. 27:33;
Luk. 23:33). Letaknya di luar Yerusalem, tidak jauh dari pintu gerbang kota dan dari
jalan besar. Di dekatnya ada satu taman dengan satu kuburan.

Tentang nama Golgota, ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi: di tempat itu terdapat
banyak tengkorak, tempat itu adalah tempat pelaksanaan hukuman mati, atau tempat
itu sedikit banyak menyerupai tengkorak. Saat ini, belum diperoleh kepastian tentang
tempat yang pasti dari Golgota.

h. Haus yang dialami oleh Yesus mau menunjukkan sisi kemanusiaan-Nya. Di sinilah
kita dapat melihat bagaimana Yesus mengalami penderitaan seorang manusia. Selain
itu, sebuah peristiwa penyaliban pada dasarnya merupakan suatu tindakan
membiarkan seseorang mati perlahan-lahan karena kehausan.

i. Imam Besar adalah pemimpin dari suatu ibadah penebusan dosa yang dilakukan oleh
orang Yahudi (bnd. Im. 16:1-34). Imam Besar itulah yang menyembelih hewan
kurban dan mempersembahkannya di atas mezbah. Pertama-tama, ia
mempersembahkan kurban untuk penebusan dirin292(Im. 16:6; Ibr. 9:7). Baru setelah
itu ia mempersem bahkan korban penghabus dosa untuk orang-orang Yahudi. Dialah
yang menjadi pengantara Allah dan manusia. Melalui ritual itulah, Imam Besar dan
orang-orang Yahudi mendapatkan pengampunan dosa.

Dalam Surat Ibrani, Yesus Kristus disebut sebagai Imam Besar (Ibr. 9:11). Namun
berbeda dengan Imam Besar yang memimpin ibadah penebusan dosa, Yesus Kristus
sendiri yang menjadi kurban penebusan dosa. Ia masuk ke dalam tempat yang kudus
sambil membawa darah-Nya sendiri. Jika darah lembu dan domba jantan serta
percikan abu lembu muda dapat menguduskan mereka yang najis, maka terlebih lagi
darah Yesus Kristus. Ia menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia (lih.
Ibr. 9:12-14)

j. Jumat Agung diperingati oleh orang-orang Kristen sebagai hari kematian Yesus
Kristus. Hari Jumat sebenarnya adalah hari yang biasa, sama seperti hari-hari lainnya.
Namun pada hari Jumat yang satu ini, menjadi agung karena adanya peristiwa
kematian Yesus Kristus. Dan hal yang perlu kita sadari dan waspadai adalah bahwa
yang perlu diagungkan bukanlah harinya, melainkan si Pembuat Peristiwa di hari itu,
yakni Yesus Kristus sendiri.

k. Kelinci, di berbagai negara dijadikan sebuah simbol dalam perayaan Paskah.


Barangkali kita bertanya, mengapa kelinci? Kelinci itu sendiri menyimbolkan
kesuburan dan kehidupan baru. Kelinci dikenal sebagai binatang yang memiliki
banyak anak. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka kelinci kemudian dijadikan
lambang kehidupan yang berlimpah di dalam Kristus.

l. Lewatnya bangsa Israel dari peristiwa perbudakan di Mesir adalah makna dari pera
yaan Paskah (pesakh = melewati) dalam Perjanjian Lama. Dalam Kel. 12:1-28, kita
dapat membaca bagaimana Allah menetapkan Paskah bagi Israel. Ketika itu, Allah
hendak bertindak untuk yang terakhir kalinya dalam upaya membebaskan Israel dari
Mesir. Untuk keperluan itu, bangsa Israel diminta untuk bersiap diri, yakni dengan
menyelenggarakan perjamuan Paskah. Perjamuan Paskah ini dilaksanakan pada
tanggal 14 bulan Nisan, yakni bulan pertama dalam penanggalan Yahudi, dan ditetap
kan untuk dilaksanakan secara turun-temurun. Perayaan Paskah itu sendiri menandai
awal keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Oleh sebab itu, Paskah dirayakan oleh orang
Yahudi sebagai perayaan pembebasan bangsa Israel dari Mesir.

m. Menetapkan tanggal Paskah. Kalender yang kita miliki, memiliki tanggal Paskah yang
berbeda-beda dari tahun ke tahun. Malah, bulannya pun berbeda-beda, kadang Paskah
jatuh di bulan Maret, kadang di bulan April. Memang, Paskah tidak mempu nyai
tanggal yang tetap seperti Natal. Bagi orang Kristen saat ini, tanggal dan bulan Paskah
yang berbeda-beda itu cukup membingungkan. Namun tidak demikian dengan gereja
mula-mula.

Sebagaimana telah disinggung di atas, bagi gereja mula-mula, setiap hari Minggu
adalah hari Paskah, karena pada hari Minggulah Yesus bangkit dari kematian. Baru
pada abad ke-2 ZB, mulai ada jemaat-jemaat Kristen yang mengkhususkan hari
Minggu tertentu untuk dirayakan sebagai hari Paskah setahun sekali. Namun, hal ini
pun menimbulkan kebingungan. Hari Minggu yang mana yang dipilih sebagai hari
Paskah? Terhadap hal ini, ada perbedaan yang muncul. Jemaat Kristen asal Yahudi
berpendapat bahwa hari Paskah sebaiknya ditetapkan sama seperti Paskah Yahudi,
yaitu hari ke-14 bulan Nissan, yakni bulan dalam penanggalan Yahudi. Artinya,
Paskah itu bisa jatuh pada hari apa saja. Sementara itu, jemaat Kristen yang berasal
dari bangsa-bangsa lain berpendapat bahwa Paskah sebaiknya dirayakan pada hari
Minggu.

Untuk menjembatani perbedaan pendapat itu, pada tahun 325 ZB, dalam sebuah
konsili (= persidangan gerejawi) di Nicea, ditetapkan sebuah patokan bersama untuk
menetapkan hari Paskah. Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah bulan
purnama yang jatuh pada atau sesudah tanggal 21 Maret, yaitu tanggal permulaan
musim semi. Apabila bulan purnama itu jatuh pada hari Minggu, maka Paska diraya
kan pada hari Minggu berikutnya.

Keputusan itu dipegang terus oleh semua Gereja di seluruh dunia hingga kini. Dengan
patokan itu, setiap tahun Paskah jatuh antara tanggal 22 Maret dan 25 April. Bulan
purnama itu sendiri sudah bisa dihitung jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga tanggal
Paskah sudah dapat dihitung sekian tahun di muka.

n. Nazaret. Yesus dari Nazaret (Jesus of Nazareth) adalah sebutan untuk Yesus (Matius
2:23;Markus 1:24; Lukas 2:39). Kata itu dalam bahasa aslinya (Yunani) disebut
´Nazareenos´ yang digunakan oleh Markus, sedangkan Matius, Lukas dan Yohanes
menggunakan nama ´Nazooraios´ dengan maksud yang sama. Kata itu juga dipakai
untuk menunjuk pada ´Yesus dari Nazaret´ (ho apo Nazareth – Matius 21: 11; Maret
1:9; Yohanes 1:45; Kisah 10:38).

o. Obrolan dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Saat itu, dua murid, yang satu
bernama Kleopas, mengalami kebingungan terhadap hal-hal yang terjadi dalam hari-
hari terakhir yang mereka jalani. Yesus, Sang Guru telah mati meninggalkan mereka.
Namun, mereka mendengar kabar bahwa kubur Yesus telah kosong.

Lalu, ketika mereka berdua berpapasan dengan Yesus, dikatakan “Tetapi ada sesuatu
yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia” (Luk.
24:16). Salah satu faktor utama dalam diri manusia yang dapat menghalangi orang
melihat dengan jelas adalah penderitaan, kesedihan dan kedukaan. Hati yang gelap
tidak memungkinkan seseorang melihat karya Allah.

Dua orang murid tersebut mengalami sikap mental yang benar-benar pesimis, sehing
ga penderitaan dipandang sebagai suatu bencana. Bagi mereka, tidak ada lagi
pengharapan. Semuanya sudah tamat. Yesus yang mereka kenal adalah Yesus yang
mati, Yesus yang tergantung di kayu salib (lih. Luk. 24:21). Itulah yang membuat
mereka putus asa.

Bagi orang Kristen, memang iman kita adalah kepada Yesus yang tersalib, tetapi juga
Yesus yang bangkit, Yesus yang menang. Itulah sebabnya lambang salib yang
digunakan orang Protestan adalah salib yang kosong! Karena memang Yesus sudah
tidak ada lagi di sana. Salib itu menjadi pengharapan kita! Jadi, penderitaan yang kita
alami tidak seharusnya membuat kita putus asa apalagi kehilangan pengharapan,
karena kita beriman kepada Yesus yang bangkit, yang memberi pengharapan dan
kekuatan kepada kita!

p. Pontius Pilatus adalah salah satu dari tiga nama manusia yang pasti disebut oleh orang
Kristen pada setiap hari Minggu. Nama manusia yang pertama adalah Yesus. Kita
menyebutnya saat mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli. Lalu, mengapa nama
Pontius Pilatus sampai harus disebut dalam Pengakuan Iman Rasuli? Apa pentingnya
nama itu?
Sebagaimana kita ketahui, Pontius Pilatus adalah seorang gubernur Romawi yang
memerintah di propinsi Yudea. Pada zaman Tuhan Yesus setiap hukuman mati harus
mendapat persetujuan dari pejabat pemerintah Roma yang ada di daerah tersebut.
Oleh sebab itu, para pemimpin agama Yahudi membawa Yesus ke hadapan Pilatus, di
kediamannya.

Bagi Pilatus sendiri, tidak ada keraguan sedikit pun tentang ketidakbersalahan Yesus
(Mat. 27:23). Ia tidak dapat mengerti mengapa orang-orang Yahudi begitu mengingin
kan kematian Yesus, namun tekanan politik dari orang-orang Yahudi membuat ia
mengizinkan penyaliban atas diri Yesus. Pilatus takut kalau-kalau orang-orang
Yahudi itu akan melaporkan kepada pemerintah Roma bahwa Pilatus tidak mau
menghukum mati seorang pemberontak yang membahayakan kedaulatan Roma.
Pilatus akhirnya memilih tindakan melawan apa yang semula ia pandang sebagai
kebenaran. Dalam keputusasaan ia kemudian memilih untuk melakukan hal yang
salah.

Dari pemaparan tersebut, nama Pontius Pilatus sebenarnya menjadi simbol dan
peringatan bagi manusia untuk sadar akan bahaya berkompromi dengan ketidak
benaran. Nama Pontius Pilatus hendak mengingatkan kita agar sungguh-sungguh mau
berpihak kepada kebenaran dan menolak berkompromi dengan kejahatan.

q. Quod scripsi scripsi (bahasa Latin), artinya “Apa yang sudah kutulis, tetap tertulis”
(Yoh. 19:22). Kalimat ini dikatakan oleh Pontius Pilatus, ketika ia bersikeras untuk
tetap memasang tulisan Iesus Nazarenus Rex Iudeorum (= INRI), artinya Yesus dari
Nazaret Raja orang Yahudi, di atas kayu salib. Biasanya, di atas salib, ditaruh
keterangan tentang alasan seseorang disalib. Nah, ketika di atas salib Yesus ditaruh
keterangan INRI, maka dengan spontan imam-imam kepala orang Yahudi memprotes
nya (Yoh. 19:21). Terhadap protes tersebut, Pilatus tetap bersikeras dengan apa yang
sudah diperintahkannya untuk ditulis.

Quo vadis Domine (bahasa Latin), artinya, “Tuan, ke manakah tuan hendak pergi?”
Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat terkenal dari Petrus. Konon, ketika Petrus
telah ditetapkan untuk dihukum mati oleh Kaisar Nero di Roma, ia melarikan diri ke
luar kota Roma. Di luar pintu gerbang kota, Petrus bertemu dengan seorang laki-laki
yang hendak memasuki kota. Maka terjadilah percakapan antara Petrus dengan laki-
laki itu:

Petrus : Tuan, ke manakah tuan hendak pergi? (Bhs. Latin :“Quo Vadis Domine”)
Lelaki : Aku hendak pergi ke Roma unt312293alibkan (kemudian Petrus mengenal
bahwa lelaki itu adalah Tuhan Yesus sendiri).
Petrus : Tuhan, bukankah Engkau hanya sekali saja disalibkan?
Lelaki : Aku melihat engkau melarikan diri dari kematian dan
Aku hendak menggantikanmu.
Petrus : Tuhan, aku pergi. Aku akan memenuhi perintah-Mu.
Lelaki : Jangan takut, karena Aku menyertaimu.

Kemudian Petrus kembali ke dalam kota dan dengan sukacita menjalani hukuman
matinya. Ketika hendak disalibkan, ia meminta untuk disalibkan dengan kaki ke atas
dan kepala ke bawah. Petrus mengatakan bahwa ia tidak layak disalibkan seperti
Tuhannya.

r. Romawi adalah nama sebuah kekaisaran yang tengah menguasai hampir seluruh dunia
pada zaman Tuhan Yesus. Kata “dunia” di sini sebenarnya hendak mengacu pada
daerah-daerah yang sudah dikenal pada waktu itu, yaitu menunjuk pada daerah-daerah
yang tertera dalam peta Alkitab mengenai perjalanan pekabaran Injil Paulus (daerah
Afrika bagian utara, Asia Barat Daya / Timur Tengah lalu sampai ke Eropa).

Bangsa Romawi memiliki agama dan sistem peribadahannya tersendiri. Dapat dikata
kan bahwa orang-orang Romawi menyembah dewa/i dan bahkan menyembah kaisar.
Oleh karena itu, ketika kekristenan muncul pada abad-abad pertama, keberadaannya
sangat mengguncang kekaisaran Romawi.

Banyak para pengikut Yesus yang menjadi martir karena mempertahankan imannya
kepada Yesus. Bahkan menurut catatan sejarah, hampir seluruh murid Tuhan Yesus
menjadi martir karena mempertahankan imannya kepada Yesus (lih. F.D. Wellem,
Hidupku Bagi Kristus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003). Bahkan ada ratusan
bahkan ribuan lainnya yang menjadi martir karena mempertahankan imannya di
hadapan penguasa-penguasa Romawi.

s. Sengsara Kristus diperingati dalam minggu pra-paskah yang terakhir bersamaan


dengan minggu palma. Saat itu kita diingatkan pada peristiwa Yesus memasuki kota
Yerusalem dan Ia dielu-elukan oleh orang banyak. Sebenarnya, saat itu Yesus sedang
menghadapi kesengsaraan-Nya yang sudah semakin mendekat, bukan menghadapi
penyambutan seorang raja yang menang perang. Keledai yang ditunggangi Yesus mau
menunjukkan bahwa Ia datang bukan untuk mengangkat pedang, melainkan untuk
membawa damai sejahtera bagi kehidupan umat manusia.

t. Telur (dan kelinci) merupakan simbol dari perayaan Paskah di berbagai gereja.
Mengapa telur dijadikan suatu simbol dalam perayaan Paskah? Rupa-rupanya, hal ini
berkaitan erat dengan kebiasaan di Timur Tengah kuno. Orang Mesir dan Persia kuno
punya suatu kebiasaan menghias telur yang kemudian menukarkannya dengan
temannya. Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh orang Kristen di Mesopotamia (daerah
Irak-Iran sekarang), yaitu dengan memberikan telur-telur kepada orang lain pada
perayaan Paska untuk mengingatkan kebangkitan Yesus.
Bangsa Mesir menguburkan telur di makam mereka. Bangsa Yunani menempatkan
telur di atas makam. Sementara itu bangsa Romawi punya pepatah, “Semua
kehidupan berasal dari telur.” Dalam sebagian besar kebudayaan dan masyarakat,
telur merupakan perlambang kelahiran dan kebangkitan. Itulah sebabnya ketika gereja
mulai merayakan kebangkitan Yesus pada abad ke-2, telur menjadi simbol yang
populer. Pada masa itu, orang-orang kaya menghias telur dengan daun dari emas,
sementara orang yang kurang mampu merebus telur dengan bunga atau daun tertentu
sehingga kulit telurnya menjadi berwarna.

u. Uang sejumlah 30 keping perak diberikan oleh imam-imam kepala agar Yudas mau
menyerahkan Yesus kepada mereka (Mat. 26:14-15). Jumlah uang tersebut sebenar
nya setara dengan harga seorang budak (Kel. 21:32). Sebenarnya, para pemimpin
agama Yahudi telah berencana untuk menangkap Yesus setelah Paskah selesai (Mat.
26:4-5), namun dengan munculnya tawaran yang tidak terduga dari Yudas, membuat
rencana mereka dipercepat.

Uang sejumlah 30 keping perak juga setara dengan nilai mata uang Romawi sebesar 3
denarius, yang bila dikurskan ke dalam rupiah saat ini bernilai sejumlah Rp. 4.392,00,
suatu harga yang sangat murah bagi seorang manusia. Namun di sini kita dapat
melihat adanya suatu kontras. Harga yang sangat murah tersebut dipakai Allah untuk
membayar lunas segala dosa dan pelanggaran manusia, justru dengan harga yang
sangat mahal, yaitu kematian Yesus Kristus (bnd. 1 Kor. 6:20; 7:23).

v. Vigilate et orate (= berjagalah dan berdoalah; Mat. 26:41), merupakan perkataan


Tuhan Yesus kepada 3 murid yang menemani-Nya berdoa di Taman Getsemani.
Perintah Tuhan Yesus tersebut sebenarnya merupakan sebuah peringatan kepada para
murid bahwa Yesus akan menghadapi suatu jalan penderitaan yang sangat berat.
Namun, peringatan tersebut tidak mampu mengalahkan rasa kantuk yang menghing
gapi diri para murid.

Bagi kita saat ini, perintah vigilate et orate sebenarnya merupakan sesuatu yang masih
tetap relevan untuk dilakukan. Perintah ini mengajak kita untuk memiliki suatu
kesadaran diri terhadap segala kemungkinan godaan, memiliki kepekaan terhadap
seluk-beluk godaan, dan memiliki suatu persiapan spiritual yang ditempuh melalui
doa.

w. Wanitalah yang pertama kali menjadi saksi kebangkitan Yesus dan kemudian mem
beritakan kebangkitan-Nya kepada para murid (baca Luk. 24:1-12). Wanita sendiri
memiliki peran yang istimewa dalam kehidupan Tuhan Yesus. Hal itu dapat terjadi
sebagai bukti bahwa pelayanan yang Yesus lakukan tidaklah diskriminatif. Ia
melayani baik yang miskin maupun yang kaya (mis: Zakeus). Ia melayani baik pria
maupun wanita.

Dari catatan Alkitab, kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus memiliki sahabat dua
wanita bersaudara, yakni Maria dan Marta (Yoh. 11:5). Bahkan wanitalah yang
dikisahkan memberi penghargaan yang luar biasa kepada Yesus, melebihi para murid-
Nya, yakni ketika seorang wanita meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang sangat
mahal harganya (Mat. 26:7). Wanita jugalah yang menunjukkan kesetiaannya
mengikut Yesus sampai di kayu salib dan turut bersedih ketika Yesus mati (lih. Mrk.
15:40-41), sementara para murid Yesus sudah kocar-kacir menyelamatkan diri (Mrk.
14:50). Dan para wanitalah yang pertama kali bermaksud mengunjungi kubur Yesus,
sebelum kepada mereka dinyatakan mengenai kebangkitan-Nya.

Perilaku para wanita yang dicatat dalam Alkitab itu telah menjadi teladan perilaku
seorang murid Yesus yang memiliki kesungguhan dan ketulusan dalam mengikut
Yesus.

x. Simbol “X”, pada abad mula-mula merupakan simbol untuk menunjuk kepada
Kristus. Iman kepada Yesus Kristus di tengah-tengah masyarakat mayoritas yang
menyembah berhala bukanlah suatu perkara mudah. Ada ancaman hukuman berat
bagi mereka yang dengan terang-terangan menjalankan ibadah yang berbeda dengan
agama dan sistem peribadahan Roma.

Oleh karena itu, ada banyak simbol yang digunakan oleh orang-orang Kristen pada
abad-abad pertama untuk mengekspresikan imannya.

Ada tanda ikan yang di atasnya tertulis ichtus, merupakan akronim dari bahasa
Yunani: Iesus Christos uhios Theos Soter, yang artinya Yesus Kristus Anak Allah
Juruselamat. Ada juga simbol “X” yang menunjuk kepada Kristus yang merupakan
salah satu huruf dalam bahasa Yunani, yaitu singkatan dari kata xplotovc, (baca:
Kristous). Simbol “X” ini sendiri mirip dengan tanda salib yang dimiringkan, yang
juga menunjuk kepada Yesus Kristus.

y. Yudas Iskariot tercatat dalam keempat Injil sebagai murid Yesus yang mengkhianati-
Nya. Banyak orang yang bertanya mengapa Yudas Iskariot sampai mengkhianati
Gurunya. Sebenarnya, Yudas Iskariot itu bukanlah orang yang biasa. Ia bukanlah
nelayan seperti Petrus dan beberapa murid lainnya. Iskariot adalah nama sebuah
kelompok nasionalis orang yahudi yang paling fanatik, yang bermusuhan dengan
pemerintah Romawi. Kata “iskariot” itu berasal dari kata sikarios (Lat), yang artinya
pisau belati. Jadi, dapat dikatakan bahwa Yudas Iskariot tadinya adalah bagian dari
orang-orang yang mengangkat pedang terhadap penguasa Romawi.
Dari latar belakang yang demikian, sebenarnya kita dapat mengetahui pandangan
ideologi yang dianutnya, yakni bahwa ia memiliki pengharapan mesianis politik.
Yudas berharap agar Yesus dapat menjadi mesias secara politik yang mengangkat
pedang terhadap pemerintah Romawi

z. Zebedeus bersaudara: Yakobus dan Yohanes, beserta Petrus adalah dua orang murid
Yesus yang menemani Yesus berdoa di Taman Getsemani (Mat. 26:36-46). Kelelahan
dan rasa kantuk yang dialami oleh ketiga murid ternyata tidak mampu membuat
mereka tetap menemani dan juga menguatkan Yesus, Sang Guru yang tengah
bergumul dalam persiapan menghadapi jalan penderitaan.

Perilaku para murid yang demikian sebenarnya bisa menjadi cermin bagi kita. Allah
melalui Yesus Kristus telah terlebih dahulu menunjukkan kasih dan kesetiaan-Nya
kepada kita, bagaimana dengan kita?

Kebangkitan Yesus: Refleksi Historis-


Teologis
Pertanyaan tentang kebangkitan Yesus pada Paskah subuh sudah lama menjadi persoalan
sejarah dan teologis. Banyak pakar yang meragukan historisitas dari laporan kebangkitan
Yesus seperti yang ditemukan dalam Perjanjian Baru. Namun di sisi lain perlu dicatat
keraguan akan hal ini bukanlah hal yang baru. Sejak abad pertama, pertanyaan dan sikap
skeptik yang meragukan kebangkitan Yesus sudah sering dan berulang-ulang ditemukan.

Artikel Terkait
 Sejarah Bait Suci dalam Alkitab
 Doktrin Sola Scriptura
 Perjanjian Baru
 Kanon Perjanjian Baru (PB)
 Alkitab yang Di-inspirasikan (The Inspiration of the Bible)
 Minggu Advent: Menanti dan Introspeksi
 Signifikansi Kebangkitan Kristus

Ketika Paulus berkotbah di Athena tentang kebangkitan Yesus (Kis 17), orang-orang,
khususnya para intelektual zaman itu, mentertawakan pernyataan dan keyakinan Paulus.
Alasannya sederhana saja, karena orang mati biasanya memang tidak bangkit lagi. Pada saat
yang sama, gereja mula-mula juga memahami bahwa kebangkitan orang mati memang
normalnya tidak terjadi. Bisa dikatakan sejak zaman kuno, baik para intelektual maupun
orang awan, sama-sama memahami bahwa kebangkitan orang mati adalah peristiwa yang
sangat luar biasa. Karena itu kebangkitan Yesus sebagai suatu pusat kesaksian gereja mula-
mula, memang merupakan gejala dan peristiwa yang sangat unik.
Kalau kita menelusuri pikiran tenatng kebangkitan dalam sejarah, keyakinan akan
kebangkitan orang mati memang bukanlah ide yang baru. Setidaknya sejak masa Plato, orang
sudah beranggapan bahwa orang mati punya kehidupan setelah kematian. Namung,
kebangkitan dalam pikiran Plato adalah kehidupan roh, dimana seseorang exist dalam suatu
bentuk kehidupan lain selain jasmaniah. Pada masa kini orang pada umumnya juga menerima
adanya bentuk kehidupan seperti ini.

Yang penting untuk di catat disini adalah, jika kita mempelajari Judaisme pada masa Yesus,
kebangkitan tidak pernah dipahami dalam kategori rohani seperti ini. Kebangkitan pada masa
itu, selalu berarti ´kembali kepada kehidupan fisik setelah mengalami kematian´. Dengan kata
lain ´KEHIDUPAN SETELAH KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN´. Keyakinan akan
adanya kehidupan seperti ini diteruskan oleh gereja mula-mula. Dalam hal ini mereka tidak
berbeda dengan Judaism masa itu. Mereka percaya setelah kematian, orang-orang percaya
akan beristirahat bersama dengan Tuhan. Tetapi ini bukan akhir cerita, kemudian mereka
akan dibangkitkan dalam bentuk jasmaniah pada akhir zaman.

Dimana perbedaan Judaism masa itu dengan kekristenan? Yang menjadi perbedaan yang
mencolok dan bisa dikatanan ´inti keyakinan gereja mula-mula´ adalah bahwa ´PERISTIWA
AKHIR ZAMAN INI TELAH TERJADI DI DALAM DIRI YESUS KRISTUS´. Dimana
pengharapan eskatologis Jahudi mengalami suatu kejutan sejarah, dan buah pertama dari
kedatangan Kerajaan Allah telah terjadi di dalam Yesus Kristus.

Orang Jahudi tidak percaya bahwa peristiwa itu telah terjadi lebih dahulu pada Yesus sebagai
yang sulung sebelum kebangkitan terjadi pada semua orang. Khususnya kelompok Farisi,
mereka memiliki keyakinan yang kuat mengenai kebangkitan, namun pengakuan akan
kebangkitan Yesus tidaklah masuk akal mereka. Mereka melihat, kebangkitan akan terjadi
bagi seluruh orang Israel, tetapi bagaimana mungkin itu terjadi pada diri seorang manusia
yang disebut Yesus? Disinilah Injil dan Paulus memberikan suatu presentasi yang unik.
Yesus adalah Israel itu sendiri, Dia adalah Anak Allah sebagaimana Israel adalah anak Allah.
Didalam kebangkitanNya, maka nubuatan akan penggenapan bagi restorasi Israel telah
dimulai, tetapi belum sampai pada kesempurnaannya. Ketegangan antara ´already´ and ´not-
yet´ menjadi corak pemberitaan akan kebangkitan Israel didalam kebangkitan Yesus.

Dokumen tertua Perjanjian Baru adalah surat-surat Paulus (kl. 40-50 AD). Dalam bagian ini
telah ditemukan pengakuan akan kematian dan kebangkitan Yesus. Banyak pakar liberal
membuat suatu perbedaan yang tegas antara Yesus, sosok sejarah yang berasal dari Galilea,
dengan Kristusnya Paulus, yang diperTuhankan dan di sembah oleh gereja mula-mula.
Dikotomi antara Yesus sejarah dan Kristus Iman, terus menerus menjadi paradigma
kebanyakan pakar. Meski harus diakui bahwa dikotomi seperti ini tidak ditemukan dalam
tulisan Paulus sendiri. Bagi Paulus, Kristus yang diakui sebagai messias Israel adalah Yesus
sejarah yang telah mati dan bangkit. Dikotomi ini sering diangkat didasarkan pada asumsi
bahwa ajaran Yesus dan ajaran Paulus nyata-nyata berbeda. Yesus adalah rabbi yang sangat
menekankan etika dan kedatangan Kerajaan Allah, sedangkan Paulus menganut Teologi
Salib.

Namun dikotomi ini hanya benar dalam melihat adanya PENEKANAN YANG BERBEDA
antara Yesus dan Paulus. Perbedaan ini menjadi dikotomi karena mereka melihat baik Paulus
maupun Yesus adalah DUA PENDIRI AGAMA. Namun baik Paulus maupun Yesus tidak
pernah berpikir bahwa mereka adalah pendiri agama atau pengajar suatu ajaran yang baru.
Kalau kita melihat Perjanjian Baru dengan teliti, maka kita akan menemukan Yesus sebagai
seseorang yang melihat dirinya sebagai pribadi yang didalamnya penantian dan nubuatan
Israel telah mencapi klimaksnya. Dia adalah puncak dari penggenapan janji Allah kepada
Israel. Narrative Israel di Perjanjian Lama ditandai dengan kejahatan yang mengungkung
Israel dan umat manusia secara universal. Dengan menyadari panggilanNya, Yesus menarik
dan menyerap semua kejahatan tersebut ke dalam diriNya, mati di dalam penggenapan akan
nubuat keselamatan, dan menaklukkan kejahatan itu sekali untuk selamanya di atas salib.
Dalam konteks ini, PAULUS PERCAYA BAHWA YESUS TELAH BERHASIL DALAM
MENGEMBAN PANGGILAN TERSEBUT. Keberhasilan Yesus dikonfirmasikan oleh
penyataan Allah yang membangkitkan Dia dari kematian. Fakta kebangkitan Yesus bagi
Paulus adalah suatu twist sejarah yang mengejutkan. Apa yang dinantikan si-farisi ini
ternyata telah terjadi dalam suatu bentuk yang tak terpikirkan sebelumnya. Kebangkitan
Israel telah dimilai dengan kebangkitan Yesus, anak Allah yang mewakili umatNya Israel.
Karena itu tugas Paulus bukan untuk melakukan kembali apa yang Yesus sudah lakukan,
tetapi memberitakan apa yang sudah Yesus capai, atau lebih tepatnya mengimplementasikan
apa yang Yesus telah capa2i.

Perbedaan antara Yesus dan Paulus adalah dalam hal ´ACHIEVING´ dan ´IMPLEMENTING
´. Perbedaan ini ibarat perbedaan antara Composer dengan Conductor dalam komposisi
musik. Composer menciptakan, Conductor melakukan. Kalau Conductor melakukan lagi apa
yang dilakukan oleh Composer maka dia sudah menciptakan suatu yang baru, atau dia adalah
seorang Conductor yang jelek. Conductor yang baik memainkan apa yang sudah ada, yang
telah ditulis Composer. Demikian juga Paulus, untuk meneruskan apa yang telah dilakukan
Yesus, Paulus tentu saja tidak melakukan apa yang Yesus lakukan, tetapi memberitakan apa
yang telah dicapai oleh Yesus. Yesus mengalahkan kejahatan di salib dan
menyempurnakannya dalam kebangkitanNya, Paulus melihat tugasnya adalah memberitakan
apa yang sudah dicapai oleh Yesus dalam hidup, kematian dan kebangkitanNya.

Selanjutnya banyak pakar juga yang meragukan kebangkitan Yesus didasarkan pada laporan
yang berbeda yang ditemukan dalam Injil Perjanjian Baru. Misalnya, dalam versi tertua dari
Markus, tidak ada laporan tentang penampakan Yesus. Lukas Menggeser fokus kesaksian
dari Galilea ke Jerusalem. Dan hanya Yohanes yang menghubungkan kebangkitan Yesus
dengan ke-TuhananNya. Namun kritik seperti ini, dibela dari sudut manapun, tidak akan
pernah habis-habisnya. Kalau seandainya ceritanya persis sama, maka pakar bisa saja berkata,
bahwa hanya satu yang asli, dan yang lainnya hanya meng-copy saja dari yang asli. Atau
malah bertanya kalau sama saja untuk apa ada empat versi laporan kebangkitan Yesus.

Terlepas dari kritik seperti ini, yang menarik dari cerita Paskah adalah perbedaan yang sangat
mencolok dari KATA YANG DIGUNAKAN. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
melaporkan peristiwa ini, para penulis Injil cukup independent dalam menuturkannya, namun
disis lain mereka memiliki suatu PENGERTIAN YANG SAMA TENTANG APA YANG
TERJADI PADA PASKAH SUBUH TERSEBUT.

Lebih menarik lagi, detail dari peristiwa yang mereka laporkan dapat dikatakan begitu mirip,
meskipun kata-kata mereka yang digunakan sangat berbeda. Data ini menunjukkan bahwa
dalam tradisi oral ketika peristiwa ini kerap dituturkan dalam perkumpulan komunitas Kristen
purba, laporan kebangkitan memiliki versi yang beragam sesuai dengan saksi mata dan
penutur yang menjadi sumber berbagai komunitas. Yang penting bagi kita adalah bukan
perbedaan detail kisahnya, tetapi kehadiran kisah-kisah ini yang sangat universal dalam
berbagai komunitas Kristen purba. Ini menunjukkan bahwa kisah ini sudah sejak semula
menjadi pusat dari pemberitaan dari komunitas Kristen, karena itu central bagi identitas umat
Kristen. Itu makanya Paulus berkata, tanpa kebangkitan sia-sialah kepercayaan Kristen.

Dalam laporan Paulus tentang kebangkitan (IKor 15) kita menemukan tradisi gereja yang
sudah baku tentang kebangkitan. Yang menarik dalam pengakuan iman IKor 15 kita, tidak
ditemukan adanya kisah tentang saksi mata perempuan. Tapi pada saat yang sama, di
keempat Injil kita menemukan secara konsisten bahwa saksi mata pertama peristiwa ini
adalam perempuan. Pada za319 itu, melaporkan suatu peristiwa yang luar biasa dengan saksi
mata perempuan adalah suatu blunder retorika. Hal ini karena kebudayaan pada masa itu,
meragukan kebenaran dan keakuratan dari cerita dan penuturan perempuan. Seandainya para
penulis Injil hanya mengarang kisah kebangkitan Yesus, maka menempatkan wanita sebagai
saksi mata adalah keanehan yang luar biasa. Dengan kata lain, sulit sekali untuk menerima
bahwa laporan ini hanyalah fiktif semata.

Beberapa pakar mencoba menjelaskan laporan kebangkitan Yesus dengan memberikan sudut
pandang psikologis. Para murid yang kehilangan pemimpin mengalami goncangan psikologis
yang membuat mereka memprojeksikan Yesus yang bangkit. Namun kalau kita melihat
sejarah Palestina sekitar 200 SM- 200 AD, kita menemukan adanya tokoh-tokoh seperti
Yudas dari Galilea, Teudas dan Bar-Kokhba yang merupakan pemimpin besar gerakan agama
yang kemudian mati, tetapi tanpa ada laporan tentang kebangkitan mereka. Satu demi satu
para pemimpin ini di bunuh oleh Roma dan para pengikut mereka tercerai berai. Mengapa
tidak satupun dari mereka yang jelas-jelas mengalami kondisi psikologis yang tergoncang
kemudian menciptakan cerita tentang kebangkitan pemimpin mereka? Mengapa? Ini menarik
sekali! Pada zaman itu penyakit psikologis modern yang suka berhalusinasi tidaklah populer
seperti sekarang ini. Gerakan yang dikalahkan biasanya bubar, menyerah dan kembali kepada
aktivitas mereka, atau gerakan itu memilih seorang pengganti untuk menjadi pemimpin
mereka. Karena itu laporan kebangkitan Yesus yang secara konsisten diberitakan gereja
purba adalah sesuatu yang unik.

Pakar lain coba untuk menerima laporan tentang kebangkitan Yesus sebagai kesaksian yang
tak tertolak. Tapi mereka menolak bahwa itu berarti Yesus adalah anak Allah, mungkin
Yesus hanyalah seorang nabi yang secara luar biasa diberkati oleh Tuhan, tetapi bukan berarti
Dia adalah Tuhan atas segala sesuatu. Pandangan seperti ini banyak dianut oleh pakar dengan
latar belakang Jahudi. Namun kalau kita coba untuk memahami kebangkitan Yesus dengan
latar belakang semua TINDAKAN YANG DIA LAKUKAN BERDASARKAN LAPORAN
INJIL, seperti membersihkan Bait Allah, menyembuhkan dan membangkitkan orang mati,
lalu akhirnya Dia bangkit, maka dari sudut pandang Teologi Judaism masa itu, Dia adalah
messias yang diutus Allah, dan dengan kata lain ´Lord of all´. Ini memiliki dimensi politik
yang kental karena itu berarti gereja berkata bahwa ´Kaisar Romawi bukanlah Tuhan dan
Penguasa, tetapi YESUSLAH TUHAN DAN PENGUASA DUNIA!´ Tindakan Paulus
menyebut Yesus ´Tuhan´ dalam pembukaan surat-suratnya adalah suatu tindakan provokatif
dan subversif, khususnya mengingat dia sendiri adalah warga negara Romawi. Dengan
demikian dia sedang mengatakan bahwa Kaisar itu hanyalah raja kecil yang masih berada
dibawa Yesus Kristus, Kaisar atas segala kaisar.

Ketika kita mempelajari dokumen Perjanjian baru kita menemukan suatu perkembangan yang
unik, dalam waktu 20-30 tahun setelah kebangkitan Yesus, maka gereja telah sampai kepada
keyakinan yang solid bahwa Yesus adalah messiah yang didalamNya Yahweh Israel dikenal
dan dinyatakan, dengan perkataan lain Dia adalah inkarnasi dari Yahweh Israel. Pernyataan-
pernyataan seperti yang ditemukan dalam tulisan Paulus dan Injil menunjukkan kenangan
Para Rasul dan komunitas Kristen purba akan Yesus sebagai Tuhan dan penyataan Allah.
Dalam konteks monotheisme yang ketat dari Jahudi, penyembahan kepada Yesus hanya bisa
dimengerti sebagai suatu pengakuan akan Yesus sebagai messias yang didalamNya Yahweh
telah menyatakan diri. Dia adalah penyataan dari Yahweh Israel, kalau tidak maka gereja
mula-mula telah melakukan suatu penyembahan berhala, suatu dosa yang disadari dengan
sensitif oleh orang Jahudi masa itu.

Dengan memberikan kritik dan kupasan diatas, bisa kita lihat bahwa menempatkan laporan
Kebangkitan Yesus dalam konteks Judaisme abad pertama membuat laporan Paulus dan Injil
Perjanjian Baru menjadi masuk akal dan penuh dengan makna yang relevan bagi pembaca
pertama dokumen-dokumen tersebut. Dalam konteks narasi Israel, kebangkitan Yesus adalah
mutlak untuk memahami ungkapan keyakinan Paulus yang luar biasa akan kemesias-an
Yesus dan penuturan Injil akan keilahianNya.

Ulasan ini kiranya menjadi suatu penyegar bagi keyakinan kita akan signifikansi kebangkitan
Yesus bagi komunitas Kristen. Kebangkitan Yesus adalah suatu buah sulung dari kebangkitan
orang percaya. Didalam kebangkitanNya kita menemukan klimaks dari perjanjian Allah
kepada Israel dan umat manusia, dimana kejahatan dan maut telah ditaklukkan, dan kepada
kita semua diberikan undangan untuk berpartisipasi dalam kerajaan Allah yang telah
menerobos masuk ke dalam sejarah manusia dan memberikan suatu perubahan yang final
akan arah sejarah dan tujuan bumi ciptaan Tuhan. Dalam konteks meta-narrative yang
berpusat pada kebangkitan Yesus, kiranya kita menemukan makna dan kuasa dalam narrative
kehidupan kita, khususnya di dunia yang semakin kehilangan pusat kehidupan ini.

Salib Yesus Kristus


Dunia pernah dihebohkan oleh penemuan dari seorang ahli genetika yang bernama Dr. Ian
Wilmut dan koleganya dari Roslin Institute (lihat. Kompas, 28 Februari 1997) yakni apa yang
disebut "Domba Clone dari sel Kambing". Dari hasil pencobaan yang dilakukan terhadap
domba ternyata positip, Juli 1996 telah lahir seekor domba hasil proses laboratorium yang
diberi nama Dolly. Domba yang satu bisa digandakan menjadi seratus atau seribu ekor yang
persis sama.

Artikel Terkait
 Paskah A to Z
 Kebangkitan: Sebuah Dasar Yang Sukar
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Menyangkal Diri & Memikul Salib
 Kemenangan Orang Percaya
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong

Para ahli mengungkapkan; jikalau "Clone´ ini berhasil, maka tidak menutup kemungkinan
akan dilakukan "Meng-cloning" manusia. Itu berarti Jikalau kita sudah tua, lalu kita bisa
meminta kepada ahli untuk meng-cloning seseorang yang percis kita sebagai pengganti. Atau
jikalau seorang bapak mendengar isterinya sakit keras (kanker) dan dokter memvonis tentang
kematiannya, maka ia akan meminta para ahli untuk meng-cloning seorang wanita untuk
dipersiapkan sejak dini sebagai pengganti yang persis isterinya.

Tentang masalah "Meng-cloning manusia" ini terdapat berbagai perdebatan, baik ditinjau dari
segi etika, moral maupun teologi. Bagaimana kalau penemuan ini sudah ada pada zaman
Tuhan Yesus. Itu berarti Tuhan Yesus bisa mencarikan pengganti-Nya untuk disalibkan?
tetapi apakah itu mempunyai makna bagi kehidupan kita. Namun saya percaya tanpa
penemuan cloning ini Yesus pun bisa melakukan itu, tetapi Ia tidak mau. Kalau Yesus
mencari pengganti, apa arti salib Kristus itu bagi kita? Tidak, Yesus tidak mencari pengganti,
salib Yesus menjadi berati karena Yesus sendiri dengan sukarela naik ke atas dan mati bagi
kita semua. Jikalau ada yang menggantikan Yesus, maka salib itu menjadi tidak berarti;
walaupun yang disalibkan itu manusia fotocopy atau hasil Cloning dari para ahli yang 100%
persis Yesus. Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa yang disalibkan adalah Yesus. Dia
yang tidak berdosa telah dijadikan berdosa untuk membebaskan manusia-manusia yang
berdosa.

Berbicara tentang penyaliban Tuhan Yesus, maka tidak ada salahnya bila kita lihat mulai dari
taman Getsemani, dari sini kita akan melihat makna yang lebih dalam tentang salib Tuhan
Yesus itu. Pada bagian ini saya mencatat ada tiga makna penting yang terkandung di dalam
peristiwa penyaliban Tuhan Yesus.

Salib Tuhan Yesus merupakan "penderitaan" menuju


perdamaian
Rasul Petrus mencatat; ketika Dia (yaitu Yesus) dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci
maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam; tetapi Ia menyerahkan-Nya kepada Dia yang
menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di atas kayu
salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. (1 Petrus 2:23-24)

Tidak hanya itu, Ia juga diejek, ditampar, Ia diludahi, Ia ditendang, Ia dicambuk dengan
cemeti yang ujungnya ada paku yang tajam, sehingga kulit tubuh-Nya tersayat-sayat. Tubuh
Yesus menjadi begitu lemah, dan menurut tradisi pada zaman itu, orang yang disalibkan itu
harus membawa salibnya sendiri ke atas gunung; yang biasanya di luar kota. Pada zaman itu
telah dikenal ada tiga macam salib yang biasanya dipergunakan untuk menghukum para
penjahat, yang pertama Salib yang berbentuk T, yang kedua salib yang berbentu X, dan yang
ke tiga salib yang bentuk U. Dan bentuk salib yang dipergunakan untuk menyalibkan Tuhan
Yesus adalah berbentuk salib yang seperti kita kenal hari ini.

Tubuh manusia Yesus sudah menjadi begitu lemah, Ia tidak sanggup lagi membawa kayu
salib itu; sehingga seseorang yang bernama Simon dari Kirene itu membantu mengangkat
salib Yesus. Sesudah berada di bukit Golgota atau bukit Tengkorak, salib itu diturunkan dan
dibaringkan di atas tanah, orang yang akan disalibkan juga dibaringkan juga. Lalu kedua
tangannya dipaku, juga kaki-Nya. Kemudian pelan-pelan salib itu diangkat naik dan tegak.
Seluruh berat badan manusia itu sesuai dengan gaya gravitasi bumi akan tertarik turun ke
bawah. Itu berarti lubang paku di tangan yang itu akan makin lebar, makin lebar, sekarang
hanya tinggal tulang yang menyangkut dipaku.

Demikian juga lubang paku dikaki, berat tubuh menekan turun memaksa lubang paku di kaki
Yesus makin melebar. Darah menetes ke luar, itu juga berarti tekanan darah-Nya semakin
rendah. Peredaran oksigen dalam tubuh juga semakin berkurang, getaran urat nadi semakin
cepat dan pernafasan terpacu lebih cepat dan dalam. Sungguh sengsara. Tanpa obat bius
(Matius 27:34). Sakit sekali, dan celakanya pada saat-saat demikian orang yang disalib itu
tidak akan cepat mati, justru dengan lambatnya mereka mati; itu berarti memperbanyak rasa
sakit.

Namun di saat-saat demikian, Yesus masih mengucapkan kata-kata yang penuh makna. Kata-
kata yang dikenal sebagai tujuh perkataan Agung Yesus yang terakhir di atas kayu salib:

1. Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

2. Hari ini juga, engkau bersama-sama dengan Aku di taman Firdaus.

3. Lihatlah ibumu, lihatlah anakmu

4. Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.

5. Aku haus

6. Sudah genap (Tetelestai)

7. Ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku

Biasanya orang yang disalibkan itu kakinya dipatahkan terlebih dahulu, supaya mempercepat
kematiannya, dan ini diperlakukan buat kedua penjahat yang ada di samping kanan kiri
Yesus. Sedangkan kaki Yesus tidak perlu sampai dipatahkan, karena Yesus mati lebih dahulu
dari kebiasaan waktu yang diperhitungkan. Sehingga membuat para perajurit itu tidak
percaya dan untuk membuktikan bahwa Yesus benar-benar mati maka, lambung Yesus
ditikam dengan tombak.

Inilah peristiwa singkat penyaliban Tuhan Yesus. Betapa indah kalau didramakan, tetapi akan
lebih indah dirasakan. Yesus memang menderita, tetapi tidak sampai batas itu saja, Alkitab
mencatat (Matius 27:51) "Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah
dan terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah", ini menunjukkan perdamaian.
Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, hubungan Allah dengan manusia terputus,
tetapai dengan kematian Yesus Kristus; Allah memperdamaikan kita semua. Tidak ada
pengganti-Nya, hanya Yesus saja yang sanggup menciptakan perdamaian itu.

Salib Tuhan Yesus merupakan "kekalahan" menuju


Kemenangan
Secara perhitungan dunia Yesus itu mengalami kalah telak, karena Ia harus mati. Bagi dunia
orang yang mati sudah tidak berguna lagi, tetapi ingat bahwa kita tidak menyembah pada
Tuhan Yesus yang mati, pada hari ke tiga Ia telah bangkit dan hidup kembali. Inilah
kemenangan yang dahsyat, seharusnya tidak pernah dilupakan oleh umat manusia. Orang-
orang disekitar boleh mengenyek Yesus, karena ketidaktahuan mereka. Kalimat yang
diucapkan cukup pedih "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia
selamatkan! Ia Raja Israel, baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya.
Ia menaruh harapan Nya pada Allah; baik;lah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah
berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata Aku adalah Anak Allah." (Matius 27:42-43).

Pernah dulu saya membayangkan bahwa Yesus akan turun seperti yang dalam film
"Superman", lalu orang-orang yang mengenyek Dia dibantai habis-habisan. Namun tidak,
Yesus tidak melakukan itu; walaupun untuk disalibkan saja Yesus sangat bergumul antara
menuruti kehendak Allah atau menuruti kehendak-Nya sendiri.

Di taman Getsemani, merupakan saat-saat Tuhan Yesus bergumul, Ia harus membuang jauh-
jauh "kedagingan-Nya". Tiga kali berturut-turut Yesus berdoa pada malam itu. Dengan peluh
yang membasahi sekujur tubuh-Nya, Yesus datang pada Tuhan Allah. Dia mengatakan "Ya
Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Untuk
kedua kalinya Yesus masuk lagi ke dlam taman Getsemani untuk berdoa "Ya BapaKu,
jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendakMu!" (Matius 26:42). Doa yang ketiga kalinya, percis sama dengan yang kedua.
"Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila aku meminumnya, jadilah
kehendakMu!", satu doa penyerahan diri Yesus.

Benar Yesus mati di atas kayu salib, dan ini dibuktikan oleh tombak yang menusuk perut-
Nya. Ia benar-benar mati. Ia bukan pinsan, Ia tidak lari , Ia tidak turun dari kayu salib. Sekali
lagi Yesus mati, seperti kekalahan, tetapi bagi kita, inilah suatu kemenangan, karena Yesus
berhasil taat sepenuhnya kepada Allah.

Memang di dunia ini, bagi orang yang sepenuhnya mau menjalani perintah Allah, ia seperti
orang yang bodoh selalu mendapat penghinaan. Karena tawaran dunia begitu menarik,
kelihatannya lebih nikmat, lebih hebat namun sayang sifatnya sementara saja.

Salib Tuhan Yesus merupakan "maut" menuju


Keselamatan
Kematian merupakan maut, itulah hukuman Tuhan akibat dosa manusia. Namun kematian
Tuhan Yesus bukan merupakan dosanya, namun Ia menanggung segala dosa kita. Yesus telah
dipilih sebelum dunia dijadikan, untuk menggantikan kita dihukum. (bnd 1 Petrus 1:18-20
"Sebab 327u tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu
warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak
atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,
tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir".

Jikalau kita melihat Yesus sampai batas kematian-Nya saja tentu itu sia-sia, tetapi Yesus yang
kita sembah bangkit pada hari yang ke tiga. Duduk bertahta dikerajaan bersama-sama Allah.
Inilah yang disebut dengan maut menuju keselamatan itu. Yesus mati karena dosa kita dan
bukan hanya itu Ia juga mati bagi dosa kita

Memang kebangkitan Tuhan Yesus menjadi perdebatan terus sejak zaman Perjanjian Baru.
Bukankah zaman rasul Paulus juga ada perdebatan tentang masalah kebangkitan ini; ada
orang Farisi yang percaya kebangkitan lalu ada orang Saduki yang justru tidak percaya akan
kebangkitan. Sampai hari ini kebangkitan Yesus itu diperdebatkan belum tuntas, apalagi
ketika kita sebagai orang awam hendak membuktikannya dihadapan orang-orang yang belum
percaya. Memang sulit.

Ada tiga alasan yang cukup masuk akal, yang membuktikan bahwa Yesus yang kita percayai
itu benar-benar bangkit dari kubur. Seorang penulis yang bernama Morrison menemukan
bahwa Kristus Yesus terang-terangan dibaringkan dalam kubur pada hari Jumat, tetapi pada
hari Minggu pagi jenazah-Nya telah hilang. Seandainya Ia tidak bangkit dari kubur, maka ada
orang yang telah mengambil jenazah itu. Dalam hal ini ada tiga kelompok orang yang pantas
dicurigai yang kemungkinan besar telah mengambil jenazh Tuhan Yesus. Orang-orang
tersebut adalah :
1. Orang Romawi
2. Orang Yahudi dan
3. Murid-murid Yesus sendiri,
namun logikanya dapat kita lihat bahwa:

1. Orang-orang Romawi tidak mempunyai alasan untuk mencuri jenazah itu, karena
mereka ingin menjaga ketenteraman di Palestina. Maksud mereka tidak akan tercapai
bila mereka mencuri jenazah Yesus dari kubur.

2. Orang Yahudi juga tidak mungkin mengambil jenazah Yesus, karena hal yang paling
mereka tidak inginkan adalah pernyataan tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Menurut
Matius 27 mereka sendiri yang meminta supaya kubur Tuhan Yesus dikawal.

3. Murid-murid Yesus juga tidak mempunyai alasan mencuri jenazah Tuhan Yesus lalu
membohongi orang banyak dengan mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit.
Seandainya mereka melakukannya maka mereka telah mengabarkan hal yang penuh
kebohongan, dan sia-sialah para rasul mereka yang karena kabar kebohongan ini
harus mati.
Penjelasan yang paling masuk akal adalah, Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari
kubur. Memang murid-murid Tuhan Yesus tidak sepandai para ahli yang ada pada abad 20,
tetapi saya pikir untuk membedakan antara hidup dan mati mereka tentu bisa. Dalam 2 Petrus
1:16 "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami
memberitahukan kepadamu kuasa-kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai
raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya"

Kebangkitan inilah kemenangan besar. Sehingga bagi yang percaya kepada-Nya juga
menikmati suatu kemenangan khususnya keselamatan. Tanpa darah yang dicurahkan di atas
kayu salib; tidak ada keselamatan.

Menjelang saat-saat peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, kita sudah melihat kasih Yesus
begitu besar kepada kita. Apa yang dapat kita perbuat bagi dia? Berbuatlah sesuatu bagi-Nya
sebab Dia terlebih dahulu sudah berbuat banyak untuk kita.

Sumber: buku Mengenal Dia Lebih Dalam, terbitan KAIROS, hal 104

Paskah di Hadapan Kubur Kosong


Penulis : Martin L Sinaga

BERBEDA dengan kitab-kitab Injil lainnya, Injil menurut Markus menutup tuturannya
dengan mengejutkan sekali: "Lalu mereka (para murid Yesus) keluar dan lari meninggalkan
kubur (Yesus) itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-
apa kepada siapa pun juga karena takut" (Mrk 16:8). Karena sedemikian mengejutkannya,
sampai-sampai penyunting dan penyalin Injil Markus itu kemudian menambah ending sampai
12 setengah ayat lagi; namun para ahli Biblika bersepakat, Markus (kitab Injil tertua itu)
menutup narasi hidup Yesus dengan kisah Kubur Kosong!

Artikel Terkait
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Kemenangan Orang Percaya
 Salib Yesus Kristus
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Kristus Bangkit, Soraklah, Haleluya!
 Paskah A to Z
 Kebangkitan: Sebuah Dasar Yang Sukar

Siasat apa yang Markus tengah rancang melalui narasinya itu? Mengapakah kisah Paskah-
Kebangkitan seolah hendak dibelokkan oleh Markus menjadi kisah yang terbuka, penuh
tanya, dan lalu malah diberi arah baru, bahwa murid-murid Yesus harus pergi ke Galilea
(Mrk 16:7), dan harus terus menempuh jalan panjang lagi?
Juga, mengapa Markus menulis penampakan malaikat yang memberitakan kabar kebangkitan
Yesus pertama-tama diungkapkan kepada para perempuan, yang dalam tradisi patriarkat
Yahudi dianggap sebagai makhluk yang tidak terpercaya dan tidak objektif menangkap fakta?

Bukankah nanti Kebangkitan bisa menjadi gosip, kabar angin, dan produk sikap subjektif?

Rupanya, sang redaktur Injil itu (baca: Markus) berada di tengah krisis, dan konteks itulah
yang mendorongnya melancarkan kiat sastra yang jitu saat menulis kitab Injil Markus.

Ia adalah bagian dari generasi kedua Kekristenan yang terkejut dengan deraan hidup, yang
dikira semula akan usai kalau Kristus yang bangkit datang mengangkat mereka keluar dari
beban sehari-hari. Sehingga, suatu iman yang mengira bisa secara penuh mengubah realitas,
bagi Markus, malah akan membahayakan Kekristenan.

Bagi Markus, kebangkitan bukanlah triumfalismetotal atas kesusahan sehari-hari. Paskah


bukanlah kemenangan akhir. Baginya, Paskah berarti bahwa jalan masih terbuka ("sekarang
pergilah ... ke Galilea") untuk bertemu Kristus Sang Anak Manusia itu, di setiap perkara
hidup.

Dan, jalan terbuka itu harus dijalani terus, apalagi semua tahu, Kristus Sang Anak Manusia
baru saja berjalan dengan kepala yang berdarah.

Jangan sampai mahkota duri terlupakan, sebab melalui ketekunan menghadapi kesulitan
hidup sehari-harilah Yesus dinyatakan sebagai kekasih Allah.

Hal itu perlu dicatat, sebab sejak semula para murid Yesus saat itu hanya mau melihat Yesus
selaku Mesias-Penebus, yang memberi mereka makan (melalui mukjizat penggandaan lima
roti dan dua ikan).

Akan tetapi, mereka buta mengenai Yesus Sang Hamba Allah yang menderita, yang memberi
nyawa-Nya bagi sesama (Mrk 10:35-45).

Makanya, makin tambah penjelasan mengapa Markus menutup kisah Injil-nya dengan
mendadak dalam lakon para murid yang takut, hal itu dilakukan agar kita kini -pembaca
kontemporer Injil Markus- masuk dan menggantikan para murid yang tersekap dalam gentar
dan kecut itu.

Kini, kita pun berdiri di hadapan kubur kosong, dan dipesankan bahwa Yesus sudah bangkit,
dan malah telah mendahului kita melanjutkan lagi perjalanan memasuki setiap kelok perkara
hidup sehari-hari. Dan, jalan terus terbuka, sekalipun berita kebangkitan itu lebih sebagai
produk sikap subjektif iman, bukan suatu ihwal objektif yang beku.

Kita yang berdiri di hadapan jalan yang terbuka itu -sambil menemukan inspirasi dari kisah
Paskah menurut Injil Markus - perlu juga terus ikut mengambil langkah menemukan makna
kisah Paskah ini bagi kita. Paskah-Kebangkitan tampaknya serentak adalah suatu tindakan
Allah dan juga langkah manusia.

"Kebangkitan Yesus Anak Manusia yang mati di salib" itu kini menjadi suatu metafora
rohani, suatu pesan akan keserbamungkinan untuk tetap melangkah dan tidak tersekap dalam
fatigue (kelelahan buntu) hidup sehari-hari di negeri yang mencoba bertransisi ini.
Dan, tampaknya memang hari-hari kita sudah lelah pasca-tumbangnya rezim Soeharto: mulai
dari kerusuhan, konflik horizontal, kekerasan konspiratif aparat negara, sampai kegalauan
menghadapi kebijakan kenaikan BBM yang tampak angkuh dan tak perduli dengan hidup
sehari-hari rakyat kecil.

Tetapi, justru kita tidak boleh berlindung pada agama di tengah-tengah semua itu, tidak juga
kita boleh mengungsi kepada Tuhan. Paskah bukan tentang jaminan bahwa semua hal akan
dibereskan oleh Tuhan, bukan pula semua kesulitan akan lenyap.

Paskah, bagaimanapun, bukan perayaan akhir zaman. Namun, Paskah adalah undangan bagi
manusia -yang kalau mau memakai mata hati imannya - untuk terus melangkah, bekerja
dengan mata yang terarah ke depan. Ia kiranya sudi bekerja dalam detail-detail keseharian,
dan mencoba memantapkan kakinya, walau tahu bahwa arah hidup bersama di Indonesia ini
serba tidak menentu.

Dan, kiranya ia juga melihat bahwa Allah adalah horizon harapan itu sendiri, yang entah
mengapa, membuatnya tidak menghindar lari dari musim pancaroba yang panjang di negeri
ini. Juga, dalam perspektif Paskah sedemikian inilah kita perlu memerikan ihwal besar,
namun tetap tampak tak terpahami, yang melanda bangsa kita, yaitu tsunami Desember lalu.

Mungkin sebelum ke soal tsunami Aceh-Nias itu, ada pengalaman lain yang juga tak
terperikan, yang dialami anak-anak Yahudi, yaitu peristiwa shoah (holocaust, pembasmian
besar-besaran) di zaman Nazi-Hitler itu. Bahkan seorang seperti Ulrich E Simon (yang
menulis A Theology of Auschwitz) mengatakan, tanpa Kebangkitan (Yesus) shoah betul-
betul neraka.

Baginya, peristiwa yang tak terpahami di masa lalu hanya bisa dihapuskan oleh peristiwa di
masa depan. Dengan demikian makna Paskah berarti juga bahwa jejak kebangkitan telah
mulai menjejas di jalan kita, dan di hadapan kita terbentang penyingkapan baru yang akan
menjelaskan makna peristiwa yang membingungkan sekalipun.

Dan, sikap atas tsunami kiranya sama: kita memang tak paham mengapa hal itu terjadi di
Aceh-Nias, dan agama-agama yang hanya bermodalkan teologi "hukuman-berkat" tidak akan
mampu lagi menjelaskan soal itu. Tak mungkin dikatakan bahwa Tsunami adalah hukuman
Ilahi, tak juga ada yang berani mendedah bahwa kita yang lolos darinya diberkati Tuhan.

Dengan berita Paskah, kita umat beragama diingatkan akan kebangkitan, dan itu berarti
kemungkinan hidup masih terbuka di depan kita semua. Kalau begitu, hanya kerja demi masa
depan yang baik yang maksimal kita bisa percayai sebagai pesan Tuhan bagi bangsa kita saat
ini.

Memang -sekali lagi - kita harus terus berjalan dan pergi ke "Galilea", suatu kota simbolik di
masa depan, di mana umat yang lelah berjalan tetap giat bekerja membangun komunitas
bersama yang baru.

Tiga Keajaiban Di Jumat Agung


Penulis : Dr. Eben Nuban Timo

JUMAT Agung adalah hari yang istimewa. Tidak biasanya orang Kristen bersekutu pada hari
Jumat. Hari persekutuan dan ibadah Kristen sepanjang segala masa adalah hari pertama
dalam seminggu. Bukan hari keenam, atau Jumat. Dan kalau anak-anak kita bertanya:
"Mengapa Jumat Agung lain dari Jumat-Jumat yang biasa? Jawaban yang pasti dari para
orangtua: "Karena pada hari Jumat Agung Yesus Kristus mati. Ia disalibkan dan
menyerahkan nyawanya sebagai tebusan bagi banyak orang". Tentu saja jawaban ini benar.
Tuhan Yesus mati pada hari Jumat.

Artikel Terkait
 Kemenangan Orang Percaya
 Salib Yesus Kristus
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong
 Kristus Bangkit, Soraklah, Haleluya!
 Paskah A to Z
 Kebangkitan: Sebuah Dasar Yang Sukar

Jumat Agung adalah hari yang unik. Kalau Matius hanya mencatat dua hal luar biasa. Lukas
mencatat bagi kita tiga kejadian ajaib yang membuat Jumat yang satu itu lain dari
kebanyakan hari Jumat. Pertama, kegelapan meliputi seluruh daerah itu selama tiga jam.
Kedua, tabir Bait Suci terbelah dua. Ketiga, kepala pasukan penyaliban memuliakan Allah di
depan umum. Tulisan ini akan terfokus pada ketiga keajaiban di Jumat yang Agung. Pertama:
ada kegelaan meliputi seluruh daerah itu dari jam dua belas sampai jam tiga.

Matahari tidak mau bersinar. Bumi menjadi gelap. Mengapa begitu? Para ilmuwan bisa saja
menjawab: ya itu terjadi karena gerhana matahari total yang terjadi pada waktu itu. Jawaban
ini tidak mungkin. Karena gerhana matahari hanya bisa terjadi jika bulan gelap. Tetapi pada
saat itu orang Yahudi merayakan paskah. Perayaan paskah selalu terjadi pada saat bulan
purnama. Menurut perhitungan kalender Israel bulan baru selalu mulai dengan awal
munculnya bulan. Hari keempat belas dari bulan baru, yaitu saat dimana domba paskah harus
disembelih, jatuh sama dengan bulan purnama. Pada waktu itu posisi bulan berseberangan
dengan matahari. Bumi berada di antara bulan dan matahari. Gerhana matahari hanya
mungkin terjadi kalau bulan berada di antara matahari dan bumi.

Jadi gelap gulita yang terjadi pada hari Jumat Agung tidak ada sangkut paut dengan gerhana
matahari. Kegelapan saat itu adalah sebuah kejadian yang janggal. Ia bukan gejala alam
biasa, yakni gerhana matahari. Lalu apa sebenarnya penyebab kegelapan itu?

Saya ajak kita melakukan anjangsana ke perjanjian lama. Baiklah kita ingat kembali kisah
penciptaan. Kalimat pertama dari Alkitab berbunyi: "Pada mulanya Allah menciptakan langit
dan bumi. Bumi belum terbentuk dan kosong. Gelap gulita menutupi samudera raya".

Bumi berada dalam gelap. Bumi baru mengenal terang waktu Allah mulai bertindak. Itu
sebabnya Kitab Kejadian melaporkan bahwa pekerjaan yang dilakukan Allah pada hari
pertama adalah "menjadikan terang". Terang datang dari Allah. Karya Allah identik dengan
terang. Dan karya Allah berlangsung dalam terang.
Allah menciptakan terang pada hari pertama. Tapi itu saja belum cukup. Pada hari keempat,
terang itu dilipatgandakan lagi oleh Allah dengan menciptakan benda-benda penerang.
Apakah dengan itu gelap sudah terusir dari dunia? Ternyata tidak. Kegelapan masih saja ada.
Yesaya 9:1 masih bicara tentang bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Bagaimana itu
mungkin, padahal Allah sudah menjadikan terang dan membuat benda-benda penerang?

Rupanya betapa pun baik dan berguna terang itu, ia tidak mampu menghalau semua kejahatan
dari muka bumi. Karena terang itu hanyalah ciptaan. Untuk benar-benar menghalau
kegelapan dari muka bumi, terang yang sejati harus datang ke dalam dunia. Yesuslah terang
yang sejati. Terang yang sesungguhnya. Terang yang diciptakan Allah pada hari pertama dan
yang dipancarkan dari benda-benda penerang hanyalah pantulan atau refleksi dari terang
yang sejati itu. Terang dalam Kejadian 1:3 dan terang yang dipancarkan benda-benda
penerang, yaitu matahari, bulan dan bintang, tidak memiliki terang sendiri. Mereka menjadi
terang karena ada terang yang sejati, yaitu Allah. Manusia harus dapat mengerti terang dan
fungsinya jika mereka ada dalam terang. Itu sebabnya pemazmur 36:10 berkata: in lumine tou
videmus lumen yang artinya: "dalam terangmu kami melihat terang".

Lalu apa hubungan gelap gulita di Jumat yang Agung dengan data yang saya kemukakan ini?
Yang pertama, dengan cerita ini Lukas hendak menegaskan bahwa dunia kembali kepada
keadaannya semula. Dunia benar-benar hidup tanpa Allah pada saat Yesus menghembuskan
nafasnya yang terakhir. Itu sebabnya dunia diliputi kegelapan. Bukan kegelapan biasa karena
gerhana matahari. Tetapi kegelapan luar biasa. Kegelapan yang dahsyat, kegelapan karena
hidup tanpa Allah. Dan memang demikian adanya. Dua belas jam terakhir dari kisah hidup
Yesus memperlihatkan betapa kejamnya manusia. Manusia telah benar-benar hidup tanpa
Allah. Hati mereka menjadi gelap. Mereka bukan hanya memutarbalikkan kebenaran. Tetapi
berusaha membunuh kebenaran. Manusia bukan hanya menangkap dan mengadili Yesus
dalam kegelapan. Mereka juga ingin memusnahkan terang yang sejati itu dari muka bumi.

Gelap gulita di Golgota pada Jumat yang Agung ini menunjukkan bahwa dunia dan manusia
belum melangkah jauh dalam hal kebenaran dan kasih. Umur dunia sudah tua, tapi manusia
yang menduduki dunia masih ada pada titik start, nol kilometer.

Kedua, matahari menjadi gelap, karena Tuhan yang adalah sumber dari mana matahari
memperoleh terang telah tiada. Seumpama lampu, nyala api matahari padam karena minyak
yang menyalakannya sudah habis. Kristus sudah mati. Terang yang sesungguhnya sudah
tiada. Matahari menjadi malu dan tidak tahan melihat bagaimana kejamnya perlakuan
manusia terhadap sang terang. Itu sebabnya matahari menutup matanya. Ia tidak mau
bersinar. Dalam Kitab Matius dan Lukas dikisahkan bahwa bukan hanya matahari yang
menjadi gelap. Tetapi ada juga gempa bumi yang dahsyat. Bumi gemetar ketakutan waktu
menyaksikan sumber hidup dan sang penciptanya dilumatkan oleh kuatnya dosa dan
pemberontakan manusia.

Inilah arti dari kejadian ajaib pertama di Jumat Agung. Tapi, kuatnya dosa itu tidak
berlangsung lama. Kejahatan yang bersimaharajalela, bahkan sampai menyerang Allah tidak
bertahan. Ia hanya berlangsung sekejap. Hanya tiga jam. Memang cukup lama, tetapi tidak
selamanya. Kegelapan pasti akan berlalu. Kejahatan tidak punya masa depan. Pada hari
paskah nanti, hari kebangkitan Yesus, ia akan benar-benar pergi dan takluk pada sang terang
dunia. Ini juga pelajaran penting bagi kita. Kejahatan memang ganas tetapi seganas apa pun
kejahatan itu, ia tidak punya masa depan. Akan tiba waktunya dimana kejahatan dilucuti dan
para pelaku kejahatan akan dihadapkan ke pengadilan. Sekarang mungkin tidak, karena
pengadilan dan para hakim kita masih hidup tanpa Allah waktu hendak mengambil
keputusan. Tapi nanti, waktu sang hakim yang agung itu datang semua kejahatan akan
tersingkap.

Tanda ajaib yang kedua: tirai Bait Allah terbelah dua. Di Bait Allah tergantung dua
tirai/layar. Yang pertama di pelataran depan yang memisahkan ruang untuk umum dan ruang
yang kudus. Layar kedua tergantung di antara ruang kudus dan ruang maha kudus. Mana dari
kedua layat ini yang terbelah tidak disebut dalam Alkitab. Kita hanya bisa menduga.
Terbelahnya tirai ini tentu punya maksud atau pesan. Kalau maksudnya untuk mengumumkan
bahwa jalan kepada Allah sekarang terbuka kepada semua manusia, maka yang tercabuk itu
haruslah tirai yang memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus. Tetapi ini berarti hanya
imam besar saja yang melihat dan mengetahui hal itu.

Sudah pasti bukan ini yang dimaksudkan Lukas. Tirai yang tercabik yang dimaksud Lukas
haruslah tirai yang ada di antara ruang untuk umum dan ruang kudus. Dan kalau itu yang
terjadi, maka tercabiknya tirai tadi hendak menegaskan bahwa dengan kematian Yesus Allah
mengumumkan bahwa Ia tidak mau lagi terkurung hanya dalam Bait Allah dan hanya bisa
ditemui di gedung kebaktian. Sejak saat itu Allah tidak hanya bisa ditemui di Bait Allah. Ia
ada dalam perjalanan kepada bangsa-bangsa. Dia mau juga disembah dan dihormati di
tempat-tempat yang bukan gedung kebaktian atau Bait Allah. Bukan hanya para imam saja
yang dapat berbicara dan melayani Dia. Orang kebanyakan juga dapat bertemu Tuhan Allah
secara langsung.

Pesan ini sesuai dengan dengan teologi kitab Injil Lukas. Karena keyakinan ini, Lukas tidak
segan-segan bercerita tentang pekabaran Injil yang mulai dari Yerusalem sampai ke ujung
bumi. Lukas juga memperoleh keberanian untuk menulis kepada seorang bukan Yahudi
(Teofilus) dengan maksud meyakinkan dia bahwa cerita tentang Yesus adalah benar. Bahkan
hanya Lukas sajalah yang memuat cerita tentang orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-
37). Cerita yang memberikan kepada kita kesan sangat mendalam bahwa pelayanan dan
penyembahan kepada Allah tidak melulu terjadi di Bait Allah atau tempat doa. Menolong
sesama yang sedang dalam kesulitan, mengasihi dan memberi perlindungan kepada seorang
asing atau dia yang memusuhi kita adalah perbuatan beribadah kepada Tuhan.

Kita yang merayakan Jumat Agung perlu tahu keajaiban ini, sehingga mulai belajar untuk
menyembah Allah bukan hanya di gedung ibadah dan rumah doa, tetapi juga di setiap tempat
dimana saja kita berada.

Keajaiban ketiga, seorang non Yahudi, bangsa tidak bersunat, kepala pasukan penyaliban
berkata di hadapan umum: "Sungguh, orang ini adalah orang benar374Kita lihat di sini
bahwa Allah tidak menyembunyikan kebenaran kepada orang non Yahudi. Allah adalah
Tuhan yang tidak diskriminatif. Kasih juga tidak pilih muka. Allah memberikan kepada orang
yang percaya maupun orang kafir kemampuan untuk mengenal kasih dan menghormatinya.

Tidak ada dosa yang begitu berat sehingga menghalang-halangi kuasa Allah. Tidak. Kepala
pasukan penyaliban digerakkan hatinya oleh Allah untuk mengenal kasih dan kebenaran.
Dengan mengakui bahwa Yesus adalah orang benar di depan umum, ia mengaku diri sebagai
yang melakukan satu tindakan yang salah dan keliru. Si kepala pasukan penyaliban tidak
berusaha membela diri, ia mengakui kekeliruannya dengan terbuka dan jujur.
Seorang kepala pasukan mengaku diri berbuat kesalahan dan kekeliruan. Itu diucapkan di
depan umum. Lukas melihat ini sebagai sebuah keajaiban. Ia mencatat ini dalam kitab yang
dia peruntukan kepada Teofilus, seorang pejabat tinggi dalam pemerintahan Roma waktu itu.
Ia tentu mencatat keajaiban ini dengan maksud agar mendorong Teofilus waktu itu, dan
Teofilus-Teofilus masa kini untuk meniru contoh kepala pasukan penyaliban.

Akhirnya, Lukas memberi kesaksian bahwa pada Jumat Agung yang pertama ada tiga
peristiwa ajaib. Kita sudah lihat keajaiban itu satu persatu. Tentu saja tidak dengan maksud
mengatakan bahwa keajaiban-keajaiban itu hanya terjadi pada Jumat Agung yang pertama
saja. Lukas catat hal itu untuk mendorong kita agar menjadikan Jumat Agung yang kita
peringati kini dan di sini juga menjadi Agung yang di dalamnya ada keajaiban-keajaiban
yang bisa disaksikan orang lain.

Paskah dan Bencana Alam


Penulis : Dr. Eben Nuban Timo (Pendeta GMIT)

Paskah menurut PL dan PB:


PASKAH berasal dari kata Ibrani, Pasach. Artinya berlalu. Kata ini menggambarkan
berlalunya masa hidup sebagai budak di Mesir selama 450 tahun dan dimulainya masa
sebagai orang merdeka untuk berjalan menuju tanah perjanjian. Sepuluh bencana yang
dahsyat berada di belakang mereka. Di depan mereka menanti sepuluh firman yang memberi
kehidupan dan sukacita (Maz. 19:8 dst). Tetapi yang masuk ke dalam janji kehidupan
sukacita itu Israel sebagai satu bangsa harus menjalani satu disiplin hidup yang ketat. Mereka
perlu belajar menanggalkan kebiasaan-kebiasaan dan praktek hidup yang lama sekaligus
melatih diri dengan pola dan perilaku hidup yang baru. Pasach di Israel berhubungan dengan
peristiwa keluaran (rexodus) dari tanah Mesir, negeri perbudakan (Kel. 20:2).

Artikel Terkait
 Ia Telah Bangkit
 Bencana dan Waktu
 Penderitaan
 Minggu Advent: Menanti dan Introspeksi
 Kisah Batu Jalanan
 Ketika Bencana Menimpa
 Perjamuan Kudus

Kata Pasach punya hubungan dengan kata Pesach, artinya bergegas. Kata ini menunjuk pada
suasana perayaan Pasach. Pada perayaan itu segala sesuatu harus dilakukan secara cepat,
buru-buru. Makanan yang disiapkan tidak perlu dipersiapkan secara lambat. Daging pada
pesta itu tidak boleh dipotong kecil-kecil. Waktu makan pun harus dilakukan sambil berdiri.
Waktu tangan yang satu menyantap makanan, tangan yang lain memegang tongkat atau
memikul ransel. Sepatu sudah harus dipasang di kaki. Pesta itu diadakan dalam suasana
bersiap-siap untuk pergi (Kel. 12:110).

Masa baru itu sangat menarik sehingga Israel harus bergegas untuk meninggalkan suasana
hidup lama dan menerima hidup dan status baru yang ada. Jauh hari setelah peristiwa exodus
Pesach tetap dirayakan, juga masih dalam keadaan siaga. Ini sengaja dibuat supaya generasi
muda (anak-anak) dalam keluarga mengajukan pertanyaan: "Apakah artinya perayaan ini?"
(Kel. 12:26). Pertanyaan ini menjadi pintu masuk bagi tiap orang tua untuk mengisahkan
kembali peristiwa exodus kepada anak-anak, supaya mereka mengenang peristiwa itu dan
hidup sesuai dengan tuntutan yang berlaku dalam zaman baru tersebut. Ada hubungan antara
Pasach dan perilaku hidup orang Israel. Bahkan kita bisa katakan bahwa semua aturan dan
tata tertib hidup umat Israel sebagai bangsa, maupun sebagai pribadi, baik di bidang kultis
maupun etis, dengan bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya bersumber dari
perenungan mereka akan peristiwa exodus.

Oleh gereja paskah dihubungkan dengan peristiwa Kebangkitan Yesus Kristus. Keadaan
tergesa-gesa dan bergegas juga dialami murid-murid pada peristiwa paskah yang pertama.
Mereka yang berada di Golgota sore itu harus tergesa-gesa mengemas tubuh Yesus yang
sudah meninggal di atas salib. Perempuan-perempuan pulang dari kubur Yesus dengan
berlari-lari untuk memberitahukan kepada Petrus, dkk apa yang mereka lihat dan dengar
(Mat. 8). Petrus yang mendengar berita dari para perempuan, cepat-c8epat pergi ke kubur.
Sulit bagi dia untuk mengerti rentetan peristiwa yang berlangsung begitu cepat (Luk. 24:120).
Perjanjian Baru, terutama sura-surat Paulus mengklaim bahwa kebangkitan Yesus Kristus
mengawali datangnya zaman baru di dunia yang lama. Menurut JJ Buskes, kebangkitan
Yesus merupakan sepotong dunia baru yang sedang menerobos masuk dalam dunia lama dan
menciptakan sejarah. Penerobosan ini menuntut pembaharuan hidup manusia. Etos hidup dan
kerja manusia setelah peristiwa kebangkitan harus berbeda dengan sebelumnya. Perubahan
itu harus segera, sekarang juga, sebab yang lama sudah berlalu, sedangkan yang baru sedang
datang.

Paskah dalam kitab-kitab Injil


Ada cukup banyak perbedaan mencolok antara kesaksian kitab-kitab injil mengenai
kehidupan dan karya Yesus Kristus. Tetapi laporan kitab-kitab Injil mengenai kisah
kebangkitan Yesus secara umum memiliki kemiripan. Mereka sepakat bahwa paskah bukan
sebuah ilusi, refleksi, teori atau mitos. Paskah adalah fakta atau kejadian historis. Para imam
kepala dan ahli Tauratlah yang menyebarkan teori atau ilusi bahwa Yesus tidak bangkit
melainkan mayatNya dicuri oleh murid-muridNya (Mat. 28:12-15). Kitab-kitab Injil
mengajukan sebuah bukti tak terbantahkan, yaitu "Kubur Yang Kosong". Kepada para
perempuan yang datang ke kubur Yesus, malaikat berkata: "Kamu mencari Yesus orang
Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada disini. Lihat! Inilah tempat mereka
membaringkan Dia" (Mrk. 16;6 dan yang sejajar).

Fakta sejarah ini memiliki kuasa atau pengaruh luar baisa terhadap perilaku hidup para rasul.
Dari orang-orang penakut (Yoh. 20:19), murid-murid berubah menjadi saksi-saksi yang
berani. Mereka rela menanggung risiko bahkan rela mati demi mempertahankan kebenaran
kesaksian mereka. Kita lihat itu dalam cerita dua murid dalam perjalanan ke Emaus (Luk.
24:13-35) dan sikap Petrus di hadapan Mahkamah Agama (Kis. 4:19-20). Hidup murid-murid
berubah dalam tenggang waktu yang singkat. Pengalaman mengatakan bahwa perubahan
hidup dalam waktu yang singkat hanya mungkin terjadi jika bersumber pada sebuah kejadian
yang nyata. Tetapi perubahan itu biasanya berlangsung lambat, secara bertahap dan
membutuhkan waktu yang relatif lama.

Paskah: antara perfectum dan futurum


Dalam gereja ada kidung paskah. Kebangkitan Kristus dilukiskan sebagai akhir dari
penderitaan. Kita sudah diselamatkan. Dunia sudah ditebus. Kematian tidak ada lagi. Ratapan
dan airmata sudah berlalu. Dengan sangat indah ayat tiga dari Kidung Jemaat 188 melukiskan
hal ini dalam syair berikut: Kuasa kubur menyerah, haleluyah/ Dan neraka takluklah,
haleluyah Kristus Jaya atas maut, haleluyah/ Dan terbukalah Firdaus, haleluyah. Benarkah
maut dan kematian tidak ada lagi? Kita bernyanyi pada hari Minggu: "Kuasa kubur menyerah
dan neraka takluklah". Tetapi pada hari Senin kita memanggul jenazah salah seorang teman
kita menuju ke tempat pemakaman. Dan, pada hari Rabu jenazah kita sendiri diusung ke liang
lahat. Kematian masih mengancam kita. Dunia sudah ditebus! Bisakah kita mengatakan hal
itu, kalau kita mendengar tentang anak-anak yang diperkosa dan tentang kakak adik di
kampung yang saling membunuh? Apakah iblis sudah kalah kalau kita mendengar kisah
tentang bencana gempa bumi di Nias yang terjadi justru satu hari setelah umat Kristen
merayakan Paskah (28 Maret 2005).

Paulus, sang rasul yang berkhotbah dengan sangat tegas tentang Paskah, berbicara dalam
Roma 8 tentang penderitaan zaman sekarang. Dia katakan bahwa seluruh makhluk mengeluh,
Gereja juga mengeluh dan ditaklukkan oleh kesia-siaan. Penebusan ternyata belum terjadi
(Rom. 8:19 dst). Pembenaran manusia memang sudah tuntas dikerjakan Allah di atas salib,
tetapi pengudusan manusia belum selesai. Manusia yang te8lah direbut kembali oleh Allah
dari kematian mengalami kehancuran yang parah. Hidupnya diporak-porandakan oleh maut.
Ia belum bisa langsung dipermuliakan. Terlebih dahulu ia perlu dipulihkan. Pemulihan itu
butuh waktu. Kita sudah diselamatkan tetapi penebusan kita belum selesai. Paskah adalah
akhir dari salib. Tapi ia bukan akhirat. Kebangkitan Yesus adalah akhir, tapi sekaligus
permulaan baru, awal dari sejarah keselamatan. Alkitab melihat kebangkitan Yesus dalam
hubungan dengan salib, yakni kematian Yesus tetapi juga dengan kemenangan yang final,
yakni kedatangan-Nya sebagai hakim. Pendamaian adalah sebuah perfectum. Yesus sudah
membayar hutang dosa kita sekali untuk selamanya. Ungkapan "sekali untuk selamanya"
menunjuk pada dimensi perfectum sekaligus futurum dari peristiwa Paskah.

Sebagai gereja kita belum bisa dan tidak boleh membanggakan diri sebagai yang suci dan
tanpa dosa. Gereja memang datang dari kebangkitan. Tetapi kebangkitan itu bukan akhirat. Ia
adalah permulaan masa baru yang masih akan datang. Dalam perjuangan itu kita masih
mengalami banyak pencobaan, bahkan ada pengkhianatan. Bencana masih muncul dan
menggerogoti hidup dunia yang sudah selamatkan Kristus. Itu terjadi karena beberapa alasan.
Salah satunya, seperti yang sudah kita sebut tadi, dunia yang sudah dibenarkan Allah masih
terus dibentuk untuk menjadi dunia yang layak bagi kedatangan kerajaan Allah. (Bdg, Wah.
21:1-2). Tepatlah apa yang dikatakan S Kierkegaard: "Kita belum gereja. Kita seadng
menjadi gereja". Mengapa bencana tetap ada? Drs. H Sianturi, M.Si, pakar Fisika di FMIP
Undana-Kupang dalam orasi ilmiah mengenai gempa bumi dan tsunami menegaskan sebagai
berikut: "Sesungguhnya bumi yang kita diami ini tidaklah diam, akan tetapi lempengan-
lempengan bumi ini selalu bergerak kelajuan sekitar 2-11 cm per tahun". Bumi tidaklah diam.
Dia terus bergerak. Ada alasan-alasan ilmiah dan rasional yang diajukan. Dari sudut pandang
teologis kenyataan bahwa bumi terus bergerak juga ditandaskan berulang-ulang oleh para
teolog besar dalam gereja. Karl Barth umpamanya mengatakan hal yang sangat mengejutkan
tentang ciptaan Allah: "Penciptaan sudah terjadi tetapi belum selesai". Artinya ciptaan yang
keluar dari tangan Allah masih terus berada dalam proses menjadi. Apa yang kita lihat dan
alami saat ini, termasuk hidup kita adalah satu keberadaan yang sementara. Akan tiba
masanya, di mana keadaan yang sementara ini akan diganti dengan keadaan yang sempurna
(Church Dogmatics II/1, 15).

Penciptaan belum berakhir.


Yesus berkata: Bapa-Ku bekerja sampai sekarang (Yoh. 5:17). Allah terus bekerja untuk
membenahi ciptaan-Nya s243217ai dengan rencana-Nya yang kekal: menjadikan mereka
sebagai umat-Nya Pekerjaan Allah pasca penciptaan itulah yang dikenal dalam ilmu teologi
dengan nama Providentia Dei. Ciptaan Allah dipelihara. Pemeliharaan itu tidak dilakukan
seorang diri oleh Allah. Dalam melakukan pekerjaan penciptaan Allah lakukan itu sendiri,
tanpa manusia, tetapi dalam karya pemeliharaan ciptaan Allah mau lakukan bersama-sama
manusia.

Ciptaan Allah perlu dipelihara.


Salah satu alasan teologis yang diberikan adalah demikian. Dalam dunia ciptaan Allah ada
kuasa jahat. Kuasa-kuasa itu tidak disangkali Alkitab. Apa yang Allah buat pada waktu
menciptakan langit dan bumi adalah menaruh batas kepada kuasa-kuasa itu. Kuasa-kuasa itu
dimetaforakan dengan khosek, kegelapan dan tehom, samudera raya. Kita bisa lihat itu dalam
kisah penciptaan yang dilakukan Allah pada tiga hari pertama: Pada hari pertama Allah
menciptakan terang (ha or) untuk menghalau kegelapan (ha khosek). Tetapi karena terang
yang adalah ciptaan itu tidak sepenuhnya dapat menghalau kegelapan itu, maka Allah
memisahkan saja terang itu dari gelap. Ya, Allah menaruh batas. Ini berlaku juga pada hari
kedua dan ketiga. Di mana Allah memisahkan air yang di atas dan air yang di bawah.
Kemudian menaruh batas bagi air yang ada di bumi. Mereka disuruh berkumpul di laut.

Batas yang ditetapkan Allah itu kadang-kadang dilanggar.


Tsunami adalah bukti bahwa batas itu seringkali dilangkahi. Penyakit yang kita derita juga
adalah bentuk-bentuk dari pelanggaran batas itu oleh kegelapan. Dalam penciptaan Allah
belum menghancurkan musuh dari ciptaan Allah secara total. Allah hanya menaruh batas
kepadanya. Daya rusak dari si jahat itu dibatasi dan dikendalikan oleh Allah. Akan ada waktu
di mana Allah secara total dan definitif menonaktifkan daya rusak dan menghalau si jahat
dari muka bumi. Itu baru akan terjadi nanti, belum sekarang (Wh. 21:1, 22:5).

Dari sudut pandang ini, bencana terjadi karena dunia masih terus ada dalam proses terjadi. Ia
terus dibentuk ke arah wujudnya yang sempurna dan final. Di sini bencana serta penderitaan
perlu agar manusia yang menjadi partner Allah dalam pekerjaan providentia Dei menyadari
tanggung jawab dan tugasnya. Penutup

Paskah artinya berlalu.


Masa yang penuh bencana dan penderitaan sudah lewat. Masa yang penuh sukacita dan
damai sedang datang. Kedatangan masa baru itu adalah sudah terjadi tetapi belum selesai.
Tugas untuk menghadirkan sukacita dan damai yang sempurna dan final itu adalah karya
bersama antara Allah dan manusia. Jadi pasca Paskah adalah masa di mana manusia dalam
ketaatan kepada Allah harus mewujudkan damai dan sukacita dari Allah itu dalam tiga
dimensi relasi, dengan Allah, dengan alam dan dengan sesama.

alib Yesus Kristus


Dunia pernah dihebohkan oleh penemuan dari seorang ahli genetika yang bernama Dr. Ian
Wilmut dan koleganya dari Roslin Institute (lihat. Kompas, 28 Februari 1997) yakni apa yang
disebut "Domba Clone dari sel Kambing". Dari hasil pencobaan yang dilakukan terhadap
domba ternyata positip, Juli 1996 telah lahir seekor domba hasil proses laboratorium yang
diberi nama Dolly. Domba yang satu bisa digandakan menjadi seratus atau seribu ekor yang
persis sama.
Artikel Terkait
 Paskah A to Z
 Kebangkitan: Sebuah Dasar Yang Sukar
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Menyangkal Diri & Memikul Salib
 Kemenangan Orang Percaya
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong

Para ahli mengungkapkan; jikalau "Clone´ ini berhasil, maka tidak menutup kemungkinan
akan dilakukan "Meng-cloning" manusia. Itu berarti Jikalau kita sudah tua, lalu kita bisa
meminta kepada ahli untuk meng-cloning seseorang yang percis kita sebagai pengganti. Atau
jikalau seorang bapak mendengar isterinya sakit keras (kanker) dan dokter memvonis tentang
kematiannya, maka ia akan meminta para ahli untuk meng-cloning seorang wanita untuk
dipersiapkan sejak dini sebagai pengganti yang persis isterinya.

Tentang masalah "Meng-cloning manusia" ini terdapat berbagai perdebatan, baik ditinjau dari
segi etika, moral maupun teologi. Bagaimana kalau penemuan ini sudah ada pada zaman
Tuhan Yesus. Itu berarti Tuhan Yesus bisa mencarikan pengganti-Nya untuk disalibkan?
tetapi apakah itu mempunyai makna bagi kehidupan kita. Namun saya percaya tanpa
penemuan cloning ini Yesus pun bisa melakukan itu, tetapi Ia tidak mau. Kalau Yesus
mencari pengganti, apa arti salib Kristus itu bagi kita? Tidak, Yesus tidak mencari pengganti,
salib Yesus menjadi berati karena Yesus sendiri dengan sukarela naik ke atas dan mati bagi
kita semua. Jikalau ada yang menggantikan Yesus, maka salib itu menjadi tidak berarti;
walaupun yang disalibkan itu manusia fotocopy atau hasil Cloning dari para ahli yang 100%
persis Yesus. Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa yang disalibkan adalah Yesus. Dia
yang tidak berdosa telah dijadikan berdosa untuk membebaskan manusia-manusia yang
berdosa.

Berbicara tentang penyaliban Tuhan Yesus, maka tidak ada salahnya bila kita lihat mulai dari
taman Getsemani, dari sini kita akan melihat makna yang lebih dalam tentang salib Tuhan
Yesus itu. Pada bagian ini saya mencatat ada tiga makna penting yang terkandung di dalam
peristiwa penyaliban Tuhan Yesus.

Salib Tuhan Yesus merupakan "penderitaan" menuju


perdamaian
Rasul Petrus mencatat; ketika Dia (yaitu Yesus) dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci
maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam; tetapi Ia menyerahkan-Nya kepada Dia yang
menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di atas kayu
salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. (1 Petrus 2:23-24)

Tidak hanya itu, Ia juga diejek, ditampar, Ia diludahi, Ia ditendang, Ia dicambuk dengan
cemeti yang ujungnya ada paku yang tajam, sehingga kulit tubuh-Nya tersayat-sayat. Tubuh
Yesus menjadi begitu lemah, dan menurut tradisi pada zaman itu, orang yang disalibkan itu
harus membawa salibnya sendiri ke atas gunung; yang biasanya di luar kota. Pada zaman itu
telah dikenal ada tiga macam salib yang biasanya dipergunakan untuk menghukum para
penjahat, yang pertama Salib yang berbentuk T, yang kedua salib yang berbentu X, dan yang
ke tiga salib yang bentuk U. Dan bentuk salib yang dipergunakan untuk menyalibkan Tuhan
Yesus adalah berbentuk salib yang seperti kita kenal hari ini.

Tubuh manusia Yesus sudah menjadi begitu lemah, Ia tidak sanggup lagi membawa kayu
salib itu; sehingga seseorang yang bernama Simon dari Kirene itu membantu mengangkat
salib Yesus. Sesudah berada di bukit Golgota atau bukit Tengkorak, salib itu diturunkan dan
dibaringkan di atas tanah, orang yang akan disalibkan juga dibaringkan juga. Lalu kedua
tangannya dipaku, juga kaki-Nya. Kemudian pelan-pelan salib itu diangkat naik dan tegak.
Seluruh berat badan manusia itu sesuai dengan gaya gravitasi bumi akan tertarik turun ke
bawah. Itu berarti lubang paku di tangan yang itu akan makin lebar, makin lebar, sekarang
hanya tinggal tulang yang menyangkut dipaku.

Demikian juga lubang paku dikaki, berat tubuh menekan turun memaksa lubang paku di kaki
Yesus makin melebar. Darah menetes ke luar, itu juga berarti tekanan darah-Nya semakin
rendah. Peredaran oksigen dalam tubuh juga semakin berkurang, getaran urat nadi semakin
cepat dan pernafasan terpacu lebih cepat dan dalam. Sungguh sengsara. Tanpa obat bius
(Matius 27:34). Sakit sekali, dan celakanya pada saat-saat demikian orang yang disalib itu
tidak akan cepat mati, justru dengan lambatnya mereka mati; itu berarti memperbanyak rasa
sakit.

Namun di saat-saat demikian, Yesus masih mengucapkan kata-kata yang penuh makna. Kata-
kata yang dikenal sebagai tujuh perkataan Agung Yesus yang terakhir di atas kayu salib:

1. Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

2. Hari ini juga, engkau bersama-sama dengan Aku di taman Firdaus.

3. Lihatlah ibumu, lihatlah anakmu

4. Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.

5. Aku haus

6. Sudah genap (Tetelestai)


7. Ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku

Biasanya orang yang disalibkan itu kakinya dipatahkan terlebih dahulu, supaya mempercepat
kematiannya, dan ini diperlakukan buat kedua penjahat yang ada di samping kanan kiri
Yesus. Sedangkan kaki Yesus tidak perlu sampai dipatahkan, karena Yesus mati lebih dahulu
dari kebiasaan waktu yang diperhitungkan. Sehingga membuat para perajurit itu tidak
percaya dan untuk membuktikan bahwa Yesus benar-benar mati maka, lambung Yesus
ditikam dengan tombak.

Inilah peristiwa singkat penyaliban Tuhan Yesus. Betapa indah kalau didramakan, tetapi akan
lebih indah dirasakan. Yesus memang menderita, tetapi tidak sampai batas itu saja, Alkitab
mencatat (Matius 27:51) "Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah
dan terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah", ini menunjukkan perdamaian.
Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, hubungan Allah dengan manusia terputus,
tetapai dengan kematian Yesus Kristus; Allah memperdamaikan kita semua. Tidak ada
pengganti-Nya, hanya Yesus saja yang sanggup menciptakan perdamaian itu.

Salib Tuhan Yesus merupakan "kekalahan" menuju


Kemenangan
Secara perhitungan dunia Yesus itu mengalami kalah telak, karena Ia harus mati. Bagi dunia
orang yang mati sudah tidak berguna lagi, tetapi ingat bahwa kita tidak menyembah pada
Tuhan Yesus yang mati, pada hari ke tiga Ia telah bangkit dan hidup kembali. Inilah
kemenangan yang dahsyat, seharusnya tidak pernah dilupakan oleh umat manusia. Orang-
orang disekitar boleh mengenyek Yesus, karena ketidaktahuan mereka. Kalimat yang
diucapkan cukup pedih "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia
selamatkan! Ia Raja Israel, baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya.
Ia menaruh harapan Nya pada Allah; baik;lah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah
berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata Aku adalah Anak Allah." (Matius 27:42-43).

Pernah dulu saya membayangkan bahwa Yesus akan turun seperti yang dalam film
"Superman", lalu orang-orang yang mengenyek Dia dibantai habis-habisan. Namun tidak,
Yesus tidak melakukan itu; walaupun untuk disalibkan saja Yesus sangat bergumul antara
menuruti kehendak Allah atau menuruti kehendak-Nya sendiri.

Di taman Getsemani, merupakan saat-saat Tuhan Yesus bergumul, Ia harus membuang jauh-
jauh "kedagingan-Nya". Tiga kali berturut-turut Yesus berdoa pada malam itu. Dengan peluh
yang membasahi sekujur tubuh-Nya, Yesus datang pada Tuhan Allah. Dia mengatakan "Ya
Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Untuk
kedua kalinya Yesus masuk lagi ke dlam taman Getsemani untuk berdoa "Ya BapaKu,
jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendakMu!" (Matius 26:42). Doa yang ketiga kalinya, percis sama dengan yang kedua.
"Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila aku meminumnya, jadilah
kehendakMu!", satu doa penyerahan diri Yesus.
Benar Yesus mati di atas kayu salib, dan ini dibuktikan oleh tombak yang menusuk perut-
Nya. Ia benar-benar mati. Ia bukan pinsan, Ia tidak lari , Ia tidak turun dari kayu salib. Sekali
lagi Yesus mati, seperti kekalahan, tetapi bagi kita, inilah suatu kemenangan, karena Yesus
berhasil taat sepenuhnya kepada Allah.

Memang di dunia ini, bagi orang yang sepenuhnya mau menjalani perintah Allah, ia seperti
orang yang bodoh selalu mendapat penghinaan. Karena tawaran dunia begitu menarik,
kelihatannya lebih nikmat, lebih hebat namun sayang sifatnya sementara saja.

Salib Tuhan Yesus merupakan "maut" menuju


Keselamatan
Kematian merupakan maut, itulah hukuman Tuhan akibat dosa manusia. Namun kematian
Tuhan Yesus bukan merupakan dosanya, namun Ia menanggung segala dosa kita. Yesus telah
dipilih sebelum dunia dijadikan, untuk menggantikan kita dihukum. (bnd 1 Petrus 1:18-20
"Sebab 327u tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu
warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak
atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,
tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir".

Jikalau kita melihat Yesus sampai batas kematian-Nya saja tentu itu sia-sia, tetapi Yesus yang
kita sembah bangkit pada hari yang ke tiga. Duduk bertahta dikerajaan bersama-sama Allah.
Inilah yang disebut dengan maut menuju keselamatan itu. Yesus mati karena dosa kita dan
bukan hanya itu Ia juga mati bagi dosa kita

Memang kebangkitan Tuhan Yesus menjadi perdebatan terus sejak zaman Perjanjian Baru.
Bukankah zaman rasul Paulus juga ada perdebatan tentang masalah kebangkitan ini; ada
orang Farisi yang percaya kebangkitan lalu ada orang Saduki yang justru tidak percaya akan
kebangkitan. Sampai hari ini kebangkitan Yesus itu diperdebatkan belum tuntas, apalagi
ketika kita sebagai orang awam hendak membuktikannya dihadapan orang-orang yang belum
percaya. Memang sulit.

Ada tiga alasan yang cukup masuk akal, yang membuktikan bahwa Yesus yang kita percayai
itu benar-benar bangkit dari kubur. Seorang penulis yang bernama Morrison menemukan
bahwa Kristus Yesus terang-terangan dibaringkan dalam kubur pada hari Jumat, tetapi pada
hari Minggu pagi jenazah-Nya telah hilang. Seandainya Ia tidak bangkit dari kubur, maka ada
orang yang telah mengambil jenazah itu. Dalam hal ini ada tiga kelompok orang yang pantas
dicurigai yang kemungkinan besar telah mengambil jenazh Tuhan Yesus. Orang-orang
tersebut adalah :
1. Orang Romawi
2. Orang Yahudi dan
3. Murid-murid Yesus sendiri,
namun logikanya dapat kita lihat bahwa:
1. Orang-orang Romawi tidak mempunyai alasan untuk mencuri jenazah itu, karena
mereka ingin menjaga ketenteraman di Palestina. Maksud mereka tidak akan tercapai
bila mereka mencuri jenazah Yesus dari kubur.

2. Orang Yahudi juga tidak mungkin mengambil jenazah Yesus, karena hal yang paling
mereka tidak inginkan adalah pernyataan tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Menurut
Matius 27 mereka sendiri yang meminta supaya kubur Tuhan Yesus dikawal.

3. Murid-murid Yesus juga tidak mempunyai alasan mencuri jenazah Tuhan Yesus lalu
membohongi orang banyak dengan mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit.
Seandainya mereka melakukannya maka mereka telah mengabarkan hal yang penuh
kebohongan, dan sia-sialah para rasul mereka yang karena kabar kebohongan ini
harus mati.

Penjelasan yang paling masuk akal adalah, Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari
kubur. Memang murid-murid Tuhan Yesus tidak sepandai para ahli yang ada pada abad 20,
tetapi saya pikir untuk membedakan antara hidup dan mati mereka tentu bisa. Dalam 2 Petrus
1:16 "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami
memberitahukan kepadamu kuasa-kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai
raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya"

Kebangkitan inilah kemenangan besar. Sehingga bagi yang percaya kepada-Nya juga
menikmati suatu kemenangan khususnya keselamatan. Tanpa darah yang dicurahkan di atas
kayu salib; tidak ada keselamatan.

Menjelang saat-saat peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, kita sudah melihat kasih Yesus
begitu besar kepada kita. Apa yang dapat kita perbuat bagi dia? Berbuatlah sesuatu bagi-Nya
sebab Dia terlebih dahulu sudah berbuat banyak untuk kita.

Sumber: buku Mengenal Dia Lebih Dalam, terbitan KAIROS, hal 104

Kemenangan Orang Percaya


Konsep Perjanjian Lama mengartikan Paskah sebagai Hari Pembebasan mereka di dalam
perbudakan, dalam Perjanjian Baru juga demikian, Paskah merupakan pembebasan orang-
orang percaya dari "perbudakan" dosa dan maut, semestinya manusia itu mati karena dosa;
namun kemenagan Tuhan Yesus di atas kayau salib telah membebaskan kita dari kematian
itu. Yesus telah menang atas dosa-dosa umat manusia secara universal, artinya setiap orang
yang percvaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Peringatan
Paskah juga merupakan suatu pesta kemenangan besar Yesus Kristus, sekaligus Kemenangan
besar bagi orang-orang percaya. Yesus bukan hanya menang atas kematiaan-Nya saja di
dalam Kubur, tetapi sekaligus menang atas dosa manusia. Inilah salah satu dasar Iman
Kepercayaan orang Kristen yang tidak boleh dilupakan. Makanya ketika Dokter Lukas
mengatakan dalam bagian ini bahwa ";Ia Tidak Ada di sini, Ia Telah Bangkit" (Lukas 24:6),
haruslah diyakini bahwa Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari kubur, di gua itu sudah
kosong, yang ada hanay kain kafan bekas pembalut mayat Tuhan Yesus. Tidak ada sejengkal-
pun alasan yang boleh membatalkan pernyataan ini.

Artikel Terkait
 Menguji Ekspektasi
 Tiga Keajaiban Di Jumat Agung
 Sama-Sama Benar?
 Salib Yesus Kristus
 Iman, Apa Manfaatnya?
 Refleksi Paskah: Secarik Tissue Berbercak Merah
 Paskah di Hadapan Kubur Kosong

Di dalam Teologia Apologetika, Yesus diyakini sebagai Anak Allah, kokoh atau hancurnya
konsep ini sangat tergantung dan erat hubungannya dengan Kebangkitan Yesus Kristus.
Kalau kita perhatikan 1 Korintus 15 :7 di sini rasul Paulus mengatakan “Jika Kristus tidak
dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”
Karena itu, Kebangkitan patutlah dianggap sebuah bukti tentang Pribadi Kristus yang Ilahi,
Kemesiasan-Nya dan Kuasa-Nya menyelamatkan manusia dari dosa. Tanpa Kebangktan, itu
berarti Yesus yang kita sembah adalah Yesus yang tidak bedanya dengan para tokoh-tokoh
agama. Kebangkitan-Nya sekaligus membuktikan Ia Hidup.

"Kemenangan Orang Percaya" demikianlah judul tulisan ini. Tentu ada orang yang bertanya,
apa sih bukti kemenangan itu, bukankah Yeus disalibkan di bukit Golgota? Ada orang
berpendapat bahwa kubur Yesus yang kosong belum tentu merupakan indikasi Yesus
bangkit, barangkali Yesus melarikan diri sebab Dia hanya semaput (pinsan), sekarang sudah
siuman lalau pergi melarikan diri?. Atau, karena kepiawaian Yesus, maka Ia telah
mengelabui orang-orang yang telah menyalibkan Dia, sesungguhnya yang disalibkan itu
orang lain? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul dalam benak orang-orang
yang tidak percaya akan Kebangkitan bukan? Hal ini bisa kita maklumi, sebab kejadian
Kebangkitan Yesus Kristus telah berlalu dua ribu tahun lebih, dan mereka yang tidak senang
akan hal ini pasti punya banyak alasan dan cerita untuk menghancurkan Kebanaran ini.
Jangankan orang-orang modern sekarang ini banyak yang tidak percaya, orang-orang yang
hidup pada jaman Yesus-pun ada yang tidak percaya akan Kebangkitan ini. Salah satunya
justru orang yang paling dekat dengan Yesus yakni murid-Nya yang bernama Tomas.
Demikian kata Tomas, "Sebelum aku sendiri memasukkan jari tangan ke dalam telapak
tangan bekas paku Tuhan Yesus dan memasukkan tanganku ke dalam perut bekas tusukan
tombak, aku tidak percaya Yesus sudah bangkit" (lihat Yohanes 20:25) Sehubungan dengan
Kemenangan orang Percaya ini, saya mencatat tiga hal yang akan kita soroti lebih mendetail.

I. Kemenangan Orang Percaya, buktinya Batu Besar Penutup Kubur Terguling

Di dalam Injil Matius 28 :2 tercatat " Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang
malaikat turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di
atasnya" Sedangkan Markus mencatat, setelah lewat Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu
Yakobus serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki mayat
Yesus. Di tengah perjalanan, mereka bertanya siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi
kita? Mereka sadar, bahwa ada yang kurang dari antara mereka yakni tidak membawa teman-
teman pria. Sebab sesungguhnya batu penutup pintu kubur itu cukup berat untuk di geser.
Namun apa boleh buat, saat ini sudah hampir tiba di Kubur. Satu hal yang sangat
mengagetkan mereka semua adalah, ternyata batu besar dan berat itu sudah terguling dan
kubur dalam keadaan terbuka. Ini berarti ada sesuatu sedang rterjadi di dalam Kubur itu.

Kebangkitan Tuhan Yesus merupakan peristiwa yang penting dan dahsyat. Begitu kuat-Nya
kuasa Kebangkitan itu telah mendorong dan menggeser batu penutup kubur sekaligus
menghancurkan penghalang itu dan membuat terobosan baru. Bagaimana dengan kita semua?
Sesungguhnya apa yang menjadi penghalang kita dalam hidup ini supaya bisa menaruh
kepercayaan seratus persen kepada Tuhan? Apa yang senantiasa menjadi penghalang,
membnuat kita tidak setia kepada Tuhan. Sanggupkah kita menggulingkan batu penghalang
hidup kita ini?

Pernah suatu hari dalam percakapan dengan salah seorang jemaat gereja, saya begitu kaget
sebab saya menemukan ada jemaat yang sudah puluihan tahun berbakti di gereja tetapi dia
belum dibaptis. Danm tatkala kita coba bertanya alasannya, terlalu banyak yang beralasa
bahwa " orang tua kami masih hidup". Kita lihat bahwa jawabannya itu tidak sejalan dengan
pertanyaannya bukan? Namun setelah saya coba selidiki latar belakangnya, ternyata memang
orang tuanya belum percaya, sehingga apabila orang tuanya masih hidup, pastilah mereka
marah sekali kalau anak-anaknya percaya Yesus, sebab apabila mereka sebagai orang tua
meninggal, tidak ada yang menyembayangi. Tetapi kalau dipikirkan kembali, bukankah dia
sebagai anak juga sangat "kejam", rela kalau orang tuanya meninggal tanpa Tuhan Yesus.
Apalagi kalau orang tuanmya mengetahui akan Kebenaran ini, tentu mereka akan "sakit hati"
pada anak-anaknya. Bukankah bagi jemaat tersebut. Orang tunya sebagai "batu besar
penghalang" , yang harus segera digeser. Yang harus segera diubah konsepnya, sehingga
yang tadinya penghalang dengan kekuatan Tuhan telah menjadi pendukung.

II. Kemenangan Orang Percaya, buktinya: Yesus tidak ada di dalam Kubur lagi

Lukas mencatat dalam bacaan tadi, "Pagi-pagi benar mereka, dalam hal ini para wanita itu
yakni Maria Magdalena, Yohana, Maria ibu Yakobus dan Salome dan wanita-wanita lainnya
berangkat menuju ke kubur. Kenyataan yang mereka hadapi adalah, Batu Penutup Kubur itu
telah tergeser dari tempatnya; dan satu hal yang paling penting lagi mayat Yesus sudah tidak
ada di dalam. Bagi murid-murid Yesus yang saat itu penuh ketakutan, barangkali mendapat
sedikit penjelasannya saja, mereka sudah bisa mengerti dan menerima dan percaya peristiwa
Kebangkitan itu. Sebab memang Yesus pernah menceritakan kepada mereka kronologisnya.

Namun fakta yang terjadi di lapangan beda, Tomas yang seringkali disebut Didimus itu masih
ragu akan hal ini. Seorang ahli Teologia dari Amerika John F Walvoord menjelaskan
perdebatan serta keraguan dan kecurigaan ini sebagai berikut :

Ada orang yang mengatakan bahwa murid-murid Yesus itu sesungguhnya telah datang ke
kubur yang salah, sehingga wajar kalau tidak menemukan Yesus di sana. Apakah ini benar,
bagaimana penjelasannya? "Kira-kira tigapuluhan tahun yang lalu, saya masih ingat cerita
dari nenek saya mengenai kuburan orang-tuanya. Beliau mengatakan bahwa, kubur orang-
tuanya hampir tidak ditemukan, karena tanda berupa patokannya hilang. Jadi ada
kemungkinan pergi ke kubur yang salah. Di jaman sekarang ini, kuburan sudah di tata rapi,
bahkan ada alamat dan nama bloknya. Misalnya di Jawa-Timur saja kuburan di Gunung
Gansir atau Sentong Lawang sudah ada namanya, Blok A, Villa Masa Depan Sejahtera" atau
entah nama apa lagi, sehingga orang-orang lebih gampang menemukannya. Namun, apakah
benar murid-murid itu salah? Jawabannya tidak, sebab malaikat-malaikat ada di kubur itu,
tidak mungkin malaikat berada pada kubur yang keliru bukan. Selain itu di sana juga ada para
serdadu, jadi tidak mungkin mereka menjaga kubur orang lain, apa kepentingannya dengan
kubur orang lain, sudah pasti itu kubur Yesus, walaupun pada waktu itu tidak diberi nomor
Blok dan nama Villa.

Sementara itu ada lagi yang mengatakan bahwa para serdadu itu sendirilah yang telah
mengarang cerita untuk meyakinkan orang banyak bahwa mayat Yesus benar-benar telah
dicuri oleh seseorang tatkala mereka sedang tidur. Apabila kasus ini benar-benar terjadi,
maka para serdadu itu pasti akan dihukum mati; sebab mereka yang diberi tanggung-jawab
untuk menjaga tetapi kenyataannya mereka tidur. Sebaliknya menurut catatan Injil Matius,
mereka itu disuap dengan uang untuk menyebarkan cerita bohong itu. Hal ini jelas
merupakan suatu usaha untuk menutupi fakta kebenaran dengan mengandalkan uang.
Tentunya para serdadu itu akan dijamain keselamatannya ats hukuman yang berlaku pada
waktu itu.

Kurangnya bukti untuk mengadakan klaim bagi orang-orang yang berusaha menggugat
kebangkitan-Nya membuat kita menerima catatan tentang Kebangkitan itu. Jikalau
Kebangkitan itu tidak ajaib dan begitu penting sehingga menjadi dasar yang kokoh bagi
seluruh iman Kristen, maka tentulah Kebangkitanm itu tidak pernah dipersoalkan. Sekali lagi
murid-murid Yesus tidak mungkin mencuri mayat Guru-nya; dan kalau musuh-musuh Tuhan
269243g telah mengambil mayat-Nya, tentulah mereka akan mengeluarkannya kembali
tatkala berita tentang Kebangkitan mulai tersebar. Kubur kosong merupakan saksi bisu yang
yang tidak dapat disangkal tentang kenyataan Yesus Bangkit dari kubur-Nya.

Kalau kita semua megerti penjelasan dan pembelaan yang sederhana ini tentang Kebenaran
akan Kebangkitan Yesus, mengapa kita masih belum mau percaya? Yesus bangkit
menciptakan harapan baru bagi para pengikutnya, tadinya suam-suam kukuh sekarang
berkobar lagi. Tadinya sudah hampir putus asa, sekarang tidak lagi.

III. Kemenangan Orang Percaya, buktinya: Yesus Bangkit dan Menampakkan Diri-
Nya

Seperti biasanya, diantara murid-murid Yesus yang paling aktif, agresif dan penuh inisiatif
adalah Simon Petrus. Kadang kala Yesus meras jengkel terhadap tinmgkah lakunya ini. Pada
saat Yesus mau kembali Ke Yerusalem, Petrus yang menarik tangan Yesus; waktu itu Yesus
memarahi dia. Sewaktu perajurit itu menangkap Yesus di Taman Getsemani, Petrus
mengeluarkan pedang dan dipotong sehelai telinga perajurit itu. Nah, tatklala Petrus
mendengar Yesus sudah bangkit (lihat ay. 12), ia langsung bangun dan pergi ke kubur. Kalau
kemarin sewaktu di Taman Getsemani tatkala Yesus berdoa Petrus dan kawan-kawan selalau
tertidur, seakan-akan semangatnya sudah pudar, tetapi pagi ini nampaknya ada perubahan.
Benar, Petrus tidak menemukan mayat Yesus, ia hanya melihat kain Kafan saja. Bagi orang
banyak pada waktu itu, peristiwa Kebangkitan ini merupaka cerita "omong kosong"( ay.11),
tetapi kesaksian para murid ini tentunya akan membuktikan bahwa Kebangkitan Yesus bukan
Omong Kosong.

Ditambah lagi Yesus menampakkan diri buat orang banyak. Ada tujuh belas kali Tuhan
Yesus menampakkan diri sesudah kebangkitannya sampai setelah IA naik ke surga.
Penampakan yang pertama : Ditujukan kepada Maria Magdalena, mereka piker dia Tukang
Kebun (Lihat Yohanes 20:11-17 dan Markus 16:9-11).

Penampakan yang kedua: Ditujukan kepada para wanita lain yang kembali ke kubur ( Matius
28:9-10)

Penampakan yang ke tiga: Yesus memperlihatkan Diri-Nya kepada Petrus pada suatu sore
(Lihat Lukas 24:23 dan 1 Korintus 15:5)

Penampakan yang ke empat: Ditujukan kepada mereka yang berjalan menuju ke Emaus
(Markus 16:12-13, Lukas 24:13-35)

Penampakan yang ke lima: Ditujukan kepada ke sepuluh murid Tuhan Yesus, waktu itu
Tomas tidak ada di tempat, sehingga sebelum Tomas melihat sendiri ia tidak percaya. (Lukas
24:36-43 dan Yohanes 20: 19-23)

Pernampakan ke enam: Kembali ditujukan kepada murid-murid-Nya, dan saat itu Tomas
sudah hadir (Yohanes 20:26-29)

Penampakan ke tujuh: Penampakan ini ditujukan kepada tujuh orang murid di Laut Galilea,
waktu itu terjadilah penangkapan ikan yang penuh mujijat (Lihat Yohanes 21:1-23).

Penampakan ke delapan : Yesus menampakan diri secara umum, kepada lima ratus orang dan
diikuti oleh Paulus (1 korintus 15:6)

Penampakan ke sembilan : Ditujukan kepada Yakobus saudara Yesus sendiri (1 korintus


15:7). Ada orang mengatakan bahwa Yakobus itu tidak percaya sebelum Kebangkitan Tuhan
Yesus (Yohanes 7:3-5), tetapi setelah Yesus Bangkit, ia terhitung sebagai orang percaya.

Penampakan ke sepuluh : Kembali Yesus memperlihatkan Diri-Nya kepada ke sebelas murid-


murid-Nya di bukit Galilea, ada perintah yang Agung yang sering disebut Amanat Agung
untuk memberitakan Injil disampaikan kepada murid-murid pada saat ini (Matius 28:16-28)

Penampakan ke sebelas: Tatkala Yesus naik ke surga. Dari Bukit Zaitun IA Menampakkan
Diri-Nya (Lukas 24:44-53 dan Kisah Para Rasul 1:3-9). Penampakan ini adalah penampakan
yang terakhir sebelum Yesus naik ke Surga.

Penampakan ke dua belas: Yesus menampakkan Diri-Nya kepada Stefanus yang mati Martir
(lihat Kisah Para Rasul 7:55-56). Selanmjutnya penampakan yang berbeda sifatnya untuk
menguatkan fakta Kebangkitan Yesus.

Penampakan ke tiga belas: Penampakan ini ditujukan kepada rasul Paulus, waktu itu masih
bernama Saulus. Di perjalanan ke Damsyik, sesungguhnya Saulus mempunyai rencana jahat
terhadap orang-orang percaya, namun Yesus memperlihatkan Diri-Nya kepada Saulus, ia
tersungkur dan bertobat/ (Kisah Para Rasul 9:3-6;22:6-11;26:13-18).

Penampakan ke empat belas: Sekali lagi penampakan itu ditujukan kembali kepada rasul
Paulus ketika di Arabia (Kisah Para Rasul 20"24; 26:17).
Penampakan ke lima belas: Ditujukan lagi kepada Paulus tatkala di Bait Allah, Paulus
diingatkan oleh Yesus bahwa penganiayaan terhadap orang-orang percaya sudah segera tiba
(Kisah Para Rasul 22"17-21).

Penampakan ke enam belas: Kepada Rasul Paulus, waktu itu ia berada di dalam penjara di
Kaisaria, dikatakan bahwa Tuhan datang berdiri disisinya dan memberitahu Paulus bahwa ia
harus menyaksikan Injil di kota Roma ( Kisah Para Rasul 23:11)

Penampakan ke tujuh belas: Waktu itu ditujukan kepada rasul Yohanes, waktu itu ia berada
di pulau Patmos ( Wahyu 1:12-20).

Inilah fakta, bahwa "Kubur Yesus Yang Kosong, Bukan Omong Kosong". Berdasarkan
Kebenaran inilah, maka kita juga berani mempertarukan seluruih hidup kita kepada Tuhan.
Sebagai orang percaya kita menyembah kepada Allah yang hidup, bukan yang mati tetap di
Kubur. Masih ragukah anda akan kebenaran ini? Mari, tambahkan dam bangkitkan kembali
semangat yang sudah letih dan lelah, kobarkan semangat Kebangkitan ini.

Apa yang bisa kita pelajari? Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Ia hidup, dan kita
sebagai Umat-Nya bersandar sepenuhnya kepada-Nya yang Hidup pasti tidak sia-sia. Ini
bukan "Omong Kosong", Yesus yang telah mati di kayu salib demi kita, maka kita harus
hidup bagi Dia yang sudah bangkit. Ini komitmen penting dalam seluruih aspek hidup kita,
dan ingat komitmen kita seharusnya bukan komitmen yang omong kosong. Banyak orang
yang senantiasa hidup dengan Komitmen yang omong kosong, padahal ngakunya itu
merupakan prinsip hidupnya. Prinsip hidup yang omong kosong adalah Hari ini kita katakan
"tidak" tetapi keesokan harinya terlalu gampang berubah menjadi "ya". Komitmen yang
bukan omong Kosong yakni, hari ini kita katakan "ya" besok dan selama-lamanya tetap
katakan "ya". Kiranya Tuhan memberikan pertolongan kepada kita untuk senantiasa hidup
dalam Komitmen yang benar, baik dalam pelayanan, bertutur kata, memegang prinsip dan
sebagainya. Bukan Omong Kosong, Semoga!

Anda mungkin juga menyukai