Anda di halaman 1dari 6

Makna Salib dan Kebangkitan Kristus

Sebagai Dasar Iman Kristiani

Pengantar
Peristiwa salib yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus merupakan dasar iman
umat Kristiani. Persitiwa sengsara, wafat dan bangkitan Yesus adalah suatu rangkaian
peristiwa keselamatan Allah bagi manusia karena cinta-Nya yang tak terbatas. Sengsara
Yesus berpuncak pada kematian-Nya pada salib, namun hidup Yesus tidak berhenti pada
salib, maut tidak dapat mengalahkan-Nya. Yesus sendiri telah bersabda bahwa Anak Manusia
harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari
ketiga (Luk 24:6-7). Setelah tiga hari tinggal di dalam kubur, Yesus bangkit. Kebangkitan-
Nya menjadi puncak karya keselamatan Allah bagi umat-Nya, bahkan dengan kebangkitan-
Nya, Yesus menjadi pokok keselamatan itu sendiri. Berkat kebangkitan Yesus, jemaat sampai
pada pengakuan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan rumusan iman itu diungkapkan bahwa
“Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati” (Rom 10:9;1:3-4) (bdk 1Kor 8:6,
Kis 2:36). Peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus menjadi dasar iman para rasul
yang diteruskan kepada jemaat hingga saat ini bahwa Yesus yang wafat disalib adalah Tuhan
dan kini hidup, hadir di tengah jemaat, dan menyertai kehidupan jemaat.

Salib
Dalam hukum tradisi Romawi, Salib adalah palang siksaan atau hukuman yang
dikenankan pada penjahat yang dianggap memberontak melawan kekuasaan Romawi atau
para perampok yang sudah menggangu keselamatan umum. Menurut Hukum Taurat,
sebagaimana yang tertulis dalam surat Paulus kepada jemaat di Galatia, ‘salib adalah kutuk’
(Gal 3:13). Bagi orang kafir, ‘salib adalah kebodohan’ (1 Kor 1:18). Akan tetapi, Yesus justru
mengambil realitas yang paling hina dari kehidupan manusia itu dengan menderita di Salib.
Yesus tidak hanya mati di salib tetapi juga mati disalib. Artinya bahwa Salib tidak hanya
menjadi tempat Yesus wafat tetapi juga menjadi CARA Yesus Wafat.1 Yesus memilih yang
bagi dunia dipandang hina, bodoh dan kutuk. Bahwa Yesus Kristus dalam segala
“kemegahan-Nya” mau merendahkan diri, dan tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan
Allah sebagai milik yang harus dipertahankan (Fil 2:5-8). Ia rela meninggalkan kemegahan-
Nya sebagai yang mempunyai segala sesuatu dan memilih untuk mengambil rupa seorang
1
St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian Baru,
(Yogyakarta: Kanisius, 2011), 52.
hamba dan menjadi sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa, dan dalam keadaan
sebagai manusia Ia taat sampai mati bahkan sampai mati pada palang penghinaan.
Wafat-Nya pada palang penghinaan bukan sebagai nasib, tetapi sabagai kurban yang
mengukuhkan Perjanjian Baru antara Allah dan manusia (Mrk 14:24; Luk 22:20).
Pengorbanan Yesus adalah tindakan penyelamatan bagi semua orang. Dengan Salib Ia
membawa penebusan bagi dunia yang terluka karena dosa. Wafat Yesus merupakan kematian
untuk kebaikan dan keselamatan kita, “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati, ketika kita masih berdosa” (Rom 5:8).
Kematian Yesus pada salib adalah suatu peristiwa historis. Kitab Suci Perjanjian Baru
secara jelas mengisahkan bagaimana Yesus disiksa, disalibkan, wafat dan bangkit dari mati
(bdk Mat 26; 27; 28). Banyak hal tentang kehidupan Yesus yang diperdebatkan dan dibantah
tetapi satu hal yang diakui ialah bahwa Yesus dibunuh diatas sebuah salib Roma pada masa
pemerintahan Pontius Pilatus yang adalah prokurator Romawi. Dan sebagaimana yang
diketahui Tacitus bahwa salib Yesus adalah fakta sejarah.2
Hidup Yesus tidak berhenti di salib. Kematian tidak pernah mengalahkan-Nya. Yesus
sendiri telah bersabda bahwa Anak Manusia harus diserahkan ketangan orang-orang berdosa
dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari ketiga (Luk 24:6-7). Setelah tiga hari tinggal di
dalam kubur, Yesus bangkit.3 Kebangkitan-Nya menjadi puncak karya keselamatan Allah
bagi umat-Nya, bahkan dengan kebangkitan-Nya, Yesus menjadi pokok keselamatan bagi
dunia.4

Kebangkitan
Melihat kebangkitan dari dua sisi. Pertama, sisi historis, yaitu fakta kebangkitan
Yesus. Apa yang terjadi dalam peristiwa kebangkitan tidak seorangpun tahu, karena tak
seorangpun yang menjadi saksi mata tentang bagaimana Yesus bangkit. Yang dimaksudkan
dengan peristiwa kebangkitan ialah seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi di sekitar
kebangkitan Yesus: kapan, bagaimana, dengan tubuh yang mana, siapa saksi mata
kebangkitan Yesus?5 Para rasul sendiri tidak pertama-tama mewartakan bukti-bukti historis-
faktual dan rasional kebangkitan Yesus, karena tidak ada diantara mereka yang berada di
makam Yesus ketika Yesus bangkit, apalagi sampai menyaksikan bagaimana Yesus bangkit.

2
C. Kavin Rowe, The Hope of the Cross, dalam Tikkun, Volume 27, Number 4, Fall 2012, pp. 28-29 (Article)
(Published by Duke University Press), 28.
3
St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian Baru, 60.
4
E. Martasudjita, Misteri Kristus, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 154.
5
St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian Baru, 71.
Kedua, sisi iman akan kebangkitan Yesus. Iman akan kebangkitan Yesus muncul karena
refleksi para Rasul bahwa sebelumnya Yesus telah mengatakan bahwa Ia berkuasa atas hidup
dan mati, dan bahwa Ia akan bangkit setelah tiga hari (bdk Yoh 5:21-29, Luk 24:6-7).
Refleksi iman akan kebangkitan Yesus timbul karena serangkaian peristiwa yang
terjadi di sekitar hari pertama dalam minggu setelah Yesus disalibkan. Peristiwa pertama,
mereka mendapati makam Yesus yang telah kosong. Jenazah Yesus tidak ada lagi di dalam
kubur (Mrk 16:1-8; Mat 28:1-10). Kisah makan kosong bukanlah bukti bahwa Yesus bangkit
tetapi konsekuensi kebangkitan. Jika Yesus bangkit, maka pasti kubur kosong. Tetapi jangan
dibalik bahwa karena makan kosong maka Yesus bangkit. Ini salah, karena bisa saja apabila
jenazah Yesus diculik maka jelaslah bahwa makan kosong. Peristiwa kedua, bersamaan
dengan didapati makam kosong, mereka memperoleh berita dari sosok yang berpakaian putih
bahwa Yesus telah bangkit (Luk 24:4-6). Peristiwa ketiga, mereka berjumpa dengan Yesus
yang bangkit. Yesus menampakkan diri (Luk 24:13; 36). Ketiga peristiwa ini, makam
kosong, berita kebangkitan, dan perjumpaan dengan Yesus yang bangkit mengingatkan para
Rasul akan sabda Yesus tentang kebangkitan-Nya (Luk 24:6-7; bdk Mat 16:21).6 Dengan
demikian, peristiwa kebangkitan bukan peristiwa historis tetapi peristiwa iman, karena iman
akan kebangkitan mengatasi sisi historis kita.7 Inti pewartaan para Rasul adalah bukan bukti
historis-faktual dan rasional akan kebangkitan Yesus, karena tak seorangpun diantara mereka
menyaksikan bagaimana Yesus bangkit, melainkan yang diwartakan adalah kesaksian iman
mereka akan Yesus yang bangkit, sebab “tentang hal itu kami semua adalah saksi” (Kis 2:32).
Peristiwa kebangkitan Yesus adalah kenyataan yang hanya dapat dialami dan ditangkap
dalam iman.

Makna Salib dan Kebangkitan Kristus sebagai Dasar Iman Kristiani


Berkat kebangkitan Yesus, para murid mampu menjelaskan problematika yang
dipertanyakanya oleh kalangan umum orang Yahudi bahwa bagaimana mungkin Yesus
seorang yang wafat di salib diimani sebagai Mesias yang dinanti-nantikan? Kebangkitan
Yesus menjadi fundamental keyakinan dan iman para rasul dan iman kita sebagai umat
Kristiani saat ini yang percaya akan Yesus Kristus yang bangkit dari mati. Kebangkitan
Yesus tentu bukan satu-satunya unsur yang ikut membangun iman akan Yesus. Peristiwa
kebangkitan tidak akan membawa para murid-Nya sampai pada iman akan Yesus adalah
Sang Mesias yang dijanjikan Allah kalau Yesus sendiri tidak disalibkan sebagai seorang

6
St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian Baru, 62.
7
E. Martasudjita, Misteri Kristus, 146.
Mesias.8 Peristiwa Salib dan kebangkitan Yesus adalah satu kesatuan yang utuh dan
keduanya tidak dapat dipisahkan. Sebab salib tanpa kebangkitan maka seperti kata santo
Paulus, “andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-
sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor 15:13-14).
Para pemikir Kristen mengembangkan doktrik Trinitas bahwa satu-satunya Allah ada
dalam tiga pribadi; Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dan bahwa Allah Putra berinkarnasi menjadi
manusia dalam pribadi Yesus. Doktrin ini dapat diterima sebagai puncak dari refleksi
kekristenan akan Salib. Orang Kristen melihat Salib tidak hanya sebagai Yesus yang tak
bersalah tetapi juga Tuhan. Dengan salib Allah menyerap rasa sakit manusia dan kebodohan
ke dalam kehidupan Ilahi untuk tujuan penyembuhan. Salib yang adalah bentuk penolakan
dunia diterima oleh Allah. Salib Tuhan sesungguhnya mengungkapkan kerendahan hati
Allah.9
Peristiwa wafat Yesus pada Salib dan kebangkitan-Nya menjadi momen penting bagi
jemaat perdana untuk semakin mengenal siapakah Dia yang telah wafat namum bangkit lagi.
Peristiwa salib dan kebangkitan menggerakkan mereka untuk merefleksikan Yesus dan
seluruh kehidupan-Nya. Iman akan kebangkitan Yesus berkembang di dalam jemaat perdana
yang mengalami hidup dan kematian Yesus dan yang juga melihat kehadiran kembali Yesus
yang sudah wafat itu sebagai Yesus yang hidup.
Bagaimana mungkin seorang yang telah mati dapat hidup lagi dengan keadaan tubuh
yang sama? Tidak ada kemungkinan lain selain bahwa Dia yang telah wafat itu hidup
kembali. Hanya karena bagkit, maka Ia yang dulu mati sekarang hadir kembali; bukan dalam
bayangan tetapi dalam kenyataan.
Bagaimana para Rasul dapat mewartakan iman akan kebangkitan Yesus itu sedang
mereka sendiri tidak menjadi saksi peristiwa kebangkitan? Tidak ada orang yang melihat
peristiwa itu, para penulis Perjanjian Baru juga tidak memberikan informasi bagaimana
persisnya peristiwa kebangkitan itu terjadi. Berhadapan dengan semua itu, yang ingin kita
dalami adalah iman para rasul akan kebangkitan Yesus atau iman para murid akan Yesus
yang bangkit. Iman itu tidak timbul dari angan-angan mereka, bukan karena usaha mereka
untuk memuliakan nama Yesus yang adalah guru mereka dengan membuat sebuah cerita
tentang Yesus yang bangkit, tetapi iman itu timbul karena serangkaian peristiwa yang terjadi
di sekitar hari pertama dalam minggu setelah Yesus disalibkan. Karena itu, perlu ditegaskan

8
Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian Baru, 48-49.
9
Artikel C. Kavin Rowe, The Hope of the Cross, dalam Tikkun, Volume 27, Number 4, Fall 2012, pp. 28-29
(Article) (Published by Duke University Press), 28-29.
beberapa hal berikut ini berkenaan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar hari pertama
dalam minggu sebagai awal refleksi iman para Rasul akan Yesus yang bangkit.
Pertama, ada dua momen yang saling berkaitan, yakni peristiwa kebangkitan Yesus
dan tumbuhnya iman akan kebangkitan Yesus itu. Kedua, Perjanjian Baru memberi informasi
bahwa Yesus bangkit dari mati tetapi tidak mengisahkan bagaimana persisnya peristiwa
Yesus bangkit (dalah hal ini berkaitan dengan kapan, bagaimana, dengan tubuh yang mana,
siapa saksi mata kebangkitan Yesus? Yang dikisahkan hanyalah fakta bahwa kubur kosong
dan bahwa wanita yang datang ke makan Yesus diberitahukan oleh malaikat bahwa Yesus
telah bangkit. Berita itu disampaikan oleh para wanita kepada para Rasul dan barulah berita
itu menjadi berita yang lengkap dan benar ketika Yesus sendiri menampakkan diri kepada
para murid-Nya. Kepada Thomas, Ia menampakkan diri dengan keadaan tubuh-Nya seperti
ketika disalibkan, tangan-Nya yang lubang karena tusukan paku dan lambungnya yang
ditikam (Yoh 20:24-29). Ketiga, peristiwa kubur kosong, berita kebangkitan, penampakan
Yesus yang bangkit membuat para murud ingat akan apa yang telah dilakukan dan dikatakan
Yesus ketika Ia masih bersama-sama dengan mereka yakni bahwa Ia telah membangkitkan
orang yang mati (Lazarus, anak Yairus, dan anak muda dari Nain) Dan bahwa Anak manusia
akan diserahkan ketangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari
yang ketiga (Luk 24:6-7). Inilah yang kemudian menjadi inti iman yang dipercaya dan
diwartakan oleh para murid.
Iman akan kebangkitan adalah buah dari peristiwa kebangkitan Yesus yang
membuktikan kepada para murid bahwa nubuat kebangkitan yang dinyatakan oleh Yesus
adalah benar. Kebangkitan Yesus bukanlah rekayasa para murid bahwa Yesus bangkit tetapi
kebangkitan Yesus adalah peristiwa di dalam hidup Yesus yang hanya dimengerti oleh para
murid ketika mereka mengingat kembali sabda kebangkitan yang telah dinyatakan oleh Yesus
kepada mereka. Kebangkitan Yesuslah yang melahirkan iman akan kebangkitan; dan
bukannya iman akan kebangkitan yang melahirkan peristiwa kebangkitan Yesus.10 Inti pokok
pewartaan para murid adalah pengalaman kebangkitan bahwa Yesus yang tersalib kini hidup,
hadir di tengah jemaat, dan menyertai kehidupan jemaat.11
Berkat Salib dan kebangkitan Yesus, jemaat sampai pada pengakuan (homologi) iman
bahwa Yesus adalah Tuhan, dan iman itu diungkapkan dalam rumusan iman (pistis formul)
bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati 12 (Rom 10:9;1:3-4) (bdk

10
Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian Baru, 73-74.
11
Martasudjita, Misteri Kristus, 147.
12
M. Purwatma, Pr, Firman menjadi Manusia, (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 15.
1Kor 8:6, Kis 2:36). Demikianlah inti sari iman Kristiani adalah salib Kristus, yaitu wafat dan
kebangkitan-Nya. Oleh iman akan salib Kristus, kita dibenarkan dihadapan Allah, dan
pembenaran itu bukan pertama-tama karena kita berbuat baik tetapi semata-mata karena
kebangkitan Kristus, “oleh karena pelanggaran kita Yesus wafat di salib dan berkat
kebangkitan-Nya kita dibenarkan (Rom 4:24-25).” Berkat kebangkitan-Nya kita mendapat
jaminan akan keselamatan (1 Tes 4:14). Oleh wafat dan kebangkitan Kristus, kita
diselamatkan dan dianugerahi hidup kekal. Semua itu terwujud berkat jalan salib yang
ditempuh Kristus. Semua peristiwa salib yakni sengsara, wafat dan bangkit adalah Misteri
Paskah, yang mana Misteri Paskah merupakan pangkal tolak seluruh iman Kristiani.13

DAFTAR PUSTAKA
Eko Riyadi, St.,
2011 Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian
Baru, Yogyakarta: Kanisius

Martasudjita, E.,
2010 Misteri Kristus, Yogyakarta: Kanisius

Martasudjita, Emanuel.,
2011 Liturgi; Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, Yogyakarta: Kanisius

C. Kavin Rowe.,
Tikkun, Volume 27, Number 4, Fall 2012, pp. 28-29 (Article), The Hope of the Cross,
Published by Duke University Press

Purwatma, Pr, M.,


2015 Firman menjadi Manusia, Yogyakarta: Kanisius.

Nama : Handrianus Dabi Dede


NIM : 196114060

13
Emanuel Martasudjita, Liturgi; Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 180.

Anda mungkin juga menyukai