BIDANG PERSEKUTUAN
Kata Pengantar
Salam Kasih dan Salam Patunggilan
Puji syukur kepada Yesus Kristus Juruselamat kita, atas rahmat dan penyertaannya
persekutuan khususnya Greja Kristen Jawi Wetan. Greja Kristen Jawi Wetan dengan kredo
(pengakuan iman) Patunggilan Kang Nyawiji, senantiasa terarah dalam persekutuan. Baik
persekutuan dalam lingkup besar maupun dalam lingkup yang paling dasar yakni keluarga.
Pandemi Covid 19 menyebabkan perenungan yang mendalam, khususnya mengenai
persekutuan. Bahwa persekutuan dikembalikan dalam bentuk yang paling primodial (bentuk
yang paling awal) yakni persekutuan keluarga. Keluarga adalah elemen dasar dalam
membentuk persekutuan gereja. Paulus dalam Kis. 18 juga mengawali penyebaran injil di
kota Korintus, dengan bertemu dan berpelayanan dalam keluarga Priskila dan Akwila.
Priskila dan Akwila adalah pasangan suami-isteri yang memiliki pekerjaan yang sama dengan
Paulus, yakni sebagai pembuat tenda. Paulus menyebarkan injil di kota Korintus
mengawalinya dengan berpelayanan di keluarga Priskila dan Akwila. Dari sini, kita diajak
untuk memiliki kesadaran bahwa elemen dasar atau bentuk dasar sebuah persekutuan adalah
keluarga.
Keluarga di masa pandemi juga mendapatkan pergemuluan tersendiri. Keluarga menjadi
pusat kultural, baik dari segi pendidikan, pekerjaan hingga peribadahan. Semua hal ini
dilakukan dalam keluarga. Bulan keluarga juga bermaksud untuk mempererat persekutuan
keluarga dan juga persekutuan antar keluarga.
Tema Bulan Keluarga kali ini adalah “Keluarga yang ikut serta dalam karya Allah”. Tema ini
mengajak kita untuk tetap memperkuat elemen dasar persekutuan gereja yakni keluarga,
selain hal ini keluarga juga dituntut untuk terlibat dalam karya Allah. Karya Allah baik dalam
persekutuan, masyarakat, ekologi sampai dengan hubungan lintas denominasi serta lintas
iman.
Susunan buku panduan ini berupa materi-materi pelayanan bulan keluarga. Beberapa materi
ini terpusat pada dua hal, membangun relasi antar keluarga dan membangun interaksi iman
dalam keluarga. Relasi antar keluarga dapat dibangun (dan pastinya sudah dibangun dalam
tradisi ibadah keluarga) dengan mengkhususkan dalam sharing antar keluarga. Interaksi iman
dalam keluarga dapat dibangun dengan membangun tradisi scared place (ruang kudus) dalam
setiap keluarga.
Mohon setiap jemaat, setiap bidang persekutuan kategorial dapat berinteraksi untuk
membahas kegiatan bulan keluarga dengan mengembangkan buku panduan bulan keluarga
ini.
Daftar ISI
Contents
Keluarga (Pasca) Pandemi: Mendekat Tanpa Melekat, Berjarak Tanpa Terpisah..................................4
RUANG SAKRAL DALAM LINTAS SEJARAH IMAN ALKITABIAH................................................................6
KELUARGA YANG BERSAKSI DAN MELAYANI.......................................................................................14
JEDA DAN DOA DALAM KELUARGA.....................................................................................................16
PENDEKATAN INTERGENERASI DALAM BIDANG PERSEKUTUAN.........................................................18
Pendahuluan....................................................................................................................................18
Dua Teori: Psikologi Perkembangan dan Teori Generasi.................................................................18
1. Psikologi Perkembangan..........................................................................................................18
2. Teori Generasi..........................................................................................................................21
Penggabungan Psikologi Perkembangan dan Teori Generasi dalam Pembinaan Iman Kategorial
Usia..................................................................................................................................................26
Penggabungan Psikologi Perkembangan dan Teori Generasi dalam Pembinaan Iman
Intergenerasional............................................................................................................................27
Spektrum antara Pembinaan Iman Kategorial Usia dan Pembinaan Iman Intergenerasional.........27
Penutup...........................................................................................................................................29
Daftar Pustaka.................................................................................................................................30
Saran Kegiatan Bulan Keluarga................................................................Error! Bookmark not defined.
Tata Ibadah Pembukaan Bulan Keluarga.............................................................................................34
Tata Ibadah Penutupan Bulan Keluarga...............................................................................................38
TATA IBADAH PEMBUKAAN PEKAN ANAK...........................................................................................42
TATA IBADAH PENUTUPAN PEKAN ANAK............................................................................................45
TATA IBADAH PEMBUKAAN PEKAN KEBANGUNAN WANITA...............................................................49
TATA IBADAH PENUTUPAN PEKAN KEBANGUNAN WANITA...............................................................52
Pada suatu ketika, saya berkesempatan untuk bertanya kepada para remaja yang tengah
mengikuti kelas katekisasi secara online. “Apakah hal yang menyenangkan dan menyedihkan
dari pandemi?” demikian pertanyaan saya. Ada beragam jawaban yang mengemuka. Mereka
mengulas bahwa hal yang menyenangkan adalah kesempatan yang terbuka luas untuk
berkumpul bersama keluarga. Sementara hal yang menyedihkan adalah ketika mereka harus
terpisah dengan anggota keluarga yang sakit dan yang meninggal dunia. Jawaban para remaja
tersebut memperlihatkan bahwa realitas pandemi mempertegas keberadaan dua pola yakni:
proses mendekat dan menjauh. Berkumpul dan berjarak.
Keharusan untuk menjaga jarak fisik yang pemerintah wajibkan untuk kita lakukan pada
masa awal pandemi, memang membuat anggota keluarga bergerak saling mendekat. Anggota
keluarga menjadi memiliki banyak waktu untuk berkumpul di rumah. Dalam proses bernafas,
pola mendekat dan berkumpul ini sejajar dengan menarik nafas.
Di sisi lain, ketika salah seorang anggota keluarga terpapar virus, menjalani isolasi, hingga
bahkan ada pula yang meninggal dunia, maka tanpa terelakkan keluarga mengalami proses
saling menjauh dan berjarak. Dalam proses bernafas, pola menjauh dan berjarak ini sejajar
dengan menghembuskan nafas.
Bagaimanapun juga proses kehidupan mengeluarga selalu bergerak dalam dua pola:
mendekat dan menjauh, berkumpul dan berjarak.
Masa kedekatan anggota keluarga secara alamiah terjadi ketika seorang bayi lahir ke dunia,
mengalami proses pertumbuhan sebagai anak yang belajar, bermain, dan bersekolah. Saat itu,
wangi minyak telon yang memenuhi seisi rumah, lantai rumah yang berantakan oleh mainan
anak, dan gelak tawa anak yang bercengkrama bersama orang tua menjadi penanda akan
kedekatan seluruh anggota keluarga.
Lantas tiba saatnya anak beranjak dewasa, meninggalkan rumah untuk kuliah, kerja, dan
membangun rumah tangga. Ibarat daun kering yang luruh, pasangan dan kerabat keluarga kita
yang lain tak dapat luput dari proses menua, sakit, dan meninggal dunia. Maka, demikianlah
pola gerak menjauh dan berjarak menjadi keniscayaan keluarga.
1
William Foxwell Albright, 1990, Yahweh and the Gods of Canaan: A Historical Analysis of Two Contrasting
Faiths, Indiana: Eisenbrauns, h. 121-122.
6|BUKU PANDUAN BULAN KELUARGA 2022
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
2
Dalam konteks Ugarit (agama Kanaan, sebelum munculnya agama Israel), q-d-sh – berikutnya mari
menggunakan istilah yang paling umum, kata sifat sekaligus kata benda untuk q-d-sh , yaitu qadesh –
diasosiasikan dengan Asherah, nama seorang Dewi Kanaan yang juga disebutkan dalam Alkitab. Dalam tradisi
Kanaan, Asyerah selalu berhubungan dengan keindahan dan kesuburan. Dalam berbagai mitologi, yang
dikuatkan oleh penggalian arkeologis di Kuntilet Ajrud (sebuah daerah di Semenanjung Sinai) Asyerah
digambarkan sebagai pasangan dari YHWH, pasangan sosok Ilahiah tertinggi dalam agama-agama Kanaan.
Tradisi menghubungkan yang kudus dengan keberlanjutan kehidupan ini dilanjutkan oleh agama Israel Kuno.
3
Johannes Eckhart, 1909, Meister Eckhart's Sermons / first time translated into English by Claud Field,
Michigan, Gran Rapids, 7.
7|BUKU PANDUAN BULAN KELUARGA 2022
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
4
J. Calvin, Institutes, 1559, I, 15, 3-4.
5
Matthew Henry, Commentary on the Whole Bible Vol I (Genesis to Deuteronomy), 1986, pada bagian Garden
Eden.
6
Shu-Ying Shih, The Development of Calvin’s Understanding of the Imago Dei in the Institutes of the Christian
Religion from 1536 to 1559, 2004, Heidelberg.
8|BUKU PANDUAN BULAN KELUARGA 2022
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Maka, dari sini tampak, gambaran sakral yang awalnya ada dalam segala sesuatu, menjadi
ada dalam sesuatu-sesuatu yang dikhususkan untuk dianggap sakral. Yang sakral terpisah
dengan segala sesuatu yang tidak sakral). Terjadi pemisahan yang dikotomis antara yang
rohani (bersifat Ilahi) dengan yang duniawi, yang satu bernilai lebih tinggi daripada yang
lain. Dampaknya adalah yang rohani kerap dipertentangkan dengan yang duniawi. Mengejar
yang surgawi berarti meninggalkan yang duniawi. Mengejar yang duniawi berarti
menjauhkan diri dari yang rohani.
7
Saya sengaja mengangkat Calvin banyak-banyak di sini, karena teologi Calvin sangat kuat memengaruhi
teologi dan praktik keagamaan di GKJW, mulai dari sakramen, gambaran desa Kristen, institusi kegerejaan, dan
sebagainya.
9|BUKU PANDUAN BULAN KELUARGA 2022
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Konsep Allah dalam agama Israel Kuno adalah pandangan panenteisme tersebut. Gambaran
keberadaan Allah ini berbeda dengan gambaran konsep Yang Ilahi dalam agama-agama lain
di sekitar Israel. Dalam agama-agama di sekitar dunia Alkitab Israel Kuno, yang Ilahi selalu
digambarkan sebagai yang Ilahi regional. Karena itu misalnya dikenal istilah dewa laut, dewa
yang berkuasa di hutan, dewa air, dewa bulan, dewa matahari, dan seterusnya. Begitu keluar
dari lokasi tertentu, yang ilahi tidak ikut serta. Namun, dalam perjumpaan Tuhan dengan
Musa, Tuhan menyebut dirinya sebagai Ehyeh-asher-Ehyeh (Aku adalah Aku – Keluaran
3:14). Tuhan bukanlah Tuhan yang bisa dibatasi oleh manusia, baik dalam ruang manusia,
maupun cara berpikir manusia. Firaun menentang keberadaan Allah yang demikian, karena
itu dia menolah Allah Israel, sampai terjadi tulah beruntun di Mesir, dan Firaun melepaskan
Israel dari Mesir. Di sana pun Tuhan mewujudkan dirinya dalam tiang awan dan tiang api
yang bergerak bersama diaspora bangsa tersebut menuju tanah terjanji. Tuhan membelah
Laut Teberau, menunjukkan kehadiran dan kuasa-Nya atas segala sesuatu. Dia bukan Tuhan
yang terbatas lagi kehadiran-Nya.
Upaya simbolisasi kehadiran Allah ini lalu diwujudkan dalam bentuk tabut perjanjian.
Selama ada tabut perjanjian, maka Allah terus hadir dalam kehidupan umat beriman. Untuk
tabut ini, dibuatkanlah sebuah ruang komunitas, kemah suci. Sentralisasi kuasa Allah lalu
terjadi di kemah suci ini. Kemah suci dianggap sebagai ruang yang sangat berdaya, paling
magis, karena Allah berdiam di sana. Dari Allah yang berada di mana-mana menyempit
menjadi Allah yang berada dalam simbol dan ruang tertentu.
Sama dengan pemahaman Calvin tentang simbol, simbol ini bukan sekadar simbol tetapi
bernilai mistis. Kisah Uza menjadi kisah tragis tentang pemaknaan simbol ini (1 Samuel 6, 1
Tawarikh 13). Uza yang berniat menyelamatkan tabut perjanjian dengan memegangnya,
karena lembu-lembu yang membawa tabut itu tergelincir, justru diganjar dengan kematian.
Walaupun tabut itu dibuat oleh manusia, tetapi Allah benar-benar tinggal di sana. Karena itu,
simbol ini tidak diperlakukan sebagai yang biasa saja.
Konsep kemah suci, sebagai rumah bagi simbol kehadiran Allah tersebut, berubah pada masa
Kerajaan Yehuda (Israel Selatan) dalam bentuk bangunan yang lebih megah dan kokoh. Yang
menyamai kemegahannya adalah istana raja sendiri. Bangunan yang dikena dengan Bait
Allah. Pembangunan Bait Allah sudah direncanakan sejak masa Daud, dan pernah ditentang
oleh Natan. Kemungkinan besar penentangan itu bukan sekadar karena faktor ekonomi dan
sosial, tetapi juga pembangunan Bait Allah mengubah konsep Allah dari yang bergerak
bersama umat di mana pun umat tersebut berada, menjadi Allah yang diam di suatu tempat.
Toh, nyatanya akhirnya Bait Allah dibangun juga pada masa Salomo.
Tempat pembangunannya tidak main-main, di axis mundi (pusat dunia) agama Israel Kuno,
di Yerusalem, Kota Allah. Bukan hanya bangunan itu yang digambarkan Suci, tetapi kota itu
pun menjadi gambaran kota suci dalam sepanjang Alkitab. Hingga kitab Wahyu kita
menemukan Yerusalem menjadi gambaran kota kudus yang akan diperbarui Allah pada masa
akhir jaman. Kekudusan simbol tabut perjanjian, menguduskan bangunan hingga kota di
mana tabut tersebut berada. Di Bait Allah, hanya imam besar yang boleh masuk ke ruang
maha kudus, tempat tabut itu disimpan, hanya sekali dalam setahun, pada hari yang paling
kudus, hari penebusan dosa atau hari pendamaian (Yom Kippur). Allah nyatanya tetap
10 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
menampakkan diri di berbagia tempat dalam kisah para nabi, tetapi Bait Allah dan Kota
Allah ini menjadi pusat paling kuat merasakan kehadiran Allah yang sakral.
Israel dikalahkan oleh Nebukadnezar tahun 586 SM. Dalam tradisi agama-agama kala itu,
kekalahan perang bukan sekadar kekalahan sebuah bangsa oleh bangsa asing, tetapi hal
tersebut juga dimaknai sebagai kekalahan Allah dari yang Ilahi bangsa lain. Karena itu salah
satu cara Nebukadnezar menghancurkan Israel termasuk menghancurkan tempat di mana
Allah tinggal. Penyempitan makna kehadiran Allah terasa dalam teologi agama-agama pada
masa itu. Karena itu, teologi lain yang berkembang pada masa itu adalah teologi hukuman
Allah. Kehancuran Israel, termasuk kehancuran Bait Allah, adalah hukuman Allah kepada
Israel-Yehuda dan para raja-Nya tidak setia kepada Allah, sehingga Allah mengirim raja
asing untuk menghancurkan mereka. Terjadi upaya penyeimbangan, ketika ada penyempitan
makna kehadiran Allah melalui teologi Allah yang kalah, diimbangi dengan teologi Allah
tetap menang, tetapi menggunakan bangsa lain.
Di Babel, tanpa kehadiran Bait Allah, sebuah tradisi baru dimulai, tradisi sinagoge (walaupun
sinagoge tertua berdasarkan catatan sejarah ditemukan dalam bentuk seperti saat ini baru
pada abad ke-3 SM). Sinagoge berasal dari kata bahasa Yunani synagein yang berarti
berkumpul bersama (to bring together), karena itu sinagoge menjadi ruang persekutuan dari
Israel yang terserak di pembuangan. Dalam tradisi berikutnya, sinagoge ini memiliki tiga
fungsi utama, sebagai bet ha-tefilla (rumah doa), bet ha-kneset (rumah perkumpulan), and
bet ha-midrash (rumah belajar). Di sinilah kehadiran Allah yang sakral tidak lagi terbatas
oleh sebuah tempat tertentu (Bait Allah, kota Allah), tetapi dalam sebuah ruang yang dipilih
oleh komunitas untuk merayakan persatuan dengan Allah. Peran umat dalam menentukan
tempat dan fungsi ruangan ikut berperan di sini. Tidak ada lagi axis mundi religius, Allah bisa
dijumpai di mana pun dalam ruang perjumpaan umat.
Ketika pulang dari pembuangan Babel dan Bait Allah kembali dibangun di Yerusalem, tradisi
sinagoge ini tidak hilang. Ketiga peran sinagoge dipertahankan, bahkan diteruskan melalui
tradisi imam-imam lokal, dan berkembang semakin rapi dengan berbagai tradisi imannya
melalui pengakuan beragam kelompok Yahudi dengan masing-masing perannya (secara
khusus ahli Taurat dan Farisi).
Pada masa berikutnya, ketika kelompok Kristen mulai dilarang mengikuti ibadah di sinagoge,
sekalipun mereka masih diterima di Bait Allah kedua (Kis 2:46), mereka mendirikan ibadah
mereka di rumah-rumah secara bergantian. Rumah selain menjadi tempat, juga digunakan
untuk pemberitaan Injil (Kis 2:46; 5:42; 8:3; 12:12; 16:40; 20:20; Rm 16:5; 1 Kor 16:19; Kol
4:15; Flm 1:1-2). Beberapa hal yang dilakukan di rumah ini meliputi memecah-mecahkan roti
dan makan bersama secara bergiliran, melakukan pengajaran (1 Tes 4:1), saling berbagi
berkat diakonia (Kis 4:32-35), dan berdoa bersama. Rumah sakral rumahan tersebut
kemudian menjadi salah satu pola penyebaran Injil pertama kali sebelum munculnya gereja-
gereja.
Sampai di tahap ini dapat dilihat bahwa ada sebuah gerak simbol mistik bolak-balik dalam
perjalanan umat percaya. Simbol sakral dalam ruang sakral itu dimulai dari keluasan
pemaknaan ruang sakral di segala tempat dan segala waktu, disempitkan pada ruang tertentu
11 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
(kemah suci, Bait Allah, sinagoge) dan simbol tertentu, ditambah dengan waktu-waktu sakral
tertentu (hari raya, waktu doa), hingga kemudian bentuk simbol itu menjadi bagian yang
tidak terpisah dengan keseharian, tetapi nuansa sakral dalam bentuk pemisahan-
keterhubungan relasional itu dipertahankan. Ada saat-saat ketika nilai sakral itu ditinggalkan,
ketika rumah menjadi rumah biasa, tetapi ada juga saat-saat ketiga masa sakral itu
dihidupkan, ketika yang sakral itu dirayakan dalam upaya meneruskan pengajaran iman dan
penyebaran Injil. Tidak disangkal, bahwa simbol mistik ruang sakral ini menyempitkan
makna kehadiran Allah dalam segala sesuatu, karena yang sakral dimaknai dalam ruang dan
waktu yang tertentu. Namun demikian, dengan membawa Allah ke rumah-rumah, maka salah
satu dimensinya masih dijaga, yaitu, di mana pun selama tempat tersebut dipilih untuk
dijadikan ruang sakral, maka Allah dihayati hadir di sana.
Toh demikian, Luigino Bruni mengingatkan konsep gereja rumah ini dalam pemahaman
Calvinis, Protestan, dihidupi bersama dengan upaya pengembangan tradisi ora et labora
dalam keseharian, menjadikan yang keseharian pun bernilai sakral. Hal ini mengimbangi
tradisi monastik di biara-biara yang justru menekankan pemisahan tegas antara ruang sakral
dan profan. Dia menuliskan demikian:
Dalam dunia Reformasi - Max Weber mengingatkan kita - kaum awam pada dasarnya
menjadi tempat profesi kerja sebagai bagian dari panggilan (beruf). Ketika biara ditutup oleh
Luther dan Calvin, berkembang gagasan bahwa tempat baru untuk mengembangkan
panggilan Kristen adalah pekerjaan sipil: biara menjadi kota. Orang-orang Protestan
mengambil labora dari ora et labora para biarawan, menjadi bentuk doa baru. … Bahkan,
praktik keagamaan monastik (ideal kesempurnaan, pendampingan, perjuangan spiritual,
penebusan dosa) menjadi cita-cita hidup bagi kaum awam, khususnya kaum perempuan8.
Bersama menyempitnya ruang sakral, terdapat sistem beriman baru yang dikembangkan.
Iman dan kerja sehari-sehari sesungguhnya tidak bertentangan, doa adalah kerja, kerja adalah
doa. Hal ini menjadikan yang sakral dan yang profan berbeda, tetapi tak benar-benar terpisah.
Kanaan. Sebuah keluarga menyediakan sebuah tempat di rumah untuk beribadah secara
khusus. Beberapa simbol yang Ilahi (patung-patung para dewa dan alat-alat penyembahan)
ditempatkan di mezbah-mezbah tersebut, menjadikan tempat itu sebagai tempat khusus dari
seluruh rumah.
Tradisi ini terus dipertahankan dari periode bapa-bapa leluhur, masa para raja, hingga masa-
masa berikutnya. Dalam Alkitab sendiri, mezbah pertama kali dicatat Alkitab adalah mezbah
yang didirikan oleh Nuh (Kej. 8:20; 9:1). Saat bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah
memerintahkan Musa untuk m membangun mezbah bagi Tuhan dan juga agar
mempersembahkan kurban-kurban. Tradisi mezbah rumahan ini dilanjutkan pada masa
kerajaan (2 Sam 24:25). Dari masa Perjanjian Lama, tradisi berlanjut sampai masa Perjanjian
Baru, ketika zaman Rasul-rasul (Kis. 21:9). Filipus mengajar dan mendidik melalui mezbah
rumahan. Keluarga Prikila dan Akwila (Rm. 16:3-5) dan juga keluarga-keluarga Kristen
lainnya juga menghidupi tradisi mezbah rumahan ini dalam perjalanan iman mereka10.
Beberapa keluarga mengupayakan mezbah itu dengan cara tertentu. Daud dikisahkan
membeli tanah untuk mendirikan mezbah rumahan ini (2 Sam 24:32), tetapi yang lain cukup
menyediakan tempat khusus di rumahnya masing-masing.
Mezbah rumahan menjadi tempat ucapan syukur atas bekat Tuhan (Kej 12:7-8, 24:1),
bersyukur atas penyertaan dan tuntunan Tuhan (Kej 25:25), memohon pertolongan Tuhan
(Kej 12:8), merasakan hadirat Allah (Mzm 43:4), serta bersatu dalam doa dan pengajaran.
Mezbah rumahan ini menunjukkan bahwa relasi Allah dan manusia terjalin dalam peristiwa-
peristiwa keseharian. Ada waktu sakral dalam keluarga, tetapi sekaligus dalam waktu sakral
itu, keluarga menghayati bahwa setiap waktu yang dialami oleh keluarga itu adalah waktu
sakral bersama Allah. Keseharian sesungguhnya tidak sama sekali terpisah dengan bersifat
imaniah.
Mezbah rumahan menjadi tempat perjumpaan anggota keluarga dengan Allah dalam seluruh
rangkaian perjalanan kehidupan, dalam segala situasi dan kondisi kehidupan. Karena itu
mezbah rumahan ini kerap disebut sebagai mezbah keluarga atau mezbah doa. Terjadi relasi
yang jujur antar anggota keluarga, sekaligus relasi jujur antara keluarga tersebut dengan
Allah. Sehingga mezbah rumahan, jika pun dimungkinkan diteruskan hari ini, menjadi cara
paling sederhana untuk merasakan relasi dekat dengan Allah, juga cara menjadikan keluarga
menjadi tempat pertama bertumbuhnya iman. Apa pun di dalam keluarga itu dihayati sebagai
bagian perjalanan ziarah iman bersama Allah yang tak putus-putus.
14 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Di tengah situasi dunia yang sarat dengan ketidakdilan dan krisis karena pandemi, maka kelu
arga menjadi tanah bagi pertumbuhan para saksi yang menyababati sesama dan dunia. Ruma
h yang terbuka dan memperjuangkan persahabatan dalam relasi setiap anggotanya. Dalam Y
ohanes 13 : 34, persahabatan menjadi perintah, yang menegaskan kembali keluarga bahwa nil
ai keutamaan pengikut Kristus adalah perintah untuk saling mengasihi. Persahabatan antara o
rangtua dan anak, antara saudara, antara anggota lintas generasi. Dimana semua perbedaan di
rayakan dengan penuh syukur, disambut, diterima dengan sukacita. Rumah dimana perbedaa
n disambut, didiskusikan dan menjadi sarana bagi masing-masing orang untuk saling belajar
dan menginspirasi. Persekutuan yang menghadirkan pengalaman yang menggembirakan dan
berpengaruh (lintas generasi dan kelompok kecil). Persahabatan dengan kesediaan untuk me
nerima yang rapuh dan lemah untuk menjadi berdaya dan memulihkan. Rumah yang tidak
hanya mengajarkan pengajaran Yesus tetapi juga meneladankan hidup Yesus Kristus dalam
hidup sehari-hari. Persahabatan inilah bisa menjadi jawaban dari persoalan relasi dominasi
yang selama ini timpang. Persahabatan menjadi jalan relasi yang setara, intim dan aman. Rela
si ini memberi tempat dimana perbedaan diapresiasi dan mendorong perubahan relasi sosial.
Mengingat bahwa keluarga yang sempurna adalah konsep yang relatif. Maka, setiap keluarga
dalam ragam realita, masing-masing dipanggil untuk mewujudkan amanah ini. Keluar dari
kenyamanan, membangun perjumpaan dan bertumbuh bersama sesama. Dalam hidup keseha
rian, kata dan sikap menjadi penyampai kehendak Allah yang didalamnya terdapat nilai-nilai
kebajikan dipelihara bagi masyarakat untuk semakin manusiawi. Menyapa tetangga yang ber
papasan, terlibat dalam kegiatan kampung dan kegiatan solidaritas saling menopang. Bergoto
ng royong untuk kebaikan lingkungan dan mengupayakan selalu hadir dalam kegiatan bersam
a tanpa membeda-bedakan status, golongan, suku, membangun persahabatan dan tidak menja
di ekslusif. Membuang prasangka, asumsi dan mengedepankan persahabatan di tengah perbe
daan yang ada. Keluarga Kristen yang merawat dunia dan sesama dengan penuh tanggung j
awab. Dengan demikian, menjadi saksi harus melebur dalam memberi rasa, tetapi ia tidak terl
arut dan menjadi sama sekali baru.
15 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
16 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Pertama “Terima Kasih Tuhan” Ajak anak untuk berdoa mengungkapkan rasa
terimakasihnya kepada Tuhan secara bebas/dalam
beragam hal.
Kelima "Aku Mengasihi Ajak anak berdoa bagi sesama yang sedang
Sesama" berkesusahan oleh karena terkena musibah/sakit,
menjadi korban perang, bencana alam,
kehilangan sanak saudara dan.
17 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Pendahuluan
Sedangkan model pembinaan yang lain, yang baru mulai dibicarakan, adalah pembinaan
iman intergenerasional. Pada pembinaan iman intergenerasional tidak ada pembagian
berdasarkan kelompok usia. Seluruh anggota jemaat, berapapun usianya, menerima
pembinaan iman secara bersama-sama. Model ini memiliki tantangan tersendiri, karena
harus dapat membina semua kelompok usia dan semua generasi secara bersama-sama.
Pada pembinaan iman intergenerasional sebenarnya psikologi perkembangan dan teori
generasi tetap dapat dipakai, namun pelaksanaan pembinaan imannya tidak eksklusif
kategori usia tertentu, melainkan bersama-sama. Untuk konteks GKJW, hal ini
mendukung terwujudnya patunggilan kang nyawiji.
Tulisan ini diawali dengan pembahasan dua teori, yaitu psikologi perkembangan dan teori
generasi, kemudian bagaimana kedua teori itu dipakai dalam pembinaan iman kategorial
usia, pembinaan iman intergenerasional, dan gradasi atau spektrum dari keduanya.
Baik pembinaan iman kategorial usia maupun intergenerasional dapat menggunakan dua
teori, yaitu psikologi perkembangan dan teori generasi. Berikut penjelasannya:
1. Psikologi Perkembangan
Ada banyak teori dalam psikologi perkembangan; di antaranya ada empat teori yang
sangat berguna dalam pembinaan iman, yaitu perkembangan kognitif (teori Jean Piaget
18961980), perkembangan pengambilan keputusan moral (teori Lawrence Kohlberg
19271987), perkembangan psikososial (teori Erik Homburger Erikson 1902-1994), dan
perkembangan iman (teori James Fowler 1940- ). Berikut ringkasan teori-teori ini.
18 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Perkembangan Kognitif. Seorang ahli psikologi anak yang terbesar, Jean Piaget
(18961980), menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa usia dan latar belakang
seseorang sangat berpengaruh pada perkembangan kognitifnya. 11 Ini disebabkan
seseorang berpikir berdasarkan interaksinya dengan lingkungan. Organisme dan
lingkungan mempunyai interaksi timbal balik. Interaksi ini bersifat adaptif dan dinamis,
sebab bertolak dari organisme yang aktif. Subyek yang aktif ini menciptakan struktur-
struktur kognitifnya dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan bantuan struktur
kognitif ini subyek menyusun pengertiannya mengenai realitas. Struktur kognitif disebut
juga skema. Struktur kognitif harus selalu diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan
lingkungan dan organisme itu sendiri – yang terus berubah. Jadi adaptasi adalah proses
yang terus menerus, atau merupakan proses rekonstruksi struktur kognitif yang tanpa
henti.
Piaget menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif manusia secara umum dapat dibagi
menjadi empat tahap perkembangan:
1. Taraf Sensorimotor: 0-2 tahun.
2. Taraf Praoperasi: 2-7 tahun.
3. Taraf Operasi Kongkret: 7-11 tahun.
4. Taraf Operasi Formal: 11 tahun ke atas.
Perkembangan Psikososial. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal adalah Erik
Homburger Erikson (1902-1994), yang mencetuskan teori perkembangan psikososial;
artinya lingkungan sosial sangat mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang. 13
Perkembangan ini terjadi seumur hidup, dari lahir sampai mati. Erikson membaginya
menjadi delapan tahap; tiap tahap mempunyai krisisnya masing-masing, yang diperlukan
untuk naik ke tahap berikut. Namun demikian kegagalan pada satu tahap dapat diperbaiki
pada tahap berikut. Menurut Erikson, tahap yang paling penting adalah masa remaja, yang
ditandai dengan pencarian identitas. Kedelapan tahap itu ialah:
1. Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar (0-2 tahun).
2. Otonomi vs Rasa Malu dan Bimbang (2-4 tahun).
3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (4-5 tahun).
4. Kerajinan vs Perasaan Rendah Diri (6-11 tahun).
5. Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun, dapat diperpanjang sampai 23
tahun).
6. Keintiman vs Isolasi (19/23-35 tahun).
7. Generativitas vs Stagnasi (35-65 tahun).
8. Keutuhan/Integritas Ego vs Keputusasaan (65 tahun ke atas).
Perkembangan Iman. Seorang ahli psikologi sekaligus seorang teolog, James Fowler
(1940-2015), mengembangkan teori perkembangan iman.14 Bagi Fowler iman atau
kepercayaan bukanlah kata benda statis atau harta milik tetap, melainkan kata kerja
dinamis yang senantiasa berkembang sebagai proses, berupa suatu sistem dinamis dari
sejumlah gambaran, nilai dan komitmen yang mengacu pada “lingkup ultim” (ultimate
concern) dan yang menuntun hidup setiap orang. Dalam rangka metafor ziarah/ perjalanan
hidup, kepercayaan adalah proses petualangan untuk menemukan makna eksistensial.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kepercayaan dalam teori Fowler adalah
13
Erikson, Erik. Childhood and Society. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
14
Cremers, Agus. Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius,
1995.
20 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
bagaimana orang percaya (how), bukan apakah iman itu (what). Bagaimana cara orang
beriman inilah yang berkembang dari satu tahap ke tahap berikutnya. Perkembangan ini
tidak dapat terjadi dalam diri sendiri secara pribadi individual, sebab kepercayaan
berkembang dalam jalinan relasi antara satu orang dengan orang lain dalam aneka bentuk.
Ada tujuh aspek struktural dalam tahap perkembangan kepercayaan, yakni: bentuk logika,
pengambilan peranan, bentuk pertimbangan moral, batas-batas kesadaran sosial, tempat
autoritas, bentuk koherensi dunia, dan fungsi simbol-simbol. Ketujuh aspek ini
berkembang bersama-sama melalui tujuh tahap, yang mulai masa kanak-kanak hingga
seumur hidup. Ketujuh tahap itu adalah:
1. Kepercayaan Awal dan Elementer (0-2 tahun).
2. Kepercayaan Intuitif-Proyektif (2-6 tahun).
3. Kepercayaan Mitis-Harafiah (6-11 tahun).
4. Kepercayaan Sintetis-Konvensional (mulai usia 12 tahun).
5. Kepercayaan Individuatif-Reflektif.
6. Kepercayaan Konjungtif.
7. Kepercayaan yang Mengacu pada Universalitas.
Melihat pembagian usia pada teori-teori psikologi perkembangan tersebut, ternyata tiap
teori memiliki batasan usia tersendiri, sehingga jika dibuat matriks dari keempat teori itu
garisnya tidak lurus. Untuk memudahkan dalam pembinaan iman, biasanya diambil batas
kelompok usia sebagai berikut:
2. Teori Generasi
Pencetus pertama teori generasi adalah Karl Mannheim, seorang sosiolog kelahiran
Hongaria, dalam artikelnya yang berjudul Das Problem der Generationen (1928), yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The Problem of Generations (1952).15 Mannheim
menunjukkan bahwa seseorang dipengaruhi secara signifikan oleh lingkungan
sosiohistoris (khususnya peristiwa penting yang melibatkan mereka secara aktif) dari
masa muda mereka, sehingga atas dasar pengalaman bersama, membentuk suatu
15
Mannheim, Karl (1952). "The Problem of Generations". In Kecskemeti, Paul (ed.). Essays on the
Sociology of Knowledge: Collected Works, Volume 5. New York: Routledge. p. 276–322
21 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
kelompok sosial yang disebut suatu generasi. Jadi generasi adalah konstruksi sosial yang
dibentuk oleh kesamaan usia dan pengalaman historis dari sekelompok orang. Rata-rata
satu generasi ada dalam rentang waktu 20 tahun, di mana ada kesamaan dimensi sosial
dan sejarah.
Selanjutnya teori generasi dikembangkan oleh Neil Howe dan William Strauss (1991)
yang membagi generasi berdasarkan kesamaan rentang tahun kelahiran, peristiwa-
peristiwa historis, dan fenomena budaya. Teori ini kemudian dikembangkan oleh lebih
banyak ahli, sehingga terbentuklah nama-nama tiap generasi berdasarkan tahun
kelahiran.16 Teori generasi membagi generasi orang-orang yang hidup pada abad 20-21 ini
ke dalam tujuh generasi: (1) Generasi GI, lahir tahun 1906-1924, (2) Generasi Silent, lahir
tahun 19251943, (3) Generasi Baby Boomer, lahir 1944-1962, (4) Generasi X, lahir 1963-
1981, (5) Generasi Y, lahir 1982-1994, (6) Generasi Z, lahir 1995-2010, dan (7) Generasi
Alpha, lahir 2011-2025.17
Generasi GI, yang lahir tahun 1906-1924, merupakan generasi yang mengalami banyak
penderitaan akibat depresi ekonomi di Amerika Serikat dan perang dunia pertama serta
kedua. Karena itu mereka bekerja keras untuk bertahan hidup dan membesarkan anak-
anak mereka. Cara generasi GI beribadah adalah tradisional, dengan lagu-lagu himnal
diiringi piano atau organ. Sulit bagi mereka untuk berubah ke nyanyian pop rohani dengan
iringan band. Bagi generasi GI spiritualitas merupakan hal personal, privat, yang
tersimpan dalam hati.18
Generasi Silent, yang lahir tahun 1925-1943, adalah pekerja keras, setelah mengalami
perang dunia kedua pada usia yang sangat muda. Mereka merupakan generasi pembangun
atau builder, yang meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat dan penerapan
teknologi dalam hidup sehari-hari. Sama seperti generasi GI, generasi Silent juga
beribadah dengan cara tradisional. Mereka sulit menerima perubahan dalam kehidupan
bergereja (termasuk soal ajaran). Sama seperti generasi GI, bagi generasi Silent
spiritualitas merupakan hal personal, privat, tersimpan dalam hati.19
Generasi Baby Boomer, yang lahir 1944-1962, tidak melihat bahwa mereka beranjak
menjadi tua; mereka menolak pensiun dan menjadi tua. Mereka merasa selalu muda dan
terus aktif dalam pekerjaan dan konsumsi. Boomers melihat bagaimana orangtua mereka
16
Yanuar Surya Putra. “Theoretical Review: Teori Perbedaan Generasi.” Among Makarti Vol.9 No.18, Desember
2016.
17
Dalam buku Peter Menconi. The Intergenerational Church: Understanding Congregations from WWII to
www.com. Littleton, CO: Mt. Sage Publishing, 2010, disebutkan hanya lima generasi, tanpa generasi Z dan
Alpha. Mungkin generasi Z dan Alpha dianggap perpanjangan atau cabang dari generasi Y atau Millennial.
Padahal ada perbedaan antara generasi Y dan Z.
18
Peter Menconi. The Intergenerational Church: Understanding Congregations from WWII to www.com., 33-
41.
19
Peter Menconi. The Intergenerational Church: Understanding Congregations from WWII to www.com., 43-
55.
22 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
bekerja keras, sehingga mereka pun menirunya. Namun boomers memanjakan anak-anak
mereka, dan tidak mau anak-anak mereka bekerja sekeras mereka. Akibatnya banyak dari
generasi sesudah boomers yang bukan merupakan pekerja keras. Berbeda dari generasi GI
dan Silent, bagi generasi Boomer spiritualitas merupakan kegemaran dan terus mereka
cari, terutama saat mereka memasuki usia paruh baya atau akhir masa dewasa menuju usia
lanjut. Banyak di antara mereka merupakan pencari (Seekers), yang menggabungkan
aspek-aspek tertentu dari berbagai agama, yang kemudian dijadikannya spiritualitas
pribadi. Merekalah yang berkata, “Saya bukan religius, saya spiritual.” Mereka tidak mau
terikat pada salah satu agama dengan dogma yang ketat.20
Generasi X, yang lahir 1963-1981, dibesarkan dalam situasi politik dan ekonomi yang
cukup sulit di Amerika Serikat, sehingga mereka memandang dunia ini sebagai tempat
yang kacau dan tidak aman. Namun di lain pihak mereka juga mulai dapat menerima
kepelbagaian etnis dan warna kulit di Amerika Serikat. Dalam lingkup keluarga terjadi
perubahan besar, yakni dengan banyaknya perceraian, perselingkuhan, aborsi, dan bayi
tabung. Definisi keluarga pun berubah dan meluas dengan adanya orangtua tunggal atau
bapak/ibu/saudara tiri. Generasi X mengalami peluncuran pertama CNN sebagai stasiun
TV berita 24 jam dan MTV sebagai stasiun TV musik 24 jam. Penemuan CD dan video
juga mereka alami. Untuk mengenal generasi X dapat ditelusuri dari budaya popular yang
melekat pada mereka, yang berpusat pada televisi. Dalam hal spiritualitas generasi X
curiga dan acuh tak acuh terhadap institusi agama. Mereka lebih tertarik pada pengalaman
spiritual individual maupun komunal yang real dan otentik. Maka jiwa mereka terus
mencari hingga area mistisism dan misteri. Mereka lebih tertarik pada pengalaman dengan
Allah pada semua level kehidupan, dari pada mengalami kehidupan bergereja atau
organisasi keagamaan. Bagi mereka pengalaman iman dalam ibadah merupakan prioritas;
liturgi tradisional digabungkan dengan ekspresi yang artistik dan menggunakan banyak
indra, serta sihir teknologi modern. Ibadah harus partisipatif dan dialami; tidak ada yang
hanya menonton. Iman harus berdampak dalam kehidupan sosial. Maka generasi X
bersedia untuk terlibat dalam berbagai kegiatan pelayanan sosial. Dengan demikian
spiritualitas bukan hanya personal tetapi komunal.21
Generasi Y, atau generasi Millennial, yang lahir 1982-1994,22 merupakan generasi yang
mengalami perkembangan teknologi yang pesat, globalisasi, urbanisasi, budaya popular,
dan pendefinisian ulang keluarga. Akibatnya mereka merasa bahwa dunia ini berbahaya
dan tak dapat diprediksi. Mereka menjadi pragmatis dan mandiri. Perkembangan
teknologi informasi yang pesat membuat mereka merasa dapat mengontrol nasib mereka
sendiri. Perkembangan internet membuat mereka menjadi generasi always on. Mereka
sangat fasih menggunakan alat-alat komunikasi: handphone, computer, camera phone,
video games, kamera digital, video klip, SMS, facebook, youtube, twitter, video music,
DVD player, ipod, ATM dan sebagainya. Mereka lebih banyak menggunakan waktu di
20
Peter Menconi. The Intergenerational Church: Understanding Congregations from WWII to www.com., 57-
85.
21
Peter Menconi. The Intergenerational Church: Understanding Congregations from WWII to www.com., 87-
121.
22
Menconi menyebut generasi Millennial lahir tahun 1982-2000. Tapi sumber-sumber di internet
menyebutkan adanya generasi Z yang lahir pada tahun 1995-2010.
23 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
dunia maya dari pada di dunia real. Teknologi juga mendukung globalisasi; dunia terasa
kecil. Urbanisasi membuat generasi muda di kota maupun di desa menikmati musik dan
lagu yang sama, misalnya dengan irama hip-hop, rap. Berbeda dari generasi X yang
kadang merasa tak diharapkan untuk lahir (akibat tingginya angka aborsi), generasi Y
merasa bahwa kelahiran mereka memang dikehendaki orangtua. Namun generasi
Millennial ini merasakan pahitnya pelecehan terhadap anak dan pentingnya perlindungan
anak. Home schooling juga semakin popular untuk generasi ini. Budaya popular
mempengaruhi cara generasi Millennial berpakaian, menikmati musik, mengidolakan
karir seorang bintang, dan sebagainya. Generasi Millennial tidak terpaku hanya pada satu
merek atau brand. Mereka banyak berbelanja secara online. Akibat globalisasi dan
posmodernitas, generasi Millennial memandang kebenaran itu relatif, tidak mutlak.
Banyak orang dari generasi ini memahami Allah secara plural, dan memiliki spiritualitas
yang terbuka terhadap berbagai ekspresi iman yang valid dan banyak jalan menuju Allah.
Bahkan mereka merasa menjadi pengikut Yesus, dan bukan menjadi Kristen. Nilai-nilai
yang mereka miliki adalah perubahan, kepelbagaian, toleran. Berbeda dari generasi X,
generasi Millennial bukanlah generasi Seekers. Mereka siap berada dalam agama di mana
mereka dibesarkan, namun dengan cara pandang mereka sendiri, yang merelatifkan
kebenaran Allah pada situasi yang unik dan orang yang tertentu. Ibadah haruslah
merupakan ekspresi iman yang otentik, real, dan tulus.
Generasi Z, lahir yang 1995-2010, merupakan generasi yang akrab dengan alat-alat
komunikasi pintar (gadget), seperti smartphone, PC tablet, MP3 players, iPads, dan
sejenisnya. Mereka juga akrab dengan internet, World Wide Web, YouTube, Google,
berbagai platform dan media sosial. Mereka ingin di mana pun ada sambungan internet
sehingga mereka bisa always on. Generasi Z disebut juga iGeneration, Generasi Net, atau
Generasi Internet. Karena lahir dan dibesarkan di era digital, maka Gen Z sering disebut
digital natives. Gen Z banyak mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi, bermain,
dan bersosialisasi. Mereka bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan pikirkan
secara spontan. Gen Z senang dengan dunia maya yang penuh tantangan, sekaligus
menarik dan menyenangkan. Maka mereka pun betah berlama-lama di dunia maya. Ciri-
ciri generasi Z di Amerika Serikat menurut White adalah sebagai berikut:
1) Recession Marked. Karena pengalaman resesi ekonomi dan politik, Generasi Z
memiliki rasa percaya diri yang besar untuk dapat melakukan segala sesuatu, mandiri dan
bersemangat sebagai wirausaha, sehingga ada banyak penemu muda dalam berbagai
bidang. Mereka tidak menyukai tatanan hirarkis. Mereka ingin melakukan perubahan.23
2) Wi-fi Enabled. Generasi Z menguasai internet serta teknologi informasi, yang
membawa perubahan cara komunikasi. Sebagai digital natives, generasi Z dapat memakai
waktu sekitar 9 jam per hari untuk menikmati media. Mereka juga sangat cepat
mendapatkan informasi.24
3) Multiracial. Migrasi dan perkawinan campur menyebabkan generasi Z menjadi
multirasial, atau percampuran ras. Maka generasi Z menggambarkan diri mereka sebagai
23
James Emery White, Meet Generation Z: Understanding and Reaching the New Post-Christian World, Grand
Rapids: Baker Books, 2017, 41.
24
James Emery White, Meet Generation Z: Understanding and Reaching the New Post-Christian World, 42-43.
24 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
warga dunia, yang terkoneksi dengan orang-orang di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan
mereka menjadi generasi yang mudah menerima perbedaan dan
bersikap inklusif.25
4) Sexually Fluid. Karena semakin diterimanya pernikahan sesama jenis, generasi Z
melihat setiap pribadi memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya. Maka
pandangan generasi Z tentang seksualitas adalah kebebasan setiap individu.26
5) Post-Christian. Generasi Z merupakan generasi yang sekuler, dan disebut
postChristian karena mempercayai Tuhan namun tidak melakukan peribadahan, serta
menolak untuk menjadi konservatif dan fundamentalis. Mereka mempertanyakan iman
secara mendalam, aktif mencari hal yang krusial mengenai iman mereka. Hasil penelitian
dari Barna research menyatakan bahwa sebanyak 78% dari generasi Z masih mempercayai
keberadaan Tuhan, namun setengah dari mereka yang kemudian menghadiri peribadahan.
Generasi Z menghargai cara orang beriman, tidak mempermasalahkan perbedaan
keyakinan, cenderung menjadi pribadi yang humanis atau sosialis.27
Generasi Alpha, yang lahir 2011-2025, semakin fasih dengan alat-alat komunikasi sejak
lahir, dan sangat familiar dengan dunia media digital. Mereka sadar kamera sejak lahir,
dan dapat berpose dengan baik. Namun konsentrasi belajar semakin singkat, terbukti
dengan apa yang terjadi selama belajar di rumah pada masa pandemi covid 19 ini.
Generasi Alpha memiliki lima ciri yaitu: digital, sosial, global, mobile, visual.28
1) Digital. Sama seperti generasi Z, generasi Alpha juga adalah digital natives. Sejak
lahir mereka sudah terbiasa dengan teknologi dan alat-alat komunikasi digital. Bahkan
generasi Alpha lebih fasih dengan dunia digital dibandingkan generasi Z. Mereka
mengerti manfaat gadget dan dengan cepat mampu mengoperasikannya. Bahkan mereka
tidak hanya difoto (pasif), melainkan ingin direkam dan mampu bergaya, serta menjadi
vlogger.
2) Sosial. Generasi Alpha mulai mengenal media sosial seperti Instagram, Snapchat,
TikTok, dan YouTube. Bahkan mereka sangat dipengaruhi apa yang mereka saksikan;
misalnya tokoh idola mempromosikan sesuatu, mereka menjadi sangat terpengaruh.
3) Global. Karena pengaruh dunia digital dan media sosial, “pergaulan” generasi
Alpha menjadi global. Mereka tahu apa yang terjadi di belahan bumi yang lain, yang
sedang menjadi trend. Maka mereka pun terpengaruh dengan trend itu.
4) Mobile. Generasi Alpha bergerak dengan cepat, berpindah dari satu hal ke hal
yang lain. Apapun pendidikan formal yang mereka tempuh, pada akhirnya mungkin
mereka akan bekerja di lapangan pekerjaan yang belum terpikirkan sekarang.
5) Visual. Generasi Alpha membaca dan belajar secara visual. Maka mereka
mengenal platform digital walau belum dapat membaca, karena yang mereka lihat adalah
gambar atau simbol. Demikian pula cerita bergambar, games, dan video yang sangat
visual sudah mereka kenal sejak dini.
25
James Emery White, Meet Generation Z: Understanding and Reaching the New Post-Christian World, 45-46.
26
James Emery White, Meet Generation Z: Understanding and Reaching the New Post-Christian World, 46-48.
27
James Emery White, Meet Generation Z: Understanding and Reaching the New Post-Christian World, 49.
28
Mark McCrindle dan Ashley Fell, Generation Alpha: Understanding Our Children and Helping Them Thrive.
London: Headline Publishing Group, 2021, 46-58.
25 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Maka dalam pembinaan iman sebenarnya kita tidak dapat memilih hanya salah satu di
antara psikologi perkembangan dan teori generasi, karena keduanya saling melengkapi.
Psikologi perkembangan melihat dari sudut psikologi, sedangkan teori generasi melihat
dari sudut sosiologi. Dengan menggunakan keduanya diharapkan pembinaan iman dapat
semakin lengkap dalam melihat dan mengenali peserta didik. Dengan melihat kedua teori
tersebut maka pembinaan iman dapat menjelaskan mengapa pada usia yang sama
seseorang dari suatu generasi tidak persis sama dengan seseorang dari generasi yang lain.
Misalnya seorang ibu mengeluh mengapa anaknya yang berusia 15 tahun cara hidup dan
sikapnya berbeda dari diri ibu itu saat berusia 15 tahun dahulu. Tentu saja berbeda karena
situasi zaman atau generasinya berbeda. Saat si ibu berusia 15 tahun belum ada internet
dan dunia digital; berbeda dari anaknya yang setiap saat berada di dunia maya. Si ibu
berasal dari generasi X, si anak generasi Z. Pada saat sama-sama berusia 15 tahun, dunia
keduanya jauh berbeda. Perbedaan zaman ini kurang diperhatikan dan dipertimbangkan
oleh psikologi perkembangan, sehingga seakan-akan orang berusia 15 tahun dari generasi
apapun memiliki ciri dan tugas perkembangan yang sama. Psikologi perkembangan yang
berasal dari awal abad XX masih tetap dipakai tanpa revisi yang signifikan hingga abad
XXI ini.
Setelah melihat bahwa kedua teori sama-sama penting dan dapat dipakai bersama-sama,
lalu bagaimanakah melihat seseorang dari dua sudut pandang tersebut? Saya menyarankan
kita melihatnya dengan memakai matriks sebagai berikut:
26 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Matriks ini menunjukkan situasi pada tahun 2022 saja. Jika tahun bergeser, kemungkinan
besar ada perubahan signifikan yang terjadi. Mari kita bandingkan dengan tahun 2027;
Generasi seseorang tetap sama, tetapi usianya bertambah, sehingga kelompok usia pada
psikologi perkembangannya berubah.
Contoh: seorang yang lahir pada tahun 2005, yang termasuk generasi Z. Pada tahun 2022
ini ia adalah seorang remaja. Pada tahun 2027 ia menjadi pemuda. Jadi ada perkembangan
dalam psikologi perkembangan: dari remaja menjadi pemuda. Namun ia tetap generasi Z
dalam teori generasi.
Pembinaan iman kategorial usia yang sudah umum diterapkan di gereja-gereja memiliki
beberapa kelebihan, antara lain materi dan metode pembinaan iman disesuaikan dengan
usia peserta didik, sehingga mengena, menarik, dan mudah dipahami; peserta didik yang
homogen dari segi usia juga mempermudah fasilitator/ pembina untuk mempersiapkan
materi dan metode pembinaan iman. Setelah lama terbenam dalam rutinitas pembinaan
iman berdasarkan kategori usia, pada awal abad 21 ini muncul kesadaran baru bahwa
pembinaan iman kategorial usia ternyata memiliki beberapa kelemahan. Dengan adanya
pembinaan iman kategorial usia maka gereja menjadi terkotak-kotak. Apa yang terjadi
dengan pembinaan iman anak, misalnya, tidak diketahui oleh usia lanjut; apa yang terjadi
dengan pembinaan iman usia lanjut tidak diketahui oleh remaja, dan seterusnya. Tiap
komisi kategorial usia hanya mengerti komisinya sendiri, dan kurang komunikasi atau
perhatian terhadap komisi-komisi lain. Muncul juga keluhan adanya kesulitan pembinaan
iman berjenjang: muncul masalah pada saat anak pindah ke remaja, remaja pindah ke
pemuda, pemuda pindah ke dewasa, dan dewasa pindah ke usia lanjut. Keluhan terbesar
adalah hilangnya para pemuda dari gereja (khususnya gereja arus utama). Setelah remaja,
29
https://www.merriam-webster.com/dictionary/intergenerational
27 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
mereka disibukkan oleh kuliah, atau kuliah di luar kota, atau pindah ke gereja lain dengan
berbagai alasan. Kekuatiran pun muncul: bagaimana masa depan gereja jika pemudanya
banyak yang hilang?
Sebenarnya sejak abad XX pun sudah ada kesadaran pentingnya pembinaan iman
intergenerasional. Jadi pembinaan iman kategorial usia dikombinasikan dengan
pembinaan iman intergenerasional. Ada saat-saat tertentu di mana pembinaan iman
dilaksanakan secara kategorial usia, dan ada saat-saat tertentu di mana pembinaan iman
dilaksanakan secara bersama-sama untuk semua usia. Pembinaan iman intergenerasional
biasanya dilaksanakan pada saat bulan keluarga (dengan acara-acara bersama), atau hari-
hari raya gerejawi (perayaan Natal, Paskah), atau camp pembinaan untuk keluarga (ada
sesi bersama, ada kapita selekta berdasarkan kategori usia).
Dalam buku ini psikologi perkembangan tetap dipakai dan dipertimbangkan dalam
pembinaan iman intergenerasional, namun tidak secara eksklusif. Jadi ada bagian dari
pembinaan iman yang khusus untuk usia tertentu, ada pula bagian dari pembinaan iman
yang dilakukan secara bersama-sama lintas generasi. Bentuk-bentuk pembinaan iman
lintas generasi adalah family group, weekly class, workshop or event, worship service,
worship-education program, all-congregation camp.32
perasaan gagal “menaikkan” seseorang dari satu kategori usia ke kategori berikutnya
dalam pembinaan, termasuk untuk penyandang disabilitas intelektual dan mental. Lalu
bagaimanakah cara pengembangan pembinaan iman intergenerasional? Tidak boleh ada
salah satu generasi yang dominan. Semua generasi harus sederajat dalam berpartisipasi,
disapa, dan mendapat tempat. Tidak ada yang tersisih. Semua menikmati kehidupan
bergereja yang menyenangkan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan iman intergenerasional ialah:
• Pembelajaran dengan model mentoring. Menurut Menconi, generasi GI dan Silent
menjadi mentor generasi X, sedangkan Boomers menjadi mentor generasi Millennial. 33
Melalui mentoring tiap generasi saling belajar satu sama lain.
• Pembelajaran dengan topik-topik yang menarik bagi semua generasi. Misalnya
budaya populer, teknologi, tujuan hidup, dsb.
• Pembelajaran antar generasi. Orangtua dan kakek-nenek menjadi guru moral dan
spiritual dalam kehidupan anak dan remaja.
• Pembinaan iman dalam keluarga. Gereja menyediakan berbagai materi pembinaan
iman yang dapat dilakukan dalam keluarga.
• Pengembangan Sekolah Minggu menjadi pembinaan iman integenerasional. Guru
Sekolah Minggu terdiri dari berbagai generasi, sehingga anak terbiasa dengan suasana
intergenerasional. Misalnya remaja menjadi pengiring pujian, sedangkan pemuda, dan
orang dewasa mengajar.
• Acara berbagi cerita. Lansia dapat menceritakan pengalaman hidup mereka kepada
generasi yang lebih muda, dan sebaliknya.
• Festival film, musik, atau seni untuk semua generasi.
• Pembelajaran juga mencakup aksi sosial di tengah masyarakat yang dapat
dilaksanakan secara intergenerasional.
Lalu bagaimana posisi kedua model Pembinaan iman ini? Titik berangkat adalah realita
bahwa selama ini model yang dipakai adalah Pembinaan iman kategorial usia. Dari situ
kita dapat membuat peta dalam bentuk spektrum dari Pembinaan iman kategorial usia
mengarah ke Pembinaan iman intergenerasional. Setiap jemaat/ gereja dapat melihat diri
sendiri berada di mana dan akan mengarah ke mana. Gradasi menunjukkan perbedaan
yang dinamis dan tidak hirarkhis. Tidak ada ketentuan harus urut mulai dari yang pertama
kemudian kedua, ketiga dst. Bisa saja melompat dari no. 1 ke 3 atau 4. Namun makin jauh
lompatannya, makin banyak tantangannya, karena banyak orang yang resisten terhadap
perubahan – apalagi perubahan drastis dari no. 1 menjadi no. 6. Gradasi ini juga berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan kedua model Pembinaan iman.
33
Peter Menconi. The Intergenerational Church: Understanding Congregations from WWII to www.com., 193.
29 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Model ini yang sangat familiar di banyak gereja di Indonesia. Dalam rangka Pembinaan
iman kategorial usia dibentuklah komisi-komisi kategorial usia. Untuk mengenal peserta
didik, guru/ pembimbing/ pendamping dibekali dengan psikologi perkembangan sesuai
dengan kelompok usia yang dibina. Sekarang ini dapat ditambahkan teori generasi,
khususnya pada generasi peserta didik, agar guru/ pembimbing/ pembina semakin
mengenal peserta didik.
30 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Pembinaan iman dilaksanakan secara intergenerasional saja, tidak ada lagi pembinaan
iman kategorial usia. Dengan demikian tidak ada lagi komisi-komisi kategorial usia. Inilah
perubahan yang sangat besar dibanding model pembinaan iman kategorial usia yang sudah
biasa dipakai selama ini.
Pada akhirnya, manakah model yang tepat? Silakan setiap jemaat memilih model yang
cocok untuk konteksnya. Tidak perlu ada penyeragaman, sebab situasi dan kondisi tiap
jemaat berbeda-beda.
Penutup
31 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Daftar Pustaka
Allen, Holly Catterton, dan Christine Lawton Ross, 2012. Intergenerational Christian
Formation: Bringing the Whole Church Together in Ministry, Community and Worship.
Downers Grove, Illinois: IVP Academic.
Boehlke, Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen,
jilid II, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1997.
Cremers, Agus, 1995. Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W. Fowler.
Yogyakarta: Kanisius.
Erikson, Erik, 2010. Childhood and Society. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kohlberg, Lawrence, 1996. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Lynn, Robert W. and Elliott Wright. The Big Little School: 200 Years of the Sunday School.
Birmingham and Nashville: Religious Education Press and Abingdon Press, 1971.
Mannheim, Karl, 1952. "The Problem of Generations". In Kecskemeti, Paul (ed.). Essays on
the Sociology of Knowledge: Collected Works, Volume 5. New York: Routledge. p. 276–
322.
McCrindle, Mark dan Emily Wolfinger, 2009. The ABC of XYZ. Sydney: UNSW.
McCrindle, Mark dan Ashley Fell, 2021. Generation Alpha: Understanding Our Children
and Helping Them Thrive. London: Headline Publishing Group.
Menconi, Peter, 2010. The Intergenerational Church: Understanding Congregations from
WWII to www.com. Littleton, CO: Mt. Sage Publishing.
Prianggoro, Hasto, 2012. Mendampingi Anak Generasi Gadget. Tabloid Nova, Rabu, 7
November 2012. Diunduh dari
http://female.kompas.com/read/2012/11/07/09360668/Mendampingi.Anak.Generasi. Gadget
Putra, Yanuar Surya, 2016. “Theoretical Review: Teori Perbedaan Generasi.” Among
Makarti. Vol. 9 No.18, Desember 2016.
Suparno, Paul, 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Vanderwell, Howard (Ed.), 2008. The Church of All Ages: Generations Worshiping
Together. Herndon, Virginia: The Alban Institute.
White, James Emery, 2017. Meet Generation Z: Understanding and Reaching the New
PostChristian World. Grand Rapids: Baker Books.
White, James W., 1988. Intergenerational Religious Education. Birmingham, Alabama:
Religious Education Press.
32 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
4. Foto Keluarga
33 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Panitia Bulan Keluarga menyediakan majalah dinding yang ada di gereja. Setiap anggota
keluarga dalam jemaat dapat menempelkan foto keluarga di majalah dinding tersebut.
5. Ibadah Keluarga
Ibadah keluarga sering dilakukan dan menjadi sarana memperkuat persekutuan. Dalam bulan
keluarga tersebut. Hendaknya setiap ibadah keluarga benar-benar dilayani oleh keluarga,
dapat melibatkan suami, isteri, dan anak.
34 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Doa Harian
Tata Ibadah Doa Harian (Bisa disesuaikan dengan kebutuhan keluarga masing-masing)
Doa harian ini dimulai ketika pembukaan bulan
keluarga sampai berakhirnya bulan keluarga 30 Juni –
3 Agustus 2022
a. Mengambil Saat Teduh sejenak
Secara bergantian anggota keluarga bergantian
memimpin dalam Doa Harian Keluarga
b. Nyanyian Pembukaan
c. Pembacaan Alkitab
Bisa mengambil di Buku Insan Mengungkap Hati
kepada KhalikNya atau dipandu oleh salah satu
anggota keluarga untuk memimpin doa
d. Doa
Bisa mengambil di Buku Insan Mengungkap Hati
kepada KhalikNya atau dipandu oleh salah satu
anggota keluarga untuk memimpin doa
e. Nyanyian Penutup
35 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
36 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
(Jika kondisi memungkinkan setelah nyanyian berakhir, pelayan mengajak umat untuk
memberi salam damai kepada semua orang/disekitar kita/depan, belakang, kiri dan kanan)
(Umat Duduk)
4. Pelayanan Firman Tuhan (Umat Duduk)
a. Doa Epiklese
b. Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab dilakukan melibatkan semua kategorial (anak, pemuda, wanita, bapak-
bapak, Adi Yuswo)
(Setelah pembacaan Firman Tuhan dapat dinyanyikan tanggapan umat: “Hosiana”,
“Maranatha”, “Haleluya” atau dengan tanggapan yang lain).
c. Khotbah
(Pelayan Firman berkordinasi dengan pamong untuk dapat berkolaborasi ketika penyampaian
firman, bisa menggunakan panggung boneka, atau bisa juga berdialog dengan anak dan Adi
Yuswo.
d. Saat Teduh – Refleksi Pribadi
e. Pengakuan Iman (Umat Berdiri)
Bisa dalam bentuk Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Konstantinopel, atau Nyanyian Pengakuan
Iman (KJ. 280, Nyanyian Pengakuan Iman dalam Kidung Kontekstual GKJW).
37 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
5. Doa Syafaat
Setiap pokok doa diwakili oleh generasi yang berbeda
Anak : Berdoa untuk keluarga
Remaja : Berdoa untuk persekutuan gereja
Pemuda : Berdoa untuk kehidupan persekutuan dengan alam
Wanita : Berdoa untuk kehidupan bangsa dan negara
Lansia : Berdoa untuk kehidupan pribadi (kesehatan dan penyertaan)
Pelayan : “Kami satukan doa kami dalam doa yang diajarkan oleh
Puteramu …” (Doa Bapa Kami – sebaiknya dinyanyikan)
6. Ungkapan Syukur/ Persembahan
a. Pemandu persembahan membacakan ayat pengantar persembahan
b. Pemberian persembahan diiringi nyanyian
c. Pemandu persembahan memimpin doa persembahan (Umat Berdiri)
7. Pengakuan dan Tekad Bersama (Umat Berdiri)
Pelayan : “Engkau berada di dunia tetapi bukan dari dunia.”
Umat : “Sungguh kami ini milik Allah!”
Anak-anak : Kami juga milik Allah
Pemuda : Kehidupan kami untuk kemuliaan Tuhan
Wanita : Engkaulah Allah yang membumi bagi kami
Lansia : Kami mohon penyertaan Allah
Pelayan : “Kembalilah ke dalam kehidupanmu! Jawablah pertanyaan Tuhan bagimu,
“Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” (Yes. 6:8)
Umat : “Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 6:8)
Pelayan : “Imanuel! Allah beserta kita!”, jadilah keluarga Allah di mana setiap orang di
dalam persekutuan harus menyebarkan dan memancarkan kasih bagi setiap sesamanya baik
sesama manusia dan sesama ciptaan
Umat : menyanyikan Kidung Ria 134 Oh Tuhan Bila Aku Merenungkan
1. Oh Tuhan bila aku renungkan 2.Andaikan aku dapat persembahkan
Terpesona keagunganMu kepadaMu alam semesta
Hatiku tersayat hampa dan pedih kasihMu yang suci tetap
Aku insan tak berarti menuntut seluruh tubuh jiwaku
Reff: Tuhanku korbanMu
Lenyapkan banggaku
Rasa kasih mesra padaMu
Junjunganku
Ku berjanji, insyaf, kini,
Taat setiap hari
8. Berkat
Pelayan : Menyampaikan berkat
Umat : Menyanyi Kidung Ria 139 Saestu Bingah (dinyanyikan 2x) medley dengan PKJ
216: 1 Berlimpah Sukacita dihatiku (dinyanyikan 2x)
Kidung Ria 139 Saestu Bingah PKJ 216:1 Berlimpah Sukacita dihatiku
Saestu bingah nderek Gusti Berlimpah sukacita di hatiku,
Saestu bingah nderek Gusti di hatiku, di hatiku.
Saestu bingah nderek Gusti Berlimpah sukacita di hatiku,
Bingah sealminya tetap di hatiku!
38 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Reff:
Aku bersyukur bersukacita,
kasih Tuhan diam di dalamku.
Aku bersyukur bersukacita,
kasih Tuhan diam di dalamku.
III. PENUTUP
a. Pelayan Ibadah menyerahkan Alkitab kepada Koordinator Ibadah.
b. Seluruh petugas kembali berdoa bersama di konsistori mengakhiri pelayanan mereka.
39 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
I. PERSIAPAN
1. Tim Ibadah Penutupan Bulan Keluarga dan Majelis Jemaat berkumpul di konsistori untuk
menjelaskan tentang ibadah penutupan bulan keluarga yang akan dilakukan, baik latar
belakang, tata laksana ibadah, dan pelayan-pelayan ibadah yang terlibat, bahwa “Ibadah
Penutupan Bulan Keluarga dilakukan secara intergenerasi (melibatkan semua unsur
kategorial)
2. Pelayan dan Petugas Ibadah berdoa dan menyanyikan 1 lagu sesuai dengan tema keluarga
yang dipilih.
3. Persiapan masuk ibadah:
Bagian ini terdiri dari:
a) Foto-foto atau video pengantar (bagi jemaat yang memiliki multimedia).
b) Simbol benda yang mengarahkan pada nuansa kontekstual ditata di tempat ibadah sesuai
penataan tim ibadah kontekstual.
c) Penjelasan bahwa hari ini akan dilayankan Ibadah pembukaan bulan keluarga dan
penjelasan umum tentang konteks tersebut. Ibadah pembukaan bulan keluarga dilakukan
dengan melibatkan semua unsur kategorial
d) Majelis jemaat mengajak umat berdiri dan menyanyi
e) Iring-iringan pelayan masuk ruang ibadah. Iringan dapat didahului oleh penari (anak-
remaja) atau pembawa simbol khusus yang diletakkan bersama simbol lain di tempat yang
telah ditentukan oleh tim ibadah kontekstual.
f) Koordinator Ibadah menyerahkan Alkitab dan bersalaman dengan Pelayan Ibadah.
(Jika kondisi memungkinkan setelah nyanyian berakhir, pelayan mengajak umat untuk
memberi salam damai kepada semua orang/disekitar kita/depan, belakang, kiri dan kanan)
(Umat Duduk)
4. Pelayanan Firman Tuhan (Umat Duduk)
a. Doa Epiklese
b. Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab dilakukan melibatkan semua kategorial (anak, pemuda, wanita, bapak-
bapak, Adi Yuswo)
(Setelah pembacaan Firman Tuhan dapat dinyanyikan tanggapan umat: “Hosiana”,
“Maranatha”, “Haleluya” atau dengan tanggapan yang lain).
c. Khotbah
(Pelayan Firman bisa mengajak dialog perwakilan kategorial anak-remaja, pemuda, wanita,
dan lanjut usia, atau bisa menggunakan yang lain)
d. Saat Teduh – Refleksi Pribadi
e. Pengakuan Iman (Umat Berdiri)
41 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Bisa dalam bentuk Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Konstantinopel, atau Nyanyian Pengakuan
Iman (KJ. 280, Nyanyian Pengakuan Iman dalam Kidung Kontekstual GKJW).
5. Doa Syafaat
Setiap pokok doa diwakili oleh generasi yang berbeda
Anak : Berdoa untuk keluarga
Remaja : Berdoa untuk persekutuan gereja
Pemuda : Berdoa untuk kehidupan persekutuan dengan alam
Wanita : Berdoa untuk kehidupan bangsa dan negara
Lansia : Berdoa untuk kehidupan pribadi (kesehatan dan penyertaan)
Pelayan : “Kami satukan doa kami dalam doa yang diajarkan oleh
Puteramu …” (Doa Bapa Kami – sebaiknya dinyanyikan)
6. Ungkapan Syukur/ Persembahan
a. Pemandu persembahan membacakan ayat pengantar persembahan
b. Pemberian persembahan diiringi nyanyian
c. Pemandu persembahan memimpin doa persembahan (Umat Berdiri)
7. Pengakuan dan Tekad Bersama (Umat Berdiri)
Pelayan : “Engkau berada di dunia tetapi bukan dari dunia.”
Umat : “Sungguh kami ini milik Allah!”
Anak-anak : Kami juga milik Allah
Pemuda : Kehidupan kami untuk kemuliaan Tuhan
Wanita : Engkaulah Allah yang membumi bagi kami
Lansia : Kami mohon penyertaan Allah
Pelayan : “Kembalilah ke dalam kehidupanmu! Jawablah pertanyaan Tuhan bagimu,
“Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” (Yes. 6:8)
Umat : “Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 6:8)
Pelayan : “Imanuel! Allah beserta kita!”, jadilah keluarga Allah di mana setiap orang di
dalam persekutuan harus menyebarkan dan memancarkan kasih bagi setiap sesamanya baik
sesama manusia dan sesama ciptaan
Umat : menyanyikan PKJ 288:1,2 Inilah Rumah Kami
1. Inilah rumah kami, 4. Buatlah rumah kami
rumah yang damai dan senang; menjadi taman yang sejuk,
siapa yang menjamin? sehingga hidup kami
Tak lain, Tuhan sajalah. berbau harum dan lembut.
Reff: Alangkah baik dan indah,
jikalau Tuhan beserta;
sejahtera semua,
sekeluarga bahagia.
8. Berkat
Pelayan : Menyampaikan berkat
Umat : Menyanyi Kidung Ria 139 Saestu Bingah (dinyanyikan 2x) medley dengan PKJ
216: 1 Berlimpah Sukacita dihatiku (dinyanyikan 2x)
Kidung Ria 139 Saestu Bingah PKJ 216:1 Berlimpah Sukacita dihatiku
Saestu bingah nderek Gusti Berlimpah sukacita di hatiku,
Saestu bingah nderek Gusti di hatiku, di hatiku.
Saestu bingah nderek Gusti Berlimpah sukacita di hatiku,
Bingah sealminya tetap di hatiku!
42 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Reff:
Aku bersyukur bersukacita,
kasih Tuhan diam di dalamku.
Aku bersyukur bersukacita,
kasih Tuhan diam di dalamku.
III. PENUTUP
a. Pelayan Ibadah menyerahkan Alkitab kepada Koordinator Ibadah.
b. Seluruh petugas kembali berdoa bersama di konsistori mengakhiri pelayanan mereka.
43 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
PERSIAPAN
Tim Ibadah Pekan Anak dan Majelis melakukan persiapan di konsistori gereja
Curve menjelaskan latar belakang ibadah pembukaan pekan anak dan tuntunan ibadah
Persiapan, doa, dan pujian dilakukan di konsistori dengan dipimpin oleh penatua/diaken
1. Hai anak-anak muda dan belia yang 2. Gunung menjulang, laut berkilauan,
diberkati, tanaman hijau dan alam yang menawan
dijaga Allah Bapa, patut bersyukur, berdoa patut dijaga, dirawat, dikelola;
dan berkarya; kar'na demikian maksud Sang Pencipta
kar'na demikian maksud Sang Pencipta.
------JEMAAT DUDUK-----
.
Menyanyikan : Kidung Ria 18 “Kuterbuka” (dinyanyikan 2x)
Hatiku terbuka untuk-Mu Tuhan.
S’lidiki, nyatakan s’gala perkara
Singkapkan semua yang terselubung
supaya kulayak di hadapanMu Tuhan
PENGAKUAN DOSA
Keteranganan : P: pelayan, OT: orang tua, AN : anak, J: Jemaat
Pelayan : Keluarga adalah bagian dari diri kita, setiap kita pasti merupakan bagian dari
keluarga
Jemaat : Sebagai keluarga kami disatukan oleh Allah
Pelayan : Allah mempersatukan kita, tidak hanya di dalam persekutuan tetapi juga di
dalam keluarga
Jemaat : Allah mempersatukan kita dalam persekutuan dan keluarga
Pelayan : Setiap keluarga merupakan “satu daging” yang tidak terpisahkan satu dengan
yang lain, yang bisa merasakan bahagia jika yang lain juga bahagia, yang bisa merasakan
luka jika yang juga sedang terluka, yang bisa menunjukkan kasih dan cinta dalam
pengorbanan, semua ada di dalam keluarga.
Jemaat : Ampuni kami apabila kami melukai keluarga kami
Pelayan : Keluarga adalah gereja dan tempat melakukan Firman atau perintah Allah
untuk pertama kalinya
Jemaat : Ampuni kami apabila kami tidak menjadikan keluarga sebagai tempat Firman
yang pertama
Pelayan : Keluarga adalah sumber sukacita, kebahagian, penguatan, penghiburan, dan
sumber cinta dan kasih yang tidak terbatas
Jemaat : Mampukan kami untuk menebarkan cinta dan kasih dalam keluarga
Pelayan : Tuhanlah sumber cinta dan kasih
Amazing grace how sweet the sound. That saved a wretch like me
I once was lost, but now am found. Twas blind but now I see.
PELAYANAN FIRMAN
Doa
Menyanyikan KJ 50a: Sabdamu Abadi
1.SabdaMu abadi, suluh langkah kami
Yang mengikutinya hidup sukacita
2.Di tengah ancaman sabdaMu harapan,
sumber penghiburan, kabar kes'lamatan.
Membaca Alkitab
Kotbah
(Pelayan Firman dapat bekerja sama dengan pamong-pamong untuk memakai alat peraga
panggung boneka atau yang lain)
Saat Teduh
PKJ 242:1,2 Seindah Siang Disenari Terang
1. Seindah siang disinari terang 2. Sedalamnya laut seluas angkasa
cara Tuhan mengasihiku;
45 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
DOA SYAFAAT
BERKAT
P : Kasih karunia yang menyelamatkan, meneguhkan dan menghibur dari Allah Bapa, Yesus
Kristus Sang Putra dan Roh Kudus senantia memeluk saudara sekalian sekarang sampai selama-
lamanya. Amin
46 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
--JEMAAT BERDIRi—
Anak-Pemuda:
Dinten niki, dinten niki, dintene Gusti
Monggo kita, monggo kita asukarena, asukarena
Dinten ini dintene Gusti
Monggo kita asukarena
Dinten niki, dinten niki dintene Gusti.
VOTUM
P : Bersukacita dan bersyukurlah kepada Tuhan yang membuatmu dan keturunanmu
merasakan penyertaan kasihNya.
J : Dengan bahagia kami datang bersekutu, memuji dan menyembah Yesus Tuhan kita.
P : Terpujilah Tuhan Allah semesta.
SALAM
P : Segala kebaikan dan kasih Allah Bapa dalam Yesus Kristus ada bersama saudara-
saudara semua. Amin
47 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
mengagungkan nama Tuhan, Allah, Juru kini dan senantiasa diberkati namaku.
s'lamatku.
3. Kar'na Allah Mahakuasa 4. Mahasuci Nama Allah; rahmatNya turun-
melakukan karya agung kepadaku yang rendah. temurun
atas orang salehNya.
TEMA IBADAH
Tema Ibadah/ Introitus (Umat Duduk)
a. Pelayan Ibadah tidak membaca atau mengutip nats/ ayat Alkitab.
b. Pelayan Ibadah cukup membacakan tema liturgis berserta tema khotbah Minggu.
c. Pelayan Ibadah memberikan penjelasan singkat tentang arti atau makna dari tema liturgis
pada Minggu itu.
PENGAKUAN DOSA
Lukas 10: 27 “Jawab orang itu: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Doa
--JEMAAT BERDIRI--
BERITA ANUGERAH :
PELAYANAN FIRMAN
Doa Pelayan Firman
Pembacaan Alkitab
Nyanyian Jemaat Kidung Ria 141
1.Seindah bunga mawar, seputih melati 2.Aku mau ikut Tuhan aku mai iring Tuhan
Namun Kau olebih indah dan suci abadi Karna Kau lebih indah dan suci abadi
Reff:
Terpujilah namaMu Yesus Tuhanku
Hanyalah kepadaMu kuserahkan hidupku
tubuh Kristus, warga anak merupakan bagian dari tanggung jawab kita bersama sebagai warga
gereja.
Bukan hanya nanti pada masa depan tetapi juga dari sekarang: pada
masa kini. Untuk itu kita perlu senantiasa mendampingi anak-anaka mulai saat ini, dengan
berbagai tantangan yang semakin sulit untuk dihadapi bersama. Juga dalama berbagai karakter
anak yang berda semua mendapatkan perhatian penuh. Sehingga baik saat tenang ataupun
tegang, saat bertumbuh juga saat melewati onak duri, anak tetap dapat merasakan kasih Tuhan
melalui persekutuan orang beriman. Dengan demikian, tepat pada waktunya Tuhan bagi setiap
anak, kita akan melihat dengan penuh syukur keharuman anak-anak yang memuliakan Tuhan
melalui kehidupannya.
Pada saat ini kita akan menyaksikan anak-anak kita yang akan Naik
Jenjang dari Balita ke Pratama, dari Pratama ke Madya dan dari Madya ke Remaja. Disilahkan
Pengurus Anak dan Remaja memanggil anak-anak tersebut.
(KPAR membacakan nama anak-anak yang naik jenjang dan anak-anak yang dipanggil bisa maju
ke depan)
P : Inilah anak-anak kita. Mari kita serahkan mereka kepada Tuhan dalam
doa agar mereka makin bertumbuh dalam iman. Mari kita berdoa :........................
P : Pada kesempatan ini mari kita perbaharui komitmen kita sebagai orang tua dan
anak. Mari kita nyatakan komitmen kita dengan sungguh-sungguh. Saya undang semua bangkit
berdiri :
OT : SEBAGAI ORANG TUA,
KAMI MAU MEMPERBAHARUI KOMITMEN KAMI UNTUK MENCINTAI
ANAK SEBAGAIMANA DIRI PRIBADINYA. MENGHORMATI PENDAPAT ANAK, SERTA MENJADI
PENDAMPING DAN PENDIDIK YANG BIJAK BAGI ANAK DALAM KASIH, PENGENDALIAN DIRI,
KEKUDUSAN, KESABARAN, KESETIAAN, KETAATAN, KEJUJURAN DAN HORMAT KEPADA
TUHAN DI SEPANJANG LAKU HIDUP INI.
AN : SEBAGAI SEORANG ANAK,
KAMI MAU MEMPERBAHARUI KOMITMEN KAMI UNTUK MENCINTAI ORANG
TUA SEBAGAIMANA ADANYA, MEMPERHATIKAN NASEHAT ORANG TUA, TEKUN BELAJAR
DENGAN SUKACITA DI RUMAH, DI GEREJA DAN DI SEKOLAH, JUGA BERMAIN DENGAN SOPAN
BERSAMA SIAPAPUN DAN DIMANAPUN BERADA SERTA PERCAYA KEPADA TUHAN SETIAP
HARI.
Semua : YA TUHAN, TOLONG KAMI MELAKUKANNYA.
49 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
(JEMAAT DUDUK)
PERSEMBAHAN
Dasar: 1 Tawarikh 16: 34 “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setiaNya.”
Menyanyikan lagu Kidung Ria 74
KAMI BAWA KORBAN PUJIAN
Kami bawa korban pujian ke rumahMu oh Tuhan.
Kami bawa korban pujian ke rumahMu oh Tuhan.
Korban ucapan syukur, kami persembahkan bagiMu
Dan korban persembahan itu juga bagi Mu.
DOA SYAFAAT
- Anak dan cita-citanya.
- Kesehatan dan hikmat untuk orang tua.
- Pendampingan Gereja bagi anak.
P : Allah Bapa menyertai hidupmu dengan kehidupan penuh damai sejahtera, Yesus
Kristus menyelamatkanmu dan Roh Kudus senantiasa memeluk dalam kasih dan penghiburan
sekarang sampai selamanya Amin
50 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
A. Persiapan
1. Pelayan / petugas ibadah mempersiapkan diri untuk pelayanan ibadah.
2. Jemaat Berdiri, menyanyikan KJ. 17:1,2 “Tuhan Allah Hadir”
1. Tuhan Allah hadir pada saat ini. 2. Tuhan Allah hadir, Yang dimuliakan
Hai sembah sujud disini. dalam sorga siang - malam
Diam dengan hormat, tubuh serta jiwa, "Suci, suci, suci" untuk selamanya
tunduklah menghadap Dia. dinyanyikan malak sorga.
Marilah, umatNya, Ya Allah, t'rimalah
hatimu serahkan dalam kerendahan. pujian jemaat beserta malaikat.
51 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Pelayan : Bagi setiap kita yang sudah bersedia membuka hati untuk mengakui semua
kesalahannya, maka dengarkanlah berita anugerah dari Allah yang demikian: Kolose 3:13-
14;
“Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan
Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan
dosa.”
Demikian berita anugerah dari Allah.
Jemaat : Menyanyi KJ. 362 : 1,3 Aku Milikmu
1.Aku milikMu, Yesus, Tuhanku; 3.Sungguh indahnya walau sejenak
kudengar suaraMu. besertaMu, Allahku;
'Ku merindukan datang mendekat dan diraih dalam doaku sungguh akrabnya bersekutu
olehMu. denganMu.
Reff:
Raih daku dan dekatkanlah pada kaki salibMu. Raih
Daku, raih dan dekatkanlah ke sisiMu, Tuhanku.
52 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
Pelayan : Terimalah berkat dari Allah yang demikian; berkat yang datangnya dari
Allah Bapa; Sang Pencipta, Allah Putra; Sang Penebus dan Allah Roh Suci; Sang Penghibur
selalu memberikan kasih karunia, damai sejahtera kepada engkau sekalian. Amin.
Jemaat : Menyanyikan KJ. 468:1-3“Berilah Bapa Hari ini”
1. B'rilah, Bapa, hari ini kami makan secukupnya. 2. Bukan untuk hari esok berlebihan kami cari;
Dan ampuni salah kami; kami saling mengampuni: hanya
Datang KerajaanMu! Amin. untuk hari ini kami mohon secukupnya: damai
KerajaanMu! Amin.
3. B'rilah, Bapa, hari ini pengampunan secukupnya;
agar kami membagikan ampun dan makanan pula
dalam KerajaanMu! Amin.
53 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
A. Persiapan
1. Persiapan pelayan/petugas ibadah untuk pelayanan ibadah.
2. Jemaat Berdiri, menyanyikan KJ. 3:3-4; “Kami Puji Dengan Riang”
Semuanya yang Kau cipta memantulkan sinarMu,
Para malak, tata surya naikan puji bagiMu.
Padang, hutan dan samud’ra, bukit, gunung dan lembah,
Margasatwa bergembira‘ngajak kami pun serta
Mari kita pun memuji dengan suara
menggegap,
Menyanyikan kuasa kasih yang teguh serta
tetap.
Kita maju dan bernyanyi, jaya walau diserang,
Ikut mengagungkan kasih dalam lagu
pemenang.
4. PelayananFirman(Jemaat Duduk)
a. Doa Epiklese
b. Pembacaan Alkitab
Bacaan : Filipi 2:19-3:1a
c. Khotbah
d. SaatTeduh
55 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2
BIDANG PERSEKUTUAN MAJELIS AGUNG
DPAR, DPPM dan DPPW
7. Persembahan
Petugas : Kita dasari pengumpulan persembahan ini dengan firman Allah yang
tertulis di dalam Amsal 3:9-10;
“Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari
segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh
sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap
dengan air buah anggurnya.”
56 | B U K U P A N D U A N B U L A N K E L U A R G A 2 0 2 2