Anda di halaman 1dari 3

KONFLIK DALAM GEREJA

Gereja sebagai organisasi spiritual mengajarkan cinta kasih dan perdamaian. Namun tidak
dapat disangkali bahwa di dalam gereja juga terjadi konflik dan kekerasan, langsung maupun
tidak langsung. Hal ini terjadi karena gereja adalah kumpulan dari orang-orang yang berdosa
yang sedang dalam proses pengudusan yang tidak dapat menghindari diri dari konflik.
Konflik dalam gereja bisa terjadi karena masalah-masalah yang berkaitan dengan organisasi,
seperti program kerja, konflik antar pribadi, antar kelompok-kelompok dalam gereja, bisa
juga antar anggota dalam kelompok, konflik pimpinan gereja dan tokoh jemaat, konflik
pendeta dan pengurus gereja bahkan tak jarang terjadi konflik antar pendeta,dsb.

Pada dasarnya spirit konflik yang terjadi dalam gereja berakar pada tiga hal, yaitu
kesombongan, ketidaksetiaan dan kekuasaan. Bila ini dibiarkan maka akan merusak iklim
bergereja, gairah, persekutuan, relasi dan komunikasi. Kondisi seperti ini sama dengan tanah
yang kering dan gersang, perlu disirami air hujan anugerah dan pembajakan ulang supaya
menjadi tanah yang subur.

Bila dicermati dengan seksama ada beberapa penyebab munculnya konflik dalam gereja:

1. Perbedaan persepsi. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang apa yang
diterima oleh panca inderanya (melihat, mendengar, meraba, merasa, dan mencium).

2. Perasaan yang terganggu. Seringkali konflik dalam gereja juga disebabkan oleh adanya
perasaan yang terganggu karena ucapan-ucapan yang menyinggung perasaan sesama
anggota dalam gereja. Dalam gereja yang terdiri dari bermacam-macam tempramen dan
karakter seringkali perkataan, perilaku dan sikap seseorang dapat memicu terjadinya
konflik.

3. Persaingan keinginan atau kepentingan. Seringkali kita temukan ada orang-orang yang
memaksakan kinginannya dalam gereja sehingga bisa menimbulkan konflik.

4. Kurangnya penguasaan terhadap aturan gereja.

5. Konsistensi dalam menegakan peraturan gereja

6. Kurangnya penghayatan yang sungguh terhadap Firman Tuhan.

Ada beberapa gejala atau tanda Munculnya Konflik dalam Gereja

Ketika di dalam gereja terjadi konflik yang berkepanjangan dan tidak dikelolah dengan baik
dan sehat,maka akan terjadi dampak yang negatif bagi gereja:

1. Berkurangnya kehadiran jemaat dalam kebaktian/ibadah. Ini dapat dilihat secara kasat
mata melalui kehadiran jemaat dalam Kebaktian Utama, ibadah RT, Kategorial, dst.
Jemaat tidak merasa nyaman dalam lingkungan gereja yang tidak kondusif. Banyak
kasus perpindahan anggota jemaat ke ‘gereja lain’ bisa juga karena faktor ini.

2. Partisipasi Jemaat menurun. Apabila gereja penuh dengan konflik maka berdampak
pada penurunan partisipasi jemaat dalam aktifitas pelayanan gereja.
3. Pelaksanaan Program Pelayanan tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar.

4. Muncul banyak keluhan. Hal ini sebagai akibat dari reaksi ketidakpuasan terhadap
kondisi pelayanan yang terjadi di dalam gereja.

5. Sistem kepemimpinan dalam gereja mengalami gangguan sehingga tidak berfungsi


sebagaimana mestinya.
BEBERAPA USUL SARAN

1. Visi dan misi pelayanan gereja mesti terus disegarkan agar baik para pelaku pelayanan
maupun jemaat selalu memiliki semangat, kesegaran, komitmen dan motivasi.
Bagaimana mempersembahkan pelayanan yang terbaik bagi jemaat (misalnya melalui
khotbah/renungan kita, kualitas perkunjungan pastoral bagi jemaat dengan segala
problematika hidup mereka).

2. Adanya program pembekalan yang terencana bagi para pelaku pelayanan (presbiter)
berhubungan dengan pengetahuan dan ketrampilan pelayanan maupun secara
organisatoris. Menurut saya hal ini penting karena para presbiter adalah orang-orang
yang setiap waktu ada bersama dengan jemaat dengan segala kebutuhan pergumulan
mereka, membutuhkan banyak sekali ‘jawaban gereja’ melalui para hambanya. Konteks
Paulus dengan sumber daya dan dana yang besar sangat memungkinkan hal ini.

3. Program penyegaran spiritualitas bagi para presbiter sangat penting di erah yang sangat
‘melelahkan’ ini. Gereja kita (GMIT) identik dengan ‘gereja sidang/rapat’ di mana
banyak energi tersita sehingga kita juga membutuhkan waktu untuk menyepi bersama
Tuhan merefleksikan hidup dan pelayanan kita sehingga kita tidak mengalami
kekeringan/kelesuhan secara spiritual. (hati dan otak perlu disegarkan untuk mengatasi
godaan konflik).

4. Wadah pastoral gereja perlu dikembangkan untuk menjangkau secara spesifik


persoalan-persoalan yang dihadapi jemaat.

Sumber: http://sinodegmit.or.id/berita-mengelolah-konflik-dalam-gereja.html

Ditulis oleh Pdt Isakh Hendrik, M.Si

Anda mungkin juga menyukai