Anda di halaman 1dari 3

Menjadi Moderat Bersama KAMMI

Oleh : Tiorivaldi

Ada apa dengan KAMMI ? Sudah mencapai masa dua tahun saya berada di organisasi ini.
Tetapi selama ini saya masih sering bertanya-tanya terkait sejatinya KAMMI itu seperti apa. Bukan
berarti saya tidak mengetahui apa-apa tentang KAMMI. Namun banyak sekali teori-teori yang berbeda
yang dikumpulkan menjadi satu hingga menjadi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Saya
akan sedikit bercerita tentang Mengapa akhirnya saya memilih KAMMI ?

Jika berbicara tentang masa lampau disaat saya masih berada di bangku sekolah, sebelum
mengenal dan memasuki organisasi-organisasi keislaman. Mungkin akan sulit untuk dipercaya
seberapa besar perubahan yang mulai terjadi pada nilai intelektual dan nilai amal yang saya
praktisikan dalam menjalankan kehidupan. Memang saya pada saat itu sudah mulai melaksanakan
ibadah-ibadah spiritual keagamaan semenjak kelas dua Sekolah Menengah Atas yang merupakan
tonggak pertama ketertarikan untuk mendalami agama. Sebelum kelas dua itu tidak perlu saya
deskripsikan, yang jelas karena hubungan masa lalu itu lah kenapa saya memilih untuk berislam.
Ketertarikan tersebut akhirnya terus berjalan hingga dimulailah dari saya memasuki dan menjadi
mahasiswa Universitas Tidar yang bertepatan di daerah Magelang, lebih rincinya lagi di Jalan Kapten
Suparman 39, Tuguran, Magelang 56116. Di saat itu saya memilih dua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
sebagai bekal tambahan selagi mengisi waktu kosong. Karena saya asli berasal dari Lampung semenjak
lahir hingga menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, maka pulang kampung secepat-cepatnya yaitu
tiap semester. Maka untuk menghilangkan kepenatan pada saat itu, akhirnya saya mencari hal-hal lain
yang mungkin bisa merealisasikan ketertarikanku pada saat itu. Dua UKM yang saya ikut tersebut yaitu
Unit Kegiatan Agama Islam (UKAI) Ar-Ribath dan Bengkel Seni (BS). Kalau pembaca saat ini dari
mahasiswa Universitas Tidar pasti akan menyadari akan perbedaan yang sangat mencolok pada kedua
UKM tersebut. Hanya saja saya memang sangat memiliki minat dalam bidang seni, bahwa estetika seni
itu sangat luar biasa bagi saya. Sampai saat ini pun saya masih memiliki kemampuan dalam melukis
dengan media pensil menghasilkan sebuah lukisan realisme.

Hal tersebut diatas cukup penting untuk saya deskripsikan, karena semua itu ada
hubungannya hingga saya bisa berada di KAMMI. Karena saya mengikuti UKAI lah saya akhirnya
bertemu dengan KAMMI, definisi nyeleneh nya bisa saya katakan penjeblosan ke dalam jurang
KAMMI. Kenapa bisa saya katakan seperti itu ?

Pada hari jumat bada isya tersebut pementor saya di UKAI menghubungi saya malam-malam
untuk mengikuti suatu kegiatan, katanya. Pada saat itu benar-benar saya tidak mengetahui tentang
ada kabar Daurah Marhalah 1 kecuali beliau yang mengabarkan pada malam itu juga, dan itu pun saya
sudah telat, karena sudah dimulai sejak sore tadi. Kebetulan saya pada saat itu belum dikirimkan
kendaraan dari Lampung, sehingga dalam benakku ah, gak punya motor terus gimana mau ikut. Ya
sudah akhirnya saya membalas sms tersebut dan mengatakan tidak punya kendaraan untuk kesana.
Tiba-tiba beliau sudah menghubungi sudah berada di depan fotocopy Master, maka dengan terpaksa
dan dengan perbekalan seadanya, karena memang tidak ada persiapan sama sekali. Akhirnya saya
mengikuti Daurah Marhalah 1 dan hasil yang ku peroleh adalah lulus bersyarat, karena tidak mengikuti
materi sejak awal.

Awal mengikuti KAMMI tidak ada sense of belonging dalam diri saya untuk tetap berada di
dalam sana. Coba bayangkan perbandingan UKAI dan KAMMI pada saat itu. Di UKAI sudah ada
sekretariat, biaya melaksanakan suatu kegiatan sudah di tanggung oleh pihak kampus, dan yang pasti
terpandang/ terlihat oleh seluruh mahasiswa Universitas Tidar pada saat itu. Sedangkan KAMMI pada
saat itu tidak memiliki sekretariat, biaya melaksanakan suatu kegiatan ditanggung oleh kas dari
anggota KAMMI, dan arah geraknya tidak pernah dipandang dan diketahui oleh mahasiswa
Unviersitas Tidar. Sangat aneh rasanya jika badan saya harus lelah-lelah dalam hal yang seperti itu.
Bahkan di UKAI pun pada awalnya saya tidak begitu bergairah untuk mendalaminya. Buktinya sewaktu
menimbang antara kegiatan Gladen Bengkel Seni dengan Latihan Kader dan Kepemimpinan Islam
(LKKI) 1 saya lebih memprioritaskan untuk mengikuti Gladen. Karena memang bobotnya lebih tinggi
kegiatan Gladen, dimana jika saya mengikuti kegiatan tersebut saya resmi menjadi anggota BS, tetapi
jika tidak maka perjuanganku mengikuti seleksi keanggotaan BS akan hilang dan harus menunggu di
tahun berikutnya. Sedangkan jika saya tidak mengikuti LKKI 1 saya masih sebagai anggota UKAI Ar-
Ribath tetapi tidak bisa sebagai pengurus, katanya.

Jadi kenapa akhirnya saya memilih KAMMI yang berujung meninggalkan BS tetapi masih
muncul di UKAI. Mungkin kebanyakan kader lainnya banyak yang sama halnya seperti saya yaitu ketika
saya mengikuti Daurah Marhalah 2. Keluasan pandangan saya tentang KAMMI tersadar disaat
mengikuti hal tersebut, bahkan membuat saya minder apakah kira-kira saya sudah pantas untuk
bersampingan dengan mereka yang memang cerdas dalam berintelektual, dan kedalaman
keislamannya pun tidak bisa dipungkiri lagi. Dengan diskusi-diskusi yang sangat berat, yang banyak hal
tidak saya pahami dalam perkataan-perkataan mereka. Akhirnya saya menyadari bahwasanya KAMMI
sesuai dengan filosofinya salah satunya kredo Gerakan KAMMI yang berbunyi :

Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkehendak merdeka. Tidak ada satu orang pun
yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta
atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.

Maka mulai pada saat itu juga saya ikhlas menghabiskan waktu saya untuk berada di KAMMI
walaupun tidak memiliki sekretariat, mengeluarkan uang banyak, bahkan bergerak hampir seperti
underground. Itu semua coba saya ikhtiarkan ketika lulus pada Daurah Marhalah 2. Sehingga saya
mulai mencoba mencari jati diri KAMMI yang sebenarnya itu seperti apa, banyak teori tentang gerak
KAMMI yang mulai saya serap dari segala arah dan tempat. Dan akhirnya saya mempercayai
bahwasanya KAMMI adalah moderat dan harus tetap moderat. KAMMI bukanlah konservatif yang
mencoba mempertahankan bentuk KAMMI tanpa melihat sebuah keadaan dan tempat. Hasan Al-
Bana pun pernah mengatakan Setiap tempat ada perkataan yang pas, dan setiap perkataan ada
tempat yang pas. KAMMI bukanlah islam-formalistik, yang harus baku dan kaku tanpa ada fleksibilitas.
Maka pandangan KAMMI pun tidak ingin menghancurkan pancasila tetapi menginginkan hukum-
hukum dan aroma-aroma Islam diterapkan dan tersebar di setiap penjuru yang bisa dicapai oleh
KAMMI.

Itulah berbagai pandangan yang mulai terserap dan menjadi relung hatiku, bahwa KAMMI
adalah moderat dan harus tetap moderat. Kata siapa KAMMI miliknya Ikhwanul Muslimin,
Muhammadiyah, PKS, Tarbiyah dan pemfitnahan lainnya. KAMMI adalah Gerakan Sosial
Independen, mungkin kita bisa menyatakan bahwasanya KAMMI mirip seperti Muhammadiyah
dalam hal gerakan pembaharuan atau kita gerakan yang mengikuti perkembangan zaman, tetapi
KAMMI bukan lah Muhammadiyah. KAMMI itu seperti IM dalam hal elektif (pilihan, memilih-milih)
tetapi KAMMI jelas bukanlah IM. Apalagi untuk dikatakan KAMMI itu PKS, maka tidak mungkin seorang
bapak dilahirkan oleh anaknya, karena KAMMI muncul sebelum PKS lahir. Gagasan Kuntowijoyo
diserap KAMMI menjadi salah satu paradigma KAMMI dalam butir kedua yaitu KAMMI adalah
gerakan Intelektual Profetik, gambaran umumnya kecerdasan ala Prophet (Nabi). Maka menjadi
moderat adalah hal yang tersulit dan terbaik. Menjadi moderat menjadikan seseorang bisa memahami
setiap pemikiran-pemikiran yang lainnya. Mengambil apa yang baik dan meninggalkan apa yang buruk
yang tidak sesuai dengan KAMMI. Seperti Karl Marx dalam pemikirannya tentang kelas sosial, maka
KAMMI masih bisa mengambil yang baik dari hal tersebut tetapi meninggalkan dan menentang apa
yang tidak sesuai dengan KAMMI. Karena KAMMI masih memiliki sebuah tolak ukur untuk menerima
sebuah ideologi yaitu filosofi gerakan KAMMI. Menolak apa yang dikatakan oleh Karl Marx tentang
Agama adalah Candu, karena bertentangan dengan paradigma gerakan KAMMI butir pertama yaitu
KAMMI adalah gerakan dakwah Tauhid sehingga KAMMI berdakwah untuk membebaskan manusia
dari belenggu kesyirikan dan mendekatkan diri kepada ketauhidan. Karena kami adalah orang-orang
yang berkehendak dan berpikir merdeka, maka KAMMI tidak terbelenggu dalam suatu konservatif
pemikiran

Seperti itulah yang membuat saya semakin yakin untuk memilih KAMMI. Karena KAMMI lah
yang mengubah saya menjadi moderat, dan karena KAMMI lah saya menjadi menyukia dunia literatur
yang memberikan pandangan luas yang menarik terkait alam semesta ini. Semoga Allah subhanahu
wa taala memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada KAMMI, umat muslim, dan seluruh umat
manusia.

Anda mungkin juga menyukai