Ketika mendengar term teror, teroris, dan terorisme maka pikiran kita akan
langsung dihubungkan dengan bom dan Agama Islam. Sederhananya demikianlah
pemikiran yang tumbuh dan hidup dalam realitas berpikir masyarakat. Para penulis
menyadari bahwa publik hari ini belum sampai pada kesadaran bahwa kejahatan
terorisme tidak ada hubungannya dengan ajaran dalam Agama Islam. Selain
memberikan purification secara komperhensif mengenai hubungan terorisme dengan
Agama Islam, para penulis juga menampilkan, menyelami, dan membedah serangkaian
aksi kejahatan terorisme yang pernah terjadi dalam sejarah yakni serangan pada dua
gedung utama World Trade Center (WTC) dan simbol pertahanan Pentagon di
Amerika Serikat (11 September 2001); bom di Sari Club dan Peddy’s Club Kuta
Legian, Bali (12 Oktober 2002); serta kasus ledakan bom di JW Mariot Jakarta (5
Agustus 2003); yang diklaim sebagai rangkaian aksi terorisme. Ketiga kejadian besar
tersebut menjadi bukti yang paling nyata bahwa para teroris sedang hidup bebas di
sekitar kita seperti virus, tak terlihat dan mengancam nyawa. Kita bahkan berada
serumah dengan para teroris, berpapasan, dan mungkin sering minum kopi bersama.
Sebagai ahli hukum, para penulis juga menampilkan hukum positif tentang
terorisme di Indonesia, yakni: Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme; Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme; dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 24 Tahun 2003 tentang Tata Cara
Perlindungan Terhadap Saksi, Penyidik, Penuntut Umum, Dan Hakim Dalam Perkara
Tindak Pidana Terorisme. Dalam kajian terhadap produk hukum tersebut, para penulis
memperlihatkan karakteristik pemikiran dan penulisannya yang khas serta tajam
seperti melihat korelasi antara hukum dan kasus, menanggapi kinerja para penegak
hukum, dan melihat sejauh mana hukum mampu menjadi penegak yang adil atas Hak
Asasi Manusia.
Buku ini menghadirkan nuansa baru bagi setiap pembacanya dalam memahami
hakikat terorisme. Para pembaca diarahkan untuk berani keluar dari lingkaran berpikir
yang sempit, yang sederhana dan kaku, kepada lingkungan berpikir yang lebih bebas
dan luas. Contohnya ketika masih banyak orang yang berpikir bahwa terorisme dan
Agama Islam adalah satu, maka para penulis menghadirkan serangkaian pemikiran
tokoh-tokoh muslim seperti Azyumardi Azra, Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta,
belum lagi hadirnya pelbagi organisasi teroris non-Islam yang menyebar di seluruh
dunia seperti Aum Sinrikyu di Jepang, kelompok Basque di Spanyol, IRA di
Irlandia/Inggris, Macan Tamil di Sri Lanka, Kahane Chai di Israel, Kelompok
November 17 di Yunani, dan kelompok “American Militant Extremists” di Amerika,
dengan latar belakang aliran yang beragam, antara lain: aliran separatis-nasionalis,
aliran fundamentalis-religius, aliran religius baru, aliran revolusioner sosial, dan aliran
teori sayap kanan.
Pada akhirnya, buku ini patut diapresiasi, karena setidaknya para penulis telah
berhasil menciptakan bahan permenungan bagi para pembacanya, khususnya bagi
segenap masyarakat Indonesia untuk melihat terorisme dari sudut pandang yang lebih
ilmiah.