Anda di halaman 1dari 20

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

myQuran - Komunitas Muslim Indonesia


Pesantren Virtual => Kajian Quran dan Hadits => Topik dimulai oleh: Decade pada 27 Juni 2009, 00:38:20

Judul: 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an Ditulis oleh: Decade pada 27 Juni 2009, 00:38:20 [bgcolor=#FFFF22] 17 Motivasi Berinteraksi dengan Al-Quran Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Telah kita ketahui - dari hadits shahih yang bersumber dari Aisyah Ra. - bahwa tabiat dan akhlaq Rasulullah Saw adalah Al-Quran. Beliau adalah The Living Quran, Al-Quran yang hidup. Sementara itu, para Sahabat, para Tabiin dan para salafush shalih adalah ahlul Quran. Artinya nilai-nilai Al-Quran telah diinternalisasi ke dalam diri mereka dengan sangat baiknya. Dan sejarah umat manusia mencatat dengan tinta emas kiprah salafush shalih kita yang berhasil membangun peradaban dan masyarakat madani dengan beberapa ciri: berakhlaq, adil, toleran, intelek, harmonis, aman, dinamis dan sejahtera. Proses internalisasi Al-Quran tidak mungkin dapat terjadi jika umat Islam tidak dekat dengan Al-Quran. Kedekatan dengan Al-Quran hanya bisa terjadi jika kita memiliki iman yang memadai dan terus menerus berinteraksi dengan Al-Quran - dalam segala bentuknya , seperti tilawah, tahfidz, tadabbur dan mengajarkannya - secara intens. Buku ini memaparkan berbagai tahapan dan motivasi serta beberapa persoalan dalam berinteraksi dengan Al-Quran, dengan pendekatan yang pas. Istimewanya, buku ini disusun oleh seorang ustadz yang bukan saja telah hafidz (hapal) Al-Quran sejak usia muda tetapi beliau juga terjun langsung ke tengah umat untuk mengawal Al-Quran dan mengkader murid-muridnya dengan konsisten. Daftar Isi 1. Langkah-langkah Membangun Kemampuan Berinteraksi dengan Al-Quran 2. Sudahkah Kita Memiliki Iman yang Cukup untuk Berinteraksi dengan Al-Quran 3. Belajar dari Mukmin yang Tinggi Semangat Berjihadnya 4. Menjawab dengan Segera Waswas Setan Saat Berinteraksi dengan Al-Quran 5. Siap Bekerja Keras dan Berlama-lama Saat Berinteraksi dengan Al-Quran 6. Mendambakan Al-Quran sebagai Kenikmatan Seperti Kita Mendambakan Harta 7. Melakukan Amal Shaleh Sebanyak-banyaknya 8. Berdoa Sebanyak-banyaknya 9. Mencari Figur Teladan 10. Meraih Cita-cita dari yang Terdekat 11. Jangan Merasa Takut Tidak Kebagian Rezeki 12. Kokohkan Tekad Jangan Mudah Berubah Pikiran 13. Berlatih dengan Ekstrim 14. Berbahagia Jika Kita Bersama Orang-orang yang Sedikit 15. Jangan Merasa Takut Terhadap Keadaan Masa Depan 16. Jangan Suka Memvonis Diri 17. Merayu Diri Agar Mencintai Al-Quran sumber: binamuslim.com

1 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 00:51:10

TAUJIH 1 Membangun Kemampuan Berinteraksi dengan Al-Quran

Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Q.S. Al-Baqarah [2]:121) Kita dan para pelajar sering mengeluh mengenai Al-Quran. Tak punya waktu untuk tilawah, tak lagi cukup muda untuk memulai tahfidz (menghafal), dan tak mampu tadabbur karena tak paham Bahasa Arab. Jika kita kurang berinteraksi dengan Al-Quran, akan lahir para intelektual yang hanya kaya ilmu tapi tanpa ruh. Ilmu yang tanpa ruh akan kehilangan fungsi utamanya. Fungsi utama ilmu adalah untuk mengantarkan manusia kepada pengenalan (marifah) kepada Allah Swt. Menurut Sayyid Qutb, berinteraksi dengan Al-Quran perlu disertai dengan aktivitas: 1. Rajin membacanya. 2. Rajin mengkaji isi dan ilmu-ilmunya. 3. Hidup dalam kondisi di mana aktivitas, upaya, sikap, perhatian dan pertarungan sebagaimana kondisi di mana pertama kali Al-Quran diturunkan. 4. Hidup bersama Al-Quran dengan sepnuh hati dan berkeinginan untuk melawan tradisi jahiliyah yang saat ini menyelimuti seluruh sendi kehidupan umat manusia. 5. Membangun nilai-nilai Al-Quran di dalam diri masyarakat dan seluruh umat manusia. 6. Siap menghadapi dan memberantas segala macam pemikiran jahiliyah serta seluruh tradisinya di dalam realitas kehidupan. Adapun pertanyaan yang dapat menjadi bahan evaluasi kualitas interaksi dengan Al-Quran: 1. Sudahkah kita beriman terhadap kenbenaran Al-Quran, janji-janji yang ada di dalamnya, berbagai fadhillah yang dijanjikan Rasulullah Saw bagi orang yang rajin berinteraksi dengannya? 2. Sudahkah kita mampu membacanya? 3. Mampukah kita membacanya dengan baik sesuai dengan keaslian bacaan Al-Quran? 4. Sudahkah kita membacanya secara rutin setiap hari? Kalau kita rajin dan konsisten membaca 1 juz per hari, artinya dalam setahun minimal 12 kali khatam. Para salafush shalih umumnya mampu khatam sepekan sekali, bahkan tiga hari sekali. 5. Sudahkah kebiasaan membaca Al-Quran telah menambah bobot iman dan Islam kita? Sehingga tingkat loyalitas kita terhadap Allah Swt, Rasul-Nya dan Al-Quran semakin meningkat lantas menghasilkan energi yang membuat kita selalu siap berbuat apa saja untuk Islam ini? 6. Adakah keinginan untuk melakukan kegiatan menghafal Al-Quran? 30 juz, 15 juz, 10 juz, 3 juz, atau sekedar 1 juz saja? Menghafal adalah upaya untuk menambah kedekatan dengan Al-Quran. Karena antara tilawah dan menghafal adalah 2 hal yang berbeda. Dengan menghafal, jiwa dan otak kita akan terus menyerap lantunan ayat-ayat Al-Quran yang diulang-ulang begitu banyak oleh lidah kita. 7. Apakah kita merasa sedih dan penasaran jika ada ayat-ayat yang belum dipahami? 8. Siapkah diri kita menjadi manusia yang Qurani seperti yang diungkapkan Aisyah Ra atas Rasulullah Saw bahwa tabiat dan akhlak Rasulullah adalah Al-Quran? 9. Ada iming-iming surga dan keselamatan dari neraka di akhirat kelak yang untuk mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan jiwa dan harta untuk membela Islam (berjihad di jalan Allah), siapkah diri kita untuk merintisnya?

2 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 00:54:48

TAUJIH 2 Sudahkah Anda Memiliki Iman yang Cukup untuk Berinteraksi dengan Al-Quran? Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Apapun bentuk interaksi kita dengan Al-Quran membutuhkan modal utama berupa iman yang kuat kepada Allah Swt. Sebaliknya, kedekatan kita dengan Al-Quran merupakan indikator keimanan yang baik. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal. (QS Al-Anfal [8]:2) Untuk merintis peningkatan keimanan, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut. 1. Mulailah belajar tentang Islam. Sadarilah bahwa Islam adalah agama pengetahuan. Belajar tentang Islam bagi orang beriman jangan pernah berhenti dan merasa selesai. Hal ini mengingat luasnya ilmu Islam itu sendiri dan beragamnya amal shalih yang harus kita lakukan, padahal setiap amal memerlukan ilmu dan iman tersendiri. 2. Apalah arti ilmu jika tidak menghasilkan amal? Artinya perlu mengamalkan ilmu yang telah dipelajari agar iman selalu meningkat. Di balik peningkatan iman akan tumbuh rasa ingin leih dekat dengan Al-Quran 3. Mulailah dari amal shalih yang paling utama, yaitu shalat lima waktu. Jika belum sanggup melakukannya, pelajarilah kembali Islam dan berdoalah kepada Allah Swt agar dibukakan pintu hidayah untuk dapat melaksanakan pintu hidayah untuk dapat melaksanakan shalat lima waktu dengan rutin. Bila sudah mampu, tingkatkan kualitasnya dengan berjamaah di masjid. Setelah mampu, tingkatkan kualitasnya dengan berusaha khusyu. 4. Setelah mampu shalat berjamaah di masjid dengan khusyu, berusahalah untuk melaksanakan shalat dua rakaat sebelum dan sesudah shalat wajib (yaitu qabliyah dan badiyah). Tentu perlu dipelajari, pada shalat wajib mana kita tidak boleh melakukan shalat sunnah badiyah (yaitu Ashar dan Shubuh), serta mana yang muakkadah (yang sangat dianjurkan) dan mana yang bukan (karena tidak rutin dilaksanakan Rasulullah Saw). 5. Pada tahap ini, bangunlah iman lebih tinggi dengan mulai mencoba shalat sunnah di waktu malam (tahajjud/qiyamullail). Bacalah hadits-hadits yang menjelaskan fadhillah shalat tahajjud agar kita lebih termotivasi. Jangan pernah mengatakan tidak mampu. Rayulah diri dengan memulainya dari hal yang sekecil-kecilnya, misal sebulan sekali, lalu dua kali, tiga kali dan seterusnya. 6. Peningkatan iman berikutnya adalah dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang qauliyah (yang diucapkan). Dapat berupa istighfar seratus kali sehari, membaca Al-Matsurat (dzikir pagi dan petang yang dicontohkan Rasulullah Saw), membaca tasbih, tahmid, tahlil dan lain sebagainya yang mengacu kepada rujukan Riyadush Shalihin. 7. Keimanan kepada Allah juga dapat ditingkatkan dengan melakukan berbagai amal kontributif, seperti infaq di jalan Allah, untuk fakir miskin, mengikuti dan mendukung kegiatan pembelaan atau penyebaran agama Islam dan lain-lainnya.

3 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Kesucian jiwa juga merupakan modal mutlak dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Artinya perlu muhasabah (mengevaluasi diri sendiri): Apakah kita tidak tertarik untuk berinteraksi dengan Al-Quran karena kondisi jiwa kita yang tidak cukup bersih untuk berdekatan dengan kitab sesuci Al-Quran? Jika jawabannya ya, tidak ada jalan lain kecuali bersegera untuk bertaubat kepada Allah, banyak berdzikir dan berdoa hanya kepada-Nya.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 00:57:46

TAUJIH 3 Belajar dari Mukmin yang Tinggi Semangat Berjihadnya Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah [9]:111) Umumnya ayat tersebut sering dibahas berkaitan dengan motivasi berjihad di jalan Allah. Namun pada tulisan ini kami ingin mengajak kita semua untuk memahaminya dari sisi yang lain, yaitu yang menggambarkan keyakinan yang sedalam-dalamnya dalam diri orang -orang yang beriman terhadap nikmat dan keindahan surga. Keyakinan itulah yang memotivasi siapapun untuk bersusah payah dalam berjihad demi keyakinannya terhadap surga yang telah dijanjikan Allah Swt. Beberapa mujahid yang keyakinannya terhadap surga begitu tinggi antara lain: Abu Thalhah Ra, walau berusia 90 tahun tetap memacu dirinya untuk berjihad. Umair bin Al-Humam Ra yang segera menghentikan makannya karena tidak sabar ingin berjihad pada perang Badar. Hanzhalah Ra yang segera bergegas berangkat berjihad sehingga lupa mandi junub, lalu ketika para sahabat melihat ada tetesan air keluar dari telinga jasadnya, Rasulullah menjelaskan bahwa jenazahnya telah dimandikan oleh para malaikat. Dari manakah semangat juang luar biasa ini? Semangat itu berasal dari kerinduan terhadap surga yang dijanjikan oleh Allah Swt. Jika saat ini kita telah dikaruniai oleh Allah kedekatan dengan Al-Quran - apakah dengan membaca, menghafal, mengajarkannya atau mengkajinya dan lain sebagainya - tantangannya adalah bagaimana bisa bertahan dalam karunia Allah Swt itu dalam kurun waktu yang panjang, bahkan sampai akhir hayat. Jawabannya adalah kembali kepada harapan apa yang selalu kita rindukan dari Allah Swt. Bila saat ini kita aktif dalam kegiatan berinteraksi dengan Al-Quran, tanyakan pada diri kita masing-masing: keyakinan apakah yang sesungguhnya melatarbelakangi kegiatan ini sehingga harus dipertahankan sedemikian rupa? Jika belum ada, kita harus segera mencarinya. Berikut ini adalah beberapa contoh keyakinan di balik kegiatan bersama Al-Quran. 1. Keyakinan sebagian orang yang sudah lanjut usia/hidup di kampung/jauh dari pengaruh ghazwul fikr dalam hidup dengan Al-Quran. Hal tersebut berasal dari keyakinan mereka akan balasan pahala dan fadhillah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada orang yang ber-taqarrub dengan Al-Quran. 2. Keyakinan para orientalis barat dalam mempelajari Al-Quran. Jika mereka menguasai semua literatur Islam, mereka yakin akan lebih leluasa untuk memutarbalikkan nilai-nilai Islam dari nash-nash sesungguhnya, sehingga mereka bisa mengalahkan, menugasai dan menjajah umat Islam dalam kurun waktu yang lama. 3. Keyakinan para Qori dalam meraih kejuaraan MTQ.

4 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Berbekal keyakinan itulah, mereka begitu sabar dalam meraih apa yang mereka inginkan. Tantangannya adalah bagaimana menumbuhkan sebuah keyakinan yang dapat menghasilkan energi sekuat yang dimiliki oleh orang-orang tersebut di atas. Ada sebuah realita pada sebuah komunitas yang paham tentang pentingnya Al-Quran dalam proses aktivitas dawah dan tarbiyah, bahkan terlibat aktif di dalamnya namun minimdan lemah semangat dan keyakinannya dalam meraih kemampuan berinteraksi dengan Al-Quran. Bagi kelompok ini, baru menghafal juz 30 saja masih dirasakan sebagai beban yang nyaris tidak bisa dilaksanakan . Jika demikian halnya, lalu bagaimana dengan yang leih berat dan besar daripada itu? Semoga Allah Swt senantiasa menunjukkan jalan yang Ia ridhai untuk kita semua. Analisa dari fenomena tersebut adalah: 1. Belum terbentuk suatu sistem kehidupan yang secara otomatis mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diyakininya. Dalam proses tarbawi dan daawi, seorang yang belum hafal 30 juz belum malu/merasa kurang. Demikian pula kemampuan berinteraksi dengan Al-Quran belum menjadi sesuatu yang sangat didambakan dalam kehidupannya. 2. Belum ada penghargaan yang tinggi dari masyarakat terhadap orang yang lebih menguasai dan memiliki kemampuan ilmu tentang Al-Quran sehingga muncul suatu kesan untuk apa bersusah payah berkecimpung di bidang Al-Quran jika masyarakat belum mengerti urgensinya? Masyarakat sekarang lebih menghargai penceramah -orang menyebutnya dai selebritis, peny - yang hanya bermodal keberanian berbicara dan popularitas, dibandingkan dengan guru Al-Quran yang memiliki kekayaan pengetahuan tentang ayat-ayat Al-Quran. Lemahnya motivasi untuk berinteraksi dengan Al-Quran dan minimnya keyakinan terhadap fadhillah-nya adalah penghambat perkembangan pendidikan Al-Quran. menjadi tugas kitalah untuk mengubah kedua fenomena tersebut, agar masyarakat menjadi lebih dekat dengan Al-Quran dan memahaminya dengan baik.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:00:47

TAUJIH 4 Menjawab dengan Segera Waswas (Bisikan) Syaitan Saat Berinteraksi dengan Al-Quran Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz Apabila kamu membaca Al Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS. An-Nahl [16]:98) Dari kesimpulan penafsiran Imam Ibnul Qayyim terhadap ayat di atas, dinyatakan bahwa tak ada pekerjaan manusia yang akan mendapat gangguan syaitan yang lebih besar dan dahsyat daripada kegiatan bersama Al-Quran. Godaan itu antara lain: 1. Waswas syaitan bagi pengajar Al-Quran. Godaannya adalah Berhentilah mengajar Al-Quran karena kegiatan itu tidak menjanjikan kekayaan, melainkan hidup dalam kemiskinan! Seakan-akan bahwa dengan mengajarkan Al-Quran, maka manusia akan menjadi miskin dan jika meninggalkannya akan menjadi kaya. Bila tiap pengajar tunduk dengan waswas tersebut, akan hancurlah umat ini karena semakin sedikit generasi berikutnya yang mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Untuk mengatasinya, yakinilah bahwa pemberi rezeki sesungguhnya hanya Allah Swt, bukan manusia. Kemudian berpikirlah untuk mencari usaha yang halal, tanpa harus meninggalkan tugas mengajar Al-Quran. Perlu dijaga kesinergian antara 2 hal tersebut karena sama pentingnya di sisi Allah Swt dan jika dipadukan insya Allah akan memberikan keberkahan. 2. Waswas syaitan bagi pembaca Al-Quran.

5 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Godaannya adalah menunda-nunda bagian juz yang harus dibaca pada sebuah masa tertentu. Walaupun sudah mulai membaca, timbul waswas perasaan sudah terlalu lama bersama Al-Quran atau tiba-tiba tidak dapat berkonsentrasi, atau harus segera menyelesaikan tugas-tugas yang lain. Demikian pula waswas seakan-akan tidak ada wakut untuk tilawah Al-Quran. Sebagai solusinya, carilah jawaban dari dalam diri sendiri, contohnya: o Kita kecam diri sendiri: Mengapa untuk kegiatan yang lain tersedia waktu yang cukup sedangkan untuk bertilawah Al-Quran tidak ada waktu? Persoalan sesungguhnya sebenarnya bukanlah ada-tidaknya waktu, tetapi adakah kemauan dari dalam diri kita untuk menyempatkannya atau tidak? o Bila tak mampu berkonsentrasi, berhentilah sejenak, tanyakan pada diri: Sudah berapa lamakah kita ber-tilawah? Sudahkah kita merasa dinasehati oleh Allah dengan apa yang kita baca? Jika belum, mulailah dengan konsentrasi baru dan memandang ayat-ayat Al-Quran sebagai pesan langsung dari Allah Swt kepada kita yang harus dihayati, dan jika tidak melakukannya maka kita rugi besar. Sekian tahun rajin membaca Al-Quran tetapi selama itu pula kita belum merasakan ruh dan nikmatnya Al-Quran. 3. Waswas syaitan bagi penghafal Al-Quran. Godaannya adalah bahwa aktivitas menghafal Al-Quran ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Timbul rasa pesimis dalam menghafal. Sebetulnya hanya satu keinginan syaitan: Berhentilah saat ini juga untuk menghafal Al-Quran! Sebagai solusinya, antara lain: o Kita tanyakan pada diri sendiri: Apa motivasi yang terngiang saat dahulu mulai menghafal? Beberapa motivasi yang mungkin menjadi jawaban antara lain: Ingin membersihkan kehidupan masa lalu yang kotor dan kelam penuh maksiat, kegiatan menghafal Al-Quran menjadi bentuk taubatannasuha kepada Allah Swt. Ingin mendalami agama Islam lebih jauh, sesuai ungkapan salafush shalih: Tidak disebut seorang itu alim kecuali jika ia telah hafal Al-Quran. Ingin memanfaatkan masa remaja yang produktif dengan kegiatan yang dapat dikenang saat dewasa. o Segeralah bergaul dengan orang-orang yang sedang menghafal Al-Quran agar tidak merasa sendiri dalam ber-mujahadah dan bersabar dengan Al-Quran dan mengetahui bahwa begitu banyak orang yang lebih bersemangat dan tahan banting. 4. Waswas syaitan bagi orang yang memahami Al-Quran. Godaannya adalah berpindah-pindah kegiatan. Saat membaca tasfir malah ingin tilawah dan demikian pula sebaliknya. Lalu menyepelekan kegiatan yang satu karena larut dalam kegiatan yang lain, misal meremehkan orang yang menghafal karena sedang mempelajari sebuah tafsir dan meyakini bahwa hanya dengan mempelajari tafsirlah metode interaksi yang paling baik dengan Al-Quran. Beberapa solusinya antara lain: o Sadarilah bahwa hakikat interaksi dengan Al-Quran mencakup membaca, menghafal dan memahami, berniatlah membaca dan menghafal saat memahami Al-Quran. Jangan remehkan orang yang membaca dan menghafal saat kita memahami Al-Quran karena tiap kegiatan ada fadhillah-nya. o Sadarilah bahwa hakikat berinteraksi dengan Al-Quran adalah harus memiliki waktu-waktu yang terbagi secara baku. Misal dalam satu pekan tiap hari tilawah, tiap tiga hari sekali membaca tafsir dan sehari sepekan menghafal. Jika bisa istiqamah, niscaya akan dirasakan perkembangannya dari segi wawasan, keimanan, pemikiran dan mentalitas. Pasti akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan kegiatan berinteraksi dengan Al-Quran dalam bentuk membacanya saja.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:02:30

TAUJIH 5 Siap Bekerja Keras dan Berlama-lama Dalam Berinteraksi dengan Al-Quran

6 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz Hudzaifah Ibnul Yaman menjelaskan pengalamannya dalam bermujahadah bersama Rasulullah. Pada suatu malam aku shalat bersama Rasulullah mulai dengan membaca surah Al-Baqarah. Hatiku berkata, beliau akan ruku pada ayat ke-100. Namun kemudian beliau melanjutkannya. Hatiku berkata lagi barangkali beliau akan menghabiskan satu surah kemudian ruku. Ternyata beliau melanjutkannya dengan menghabiskan surah An-Nisa. Begitulah perasaanku selalu berkata. Ternyata beliau melanjutkannya dengan surah Ali Imran. Tiga surah di atas (yang hampir sama dengan 5,5 juz) dibacanya dengan tartil. Jika membaca ayat yang terdapat perintah tasbih beliau bertasbih. Jika membaca ayat yang memerintahkan untuk berdoa beliau berdoa. Begitu juga jika ayatnya memerintahkan untuk meminta perlindungan, Rasulullah berdoa meminta perlindungan. Kemudian belia ruku, dan ternyata panjang rukunya hampir sama dengan lama berdirinya. Begitu juga saat itidal dan sujud. (HR. Muslim) Bagaimana perasaan kita pada saat membaca hadits ini? Apakah terobesesi untuk mencobanya walaupun sekali seumur hidup? Atau kita menganggap hadits ini sekedar sekilas info saja dan kita pesimistis untuk bisa melakukannya? Padahal Allah telah memberikan kita berbagai macam daya dukung lahir dan batin. Al-Quran dan As-Sunnahlah yang dapat menjadikan kita mampu melaksanakannya. Nilai tarbiyah yang terkandung di dalam kisah tersebut: 1. Jika belum tergugah untuk melaksanakannya, berazzamlah untuk melaksanakannya walaupun hanya sekali seumur hidup. Tabiat orang shalih adalah selalu ingin segera melaksanakan amal shalih, apalagi jika mala tersebut belum pernah dilaksanakan sebelumnya. 2. Kekuatan dan keteguhan Rasulullah Saw dan para Shahabat dalam berdawah dan berjihad serta memberikan kontribusi untuk Islam dan umatnya sangat ditentukan oleh kekuatan dan keteguhan dalam beribadah kepada Allah Swt dan beramal shalih dengan semua cabangnya. Untuk dapat mencintai dan berinteraksi dengan Al-Quran diperlukan mujahadah sebagai berikut: 1. Banyak beribadah, khususnya shalat. Al-Quran adalah Kalamullah (wahyu Allah) sehingga jiwa yang tidak dekat dengan Allah Swt tidak akan sejalan dan menyatu dengan ruh Al-Quran. Shalat menjadikan manusia terputus dari dunia luar dan hanya berkonsentrasi dengan bermunajat kepada Allah Swt, tentu akan memudahkan kita untuk mengerti ayat-ayat Allah Swt baik di dalam maupun luar shalat. Jika ada seseorang yang banyak beribadah tetapi tidak memiliki kecintaan standar dengan Al-Quran maka perlu evaluasi terhadap kondisi ibadah orang tersebut dari segi legalitas syarinya, keikhlasannya, dan pengetahuan tentang ibadah yang dilakukannya. Beribadah dan berinteraksi dengan Al-Quran adalah satu paket aktivitas yang tidak terpisahkan. Untuk mencapai kondisi seperti ini, perlu mujahadah. 2. Memperbanyak tilawah. Dari hadits tadi, kita ketahui bahwa Rasulullah tilawah 5,25 juz. Bila 1 juz butuh 40 menit, artinya butuh waktu sekitar 3,5 jam. Aktivitas seperti ini tidak mungkin dilakukan manusia yang tidak terbiasa memperbanyak tilawah Al-Quran. Kalau ingin seperti Rasulullah Saw, perlu pemanasan, misalnya membiasakan diri shalat malam, berkomitmen untuk tilawah 1 juz per hari, memperbanyak khatam Al-Quran, banyak berdzikir kepada Allah Swt, banyak membaca kehidupan salafush shalih dalam beribadah dan lainnya. 3. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Al-Quran Bila sesuatu dilakukan beramai-ramai, tentu akan timbul semangat yang tidak akan didapatkan bila melaksanakannya sendirian. Bahkan Hudzaifah pun mungkin tak dapat berlama-lama jika harus melaksanakan shalat malam sepanjang itu bila tidak sedang bersama Rasulullah Saw.

7 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:04:58

TAUJIH 6 Mendambakan Al-Quran Sebagai Kenikmatan Seperti Kita Mendambakan Harta Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz Tidak boleh iri kecuali dalam dua kenikmatan: seseorang yang diberi Al-Quran oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang. (Muttafaqun alaih) Melihat orang yang hartanya berlimpah tentu membuat kitapun mendambakannya. Hal itu lumrah dan fitrah sekaligus fitnah bagi manusia. Tetapi percayalah bahwa keimanan yang baik tidak saja menjadikan manusia memimpikan kepemilikan dunia tetapi juga memimpikan dan menginginkan akhirat. Dengan iman, ketika melihat orang lain yang memiliki kelebihan dalam urusan akhiratnya - misalnya sangat baik interaksinya dengan Al-Quran, hafalannya banyak, rajin beribadah, serta banyak kontribusinya dalam dakwah - maka kita pun sangat mendambakannya. Itulah ghibthah, menginginkan kenikmatan orang lain tanpa membenci dan mengharapkan hilangnya nikmat dari orang tersebut. Berikut ini beberapa perasaan yang harus menjadi pertanyaan dan perhatian kita: 1. Adakah perasaan iri (ghibthah) dalam diri kita ketika melihat saudara kita memiliki kemampuan berinteraksi dengan Al-Quran yang lebih baik? Ataukah hanya iri dan menginginkan sesuatu yang terkait dengan harta yang dimiliki saudara kita, tapi untuk Al-Quran hati kita adem ayem saja? Jika demikian adanya, itulah bukti lemahnya syuur Qurani (perasaan ingin membangkitkan diri dengan Al-Quran). Para salafush shalih selalu berkompetisi dalam hal interaksi dengan Al-Quran dan hal ukhrawi. Telah menjadi tabiat manusia untuk berkompetisi, dan jika tidak diarahkan maka kompetisi tersebut akan cenderung ke hal-hal duniawi seperti harta, jabatan dan lawan jenis. 2. Rasulullah Saw menjanjikan bahwa setiap orang beriman yang bersahabat akrab dengan Al-Quran dijamin akan mendapat syafaat dari Al-Quran: Bacalah Al-Quran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafaat bagi orang-orang yang bersahabat dengannya. (HR. Muslim). Tanyakan pada diri kita masing-masing, sudahkan kita menjadi sahabat akrab Al-Quran? Benarkah di akhirat nanti kita berharap akan mendapat syafaat dari Al-Quran? Alangkah sengsaranya kita bila di akhirat tanpa syafaat, karena Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali atas seizin Allah (QS Al-Baqarah [2]:255) 3. Kualitas iman kita diukur dengan sejauh mana kualitas dan kuantitas interaksi kita dengan Al-Quran. Apakah kita masa bodoh dan tidak merasa sedih jika dalam sebulan tidak khatam Al-Quran? Adakah perasaan sedih jika kita tidak punya hafalan ayat-ayat Al-Quran? Sedihkah kita karena awam dengan kandungan dan makna Al-Quran? Jika belum, dikhawatirkan bahwa kitalah yang disebut Rasulullah yang menjadikan Al-Quran sebagai mahjuran. Berkatalah Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang diabaikan. (QS Al-Furqan [25]:30) 4. Pernahkah kita menghitung tentang berapa banyak informasi tentang hal-hal yang bersifat duniawi yang ada di kepala kita dibandingkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Al-Quran? Jika tentang Al-Quran lebih banyak maka bersyukurlah, jika tidak maka bertaubatlah kepada Allah Swt dan segera upayakan untuk kembali kepada Al-Quran agar tidak dikecam Allah Swt: Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai. 5. Sabda Rasulullah Saw: Barangsiapa yang belajar Al-Quran dan mengamalkannya

8 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

akan diberikan kepada orang tuanya pada hari kiamat mahkota yang cahanya lebih indah daripada cahaya matahari. Kedua orang tua itu akan berkata, Mengapa kami diberi ini? Maka dijawab, Karena anakmu yang telah mempelajari Al-Quran (HR Abu Dawud, Ahmad dan Hakim) Tidakkah hadits tersebut menggugah kita sebagai orang tua untuk memberi perhatian yang lebih pada anak dalam hal pendidikan Al-Qurannya? Bagaimana mungkin seorang anak dapat mencintai Allah Swt kalau tidak dapat menikmati shalat dengan baik? Bagaimana mungkin dapat shalat dengan baik kalau kemampuannya dalam berinteraksi dengan Al-Quran, khususnya hafalan, lemah dan terbatas? Jangan sampai kita hanya kecewa bila anak tak mampu berbahasa Inggris atau menggunakan komputer tetapi santai saja dengan keterbatasannya dengan Al-Quran. Isi Al-Quran sesungguhnya menjelaskan bagaimana semua urusan dunia itu bisa mengantarkan manusia kepada suksesnya urusan akhirat. Kita, memang tidak ingin menjadi orang yang dekat dengan Al-Quran hanya secara huruf-hurufnya saja tetapi jauh dari dari ruh Al-Quran itu sendiri, Insya Allah.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:15:43

TAUJIH 7 Melakukan Amal Shalih Sebanyak-Banyaknya

Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Mereka itu tidak sama. Di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud. Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang yang shalih. (QS Ali Imran [3]: 113-114) Berinteraksi dengan Al-Quran sesungguhnya merupakan dampak dari sekian banyak amal shalih yang telah kita lakukan. Antara Al-Quran dan amal shalih saling menimbulkan motivasi antara satu dengan yang lain. Hari-hari yang diisi tilawah satu atau dua juz tentu beda dengan yang tidak diisi dengan tilawah sama sekali. Perbedaan akan tampak dalam semangat shalat wajib dan sunnah, atau ketenangan dalam mengatasi berbagai permasalahan kehidupan. Jika sepakat dengan cara berpikir tersebut, maka dapat dipastikan bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan Al-Quran akan memiliki kebiasaan beramal shalih, misalnya: 1. Mencintai Masjid Menurut surah At-Taubah [9]:18, kecintaan terhadap masjid harus dibuktikan dengan adanya indikasi imarah (memakmurkan). Ketika Rasulullah Saw membaca ayat ini, beliau pun bersabda: Jika engkau melihat seorang laki-laki mondar-mandir ke masjid, maka saksikanlah bahwa dia memiliki iman yang baik. (HR Ahmad dan Turmudzi) Kita sering mengeluh tak dapat berinteraksi dengan Al-Quran, padahal kita sendiri yang menciptakan kondisi itu. Buktinya adalah lemahnya hubungan kita dengan masjid. Dari shalat lima waktu yang seharusnya kita lakukan di masjid, kadangkadang hanya dua atau tiga waktu saja yang kita lakukan di masjid. Keberadaan kita di masjid pun sangat singkat, datang menjelang takbiratul ihram dan keluar paling awal. Bayangkan berapa puluh amal shalih yang tertinggal dengan kondisi seperti itu. Sayang sekali bila kita tidak pernah merasakan suatu kerugian besar karena keterlambatan kita datang ke masjid. 2. Banyak Berdzikir

9 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Berdzikir kepada Allah Swt secara hati dan lisan dapat membangun kemampuan berinteraksi dengan Al-Quran. Rasulullah Saw bersabda: Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Quran. Sudahkah amaliyah dzikir yang secara harian dilaksanakan oleh Rasulullah Saw kita amalkan secara rutin? Antara lain: o Dzikir bada shalat wajib terdiri dari tahlil 10 kali, tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali. o Dzikir pagi dan petang yang dirangkum ulama dalam Al-Matsurat atau Al-Hisnul Muslim atau Al-Wirdul Latif o Dzikir dalam kegiatan seperti makan, minum, naik kendaraan, keluar masuk kakus dan lain sebagainya 3. Berkomitmen dengan Shalat Wajib dan Shalat Sunnah Jika pelaksanaan shalat membutuhkan kedisiplinan, maka demikian pula halnya dengan berinteraksi dengan Al-Quran. 4. Banyak Melakukan Shaum Sunnah Orang yang sedang shaum akan mengisi sepanjang harinya dengan ketaatan kepada Allah Swt yang akan menghasilkan keterikatan yang kuat dengan Allah Swt lalu akan berdampak kepada pembersihan jiwa dan peningkatan kualitas maknawiyah. 5. Rajin Ber-tilawah Ber-tilawah berarti melatih kesabaran dan ketundukan jiwa untuk berlama-lama dengan Al-Quran. Kalau saja kita bisa rutin khatam sebulan sekali maka kita akan semakin stabil dan tidak mudah tunduk kepada hawa nafsu. Jiwa akan lebih tenang karena selalu tersibukkan dengan Allah Swt. Bila jiwa dalam kondisi ini, maka niscaya kita akan selalu siap dengan interaksi yang lebih memerlukan kesabaran yang lebih besar. Semua amal shalih pada hakikatnya saling terkait, seperti shalat, tilawah, itikaf di masjid dan lain sebagainya. Jangan biarkan jiwa kita terus mengeluh mengenai susah dan beratnya berinteraksi dan bergaul dengan Al-Quran. Lakukanlah aksi, niscaya jarak menuju kepada yang kita cita-citakan akan semakin dekat. Insya Allah.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:20:55

TAUJIH 8 Berdoalah Sebanyak-Banyaknya Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz [/b] Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (QS Al-Mumin [40]: 60) Berdoa adalah lambang rasa rendah diri dan ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah yang dapat menumbuhkan perasaan ubudiyah (penghambaan) kepada Allah Swt. Rasulullah Saw menjelaskan masalah ini dalam sebuah hadits: Tidaklah di atas bumi ini seorang muslim berdoa kepada Allah, kecuali Allah akan memberinya tiga hal: (1) Allah akan memberinya sesuai dengan yang ia minta; (2) atau Allah akan menghindarkannya dari kejahatan yang setara dengan doanya, selama tidak berdoa dengan suatu dosa atau memutus tali silaturahmi. Seseorang bertanya, kalau kita perbanyak doa? Rasul menjawab: Allah lebih banyak lagi (3) Dalam riwayat lain, Allah akan menyimpan untuknya pahala sesuai dengan doanya (HR At-Turmudzi, Hasan Shahih). Mungkin kita punya keinginan untuk berinteraksi dengan Al-Quran tetapi berulangkali gagal dalam melakukannya, bahkan sekedar khatam sebulan sekali pun susah. Bila demikian keadaannya, artinya iman kita berada pada kondisi prihatin karena hari-hari kita sebulan penuh sangat minim diwarnai oleh Al-Quran.

10 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Dalam kondisi itu, kalau kita sedih artinya insya Allah dapat memperbaiki diri, tetapi bila masa bodoh/mencari pembenaran artinya kita harus banyak belajar lagi tentang hakikat keimanan kepada Al-Quran. Sepantasnya kita khawatir kalau sampai umur kita habis tetapi belum tertarik untuk hidup di bawah naungan Al-Quran. Alangkah indahnya bila kita rajin berdoa, bukan cuma untuk urusan dunia, seperti harta dan yang lainnya melainkan seperti ini: Ya Allah tolonglah aku agar dapat rajin membaca kitab suci-Mu, memahaminya, mentadabburinya dan mengamalkannya. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah Engkau Maha Tahu apa yang ada di dalam diriku, yaitu suatu keinginan yang sangat kuat untuk hidup bersama kitab suci-Mu. Ya Allah Engkau yang memiliki kitab suci ini, Engkau Maha Kuasa untuk memberikan kepada siapa yang Engkau kehendaki kemampuan untuk hidup bersama kitab suci-Mu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Meyakini bahwa doa kita pasti akan dikabulkan oleh Allah Swt, tidak tergesa-gesa meminta agar dikabulkan segera. Konsentrasikan pikiran kita kepada aktifitas berdoanya, bukan kepada dampak dan hasil dari doanya agar kita tidak diliputi oleh perasaan bahwa doa kita lama sekali terkabulnya. 2. Mencari waktu yang dijanjikan bahwa doa akan lebih cepat dikabulkan, seperti saat selesai shalat wajib, antara adzan dan qamat, sepertiga akhir malam, saat wukuf di Arafah, sujud, dll. 3. Melakukan berbagai macam tawassul berupa amal shalih yang mendahului doa untuk membangun kedekatan dengan Allah Swt terlebih dahulu agar pada saat berdoa hubungan kita menjadi istimewa. Bentuknya dapat berupa istighfar, bershalawat kepada Rasulullah Saw, shaum, khatam Quran dsb. 4. Berdoa dengan ilhah (terus menerus dan ngotot). Kalau dalam urusan duniawi kita sudah terbiasa melakukannya, bisakah pula kita melakukannya dalam urusan akhirat? 5. Ikuti semua aturan dan adab berdoa, mulai dengan memuji Allah Swt sebanyakbanyaknya, bershalawat kepada Rasulullah Saw, menghadap kiblat, dsb. Berdoalah kepada Allah Swt sebanyak-banyaknya dengan khusyu, tawadlu dan penuh harap.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:21:43

TAUJIH 9 Mencari Figur Teladan [/b] Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam [68]:4) Ketika iman kita semakin baik, tanpa terasa semakin banyak kebiasaan sehari-hari kita yang dipengaruhi oleh figur Rasulullah Saw yang kita cintai, kagumi, ikuti dan teladani. Figur seseorang dalam kadar tertentu biasanya sangat bermanfaat untuk menjadi sumber motivasi dan inspirasi dalam meraih suatu keinginan, termasuk untuk berinteraksi dengan Al-Quran. Untuk itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: 1. Jangan sampai mempunyai sikap hanya mau beramal shalih jika figurnya ada di sampingnya, sebagaimana sikap membelotnya bani Israil ketika ditinggalkan Nabi Musa As untuk menerima wahyu dari Allah Swt. Mereka syirik kepada Allah Swt dengan menyembah patung anak sapi dari emas. 2. Tidak boleh mengultuskan figur. Betapapun berhasilnya ia dalam berinteraksi dengan Al-Quran, dia tetap manusia biasa yang punya lupa dan khilaf. Kekecewaan terhadap figur dapat mengakibatkan futur yang mampu menghentikan amal.

11 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Fokuskan pandangan pada kelebihan seseorang, bukan orangnya. Kalau dia seorang penghafal Al-Quran maka fahamilah bahwa Allah Swt telah memberi kelebihan kepada hamba-Nya pada bidan tersebut sedangkan dalam bidang yang lain mungkin belum dikuasainya, karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. 3. Mulailah mencari figur terjauh dan terdekat, mulai dari Rasulullah Saw, para Shahabat, Tabiin, Tabiit Tabiin, dan orang-orang shalih setelah mereka hingga di sekeliling kita. Dengan berfigur kepada orang yang saat ini masih ada di sekitar kita, kita akan dapat melihat langsung sepak terjangnya, keikhlasannya, kontribusinya, kegigihannya dan lain sebagainya. Caranya bisa dekat dengan pribadinya, baik melalui tulisan, ceramah, maupun tilawahnya secara langsung maupun tidak. 4. Manfaat figur hanya sebatas patokan dalam beramal. Jangan berharap lebih, tetaplah menjadi diri sendiri. Yang menjadi figur bagi Umar bin Khattab Ra adalah Rasulullah Saw, tetapi pada kenyataannya potret kehidupan mereka berbeda dan punya ciri khas masing-masing. Rasulullah Saw lembut sedangkan Umar Ra berwatak keras. Jadi, hakikat berfigur kepada seseorang hanya sebatas kepada esensinya saja, tidak lebih.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:22:39

TAUJIH 10 Meraih Cita-cita dari yang Terdekat Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka. (QS Al-Baqarah [2]:201) Hakikat orientasi kehidupan seorang muslim tidak terlepas dari dua cita-cita besar di atas walaupun akhirat harus lebih diutamakan. Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (QS Al-Ala [87]:17) Manusia memiliki sifat tergesa-gesa atau senang dengan yang disegerakan. Misalnya segera menerima gaji setelah bekerja, segera ada apresiasi dari lingkungan setelah beramal shalih, segera mendapatkan banyak pendukung ketika berdakwah, dan sebagainya. Yang demikian adalah contoh target jangka pendek yang dicitacitakan mumin sebelum mencapai tujuan tertinggi, surga Allah di akhirat kelak. Dalam berinteraksi dengan Al-Quran, kadang kita merasa berat dengan apa yang telah dan harus dilakukan sehingga hanya mampu terdiam tanpa melakukan apa-apa untuk meningkatkan kemampuan dari segi kuantitas dan kualitas. Sejak kecil, remaja hingga dewasa, tak ada tambahan hafalan Al-Quran yang berarti. Salafush shalih beranggapan bahwa setiap mumin pasti membutuhkan Al-Quran sebagai penyejuk hati dalam mencari ketenangan, ketentraman dan kenikmatan yang sejati. Untuk mendapatkan hal seperti itu, diperlukan usaha terkecil dan termudah untuk segera dimulai. Kalau belum mampu membaca Al-Quran dengan baik, misal membedakan huruf shad, dlad, dla, coba targetkan dalam satu bulan untuk mengucapkan satu huruf shad saja sampai benar. Upaya yang dilakukan harus sungguh-sungguh seperti bertanya, mendengar kaset, membaca, talaqqi, atau melalui VCD tahsin tilawah. Demikian pula dalam usaha menghafal Al-Quran, mulailah dengan yang termudah menurut ukuran kita. Dalam bulan ini kita targetkan hafal 1 halaman saja (sementara orang lain yang dikaruniai Allah Swt semangat dan kemampuan menghafal yang tinggi, satu halaman bisa dihafal dalam sehari). Namun bagi kita, itulah kemampuan yang paling pas dan paling mungkin untuk segera dilakukan. Kiat tersebut dimaksudkan agar kita tidak dibebani perasaan berat, tak mampu, tak

12 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

berbakat. Mungkin hal itu benar untuk seluruh Al-Quran, tapi jika untuk hafal 1 juz saja dalam 1 tahun? Sesungguhnya yakinlah, kita memiliki kemampuan itu. Perlu dipahami, apakah keengganan jiwa kita untuk berinteraksi dengan Al-Quran itu terhalang oleh kapasitas yang ada di dalam diri kita atau justru terhalang oleh kondisi jiwa kita yang belum dapat menikmati dan menghayati makna Al-Quran? Kalau karena kapasitas, latih diri seperti di atas, tapi kalau bukan, maka kita harus banyak bertaubat, beramal shalih serta berdoa agar Allah Swt membersihkan jiwa kita sehingga dapat menerima Al-Quran sebagai hidangan Allah Swt yang terlezat dalam kehidupan ini.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:23:13

TAUJIH 11 Jangan Merasa Takut Tidak Kebagian Rezeki Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya apa yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.(QS Adz-Dzariyat [51]:22-23) Rezeki adalah sumber kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, ada sebagian manusia yang walaupun rezekinya pas-pasan namun kehidupannya bahagia dan tenang (sakinah) karena mereka memiliki pemahaman yang benar tentang rezeki. Sementara tidak sedikit yang sebaliknya, gelisah, frustasi, bahkan mengalami penyimpangan aqidah karena kesalahan pemahaman tentang hakikat rezeki. Penjelasan mengenai rezeki dari Al-Quran: 1. Rezeki adalah sesuatu yang menjadi kepastian yang telah ditetapkan Allah Swt sehingga mustahil ada makhluk yang dapat hidup tanpa rezeki yang ditetapkan Allah Swt untuknya.

Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS Al-Ankabut [29]:60) 2. Rezeki tidak akan datang bila kita melakukan pelanggaran atau maksiat kepada Allah Swt. Bila ternyata kita melakukannya namun banyak mendapat rezeki, itu adalah istidraj (penguluran dari Allah Swt, tetapi kemudian akan dijatuhkan secara sangat menyakitkan dan mungkin tiba-tiba) dan tak akan pernah memberikan kenikmatan dan kebahagiaan bagi manusia yang memilikinya. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.(QS Al-Anam [6]:44) 3. Rezeki akan dimudahkan oleh Allah Swt dengan melakukan berbagai amal shalih dan ketaqwaan.

Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(QS

13 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Ath-Thalaq [65]:2-3) 4. Rezeki adalah hak prerogatif mutlak Allah Swt dan urusan manusia hanyalah berusaha sehingga pantas bila kita memohon rezeki hanya kepada Allah Swt semata. Kepunyaan-Nya lah perbendaharaan langit dan bumi, Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS Asy-Syura [42]:12) 5. Rezeki adalah sesuatu yang telah ditentukan kadarnya. Tidak akan berkurang karena kita dekat dengan Al-Quran, dan tidak akan bertambah bila kita jauh dari Al-Quran. Kita mestinya yakin bahwa semakin dekat kita kepada Allah Swt dan Al-Quran maka insya Allah akan dimudahkan rezeki oleh-Nya. Kaitan antara rezeki dengan aktivitas berinteraksi dengan Al-Quran seringkali merupakan sesuatu yang dibuat-buat oleh manusia. Penyebabnya mungkin karena kurangnya sifat zuhud dan qonaah sehingga proses dan interaksi tersebut menjadi sangat memberatkan dan melelahkan jasmani dan rohani. Kita dapat belajar dari sekeliling kita, rezeki manusia sepenuhnya ada di tangan Allah Swt, akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tanpa pandang pendidikan, jabatan, dsb. Keyakinan tersebut akan muncul bila kita berada dalam ketaatan kepada Allah Swt. Bagi yang berdawkah di jalan Allah atau menjadi penghafal Al-Quran, tak ada kaitan antara perannya tersebut dengan luas dan sempitnya rezeki. Perasaan manusia dalam urusan rezeki sering dikotori godaan syaitan. Kuncinya: bersabarlah.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:23:52

TAUJIH 12 Kokohkan Tekad, Jangan Mudah Berubah Pikiran Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya(QS Fushshilat [41]:6) Sikap istiqamah dan istighfar memiliki hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Dalam hal berinteraksi dengan Al-Quran, khususnya menghafal, sering ada gangguan yang menyebabkan kita berubah pikiran. Tadinya bersemangat dan sangat berkeinginan untuk menghafal Al-Quran, tiba-tiba kehilangan daya tarik untuk menyempurnakan keinginan menghafal Al-Quran yang selama ini diperjuangkan. Kiat-kiat agar tak mudah berubah pikiran dan tetap memiliki keinginan yang terus hidup: 1. Banyak berdoa kepada Allah Swt agar menetapkan dan meneguhkan hati kita, contohnya: Ya Allah yang Maha Membolak-balik hati , tetapkan hatiku untuk terus menghafal kitab suci-Mu yang mulia 2. Menjaga dan memelihara lingkungan pergaulan. Bergaullah dengan para penghafal Al-Quran dan datangilah acara yang dihadiri para penghafal Al-Quran. Keinginan menghafal Al-Quran harus dipupuk bukan untuk dua atau lima tahun, tetapi untuk sepanjang hayat kita. Kita berharap saat bertemu dengan Allah Swt kelak, kita masih dalam kondisi terus mendekatkan diri dan berinteraksi dengan Al-Quran. Salah satu doa khatam Al-Quran: Ya Allah jadikanlah Al-Quran ini bagi kami selama di dunia sebagai teman yang selalu bersama kami, di kubur sebagai penghibur, di hari kiamat sebagai pemberi syafaat, di atas shirat sebagai cahaya, ke Surga sebagai petunjuk dan sahabat, dan dari neraka sebagai penghalang dan penolak. 3. Membaca terus menerus hal-hal tentang fadhillah berinteraksi dengan Al-Quran,

14 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

janji syafaat di hari kiamat, sejarah manusia yang sukses hidupnya bersama dengan Al-Quran dari Rasulullah Saw hingga manusia saat ini. Misalnya karya Yusuf Qardlawi atau Mustafa Al-Ghazali mengenai bagaimana berinteraksi dengan Al-Quran.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:24:36

TAUJIH 13 Berlatih dengan Ekstrim Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (QS Al-Insan [76]:26) Melatih diri untuk berinteraksi dengan Al-Quran membutuhkan upaya-upaya yang ekstrim. Menurut kita sangat berat, padahal hal tersebut sudah biasa dilakukan para salafush shalih. Contohnya menghafal Al-Quran sebanyak enam ribu ayat dihafal luar kepala. Contoh amalan lain yang dianggap ekstrim oleh manusia sekarang karena jarang dilakukan adalah: 1. Melaksanakan shalat malam dengan durasi yang panjang. Untuk itu, sedikitkanlah tidur di waktu malam, banyaklah beristigfar, dan jauhkan lambung dari tempat tidur. 2. Berjihad di jalan Allah Swt, walaupun kondisinya sangat berat. 3. Mengubah suasana permusuhan dengan sesama saudara menjadi suasana akrab dan hangat, membalas kejahatan dengan kebaikan. Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik sehingga orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan menjadi teman yang sangat setia.(QS Fushshilat [41]:34) 4. Menjaga pandangan mata di mana saja dan kapan saja terhadap lawan jenis yang bukan mahram. Bila kita benar-benar ingin berinteraksi dengan Al-Quran, mari kita sambut contohcontoh yang ada di dalam Al-Quran atau sunnah dengan semangat yang tinggi dan latihan yang ekstrim: 1. Berlatih khatam Al-Quran sebulan sekali, lalu dua puluh hari sekali, lalu sepuluh hari sekali, sepekan sekali, hingga tiga hari sekali. Latihan ini juga untuk melatih kesabaran, kekuatan dan keteguhan untuk mencapai keinginan. Ketika kita melakukan sesuatu yang maksimal maka kita akan melihat yang minimal menjadi suatu yang sangat mudah dan terjangkau. Jika ingin hafal 30 juz, minimak sehari harus membaca lima juz. 2. Berusahalah menjadi makmum qiyamullail yang panjang, minimal tiga juz atau lima juz. 3. Berusahalah melaksanakan shalat malam sendiri dengan melatih diri membaca satu, dua, lalu tiga juz dan seterusnya. Latih diri dengan membaca mushaf hingga mampu menegakkan qiyamullail tanpa membaca mushaf. 4. Hadirilah acara yang mengakrabkan diri kita dengan Al-Quran sebanyak mungkin. Pada umumnya jiwa yang belum terkondisi oleh suasana Al-Quran cenderung ingin menjauh dari ayat-ayat Al-Quran baik dari sisi suara, kajian, dsb. Dengan berbagai upaya tersebut, maka kita dipaksa untuk dapat menikmati Al-Quran dan insya Allah dapat membuktikan janji Rasulullah Saw bahwa Al-Quran bagaikan hidangan yang lezat dari Allah Swt.

15 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:25:11

TAUJIH 14 Berbahagia Jika Kita Bersama Orang-orang Yang Sedikit Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga). Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan sedikit dari orang-orang generasi terakhir. (QS. Al-Waqiah [56]:10-14) Kata qaliil (sedikit) di dalam Al-Quran banyak ditujukan kepada sekelompok manusia yang berkualitas dan memiliki kemampuan yang kuat dan keras untuk meningkatkan kualitas hidup, serta bersegera melakukan amal shalih. Contohnya mereka yang beriman kepada Nabi Nuh dan Nabi Musa yang persentase dan jumlahnya sangat sedikit. Di balik niat untuk hafal 30 juz Al-Quran, kita perlu bertekad: Aku siap bersama orang-orang yang qaliil. Kita harus sabar, teguh, tak mudah putus asa karena apa yang akan diraih merupakan sesuatu yang besar dan berat perjuangannya dan tidak semua manusia siap untuk melakukannya. Telah menjadi sunnatullah, bahwa sesuatu yang istimewa itu jumlahnya sedikit. Dari tujuh hari sepekan, hanya Jumat yang istimewa, dari 12 bulan setahun hanya Ramadhan yang begitu istimewa, dari sekian jenis logam hanya emas yang paling diburu orang. Di balik sedikitnya orang yang siap untuk menghafal Al-Quran, kita perlu yakin bahwa kemuliaan dan keistimewaan itu adalah dari Allah Swt, bukan dari diri kita. Ucapan alhul jannah: Dan mereka berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada surga (ini). Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa kebenaran. Dan diserukan kepaa mereka: Itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS Al-Araf [7]:43)

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:25:41

TAUJIH 15 Jangan Merasa Takut Terhadap Keadaan Masa Depan Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-Ahqaf [46]:13-14) Bagi pribadi yang sedang mendekatkan diri dengan Al-Quran misalnya bertekad menjadi hafidz 30 juz, godaan yang sering menggelayuti adalah kekhawatiran terhadap masa depan, seperti maisyah, walimah, serta pertanyaan-pertanyaan bernada negatif yang lain. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada rasa takut dan sedhi bagi manusia yang berada di jalan Allah Swt. Ketika mau menghafal, motivasinya harus jelas dan motivasi itu harus terus diyakini.

16 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

Rasa takut dan khawatir biasanya disebabkan oleh mengambangnya visi dan misi serta kurangnya kepahaman terhadap bobot manfaat dari hafalan Al-Quran yang diperoleh. Tanpa disadari, perasaan kita telah dikuasai dan digelayuti oleh kecintaan berlebihan terhadap dunia. Seakan-akan kesuksesan itu hanya ditandai dengan uang dan materi yang banyak. Padahal kehidupan ini tidak terlepas dari sunnatullah bahwa setiap manusia ada yang diberi rezeki yang banyak dan ada pula yang mendapat sedikit - sekalipun keduanya sama-sama aktif mencarinya dan dengan jumlah jam yang sama pula. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain, dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS As-Zukhruf [43]:32) Peluang kehidupan yang baik tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang berduit saja. Berkacalah pada keadaan orang-orang yang berangkat berhaji. Ada yang hasil kerja keras, ada yang dari pemberian orang lain, ada pula yang dari hadiah dan lain sebagainya. Begitulah potret kehidupan manusia, yang terpenting dalam memahami rezeki Allah Swt adalah melakukan berbagai macam upaya yang halal untuk meraihnya lalu bertawakkal kepada-Nya. Insya Allah kita akan hidup tenang dan tidak diperbudak oleh harta. Langkah-langkah rinci: 1. Yakinlah terhadap janji-janji Allah SWT kepada manusia yang senantiasa taat kepada-Nya dan isitqamah di jalannya bahwa Allah Swt telah memberi garansi kehidupan yang bahagia dan aman di dunia dan akhirat. 2. Mantapkan keyakinan bahwa kita menghafal Al-Quran dengan satu cita-cita, yakni berdakwah di jalan Allah Swt. 3. Berpikirlah untuk mencari maisyah yang sesuai dengan kondisi kita, yang dapat memadukan antara mencari rezeki dan melayani ummat. Usaha apapun yang berpegang pada prinsip tersebut insya Allah, Allah Swt akan memudahkan rezeki bagi kita. 4. Bersikap qanaah terhadap rezeki Allah Swt, bersih dari sikap cinta dunia yang berlebihan dan sifat rakus. 5. Memahami dengan baik hakikat ujian kehidupan dalam masalah rezeki. Artinya tidak setiap rezeki yang luas dan banyak didapatkan dan dirasakan oleh manusia berarti pasti menunjukkan kasih sayang Allah Swt kepadanya, demikian pula sebaliknya tidak setiap rezeki yang terbatas merupakan pertanda kebencian Allah Swt terhadap manusia. Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hambahamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Ankabut [29]:62) Semoga kita dapat berkonsentrasi secara utuh dalam berkhidmah untuk Al-Quran Kalamullah tanpa di-was-was-i oleh kekhawatiran yang tak berdasar.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:26:21

TAUJIH 16 Jangan Suka Memvonis Diri Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Dan mereka berkata: Hati kami tertutup. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk hati mereka karen keingkaran mereka. Maka sedikit sekali mereka yang beriman.

17 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

(QS Al-Baqarah [2]:88) Sikap suka memvonis diri bertolak belakang dengan tawadlu untuk membuka diri terhadap dakwah. Ketika dakwah Rasulullah ditanggapi kaum Yahudi dengan Saya tidak mungkin mampu menerima dawah ini, karena hati saya sudah tertutup berarti mereka bukan saja jauh dari hidayah Al-Quran bahkan Allah Swt melaknat sikap kufur tersebut dan mereka jauh untuk menjadi manusia yang beriman. Berinteraksi dengan Al-Quran, apapun bentuknya - bertilawah, menghafal, mentadabburkan, mengajarkan atau memahaminya - tanpa didukung oleh keimanan yang memadai akan menyebabkan jiwa merasa berat, susah, repot, dsb. Keimanan yang telah Allah karuniakan kepada kita hendaknya dijadikan modal utama untuk dapat hidup bersama Al-Quran. Ungkapan-ungkapan bernada pesimis yang keluar di alam bawah sadar kita akan menjadi suatu vonis yang mematikan dan menjadikan diri kita berada di dalam kondisi kelemahan total. Jangankan untuk melakukan upaya berinteraksi dengan Al-Quran, sekedar keinginan saja tidak mungkin terjadi dalam diri kita sekalipun kita sudah beriman. Kita harus optimis dan membantah ungkapan-ungkapan tersebut agar keluar dari kungkungan ketidakberdayaan diri yang sesungguhnya berasal dari diri kita sendiri. Berikut contohnya: 1. Bantahan terhadap vonis diri: Ah, ana sih tidak bakat Berinteraksi dengan Al-Quran bukan masalah bakat atau tidak bakat. Ia adalah kebutuhan hidup orang beriman, sebagaimana tubuh butuh makan, minum dan tidur. Bakat biasanya berkaitan dengan keterampilan seperti menjahit, atau olah raga seperti juara bulutangkis. Mustahil kalau kita tak siap shalat 5 waktu dan tidak shaum karena alasan tidak bakat. Permasalahan sesungguhnya biasanya terkendala oleh pola pikir yang salah sehingga menghasilkan penyikapan yang salah pula. 2. Bantahan terhadap vonis diri: Ah, ana sih memang ditakdirkan gak bakalan mampu menghafal Takdir adalah kehendak Allah Swt. Dari mana kita tahu bahwa Allah Swt telah menghendaki kita untuk tidak dapat berinteraksi dengan Al-Quran? Kalau hanya dari perasaan, itu artinya berburuk sangka kepada Allah Swt. Seharusnya syaitan yang kita jadikan kambing hitam, dan kita berlindung kepada Allah dari godaan syaitan. Atau kemungkinan lain, karena kita terlalu banyak dosa dan jiwa kita terlalu jauh dari kesucian. Jika itu penyebabnya, bertaubat dan mohonlah ampunan kepada Allah Swt. Lengkapilah dengan banyak berdzikir dan beramal shalih agar Allah Swt memberi kekuatan kepada diri kita untuk bisa mengatasi rasa malas, futur dan tak bergairah terhadap Al-Quran. 3. Bantahan terhadap vonis diri: Bagaimana mungkin orang seperti ana yang sibuk seperti ini bisa menghafal Al-Quran Allah Swt menciptakan manusia dengan dibekali kemampuan yang sangat luar biasa untuk beradaptasi terhadap kehidupan. Artinya, sesibuk apapun kita, kalau kita mau dan bertekad kuat, insya Allah kita bisa melakukannya. Sudahkan kita mengakui bahwa berinteraksi dengan Al-Quran adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini? Kalau jawabannya ya tetapi kita belum melakukannya artinya ada ketidaksesuaian antara hati dan lidah, entah hati yang berbohong atau lidah yang tak jujur. Kita pasti akan menyempatkan diri untuk sesuatu yang kita anggap penting. Kalau menunggu kalau sempat, syaitan tak akan pernah membiarkan diri kita untuk sempat berinteraksi dengan Al-Quran. Kitalah yang harus menyempatkan diri, minimal 40 menit dari 24 jam per hari agar kita bisa khatam tiap bulan sekali. Kalau kita mengakui kebenaran bantahan di atas, mulailah dari sesuatu yang paling mudah untuk dilakukan. Misal tilawah 5-10 halaman per hari, menghafal 1-1/2 halaman per pekan. Lalu perbanyaklah doa agar Allah Swt menolong kita untuk mampu dan bisa berinteraksi dengan Al-Quran dengan pola yang sebaik-baiknya. Semoga Allah Swt. melindungi kita dari hati yang dikunci mati karena kekafiran.

Posting Digabung: 27 Juni 2009, 01:26:57

18 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

TAUJIH 17 Merayu Diri Agar Mencintai Al-Quran Taujih oleh : Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc, Al-Hafidz

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku (QS Al-Fajr [89]:27-30) Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu? Kita bisa bekerja dengan keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Quran. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan diri kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Quran. Berbagai permasalahan umum pada diri kita saat berinteraksi dengan Al-Quran antara lain: 1. Kita sadar sepenuhnya bahwa tilawah setiap hari adalah keharusan, tetapi jiwa kita belum siap untuk komitmen secara rutin sehingga dalam sebulan, begitu banyak hari-hari yang terlewatkan tanpa tilawah Al-Quran. 2. Kita paham bahwa menghafal Al-Quran adalah kemuliaan yang besar manfaatnya, tetapi jiwa kita belum siap untuk meraihnya dengan mujahadah. 3. Kita sadar bahwa masih banyak ayat yang belum kita pahami, namun jiwa kita tidak siap untuk melakukan berbagai langkah standar minimal untuk dapat memahami isi Al-Quran. 4. Kita sadar bahwa mengajarkan Al-Quran sangat besar fadhillahnya, tetapi karena minimnya apresiasi dan penghargaan ummat terhadap para pengajar Al-Quran maka sangat sedikit yang siap menjadi pengajar Al-Quran. 5. Kita paham bahwa shalat yang baik - khususnya shalat malam - adalah shalat yang panjang dan sebenarnya kita mampu membaca sekian banyak ayat, namun jiwa kita kadang tidak tertarik terhadap besarnya fadhillah membaca Al-Quran di dalam shalat. 6. Kita sadar bahwa dakwah dijamin oleh nash Al-Quran dan Allah Swt akan memberikan kemenangan, namun jiwa kita tidak sabar dengan prosesnya yang panjang sehingga cenderung meninggalkan atau lari dari medan dakwah. 7. Kita paham betul bahwa banyak keutamaan di dunia dan akhirat bagi manusia yang berinteraksi dengan Al-Quran, tetapi fadhillah tersebut hanya menjadi pengetahuan, tidak mampu menghasilkan energi yang besar untuk beristiqamah dalam berinteraksi dengan Al-Quran. 8. Kita paham dengan sangat jelas bahwa semua tokoh Islam di atas bumi ini adalah orang-orang yang telah berhasil dengan ilmu Al-Quran dan merekapun menguasai kehidupan dunia, namun jiwa kita enggan mempersiapkan generasi mendatang yang hidupnya berada di bawah naungan Al-Quran. Jangan pernah berhenti untuk merayu diri agar segera bangkit. Tanyakanlah pada diri kita: 1. Wahai diri, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Mengaku cinta kepada Allah Swt tetapi tidak merasa senang berinteraksi dengan Kalam-Nya. Bukankah ketika manusia cinta dengan manusia lain, ia menjadi senang membaca suratnya bahkan berulang-ulang? Mengapa kamu begitu berat dan enggap untuk hidup dengan wahyu Allah Swt? Adakah jaminan bahwa kamu mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih? Dengan apa lagi kamu mampu meraih pahala Allah Swt? Infak cuma sedikit, jihad belum siap, kalau tidak dengan Al-Quran, dengan apa lagi? 2. Wahai jiwaku, siapa yang menjamin keamanan dirimu saat gentingnya suasana akhirat? Padahal Rasulullah Saw menjamin bahwa Allah Swt akan memberikan

19 von 20

11.09.2011 07:40

Cetak Halaman - 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

http://myquran.org/forum/index.php?PHPSESSID=hfgc57v1ei4ttasabvj...

keamanan bagi manusia yang rajin berinteraksi dengan Al-Quran, mulai dari sakaratul maut hingga saat melewati shirat. 3. Wahai jiwaku, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Dengan nikmat-Nya yang demikian banyak, yang diminta maupun tidak, tidakkah kamu bersyukur kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak membaca Al-Quran? 4. Wahai jiwaku, sadarkah kamu ketika Allah Swt dan Rasulnya mengajak dirimu memperbanyak hidup bersama Al-Quran? Untuk siapakah manfaat amal tersebut? Apakah kamu mengira bahwa dengan banyak membaca Al-Quran maka kemuliaan Allah dan Rasul-Nya menjadi bertambah? Dan sebaliknya, jika kamu tidak membaca Al-Quran, kemuliaan itu berkurang? Sekali-kali tidak. Semua yang kita baca dan lakukan, kitalah yang paling banyak mendapatkan manfaatnya. 5. Wahai jiwa, tidakkah kamu merasa khawatir dengan dirimu sendiri? Selama ini hidup tanpa al-Quran, jatah usia makin sedikit, tabungan amal shalih masih sedikit, jaminan masuk surga tak ada di tangan. Sampai saat ini belum mampu tilawah rutin satu juz per hari, jangan-jangan Al-Quranlah yang tidak mau bersama dirimu karena begitu kotornya dirimu sehingga Al-Quran selalu menjauh dari dirimu. 6. Wahai jiwa, tidakkah engkau tergiur untuk mengikuti kehidupan Rasulullah Saw dan para sahabat serta tabiin yang menjadi kenangan sejarah sepanjang zaman dalam berinteraksi dengan Al-Quran? Jika hari ini kamu masih enggan berinteraksi dengan Al-Quran apa yang akan dikenang oleh generasi yang akan datang tentang dirimu? Ungkapan di atas adalah perenungan terhadap diri sendiri dalam urusan dunia dan akhirat, hal yang dianjurkan oleh Allah Swt agar hidup kita tidak berlalu begitu saja tanpa makna. .Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-nya kepadamu supaya kamu berpikir. Tentang dunia dan akhirat (QS Al-Baqarah [2]: 219-220) [/bgcolor][/color]
Powered by SMF 2.0 | SMF 20062010, Simple Machines LLC

20 von 20

11.09.2011 07:40

Anda mungkin juga menyukai