Anda di halaman 1dari 13

STUDI KASUS PERILAKU AGRESIF REMAJA

DI PONDOK PESANTREN

ARTIKEL JURNAL

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Elvia Netrasari
NIM 11104244014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2015
Studi Kasus Perilaku . . .(Elvia Netrasari) 1

STUDI KASUS PERILAKU AGRESIF REMAJA DI PONDOK PESANTREN

A CASE STUDY OF AGGRESSIVE BEHAVIOR OF TEENAGERS IN BOARDING


SCHOOLS

Oleh: Elvia Netrasari, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.


elvianetrasari25@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, faktor penyebab dan dampak dari perilaku agresif yang
dilakukan santri di ponpes. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis studi kasus. Pemilihan
subjek berdasarkan dengan pertimbangan yaitu merupakan santri berusia remaja, tinggal di asrama ponpes dan
mempunyai kecenderungan berperilaku agresif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi data,
triangulasi metode, dan triangulasi sumber. Hasil penelitian pada ketiga subjek dapat diketahui: (1) Faktor
penyebab (antecendent) internal dan eksternal, ketiga subjek memiliki faktor penyebab berdasarkan latar belakang
keluarga. (2) Identifikasi bentuk (behavior) perilaku agresif meliputi bentuk verbal dan non verbal dengan
frekuensi sering dan intensitas berat. (3) Dampak (consequence) setelah melakukan perilaku agresif meliputi
dampak bagi diri sendiri dan lingkungan. Ketiga subjek memiliki dampak bagi diri sendiri yang sama yaitu
kepuasan pribadi dan dampak kepada lingkungan tiap subjek berbeda-beda.

Kata kunci: perilaku agresif, santri, remaja.

Abstract
This study aims to determine the form, the causes and effects of aggressive behavior committed student in
boarding school. The approach in this study is a qualitative case study types. Selection of subjects based on the
consideration that the student are teenagers, living in boarding school dormitory and have a tendency to behave
aggressively. The method used to collect data were observation, interviews, and documentation. The method used
to analyze the data is data reduction, data presentation, and conclusion. To test the validity of the data using
triangulation data, triangulation methods, and triangulation of sources. Research results on the three subjects can
be known: (1) Cause factor (antecendent) internal and external, third subject have a cause factor based on the
background of the family. (2) Identification of the shape (behavior) aggressive behavior includes verbal and non
verbal forms with frequent and heavy intensity. (3) Impact (consequence) after making aggressive behavior
includes impact for themselves and the environment. The third subject have ramifications for yourself the same
personal satisfaction and impact to the environment each subject varies.

Keywords: aggressive behavior, student, teenagers.

PENDAHULUAN
Program bimbingan santri pada Pondok
Pondok pesantren sebagai lembaga
Pesantren berarti mengasuh, membina,
pendidikan agama Islam sesungguhnya telah
mengajarkan santri untuk memenuhi kebutuhan
berkembang pesat sebelum Indonesia merdeka.
di dunia dan akhirat kelak. Dalam menjalankan
Penyelenggaraannya dilakukan oleh para wali
perannya tersebut, tidak jarang pengurus pondok
yang bertempat di rumah, di langgar, dan masjid
pesantren dihadapkan pada masalah-masalah
yang akhirnya berkembang menjadi pondok
yang menuntut mereka harus bijak
pesantren (Suhartini, 2005: 10).
menyelesaikannya. Faktor yang menyebabkan
masalah dapat berasal dari dalam maupun dari
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

luar. Masalah yang faktor penyebabnya berasal Perilaku agresif ini akan mengakibatkan
dari dalam adalah masalah yang terjadi pada dampak yang tidak baik didalam pondok
pondok pesantren itu sendiri, termasuk secara pesantren yang berlatar belakang pendidikan
fisik maupun non fisik. Dan faktor dari luar Islam. Melihat begitu riskannya akibat yang
berarti berasal dari lingkungan luar pondok ditimbulkan oleh perilaku agresif ini, maka
pesantren. sangat penting bagi pengasuh pondok pesantren
Berdasarkan observasi yang peneliti untuk memahami perilaku agresif anak agar
laksanakan pada bulan November 2014 di dapat memutuskan perlakuan yang tepat untuk
pondok pesantren Al-Ihsan, terdapat menanggulanginya, tidak memanjakan, tetapi
permasalahan antar santri dan antara santri juga tidak terlalu otoriter.
dengan pengasuh. Data permasalahan yang Adapun surah dalam Al-Quran yang
berhasil dihimpun melalui wawancara dengan menerangkan bahwa seorang muslim hendaknya
pihak pondok pesantren dan beberapa santri di menjaga perkataan, yakni:
antaranya: (1) terdapat santri yang mengancam
santri yang lain agar santri yang diancam (70)
menuruti kemauannya sesuai yang diinginkan,
(2) beberapa santri diam-diam melanggar aturan …(71)
pondok pesantren dengan merokok dan mabuk
yakni AZ dan RN, (3) pengajar dengan karakter "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Alloh dan ucapkanlah ucapan yang
yang tegas dianggap galak oleh santri, dan (4) benar, niscaya Alloh akan memperbaiki amalan-
terdapat santri yang suka menyombongkan amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa
kalian…" [Q.S al-Ahzaab:70]
kemampuan dirinya.
Permasalahan yang lain di ponpes adalah:
METODE PENELITIAN
(5) terdapat santri putri yang suka menarik jilbab
Jenis Penelitian
santri lain sehingga membuat santri lain marah
Penelitian ini menggunakan pendekatan
dan bahkan ada yang menangis, (6) terdapat
kualitatif dengan metode studi kasus, yang
santri yang jika diperingatkan oleh pengajar
bermaksud untuk mengetahui bentuk, faktor
mengumpat setelah tidak ada pengajar walaupun
penyebab dan dampak perilaku agresif remaja di
saat pengajar ada dihadapannya hanya diam, dan
Pondok Pesantren Al-Ihsan Gamping.
masih banyak lagi permasalahan yang terjadi di
ponpes Al-Ihsan, (7) terdapat santri yang suka
Waktu dan Tempat Penelitian
mengejek dan sering merendahkan santri lain.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
Beberapa permasalahan di atas jika dikerucutkan
15 Januari sampai dengan tanggal 20 Februari
mengarah pada satu perilaku yakni perilaku
2015 di lingkungan Pondok Pesantren AL-Ihsan
agresif.
Gamping.
Studi Kasus Perilaku . . .(Elvia Netrasari) 3

Subyek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian Teknik Analisis Data
ini adalah remaja yang memiliki perilaku agresif 1. Reduksi Data (Data Reduction)
dengan karakteristik sebagai berikut: Reduksi data yaitu suatu proses
1. Remaja pondok pesantren yang berusia 12-21 pemilihan, pemusatan perhatian pada
tahun. penyederhanaan, pengabstrakan dan
2. Remaja pondok pesantren tersebut tinggal di transformasi data kasar yang muncul dari
asrama Pondok Pesantren Al-Ihsan. catatan-catatan tertulis di lapangan.
3. Remaja pondok pesantren mempunyai 2. Penyajian Data (Display Data)
kecenderungan berperilaku agresif Penyajian data ini dilakukan dengan
berdasarkan laporan pembimbing/pengajar menyusun sedemikian rupa sehingga
dan santri yang lain. memberikan kemungkinan adanya penarikan
Berdasarkan karakteristik yang kesimpulan dan pengambilan tindakan.
ditetapkan peneliti maka didapatkan 3 subjek Adapun penyajian data yang lazim digunakan
remaja yang memiliki perilaku agresif yang pada data kualitatif adalah dalam bentuk teks
layak dijadikan subjek penelitian. Ketiga subjek naratif.
penelitian diantarannya WD, RN dan DW. 3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Kegiatan analisis data yang terakhir
Prosedur Penelitian adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
Untuk prosedur penelitian, peneliti Secara singkat, gambaran model interaktif
mengobservasi terlebih dahulu kemudian baru yang diajukan Miles dan Huberman
melakukan penelitian dengan cara observasi (Muhammad Idrus, 2009: 148) adalah sebagai
kembali, wawancara dan dokumentasi. berikut:
Penyajian
Instrumen dan Teknik Pengumpulan data Data

Instrumen penelitian yang digunakan Pengumpulan


Data
dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu
sendiri (manusia sebagai alat bantu atau
instrumen penelitian). Sedangkan instrumen
Penarikan
penunjang adalah pedoman observasi,
Reduksi Kesimpulan
wawancara dan dokumentasi. Pengumpulan data Data
dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data
penelitian (W. Gulo, 2002: 110). Metode (Model Interaktif)
pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2. Selalu menutupi tugas/pekerjaan agar


1. Subjek I : WD tidak dilihat oleh siswa lain
a. Peristiwa Penyebab Perilaku Agresif 3. Menantang siswa lain berkelahi
(Antecedent) 4. Berkelahi
Antecedent internal: 5. Menjahili santri lain
1. Kelelahan fisik 6. Merokok di lingkungan ponpes
2. Keinginan untuk mendapat perhatian
dari lingkungan sosial c. Dampak Perilaku Agresif Subjek
3. Terdapat santri yang dimintai (Consequence)
bantuan oleh subjek tidak dapat Dampak kepada diri sendiri:
membantu subjek 1. Kepuasan pribadi
Antecedent eksternal: 2. Memandang negatif pengurus
1. Kurang mendapatkan kasih sayang pondok
dari keluarga 3. Senang
2. Nenek yang selalu memanjakan 4. Rugi karena ketinggalan pelajaran di
subjek sekolah
3. Respon teman-teman subjek setelah 5. Mendapatkan angka kredit lebih dari
subjek melakukan perilaku agresif 45 dan mendapat hukuman
6. Mendapatkan perhatian dari
b. Identifikasi Perilaku Agresif (Behavior) pengajar (ustadz)
7. Dibenci santri dan siswa yang lain
Bentuk perilaku agresif verbal:
Dampak kepada lingkungan:
1. Mencari perhatian dari pengajar
1. Siswa-siswa menjauhi subjek
dengan menceritakan kisah
sehingga subjek tidak mempunyai
pribadinya
teman di sekolah
2. Berkata tidak sopan
2. Dipanggil guru BK dan
3. Memanggil orang lain dengan nama
dipertemukan dengan pengurus di
yang tidak disukai
pondok pesantren
4. Membicarakan keburukan orang lain
3. Siswa yang dijahili menjadi
yang tidak ada di tempat
kelelahan
5. Menyoraki
4. Santri yang lain sungkan jika akan
6. Jika diberitahu menjawab
berinteraksi dengan subjek
7. Mengumpat
5. Siswa lain menilai subjek sebagai
Bentuk perilaku agresif non verbal:
orang yang sombong dan sok alim
1. Memukul siswa lain yang
menyenggol badan subjek
Studi Kasus Perilaku . . .(Elvia Netrasari) 5

2. Subjek II : RN b. Identifikasi Perilaku Agresif (Behavior)


a. Peristiwa Penyebab Perilaku Agresif Bentuk perilaku agresif verbal:
(Antecedent) 1. Tidak hormat/patuh
Antecedent internal: 2. Mengumpat
1. Ingin mencari perhatian 3. Mengejek
2. Egois 4. Merendahkan santri lain
3. Iseng 5. Menyombongkan kemampuan diri
4. Ingin memamerkan kemampuan diri 6. Mengganggu santri lain
5. Ingin mengganggu santri lain yang 7. Ingin dianggap 'wah'
sedang berkonsentrasi 8. Menghadapi masalah dengan emosi
6. Ingin merendahkan santri lain tinggi
7. Ingin menggunakan komputer yang 9. Menggosip
sesuai dengan keinginannya 10. Menyombongkan diri
8. Ustadz tidak merespon pertanyaan 11. Berperilaku berlebihan
subjek dengan segera Bentuk perilaku agresif non verbal:
9. Ingin membela diri atas keadaan 1. Memukul
lingkungan yang membuat subjek 2. Mendorong
tidak nyaman seperti diejek, terdapat 3. Menarik
santri yang tidak sepaham, membuat 4. Menendang santri lain
jengkel, menghalangi jalan, dan 5. Menggebrak-gebrakkan meja
terdapat santri yang menggunakan 6. Mengganggu santri lain
komputer yang akan digunakan oleh 7. Mencabut kabel komputer yang
subjek. sedang digunakan santri lain
Antecedent eksternal: 8. Memaksakan kehendak
1. Tidak paham dengan penjelasanI 9. Sulit diatur
ustadz 10. Mengamuk/marah
2. Terdapat teman sekelas subjek yang 11. Tidak mematuhi perintah
melakukan kesalahan, menanyakan 12. Pulang larut malam
soal pelajaran kepada ustadz, senang 13. Merokok
karena telah berhasil mengerjakan
tugas dari ustadz, mengeluh c. Dampak Perilaku Agresif Subjek
komputernya ber-loading lama, dan (Consequence)
tidak dapat membaca tulisan pada Dampak kepada diri sendiri:
LCD, berdandan agak tebal 1. Kepuasan pribadi
2. Kesenangan
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

3. Kekecewaan subjek tersalurkan 1. Takut tidak mampu mengerjakan


4. Mendapatkan perhatian dari teman pekerjaan rumah
5. Merasa tidak nyaman 2. Cuaca panas
6. Merasa diperlakukan berbeda dari
santri yang lain b. Identifikasi Perilaku Agresif (Behavior)
7. Dicap sebagai anak nakal Bentuk verbal:
8. Dihukum oleh kepala ponpes 1. Suka berbohong
9. Ditegur ustadz Bentuk non verbal:
10. Diancam akan dikeluarkan dari 1. Membolos kuliah
pondok pesantren 2. Menarik jilbab santri lain
Dampak kepada lingkungan: 3. Sering berganti akun facebook
1. Memancing perilaku agresif santri 4. Memeluk orang lain berkali-kali
lain dalam waktu yang lama
2. Santri lain menjadi malu 5. Sulit diatur
3. Santri lain menjadi terganggu dan 6. Tidak patuh
marah 7. Sering mengirim pesan singkat
4. Santri yang sedang fokus belajar kepada santri dan beberapa orang
menjadi terganggu yang dikenalnya
5. Ustadz marah dan memutuskan
untuk tidak mengajar kelas subjek c. Dampak Perilaku Agresif Subjek
6. Santri lain menjauh (Consequence)
7. Santri lain mengumpat Dampak kepada diri sendiri:
8. Santri lain menyalahkan subjek 1. Kepuasan pribadi
2. Rugi karena ketinggalan pelajaran
3. Subjek II : DW 3. Menjadi bahan pembicaraan orang
a. Peristiwa Penyebab Perilaku Agresif lain
(Antecedent) Dampak kepada lingkungan:
Antecedent internal: 1. Orang lain menjadi tersakiti
1. Kurang mampu mengelola emosi
2. Ingin mencari perhatian PEMBAHASAN
3. Bertindak sesuka hati Sebelum seorang anak dinyatakan
4. Ingin membela diri atas keadaan diterima menjadi santri di Pondok Pesantren Al-
lingkungan yang membuat subjek Ihsan, pengurus mengumpulkan data terlebih
tidak nyaman dahulu tentang anak yang bersangkutan dan latar
Antecedent penyebab eksternal: belakang keluarganya. Seorang calon santri
Studi Kasus Perilaku . . .(Elvia Netrasari) 7

dengan latar belakang keluarga yang memang analisis hasil penelitian, maka peneliti membagi
menginginkan anaknya memperdalam ilmu pembahasan ke dalam tiga sub subbab, yakni
agama diterima menjadi santri di Pondok identifikasi bentuk perilaku agresif, faktor
Pesantren Al-Ihsan. penyebab perilaku agresif dan identifikasi
Setelah diterima di pondok pesantren, dampak perilaku agresif.
santri dirawat, dididik, dan dibiayai Dari hasil penelitian dapat diketahui
kebutuhannya oleh pengajar (ustadz) yang bahwa perilaku agresif subjek rata-rata
sekaligus bertindak sebagai pengurus. mempunyai frekuensi sering. Menurut Kamus
Pengajaran tersebut dilakukan selama santri Lengkap Psikologi (J.P. Chaplin, 2006: 199 ),
menempuh pendidikan tanpa memutuskan frekuensi berarti jumlah terjadinya perilaku
hubungan antara santri dengan keluarga. Santri agresif dalam satu kali pengamatan. Frekuensi
diijinkan pulang ke rumah dan berkumpul rata-rata subjek berperilaku agresif adalah
dengan keluarganya meskipun dijatah per sering yang berarti perilaku agresif dilakukan
beberapa santri setiap kali kepulangan. Hal oleh subjek sebanyak lebih dari tiga kali dalam
tersebut seperti yang disampaikan oleh Sunaryo satu kali pengamatan. Subjek yang berperilaku
(1995: 98) bahwa penempatan anak di suatu agresif paling sering adalah WD dan RN.
instansi hendaknya bersifat sementara dan tidak Intensitas perilaku agresif subjek rata-
memutuskan hubungan anak dengan rata adalah berat. Aini Mahabbati (Liana
keluarganya. Fitriastuti, 2012: 33) menyampaikan bahwa
Subjek dalam penelitian ini adalah tiga perilaku agresif dikatakan berintensitas berat
orang santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan yang apabila hampir setiap karakter gangguan perilaku
berusia remaja. Pembagian masa remaja yang agresif muncul dan menyebabkan kerugian atau
diambil adalah menurut Remplein dalam Mönks kerusakan yang fatal. Subjek yang berperilaku
dan Knoers (1998: 264). Sesuai dengan agresif paling berat adalah WD dan RN,
klasifikasi masa remaja menurut Remplein sedangkan subjek yang berperilaku agresif
tersebut, maka subjek RN dan DW berada pada paling ringan adalah DW dengan kategori
usia adolesensi karena RN berusia 21 tahun dan intensitas agak ringan.
DW berusia 18 tahun, sedangkan subjek WD Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin,
berada pada usia pra pubertas karena berusia 15 dari ketiga subjek yang berperilaku agresif
tahun. dengan frekuensi lebih tinggi dan intensitas lebih
Pada lembar observasi dan wawancara, berat adalah subjek laki-laki. Kesimpulan
peneliti menggunakan analisis fungsi yang tersebut berbanding lurus dengan pendapat
digunakan pada teori Analisis Pengubahan Marcus (2007: 45) bahwa perilaku agresif masa
Tingkah Laku (APTL). APTL terdiri dari kanak-kanak pada laki-laki menjadi prediktor
antecedent, behavior, dan consequence (Wade perilaku agresif usia remaja yang konsisten
dan Tavris, 2007: 158). Untuk mempermudah sedangkan untuk perempuan rata-rata lebih
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

rendah daripada laki-laki. kepada subjek karena subjek sudah dicap sebagai
Faktor penyebab dapat diketahui bahwa anak yang nakal oleh pengajar seperti subjek
antecedent penyebab subjek berperilaku agresif WD dan RN, siswa/santri lain menjauhi subjek
meliputi dua aspek, yakni antecedent internal seperti yang dialami subjek RN, dan menjadi
(berasal dari diri sendiri) dan antecedent bahan pembicaraan siswa/santri lain seperti yang
eksternal (berasal dari lingkungan). Pembahasan dialami subjek RN dan DW.
mengenai faktor penyebab internal dan faktor Perilaku agresif subjek juga berdampak
penyebab eksternal perilaku agresif subjek pada peniruan perilaku oleh lingkungan
berdasarkan antecedent yang sudah disajikan sekitarnya. Hal ini seperti yang dialami oleh
didalam hasil penelitian. subjek RN dan DW di mana perilaku agresif
Hawadi dalam Anisa Siti Maryanti mereka seperti merendahkan orang lain ditirukan
(2012: 14) menjelaskan bahwa perilaku agresif oleh santri yang lain. Santri lain khususnya yang
subjek membawa dampak bagi diri subjek dan baru masuk di Pondok Pesantren Al-Ihsan
orang lain. Bagi diri sendiri, perilaku agresif seperti WL dan MR menemukan contoh perilaku
ketiga subjek berdampak pada perasaan puas pada lingkungan baru. Oleh karena itu, perilaku
atau senang setelah melakukan perilaku agresif. agresif subjek dikatakan sebagai model perilaku
Kepuasan subjek tersebut berakar pada bagi lingkungannya. Hal ini seperti pendapat
tersakitinya orang lain yang menjadi tujuan dari Anantasari (2006: 96) bahwa perilaku agresif
perilaku agresif itu sendiri seperti yang berdampak sosial dengan dampak yang paling
dikatakan Marcus (2007: 10) bahwa perilaku jelas adalah ketika perilaku tersebut menjadi
agresif merupakan perilaku yang merugikan, model perilaku ideal yang kemudian ditiru oleh
menghancurkan, atau mengalahkan orang lain. anak-anak yang lain.
Perilaku agresif subjek juga
menimbulkan adanya pemberian hukuman atau SIMPULAN DAN SARAN
sanksi kepada subjek. Hukuman yang didapat Simpulan
oleh subjek WD seperti dipanggil oleh guru BK Berdasarkan hasil penelitian pada tiga
dan dipertemukan dengan pengajar pondok orang subjek yang berperilaku agresif, dapat
pesantren serta diberi hukuman. Hukuman yang ditarik kesimpulan sebagai berikut:
dialami subjek RN adalah akan dikeluarkan dari 1. Faktor Penyebab Perilaku Agresif
pondok pesantren. Sedangkan subjek DW adalah (Antecendent)
diberi saanksi oleh pihak pondok untuk tidak Faktor penyebab ketiga subjek
menggunakan handpone agar tidak online. berperilaku agresif adalah kurangnya
Dampak perilaku agresif subjek bagi perhatian dan kasih sayang dari orang-orang
orang lain adalah terjadinya hubungan sosial terdekat subjek pada masa lampau dan saat ini
yang kurang sehat. Hubungan kurang sehat yang serta kepribadian subjek. Jika disimpulkan
dimaksud adalah ketidakpercayaan orang lain maka dapat dijabarkan sebagai berikut:
Studi Kasus Perilaku . . .(Elvia Netrasari) 9

a. Subjek WD yang kurang mendapatkan tercapai yakni korban tersakiti. Secara lebih
kasih sayang dari kedua orang tuannya di khusus, dampak yang paling dirasakan oleh
6 tahun terakhir ini. subjek yaitu:
b. Subjek RN tidak mendapatkan perhatian a. Subjek WD tidak memiliki teman di
dan contoh yang baik dari seorang ayah pondok pesantren.
karena ayahnya sudah meninggal dunia b. Subjek RN yang sering mendapatkan
sejak RN duduk di bangku kelas VI SD. hukuman hafalan surah dari ustadz.
c. Subjek DW tidak mendapatkan kasih c. Subjek DW yang menjadi bahan
sayang dan perhatian dari seorang ayah pembicaraan santri lain.
sejak ayah dan ibunya bercerai. Dampak perilaku agresif subjek kepada
2. Bentuk Perilaku Agresif (Behavior) lingkungan adalah terjalinnya hubungan
Perilaku agresif ketiga subjek bentuk sosial yang kurang sehat yakni antara subjek
verbal dan non verbal mempunyai frekuensi dengan santri lain seperti dijauhi dan antara
rata-rata sering dan intensitas rata-rata berat. subjek dengan pengajar (ustadz) seperti
Perilaku yang paling menonjol dari masing- diperlakukan berbeda dengan santri yang
masing subjek adalah: lain, menimbulkan kemarahan dari korban
a. subjek WD menceritakan kisah pribadi perilaku agresif subjek, dan menjadi model
ke banyak orang terutama kepada perilaku bagi santri lain.
pengajar (ustadz).
b. Subjek RN sering menyombongkan Saran
kemampuan diri. Berdasarkan kesimpulan dari peneliti
c. Subjek DW sering mengirim pesan ini dapat diberikan beberapa saran sebagai
singkat kepada santri lain khususnya berikut:
santri putra. 1. Bagi subjek penelitian sebaiknya dilatih untuk
Bentuk perilaku agresif antara subjek berperilaku asertif yakni dengan memiliki
laki-laki dengan subjek perempuan terdapat kepercayan diri yang baik, dapat
perbedaan. Secara garis besar, subjek laki-laki mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang
(WD dan RN) lebih banyak melakukan sebenarnya tanpa rasa takut, serta
perilaku agresif bentuk verbal sedangkan berkomunikasi dengan orang lain secara
subjek perempuan (DW) lebih banyak lancar.
melakukan perilaku agresif non verbal. 2. Bagi orang tua dan keluarga subjek
3. Dampak Perilaku Agresif (Consequences) hendaknya lebih meningkatkan perhatian dan
Dampak perilaku agresif mengarah pada kasih sayang kepada subjek tetapi tidak
diri sendiri dan lingkungan. Dampak bagi diri berarti memanjakan subjek dengan cara setiap
subjek sendiri adalah perasaan puas/senang bulannya rutin menjenguk subjek di pondok
setelah tujuan dilakukannya perilaku agresif
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

pesantren dan selalu berkomunikasi dengan DAFTAR PUSTAKA


baik melalui sms ataupun telvon.
Anantasari.(2006). Menyikapi Perilaku Agresif
3. Bagi pengurus dan pengajar (ustadz) Anak. Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
sebaiknya bertindak tegas terhadap santri
Anisa Siti Maryanti.(2012). Pengaruh Hukuman
yang berprilaku agresif di pondok pesantren. Fisik terhadap Perilaku Agresif Anak
Usia 4-5 Tahun. Skripsi. FIP-UNES.

Krahe, Barbara. (2005). Perilaku Agresif . (Alih


Bahasa: Helly P.S & Sri M.S).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Liana Fitriastuti. (2012). Keefektifan Metode


Bermain Peran Tokoh Wayang untuk
Mengurangi Perilaku Anak Tunalaras
Tipe Agresif. Skripsi. FIP-UNY.

Marcus, Robert F. (2007). Aggression and


Violence in Adolescence. New York:
Cambridge University Press.

Mönks, F.J & Knoers, A.M.P. (1998). Psikologi


Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. (Alih Bahasa:
Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono).
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Muhammad Idrus. (2009). Metode Penelitian


Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.

Suhartini dkk. (2005). Manajemen Pesantren.


Yogyakarta: PT LKIS.

Wade, Carole & Tavris, Carol. (2007). Psikologi.


(Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta
dan Ign. Darma Juwono). Jakarta:
Erlangga.

W. Gulo. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta:


Grasindo.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD.... (Setyawati Rahayu) 11

Anda mungkin juga menyukai