Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.

1, Maret 2017, hal XXX-XXX


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI: 10.7454/jki.v20i1.322

APLIKASI TEORI BELAJAR


BERKAITAN DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA

Umi Farida Hidayati1*, Mora Claramita2, Yayi Suryo Prabandari2

1. Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Wonosobo 56311, Indonesia


2. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia

*E-mail: umifarydha@gmail.com

E
Abstrak

Teori belajar terdiri dari teori belajar behaviourism, sosial kognitif, dan konstruktivisme. Sistem asrama merupakan
pendidikan informal yang mendukung pembelajaran formal. Dengan sistem asrama, mahasiswa diharapkan dapat mandiri
dalam hal belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi teori belajar di asrama berkaitan dengan
kemandirian belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Subjek
penelitian berjumlah 14 orang. Pengambilan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini
adalah aplikasi teori behaviorisme dengan adanya peraturan terkait kehidupan asrama serta adanya pelanggaran terhadap
peraturan di asrama, tetapi punishment kurang tegas. Aplikasi teori sosial kognitif terlihat dominan dengan adanya
pengasuh asrama yang menjadi role model, mahasiswa belajar dengan mengamati dan mencontoh, interaksi antar
mahasiswa dalam belajar, pengaturan belajar sendiri oleh mahasiswa. Aplikasi teori konstruktivisme adalah pengasuh
asrama memfasilitasi mahasiswa, adanya interaksi dan kolaborasi antara pengasuh asrama dan mahasiswa maupun antar
mahasiswa, dan adanya pembelajaran sesuai konteks keperawatan.

Kata kunci: asrama, kemandirian belajar, teori belajar

Abstract

Application of Learning Theory related to Independent Learning of the Students. Learning theory consists of
behaviorism, social cognitive and constructivism. Boarding school is an informal educational supports formal learning.
With a dormitory system, students are expected to be independent in their learning process. The purpose of this study was
to determine the application of learning theory related to the student learning independence. This study used a qualitative
method with an ethnographic approach. There were 14 subjects. The data was collected by observation and interview
techniques. The result of this research was application of the theory of behaviorism with the relevant regulations of
dormitory life and a violation of the rules in the dorm, but the punishment was less firm. Application of social cognitive
theory was dominant in the presence of dormitory staff as a role model, students learn by observing and imitating, the
interaction between students in learning, self regulatory in learning. Application of the theory of constructivism was
shown by dormitory staff facilitating to students, the interaction and collaboration between dormitory staff and student
and among students and the learning context related to nursing.

Keywords: dormitory, independent learning, learning theory

Pendahuluan konstruktivisme (Ormrod, 2012; Notoatmodjo,


2010; Shephard, 2008).
Belajar adalah cara memperoleh tidak hanya
skills (keterampilan) dan knowledge (penge- Untuk mendukung peningkatan kualitas pem-
tahuan), tetapi juga value (nilai), attitudes belajaran sebagian besar pendidikan akademi
(sikap) dan reaksi emosional. Teori belajar yang keperawatan (AKPER) di Indonesia menerap-
mendasari cara seseorang belajar terdiri dari kan sistem asrama pada mahasiswa. Sistem
teori belajar behaviourisme, sosial kognitif, dan asrama di Indonesia sudah ada sejak jaman
2 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal XX-XX

dahulu (kabudan), yang disebut sebagai pondok Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
pesantren atau pawiyatan atau asrama. Sistem adalah pedoman observasi dan wawancara.
asrama tersebut merupakan sistem pengajaran Pelaksanaan penelitian dilakukan selama empat
yang teratur dan tertib. Sistem asrama merupa- bulan di asrama maha-siswa AKPER Pemprov
kan lembaga pendidikan dan pengajaran dengan Jateng.
paduan paling sempurna. Sistem asrama me-
rupakan pendidikan informal yang mendukung Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
pembelajaran. Downey (2012) menyatakan bahwa wawancara, dan studi dokumentasi. Analisis
lingkungan informal mendukung lingkungan data dilakukan dengan langkah-langkah
pembelajaran formal. sebagai berikut: menentukan unit analisis data,
indikasi unit yang sama dan yang berbeda,
Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi menentukan analisis domain, menentukan
Jawa Tengah (AKPER Pemprov Jateng) me- hubungan dan keterkaitan antar domain,
rupakan salah satu institusi yang mewajibkan membuat kesimpulan spekulatif, kesimpulan,
mahasiswa tinggal di asrama dan disediakan mencari kasus negatif dan berbeda, serta
pengasuh asrama. Kewajiban mahasiswa di menentukan teori (Afiyanti & Rachmawati,
asrama ini sejak tahun 2011 untuk mahasiswa 2014).
tingkat pertama, sedangkan tingkat ke dua dan
ke tiga diperbolehkan tidak tinggal di asrama Hasil
karena keterbatasan kapasitas asrama. Dengan
tinggal di asrama, mahasiswa juga diharapkan Aplikasi Teori Behaviorisme. Penerapan teori
dapat mandiri, baik dalam kehidupan sehari- behaviorism di asrama dilakukan yaitu dengan
hari maupun dalam belajar. adanya peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi
oleh mahasiswa yang tinggal di asrama sesuai
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu di- dengan buku panduan akademik. Hasil obser-
lakukan penelitian tentang aplikasi teori belajar vasi menunjukkan beberapa pelanggaran ter-
berkaitan dengan kemandirian belajar maha- hadap peraturan tersebut seperti peraturan makan,
siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menge- peraturan meninggalkan asrama, piket asrama,
tahui aplikasi teori belajar di asrama mahasiswa dan peraturan belajar.
AKPER Pemprov Jateng berkaitan dengan ke-
mandirian belajar mahasiswa. Sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan
mahasiswa berupa teguran dan nasehat, misal-
Metode nya mahasiswa yang seharusnya melaksanakan
piket kebersihan, namun tidak melakukan ketika
Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif diingatkan, mahasiswa jadi menyadarinya. Pem-
dengan pendekatan etnografi. Populasi pe- berian pujian juga diberikan kepada mahasiswa
nelitian adalah mahasiswa AKPER Pemprov misalnya dengan kata “bagus, kamu sudah
Jateng yang tinggal di asrama. Jumlah populasi kembali ke asrama”, “bagus, kamu sudah ber-
penelitian sebanyak 95 mahasiswa tingkat satu ubah”, “bagus, jadi contoh buat adik-adiknya
dan dua. Teknik sampling yang digunakan ya”, “besok jangan dilakukan lagi ya”. Pem-
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. berian reinforcement ini mengubah perilaku
Partisi-pan yang dilibatkan dalam penelitian ini mahasiswa jadi tidak melanggar atau menun-
sebanyak 14 orang dengan rincian 2 mahasiswa jukkan perilaku lebih baik, misalnya dengan
merupakan lurah asrama, 2 mahasiswa me- menegur jika bertemu mahasiswa lain, kembali
rupakan mahasiswa dengan pengalaman tinggal ke asrama tepat waktu, dan lain sebagainya.
di asrama, dan 9 mahasiswa merupakan maha-
siswa yang tidak mempunyai pengalaman Beberapa pelanggaran cenderung ada pem-
tinggal di asrama, serta 1 pengasuh asrama. biaran atau tidak mendapat sanksi yang tegas.
Hidayati, et al., Aplikasi Teori Belajar Berkaitan dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa 3

Pembiaran ini juga karena berhubungan dengan kan lebih merasa termotivasi oleh teman atau
senioritas. Lurah asrama putri merupakan ma- kakak kelas. Kamar asrama diatur terdiri dari
hasiswa tingkat 2, jika ada yang melanggar dari mahasiswa tingkat 1, 2 dan 3, dan interaksi
tingkat 3, maka lurah tidak berani menegur mahasiswa dengan teman sekamar juga baik
karena kakak kelas dianggap lebih mengetahui bahkan lebih nyaman karena ada kakak kelas
tentang peraturan asrama. yang dapat membantu dalam penyelesaian
tugas.
Sanksi terhadap pelanggaran sudah tertera
dalam buku panduan mahasiswa. Sanksi yang Perilaku belajar mahasiswa terlihat ketika sedang
banyak diberikan terhadap pelanggaran yang mengerjakan tugas bersama-sama. Waktu yang
dilakukan oleh mahasiswa berupa teguran lisan dijadwalkan adalah pukul 19.30 sampai 21.30
dan ceramah agama. Teguran tertulis, skorsing, setiap malam, tetapi sedikit mahasiswa yang
dan pemutusan studi tidak dilakukan karena memanfaatkan jam belajar tersebut karena ma-
pelanggaran yang dilakukan masih dalam ka- hasiswa belajar di waktu lain misalnya malam
tegori pelanggaran ringan-sedang. Mahasiswa hari, dini hari atau pagi hari. Pemanfaatan jam
juga memperlihatkan perilaku yang lebih baik belajar digunakan untuk mengerjakan tugas se-
ketika diberi pujian. cara berkelompok.

Aplikasi Teori Sosial Kognitif. Hasil obser- Aplikasi Teori Konstruktivisme. Pengasuh
vasi terhadap peran pengasuh asrama ditunjuk- asrama berperan memfasilitasi mahasiswa peng-
kan dalam Tabel 1. Interaksi antar mahasiswa huni asrama selama mahasiswa praktik klinik.
juga memengaruhi mahasiswa dalam berperi- Pengasuh asrama mempunyai jadwal praktik
laku baik, misalnya mahasiswa belajar ketika sehingga mudah mengontrol dan mengkoor-
melihat mahasiswa lain belajar. Mahasiswa me- dinasi mengenai jam keluar masuk asrama dan
nyatakan peran lingkungan dan teman sangat makan. Pengasuh asrama juga bekerja sama
berpengaruh terhadap dirinya dalam perilaku dengan mahasiswa dalam menyiapkan kegiatan
belajar di asrama. Mahasiswa juga menyata- keagamaan, seperti kegiatan di bulan Ramadhan,

Tabel 1. Hasil observasi tugas pengasuh asrama

No Tugas Hasil Observasi


1 Memantau dan membimbing tertibnya 1) Pengasuh asrama melaksanakan apel tiap minggu malam
peraturan asrama 2) Pengasuh asrama mendampingi rapat mahasiswa tiap bulan
2 Membimbing mahasiswa untuk mempunyai 3) Pengasuh asrama mengontrol mahasiswa yang sedang
akhlak dan sikap professional perawat melalui praktik dengan mempunyai jadwal praktik
kehidupan asrama 4) Pengasuh asrama menelpon mahasiswa yang tidak kembali
3 Memfasilitasi kegiatan asrama ke asrama selam 3 hari dan melakukan terguran lisan
4 Membantu dan mendukung kelancaran 5) Pengasuh asrama tidak menegur mahasiswa yang
pembelajaran di asrama membawa makanan ke kamar, menonton televisi ketika jam
5 Menegakkan kedisiplinan, keamanan, belajar,
ketertiban dan keindahan di lingkungan 6) Pengasuh asrama memberikan contoh dan secara bersama-
asrama sama melakukan kerja bakti
6 Memonitor terpenuhinya kebutuhan asrama 7) Pengasuh asrama mendampingi mahasiswa dalam kegiatan
untuk P3K, kebersihan, dan pemenuhan nutrisi di asrama (yasinan, tarawih, tadarusan)
Berkoordinasi dengan seksi kemahasiswaan 8) Pengasuh asrama mengingatkan untuk menjaga kebersihan
7 dalam rangka pembinaan sikap dan perilaku asrama dan etika menerima tamu.
mahasiswa 9) Pengasuh asrama memfasilitasi mahasiswa dalam kegiatan
akademi, pendataan fasilitas asrama yang rusak,
10) Pengasuh asrama koordinasi dengan mahasiswa dan
penanggungjawab asrama terkait dengan pergantian kamar.
4 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal XX-XX

Tabel 2. Hasil penelitian

No Teori Hasil
1 Teori 1) Ada peraturan asrama yang wajib dipatuhi
behaviorisme 2) Ada pelanggaran terhadap peraturan makan, meninggalkan dan kembali ke asrama,
kebersihan lingkungan asrama, dan jam belajar
3) Punishment berupa teguran dan nasihat
4) Ada sistem reinforcement, tetapi tidak dominan
5) Mahasiswa menunjukkan perubahan perilaku ketika diberi punishment dan
reinforcement

2 Teori sosial 1) Mahasiswa belajar dengan mengamati dan mencontoh


kognitif 2) Ada pengasuh asrama sebagai role model
3) Interaksi antar penghuni asrama memengaruhi perilaku mahasiswa
4) Lingkungan/teman berpengaruh dalam perilaku mahasiswa
5) Mahasiswa mempunyai pengaturan belajar sendiri walaupun ada peraturan jam belajar

3 Teori 1) Pengasuh asrama memfasilitasi mahasiswa selama di asrama mengenai fasilitas,


konstruktivisme kegiatan dan etika tetapi tidak dalam belajar
2) Interaksi dan kerjasama antar mahasiswa dalam kegiatan kampus dan belajar selama di
asrama
3) Ada pembelajaran sesuai dengan konteks ilmu keperawatan (misalnya asuhan
keperawatan), sikap (peduli, disiplin, tanggung jawab, sopan santun)

melaksanakan kerja bakti kebersihan asrama, “…iya disini kadang tu kamu tuh di asrama
rolling kamar, pendataan fasilitas asrama yang tapi ga pernah ngobrol sama mbak-mbaknya
rusak/ perlu diganti, senam pagi, dan ketika tetapi mbak-mbaknya malah peduli jadi enak
mahasiswa mengalami masalah dalam kegiatan rasanya mereka tu malah nganggep kita
kampus. Pengasuh asrama juga berkoordinasi kayak temennya gitu lho bu seiring ber-
dengan pihak lain yang terkait, selain dengan jalannya waktu saya mulai akrab dengan
mahasiswa. Mahasiswa tidak segan untuk me- mbak-mbaknya terus saya juga diajarin ini
minta pendapat dari pengasuh asrama. lho perjuangannya kalau kita mau kegiatan ya
ini perjuangannya ini lho kepanitiannya.”
Pengasuh asrama juga memberi pengarahan
tentang etika masuk kamar, menyapa ketika “... sosialisasi dengan teman sekarang
bertemu, berpenampilan sopan dan rapi, men- meningkat lagi karena baru sama adik-
jaga sopan santun, memiliki rasa sosial yang adiknya. mereka mbok kamu gini tapi
tinggi, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mereka juga nglakuin.”
mengikuti kegiatan kampus dan menjaga fa-
silitas asrama dan kampus. Mahasiswa juga berbagi tentang pengetahuan,
baik pengetahuan dalam konteks ilmu kepera-
Interaksi dan kerjasama antar mahasiswa juga watan atau pengetahuan dan keterampilan lain-
terlihat ketika mahasiswa menyiapkan kegiatan nya, misalnya penyusunan tugas akhir, atau
kampus, mengerjakan tugas berkelompok se- aplikasi komputer. Mahasiswa pun belajar dari
hingga jika ada kesulitan mahasiswa bisa ber- tugas perkuliahan yang telah dilakukan dan
diskusi, kegiatan olahraga di sore hari setelah pengalaman dari kakak kelas.
perkuliahan, dan seni musik. Kakak kelas juga
memfasilitasi adik kelas dalam kehidupan as- “..mereka kadang saya tanya tentang pe-
rama seperti yang dinyatakan oleh mahasiswa lajaran mereka langsung kasih tau kalau
sebagai berikut: minta contoh tugas/ askep kok ga dari
Hidayati, et al., Aplikasi Teori Belajar Berkaitan dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa 5

kemarin disini satu minggu dua minggu tu dilakukan. Sanksi terhadap pelanggaran yang
ternyata mbak-mbaknya baik-baik.” dilakukan mahasiswa berupa teguran lisan dan
nasehat, misalnya mahasiswa melaksanakan
Mahasiswa lebih rajin dan semangat dalam piket kebersihan ketika diingatkan, mahasiswa
belajar di asrama karena pengaruh lingkungan jadi lebih ramah kepada yang lain ketika diberi
asrama, yaitu pengaruh teman, adanya fasilitas, nasehat. Hal ini didukung Dewantara (2013)
motivasi dari teman dan kakak kelas, dan ada- yang menyatakan bahwa dalam sebuah pen-
nya persaingan antar penghuni asrama dan ma- didikan tidak menggunakan paksaan, tidak juga
hasiswa bisa berdiskusi baik dengan teman dengan pembiaran, tetapi perlu memperhatikan
maupun dari kakak kelas. Secara umum, apli- perilaku siswa agar sesuai. Salah satu peralatan
kasi teori belajar di asrama digambarkan dalam pendidikan berupa perintah, paksaan dan hu-
Tabel 2. kuman, tetapi banyak yang tidak setuju dengan
metode tersebut.
Pembahasan
Dalam operant conditioning perilaku dapat
Penggunaan aturan merupakan salah satu hal "dibentuk" (shaping) melalui penggunaan re-
yang penting dalam mendukung proses keman- inforcement yang tepat. Skinner menjelaskan
dirian, terutama dalam menentukan yang benar bahwa reinforcement adalah elemen kunci dalam
dan yang salah (Benson & Grove, 1998). Pe- teori operant conditioning, yang dapat meng-
nerapan teori behaviorisme di asrama AKPER akibatkan perilaku tersebut berulang kembali
Pemprov Jateng yaitu adanya peraturan yang atau menghilang sesuai keinginan (Ormrod,
wajib dipatuhi oleh mahasiswa yang tinggal di 2012). Dalam penelitian ini, mahasiswa juga
asrama sesuai dengan buku panduan akademik. memperlihatkan perilaku yang lebih baik ketika
Hal ini didukung penelitian Saomah (2006) diberikan pujian. Pemberian reinforcement ini
menunjukkan bahwa pada awalnya bentuk ke- mengubah perilaku mahasiswa menjadi tidak
patuhan itu karena dikontrol oleh pembina as- melanggar atau menunjukkan perilaku yang
rama. Namun, seiring dengan lamanya waktu lebih baik, misalnya dengan bertegur sapa jika
tinggal di asrama serta kematangan remaja itu bertemu mahasiswa lain, kembali ke asrama
sendiri, proses kepatuhan itu berkembang men- tepat waktu, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai
jadi sesuatu yang diputuskan dan dikontrol oleh dengan penelitian Mendari (tahun) yang bahwa
diri sendiri sehingga siswa bisa menjadi mandiri. konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan
prinsip bahwa memperoleh reinforcement/pe-
Dalam proses operant conditioning, ada yang nguatan dibandingkan dengan perilaku yang
disebut dengan punishment/ hukuman, yaitu tidak mendapat penguatan atau perilaku yang
stimulus yang jika diberikan pada suatu respon terkena hukuman (punishment). Pemberian re-
akan menurunkan kemungkinan respon tersebut inforcement dapat disimpulkan lebih efektif ter-
muncul kembali (Ormrod, 2012). Dari hasil hadap perubahan perilaku dibandingkan dengan
observasi didapatkan terdapat pelanggaran ter- punishment (Mendari, 2010).
hadap peraturan tersebut seperti peraturan makan,
peraturan meninggalkan asrama, piket asrama, Seorang role model mempunyai kompetensi
dan peraturan belajar. Pelanggaran yang dilaku- sebagai seorang perawat. Model mempunyai
kan mahasiswa termasuk dalam kategori ringan juga mempunyai kebanggan dan kekuatan, dan
sampai sedang. Pelanggaran-pelanggaran yang berperilaku sesuai dengan gender dan relevan
dilakukan mahasiswa di asrama putra dan putri dengan situasi pembelajar (Ormrod, 2012).
kurang terkontrol baik oleh lurah asrama mau- Role model di asrama putri pengasuh asrama
pun pengasuh asrama. Pelanggaran tersebut putri yang juga merupakan seorang perawat
cenderung ada pembiaran atau tidak adanya yang pernah mempunyai pengalaman tinggal di
sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang asrama. Kondisi ini kurang sejalan dengan hasil
6 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal XX-XX

penelitian Qodir (2004) di pondok pesantren. malam, tetapi sedikit mahasiswa yang me-
Tokoh sentral yang menjadi teladan atau role manfaatkan jam belajar tersebut karena maha-
model diasrama putera di pondok pesantren siswa belajar di waktu lain misalnya malam
adalah Kyai. hari, dini hari atau pagi hari. Pemanfaatan jam
belajar digunakan untuk mengerjakan tugas
Individu belajar dengan cara mengamati. Cara secara berkelompok. Mahasiswa jarang me-
ini merupakan perwujudan dari pendidikan manfaatkan jam belajar tersebut karena pada
dengan cara memberikan contoh perilaku bagi jam tersebut suasana asrama ramai sehingga
siswa (Ormrod, 2008). Hal ini sesuai dengan kurang kondusif untuk belajar. Dengan kondisi
hasil penelitian ini. Pengasuh asrama mem- asrama tersebut, mahasiswa mempunyai peng-
berikan contoh berupa tindakan nyata kepada aturan belajar sendiri di luar jam belajarnya.
mahasiswa, dengan cara melaksanakan kerja Mahasiswa jarang memanfaatkan perpustakaan
bakti kebersihan, kegiatan keagamaan, dan karena mahasiswa kurang menyukai belajar
senam pagi. dari buku tetapi lebih menyukai belajar dari
internet. Perlu penjelasan tambahan krn saat ini
Social Cognitive Theory (SCT) menggambar- metode pembelajaran online telah diterapkan
kan perilaku dan fungsi manusia sebagai hasil dalam proses pembelajaran SCL. Hal ini juga
dari kedinamisan hubungan antar individu, sesuai dengan penelitian Afifah (2007) yang
tindakan individu dan lingkungannya, yang memperlihatkan bahwa semua responden meng-
disebut dengan triadic reciprocal causation akses internet untuk kegiatan pembelajaran.
(Bandura, 2004; Ormrod, 2008, 2009). Dalam
penelitian ini, interaksi antara mahasiswa dengan Aplikasi Teori Konstruktivisme. Menurut
mahasiswa lain juga memengaruhi mahasiswa surat tugas pengasuh asrama, pengasuh asrama
dalam berperilaku baik dalam hal positif mau- mempunyai tugas memfasilitasi kegiatan di
pun negatif, misalnya mahasiswa belajar ketika asrama, membantu dan mendukung kelancaran
melihat mahasiswa lain belajar. Mahasiswa me- pembelajaran di asrama. Hasil penelitian me-
nyatakan peran lingkungan dan teman sangat nunjukkan pengasuh asrama mempunyai peran
berpengaruh terhadap dirinya dalam perilaku memfasilitasi mahasiswa selama di asrama,
belajar di asrama. Mahasiswa lebih rajin dan yaitu selama mahasiswa praktik klinik, peng-
semangat dalam belajar di asrama karena ada- asuh asrama mempunyai jadwal praktik se-
nya pengaruh lingkungan, yaitu lingkungan hingga mudah mengontrol dan mengkoordinasi
asrama, pengaruh teman, adanya fasilitas, moti- mengenai jam keluar masuk asrama dan makan.
vasi dari teman dan kakak kelas, dan adanya Pengasuh asrama juga memfasilitasi kegiatan di
persaingan antar penghuni asrama. Hal ini se- asrama seperti kegiatan ramadhan, melaksana-
suai dengan pernyataan Soekanto (2005), yang kan kerja bakti kebersihan asrama, kegiatan
menyatakan bahwa faktor-faktor yang meme- keagamaan, rolling kamar, pendataan fasilitas
ngaruhi interaksi sosial adalah imitasi, iden- asrama yang rusak/perlu diganti, menyediakan
tifikasi, sugesti dan simpati. fasilitas obat-obatan Pertolongan Pertama Pasa
Kecelakaan (P3K), senam pagi dan ketika
Menurut Bandura, individu mempunyai ke- mahasiswa mengalami masalah dalam kegiatan
mampuan dasar self regulatory yang merupa- kampus. Hal ini sesuai dengan penelitian Yue,
kan pusat dari pengembangan individu. Banyak et al. (2012) yang menyatakan bahwa tanggung
tindakan individu diatur oleh standar internal jawab pengelola asrama adalah manajemen
dan tindakan evaluatif dari tindakan yang di- asrama, keamanan siswa, logistik, serta kese-
lakukan (Ormrod, 2009). Dalam penelitian ini, hatan fisik dan psikologis. Pengelola juga mem-
perilaku belajar mahasiswa terlihat ketika sedang perhatikan siswa setelah pembelajaran di kelas
mengerjakan tugas bersama-sama. Waktu yang selesai, melatih cara berdisiplin dan komuni-
dijadwalkan adalah pukul 19.30 – 21.30 setiap kasi efektif dengan siswa lain, serta menerapkan
Hidayati, et al., Aplikasi Teori Belajar Berkaitan dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa 7

pola tidur yang baik dan perilaku sehat dan akhir, komputer, tugas dan pengalaman kakak
mengenali penyakit siswa yang umum terjadi. kelas. Mahasiswa juga belajar berperilaku yang
sesuai dengan perawat seperti kedisiplinan,
Pengasuh asrama juga bekerjasama dan be- komunikasi, interaksi dan peduli dengan orang
kerjasama dengan mahasiswa dalam menyiap- lain, bertanggungjawab terhadap diri dan ling-
kan kegiatan Ramadhan, melaksanakan kerja kungannya. Hal ini sesuai dengan penelitian
bakti kebersihan asrama, kegiatan keagamaan, Yue, et al. (2012) yang menyatakan bahwa
rolling kamar, pendataan fasilitas asrama yang tanggung jawab pegelola asrama adalah mem-
rusak/perlu diganti, senam pagi dan ketika perhatikan siswa setelah pembelajaran di kelas
mahasiswa mengalami masalah dalam kegiatan selesai, melatih cara berdisiplin dan komuni-
kampus, pengasuh asrama juga bisa langsung kasi efektif dengan siswa lain.
berkoordinasi dan mahasiswa meminta pen-
dapat dari pengasuh asrama. Steinberg menyatakan beberapa alasan yang
mendukung pencapaian prestasi yang lebih baik
Interaksi dan kolaborasi antar mahasiswa juga dari remaja yang mandiri itu antara lain:
terlihat ketika mahasiswa menyiapkan kegiatan memiliki motivasi intrinsik yang lebih tinggi
kampus secara bersama-sama, mengerjakan dalam belajar, mampu menggunakan sumber-
tugas berkelompok, sehingga jika ada kesulitan sumber pribadi dan sumber yang diberikan dari
mahasiswa bisa berdiskusi, kegiatan olahraga institusi tempat belajar secara lebih baik, mam-
di sore hari setelah perkuliahan, dan seni musik. pu melaksanakan pembelajaran mereka dalam
Mahasiswa lebih rajin dan semangat dalam suatu cara yang independent (Mendari, 2010).
belajar di asrama karena pengaruh lingkungan Mahasiswa yang tinggal di asrama mahasiswa
asrama, yaitu pengaruh teman, adanya fasilitas, AKPER Pemprov Jawa Tengah telah dibekali
motivasi dari teman dan kakak kelas, dan aturan tentang jam belajar, tetapi mahasiswa
adanya persaingan antar penghuni asrama dan kurang memanfaatkan kesempatan ini karena
mahasiswa bisa berdiskusi baik dengan teman mahasiswa mempunyai pengaturan sendiri. Hal
maupun dari kakak kelas. Salah satu prinsip ini sesuai dengan teori sosial kognitif yang
teori konstruktivisme adalah adanya interaksi menyatakan bahwa individu mempunyai ke-
sosial yang berperan penting dalam pengem- mampuan dasar self regulatory yang merupa-
bangan pemahaman mahasiswa. Pembelajaran kan pusat dari pengembangan individu. Banyak
efektif dengan bekerjasama dengan yang lain tindakan individu diatur oleh standar internal
pada saat menyelesaikan tugas yang tidak dan tindakan evaluatif dari tindakan yang
dikerjakan sendiri (Cantilon & Wood, 2010). dilakukan (Ormrod, 2009).
Interaksi sosial di asrama terlihat pada saat
mahasiswa berkumpul menonton televisi, se- Kesimpulan
kedar berkunjung di kamar, meminjam barang,
meminjam buku, tugas, dan lain sebagainya. Teori belajar yang dominan dan mendukung
Hal ini sesuai dengan Soekanto yang menyata- kemandirian belajar mahasiswa di asrama adalah
kan interaksi sosial terjadi jika ada 2 syarat, teori sosial kognitif. Bagi sekolah berasrama
yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi disarankan menyediakan pengasuh asrama se-
sosial (Soekanto, 2005). bagai role model dan fasilitator kehidupan di
asrama untuk mendukung pembelajaran. Progam
Belajar sesuai konteks mendukung kemampuan mentoring dari kakak kelas dapat dilakukan
pembelajar untuk digunakan pada masa yang untuk mempercepat adaptasi mahasiswa baru,
akan datang (Dornan, et al., 2011). Dalam menetralisir adanya senioritas serta kontrol
penelitian ini, mahasiswa juga berbagi tentang perilaku mahasiswa. Untuk mendukung proses
ilmu baik dalam konteks ilmu keperawatan pembelajaran di asrama, perlu dukungan ling-
maupun ilmu lain misalnya penyusunan tugas kungan yang kondusif. Oleh karena itu, di-
8 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal XX-XX

perlukan manajemen yang mampu menjaga Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan.
komitmen seluruh staf yang terlibat (SR, AYN, Jakarta: Rineka Cipta.
INR).
Ormrod, J.E. (2008). Psikologi pendidikan,
membantu siswa tumbuh dan berkembang
(Jilid 1, Edisi 6). Jakarta: Erlangga.
Referensi
Ormrod, J.E. (2009). Psikologi pendidikan, mem-
Afifah, E. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan bantu siswa tumbuh dan berkembang. Jilid 2.
dengan pemanfaatan internet sebagai sarana Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
pencarian informasi pembelajaran pada
mahasiswa keperawatan. Jurnal Keperawatan Ormrod, J.E. (2012). Human learning (6th Ed.) One
Indonesia, 11 (2), 41–46. Lake Street, Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson Education Inc.
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I.N. (2014). Metodologi
penelitian kualitatif dalam riset keperawatan. Qodir, A. (2004). Pembaharuan sistem pendidikan
Jakarta: Raja Grafindo. pesantren dalam pembentukan kemandirian
santri. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat,
Bandura, A. (2004). Health promotion by social 1 (1), 55–72.
cognitive means. Health Educational Behavior,
31, 143–164. Saomah, A. (2006). Hubungan antara gaya peng-
asuhan orangtua authoritative, authoritari-
Benson, N.C., & Grove, S. (1998). Psychology for an, indulgent, dan indifferent dengan ke-
Beginners. Crambidge: Icon Books Ltd. mandirian siswa (Tesis, Tidak dipublikasi).
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran,
Cantilon, P., & Wood, D. (2010). ABC of learning Bandung.
and teaching in medicine (2nd Ed.). London:
Wiley-Blackwell. Shephard, K. (2008). Higher education for
sustainability: seeking affective learning
Dewantara, K.H. (2013). Karya Ki Hadjar Dewantara outcomes. International Journal of
bagian pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Sustainability in Higher Education, 9 (1), 87–
Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 98.

Downey, A. (2012). Formal and informal learning Soekanto, S. (2005). Sosiologi suatu pengantar.
environments. University of North Texas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mendari, AS. (2010). Aplikasi teori hierarki Yue, A., Shi, Y., Chang, F., Yang, C., Wang, H., Yi,
kebutuhan Maslow dalam meningkatkan H., et al. (2012). Dormitory management and
motivasi belajar mahasiswa. Widya warta, 1 boarding students in china’s rural
(34), 82–91. elementary schools. Rural Education Action
Project. Diperoleh dari http://fsi.stanford.edu/

Anda mungkin juga menyukai