BAB I
PENDAHULUAN
huruf atau aksara Mandarin bukanlah seperti huruf alphabet yang terdapat dalam
Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Inggris. Dan juga tata bahasa dalam Bahasa
Mandarin juga sangat berbeda dari tata bahasa dalam Bahasa Indonesia atau
pembelajar perlu melakukan upaya yang lebih keras agar dapat menguasai Bahasa
Mandarin.
Slameto dalam Anandita (2011) mengatakan bahwa, Gaya belajar yang
kurang baik dapat menyebabkan banyak siswa yang pandai mendapatkan nilai
yang lebih buruk daripada siswa yang kurang pandai karena mereka memiliki
gaya belajar yang baik. Dan Tanta (2010: 9) mengatakan,Dengan mengenal gaya
belajar sendiri tidak akan membuat seseorang menjadi lebih pintar, tetapi
mengenal gaya belajar orang lain dapat membuat diri sendiri menentukan gaya
oleh guru. Dengan gaya belajar yang sesuai dengan siswa dan metode
pembelajaran guru yang tepat di depan kelas dapat mempengaruhi siswa untuk
lebih bersemangat belajar di kelas. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari
(Dalyono, 2010)
2
Idealnya, karena sejumlah siswa dengan gaya belajar yang berbeda, maka
gaya mengajar, bahan ajar pun seharusnya bervariasi. Teknik mengajar, alat
peraga, dan latihan perlu disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Kurangnya
pengetahuan tentang gaya belajar pun merupakan salah satu dari banyak kendala
yang dihadapi oleh peserta didik maupun pendidik dalam proses belajar mengajar.
Gaya belajar yang kurang tepat dikhawatirkan akan mempersulit siswa menyerap,
menerima, mengatur, dan mengolah materi pelajaran yang diberikan serta akan
memakan banyak waktu. Jika sesorang dapat mengenali gaya belajarnya, maka
secara otomatis orang tersebut dapat mengelola pada kondisi apa, di mana, kapan,
(Dalyono, 2010)
Rose dan Nicholl (2006) dalam bukunya Accelerated Learning for The
belajar melalui melihat sesuatu; (2) AUDITORI, yakni belajar melalui mendengar
sesuatu, dan (3) KINESTETIK, yakni belajar melalui aktivitas fisik dan
keterlibatan langsung. Menurut Meier (2002) berbagai macam gaya belajar pada
dasarnya dimiliki setiap siswa dalam menyerap suatu materi. Akan tetapi, pada
sebagian orang, ketajaman visual lebih menonjol dibandingkan dengan indera lain
karena di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memroses visual
daripada semua indera lain. Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat salah satu pakar
yang paling penting dalam pendidikan. Visual merupakan suatu bagian dari
metode dan cara pengajaran yang sangat penting. Sejalan dengan D.G.Treichler,
melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaanya kurang
lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang (visual), dan
dengan indera lainnya. Berdasarkan temuan di atas, gaya belajar visuallah yang
peran gaya belajar visual dalam keberhasilan siswa serta keterbatasan pemahaman
dengan gaya belajar visual cenderung memiliki hasil belajar yang lebih tinggi
DIPONEGORO KISARAN.
dengan hasil belajar bahasa Mandarin siswa SMP kelas VIII SMP Swasta
Diponegoro Kisaran.
manfaat praktis.
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah bahwa:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penguatan atau
pembuktian bagi pembaca akan kebenaran teori yang sudah ada tentang gaya
masalah yang akan dibahas agar tujuan dari penelitian dapat dicapai dengan baik.
Peneliti hanya akan meneliti tentang gaya belajar visual siswa guna mengetahui
itu, peneliti juga membatasi subjek penelitian yaitu hanya siswa SMP kelas VIII
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dengan kata lain, tidak mungkin suatu penelitian dapat dilakukan dengan baik
yang biasa dikenal dengan mengkaji bahan pustaka atau biasa disingkat dengan
digunakan tidak cukup banyak. Karena itu perlu dibaca terlebih dahulu sumber
sumber yang berkaitan dengan fenomena fenomena yang akan dikaji. Dengan
peneliti telah melakukan tugas kepustakaan guna mencari bahan teori yang
memuat keterangan tentang abstrak dari variabel yang sesuai dengan masalah
2.2. Belajar
Dalam subab ini, penulis akan mengkaji secara terperinci tentang
tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada
diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang
insidental.
yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut
laten.
i. Belajar Mental (Mental Learning)
Perubahan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata
lain.
j. Belajar Produktif (Productive Learning)
R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai
ke situasi lain.
k. Belajar Verbal (Verbal Learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan
yaitu:
3. Faktor kelelahan
tugas rumah.
(perceptual modality).
a. Keteraturan Belajar
pelajaran yang baru diberikan guru pada hari itu hendaknya langsung
dibaca pada hari itu juga sehingga benar benar dapat dipahami.
b. Disiplin
Dengan disiplin yang baik dalam usaha belajar dan menepati apa
c. Konsentrasi
d. Pengaturan Waktu
memuaskan.
belajar, yaitu:
atau belajar di alam atau sambil bermain. Perlu juga secara berkala
permainan sederhana.
kurang segar.
siswa.
Orang yang memiliki gaya belajar ini akan cenderung menerima semua
adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan
dengan melihat gambar, diagram, peta, poster, grafik, data teks, seperti
Menurut Bobbi de Porter & Mike Hernacki yang dikutip oleh Sukadi,
berdasarkan arti katanya, gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara
terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata
adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus
(rangsangan) belajar.
Menurut Sriwati Bukit (2015: 86), Gaya belajar visual adalah belajar
melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita suka
maka peneliti menarik kesimpulan bahwa gaya belajar visual adalah gaya
Adapun beberapa ciri ciri gaya belajar visual menurut Sriwati Bukit
Ciri lain yang dapat dikemukakan dari gaya belajar visual ini
mengajar,
bertindak,
d. Tak suka bicara di depan kelompok dan tak suka pula mendengarkan
g. Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa
terganggu.
(2015: 89 93) ada beberapa karakteristik dari gaya belajar visual, yaitu:
suka pamer,
detail,
kelas,
21
wajah,
cerita tentangnya.
akan atau sudah diteliti, atau merupakan ulasan terhadap teori teori yang
mengembangkan gaya belajar yang baik, karena dengan itu siswa akan lebih
disampaikan oleh guru. Siswa yang mempunyai gaya belajar yang baik dan
prestasi yang baik sehingga bila dihadapkan pada suatu persoalan tentang
materi pelajaran tersebut, siswa akan dapat memahami dan menjawab dengan
baik. Jadi, gaya belajar yang baik diterapkan siswa akan berpengaruh pada
variabel Y yaitu hasil belajar bahasa Mandarin siswa kelas VIII SMP Swasta
Diponegoro Kisaran.
2.6. Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian.
Adapun fungsi rancangan penelitian menurut Jusuf Soewadji (2012:
penelitian selanjutnya
b. Sebagai pedoman bagi peneliti untuk menetapkan langkah
mengatasinya
Terdapat 2 jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan penelitian
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui salah satu aspek dari
dalam penelitian.
Adapun yang ditetapkan sebagai populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Swasta Diponegoro Kisaran yang
terdiri dari 4 kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.
3.2.2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131), Sampel adalah
diambil, kemudian siswa yang memiliki gaya belajar visual dari kedua
26
kelas tersebut akan dijadikan sampel dari penelitian ini. Menurut Jusuf
peneliti.
a. Kuesioner (Angket)
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadi atau hal
data mengenai gaya belajar visual siswa kelas VIII SMP Swasta
negatif berupa kata kata yang dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:
b. Test
Menurut Arikunto (2010: 53), Test merupakan alat atau prosedur yang
guna memeroleh data mengenai hasil belajar bahasa Mandari siswa kelas
dinilai baik. Dalam penelitian ini, test yang diberikan berupa materi
28
pelajaran yang akan diambil dari buku Zhongxue Huawen dengan soal
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
1. Peneliti akan membagikan angket gaya belajar visual kepada siswa untuk
2. Setelah didapat siswa yang mempunyai gaya belajar visual, peneliti akan
3. Kemudian peneliti akan menguji validitas dan reliabilitas angket dan tes
ujian tersebut,
gaya belajar visual dengan hasil belajar bahasa Mandarin siswa kelas VIII
sendiri dan orang lain. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data
bantuan Microsoft Office Excel dan program SPSS untuk menganalisa data
responden sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang
dengan hasil belajar bahasa Mandarin siswa kelas VIII SMP Swasta
30
1. Karakteristik Data
fi . Xi
dengan rumus X ratarata= , Median (Nilai Tengah)
fi
1
p
dengan rumus Me = b+p ( 2 n ) , Modus (Nilai
f
b1
Terbanyak/Dominan) dengan rumus Mo = b+p ( b 1+ b 2 ) , dan
n . fi . Xi( fixi)2
n(n1) , adalah nilai statistik yang digunakan untuk
31
dekat titik data individu ke mean atau rata rata nilai sampel.
adalah sama.
r =
sebagai berikut:
33
2
n. Y
n . X ( X 2 ]
2
n . XY ( X ) ( Y )
rxy=
b. Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan tidak
Valid (Invalid).
hitung > r tabel maka instrumen dianggap valid dan apabila r hitung
atau isi pelajaran. Dengan kata lain untuk menguji validitas isi
[ ][ ]
2
k Si
ri= 1 2
k 1 St
reliabel.
36
(KR20).
adalah:
[ ][ ]
2
k St pq
r= 2
k1 St
reliabel.
2
n. Y
n . X ( X 2 ]
2
n . XY ( X ) ( Y )
rxy=
a. Korelasi Positif
Jika nilai koefisien korelasi adalah positif antara 0 dan 1, hal ini
b. Korelasi Negatif
39
Jika nilai koefisien korelasi adalah negatif antara 0 dan -1, hal ini
r n2
t=
(1r 2 )
Dimana : r = koefisien korelasi Pearsons Product Moment
n = jumlah sampel
t = nilai t hitung
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t
1. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan taraf
visual dengan hasil belajar bahasa Mandarin siswa kelas VIII SMP
2. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak dengan taraf
belajar visual dengan hasil belajar bahasa Mandarin siswa kelas VIII
Bukit, S. dan Istarani. 2015. Kecerdasan & Gaya Belajar. Medan: Larispa Indonesia.
Rose & Nicholl. 2006. Accelerated Learning for The Century 21 th Century Cara
Belajar Cepat Abad XXI. Jakarta: Nuansa.
41
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya (edisi revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Tanta. 2010. Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata
Kuliah Biologi Umum Program Studi Pendidikan Biologi Universitas
Cendrawasih. Jurnal Kependidikan Dasar Vol. 1 No. 1, Sepetember 2010.
42