Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS TENTANG SISWA YANG MELANGGAR TATA TERTIB

DI SMP NEGERI 7 PONTIANAK

Citra Ayu Ningtyas, Purwanti, Abas Yusuf


Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email: citra.oppo8899@gmail.com

Abstract
This study aims to reveal about the relief efforts that will be given to students in
SMP Negeri 7 Pontianak who often violate school rules. The method used is
descriptive in the form of survey. The conclusion of this research is that it is
known that the characteristic of case subject is in three consecutive three weeks
of not entering school without permission, almost every day incomplete using
school attribute, and colored hair, the subject of the case has been through the
process of guidance, parent / guardian the subject of the case has been through
a call. The cause factors are the follow-up of friends and the fear of a particular
lesson. The counseling model used to assist case subjects is the REBT and
Behavior counseling model. The result of the change is that the case subjects no
longer violate school rules. The researcher's suggestion is that case subjects are
expected to maintain and improve again the positive changes they have.

Keywords : Case study, Students, Code of Conduct

PENDAHULUAN anak muda harus beranjak dari


Meluasnya isu-isu terhadap perilaku ketergantungan menuju kemandirian,
di kalangan remaja seperti penggunaan otonomi, dan kematangan. Seseorang yang
obat-obat terlarang (narkoba), tawuran ada pada tahap ini akan bergerak dari
pelajar, pornografi dan lain-lain, sudah sebagai bagian suatu kelompok keluarga
menjadi masalah sosial yang sampai saat menuju menjadi bagian dari suatu
ini belum dapat diatasi secara tuntas. Anak kelompok teman sebaya dan hingga
usia remaja adalah mereka yang sedang akhirnya mampu berdiri sendiri sebagai
mengalami masa pertumbuhan dan seorang dewasa. Sekolah Menengah
perkembangan yang dahsyat dalam Pertama (SMP), adalah siswa yang rata-
hidupnya, dampaknya akan mempengaruhi rata berumur belasan tahun sedang
kehidupan, baik dalam lingkungan tempat mengalami suatu proses peralihan antara
tinggal (keluarga), masyarakat dan masa anak-anak dan remaja. Proses
sekolah. Menurut Mabey dan Sorensen peralihan ini menimbulkan berbagai
(dalam Kathryn dan David 2011: 5) kerawanan, sehingga diperlukan adanya
bahwa :Remaja sebagai sebuah tahapan suatu penanganan yang terpadu.
dalam kehidupan seseorang yang berada Perkembangan siswa yang negatif dapat
diantara tahap kanak-kanak dengan tahap diarahkan dengan bimbingan guru sebagai
dewasa. Periode ini adalah ketika seorang orang dewasa agar menghasilakan

1
perkembangan yang bermanfaat bagi tempat berlangsungnya proses belajar
dirinya sendiri, keluarga, bangsa, dan mengajar. Depdikbud ( dalam Hadianti,
negara. Sehingga generasi penerus bangsa 2008:8) mengatakan bahwa : “Tata tertib
dalam melewati masa remaja berjalan sekolah adalah aturan atau peraturan yang
dengan baik sesuai dengan tujuan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan
diharapkan. yang konsisten dari peraturan yang ada”.
Ketaatan anak dalam menjalankan tata Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
tertib sekolah merupakan suatu kesatuan tata tertib sekolah merupakan ketentuan
yang dapat mengakibatkan suatu atau peraturan yang di akui oleh lebih dari
pembentukan sikap dan kepribadian siswa dua orang yang saling berinteraksi di
itu sendiri. Oleh karena itu ketaatan dalam sekolah, di mana tingkah laku atau sikap
menjalankan tata tertib sekolah bagi siswa mereka banyak di pengaruhi oleh tata tertib
tersebut sangat penting. Tata tertib sekolah sekolah tersebut.
ini dimaksudkan sebagai rambu-rambu Di sekolah banyak sekali ditemui
bagi siswa dalam bersikap, berucap, komponen yang bisa menjadi sarana untuk
bertindak dan melaksanakan kegiatan- pembinaan kedisiplinan siswa. Salah satu
kegiatan sehari-hari di sekolah dalam komponen sekolah yang menjadi sarana
rangka menciptakan iklim dan kultur pembinaan kedisiplinan tersebut adalah
sekolah yang menunjang kegiatan tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah
pembelajaran yang efektif. sebagai rambu-rambu siswa dalam
Ada beberapa pandangan atau bersikap, berucap, bertindak dan
anggapan mengenai tata tertib. Menurut melaksanakan kegiatan sehari-hari di
Suwartinah ( dalam Nurhayati, 2011:16) sekolah dalam rangka menciptakan iklim
mengatakan bahwa : “Tata tertib sekolah dan kultur sekolah yang dapat menunjang
merupakan bentuk pedoman perilaku yang kegiatan pembelajaran yang efektif.
diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan Menurut Amin (2012: 61) menyebutkan
demi tercapainya tujuan pendidikan”. bahwa “Tata tertib sekolah adalah
Sedangkan Amin (2012:64) berpendapat ketentuan-ketentuan operasional di sekolah
bahwa : “Tata tertib sekolah merupakan yang diharapkan dapat mengatur dan
suatu ketentuan atau peraturan yang dapat mengendalikan serta merubah sikap
berlaku untuk satu orang, artinya dapat ataupun tingkah laku siswa-siswi dari
menuntun tingkah laku atau sikap pribadi sikap yang negatif menjadi sikap yang
siswa-siswa dan dapat pula berlaku untuk positif”.
semua anggota personil di sekolah, artinya Berdasarkan pra survei yang
dapat menuntun tingkah laku atau sikap dilakukan di Sekolah Menengah Pertama
siswa-siswa, guru-guru dan personil Negeri 7 Pontianak, ternyata masih
sekolah”. Mulyono ( dalam Hadianti, terdapat beberapa siswa yang melanggar
2008:2) menyatakan bahwa : “Tata tertib tata tertib sekolah seperti terlambat datang
adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat ke sekolah, berpakaian tidak rapi,
secara tertulis dan mengikat anggota menggunakan sepatu bercorak putih,
masyarakat”. memakai celana ketat, rambut berwarna,
Secara umum tata tertib sekolah dapat dan membawa hp ke sekolah. Kondisi ini
diartikan sebagai ikatan atau aturan yang adalah merupakan pelanggaran tata tertib.
harus dipatuhi oleh setiap warga sekolah Melihat fenomena diungkap peneliti

2
tertarik untuk melakukan penelitian dalam yang memusatkan perhatian pada suatu
bentuk skripsi dengan judul : “studi kasus kasus secara intensif dan mendetail, subjek
tentang siswa yang melanggar tata tertib yang diselidiki terdiri dari satu unit
sekolah pada kelas VIII Sekolah kesatuan unit yang dipandang sebagai
Menengah Pertama Negeri 7 Pontianak kasus dan subjek kasus dalam penelitian
tahun 2018” ini adalah peserta didik yang sering
melanggar tata tertib sekolah. Teknik
METODE PENELITIAN pengumpul data dalam penelitian ini
Penelitian ini menggambarkan data adalah teknik non tes yaitu wawancara,
sebagaimana adanya pada saat penelitian observasi, dokumentasi dan kunjungan
dilakukan, kemudian dianalisis dan rumah (home visit) menurut Sugiyono
diinterprestadikan. Oleh karna itu di dalam (2012:224). Dengan alat pengumpul
penelitian ini digunakan metode deskriptif. datanya yaitu panduan wawancara dengan
Hal ini sesuai dengan pendapat Subana dan teknik wawancara adalah cara
Sudrajat (2001: 89) mengatakan bahwa pengumpulan data yang mengharuskan
“Penelitian deskriptif menuturkan dan peneliti untuk mengadakan kontak secara
menafsirkan data yang berkenaan dngan langsung lisan atau tatap muka face to face
fakta, keadaan,variabel, dan fenomena dengan sumber data, baik dalam situasi
yang terjadi saat penelitian berlangsung yang sebenarnya maupun dengan situasi
dan menyajikan apa adanya”. Metode yang sengaja dibuat untuk keperluan
deskriptif metode penelitian yang tersebut ini senada dengan pendapat
bertujuan melukiskan fakta dan Abdurahman dan Muhidin (2011:89).
karakteristik populasi secara faktual dan Adapun pihak-pihak yang erat kaitannya
cermat. Berdasarkan pendapat di atas dapat dengan masalah penelitian ini, pihak-pihak
disimpulkan metode deskriptif adalah tersebut antara lain : (1) Subyek Kasus,
pemecahan masalah dengan menggunakan siswa yang sering melanggar tata tertib
cara-cara tertentu untuk dapat mengetahui sekolah SMP Negeri 7 Pontianak, guna
keadaaan atau kejadian suatu subjek mengetahui secara langsung informasi
berdasarkan fakta yang tampak tentang masalah yang dihadapinya. (2)
sebagaimana adanya pada saaat penelitian Orang Tua, Sebagai bagian orang yang
dilaksanakan. Digunakan metode deskriptif sangat dekat dan penting dari subjek kasus
ini dimaksud untuk memecahkan masalah guna untuk mendapatkan informasi tentang
berdasarkan fakta yang tampak latar belakang keluarga, informasi tersebut
sebagaimana adanya pada penelitian yang antara lain seperti, kondisi lingkungan
dilaksanakan. Masalah yang dimaksud rumah, bagaimana pola asuh orang tua, dan
adalah melanggar tata tertib sekolah di sikap kepada orang tua. (3) Teman Dekat,
kelas VIII SMP Negeri 7 Pontianak. sebagai teman belajar subyek kasus
Berdasarkan pendapat diatas, maka bentuk sekaligus teman bermain selama
penelitian yang digunakan memiliki absen dilingkungan sekolah, guna untuk
dan catatan kasus yang lebih banyak mendapatkan info tentang kegiatan subyek
dibandingkan peserta didik yang lain. kasus selama di sekolah, respon subyek
Dalam penelitian ini adalah penelitian kasus terhadap pelajaran dikelas dan
studi kasus (case Studies) , karena hubungan sosial subyek kasus terhadap
penelitian studi kasus adalah penelitian teman-temannya. (4) Guru Bimbingan dan

3
Konseling, guru BK di sekolah yaitu pengumpul data. Berdasarkan teknik
sebagai tempat untuk peserta didik berbagi pengumpul data ynag digunakan, alat
cerita dan permasalahanya serta yang pengumpul data yang sesuai dengan teknik
banyak mengetahui tentang perkembangan yang digunakan. Setiap penelitian
peserta didik baik perkembangan dalam disamping menggunakan metode yang
hal pribadi, belajar maupun sosialnya di tepat diperlukan pula alat pengumpul data
sekolah. Pedoman observasi adalah teknik dalam penelitian ini yaitu (1) Panduan
yang digunakan observer (peneliti) untuk wawancara, yaitu alat yang digunakan
mengumpulkan data tentang peserta didik dalam pengumpulan data menggunakan
(klien) melalui pengamatan dan pencatatan teknik wawancara dengan sumber data
secara sistematis terhadap objek yang seperti orang tua, teman sekelas, guru
diteliti terhadap gejala yang tampak pada bimbingan dan konseling dan juga pada
objek penelitian. Dokumentasi yang subjek kasus. Agar peneliti mendapatkan
dimaksud didalam penelitian ini adalah informasi yang mendukung mengenai
teknik mengimpun data agar peneliti dapat subjek kasus. (2) Pedoman observasi
memahami individu, mempelajari dan adalah alat pengupul data menggunakan
menganalisis melalui laporan subjek teknik observasi dimana peneliti dapat
penelitian menganalisis data dari melihat secara langsung bagaimana subjek
dokumen-dokumen, baik terlulis, gambar kasus selama berada dilingkungan sekolah.
ataupun elektronik, kunjungan rumah. (3) Dokumentasi merupakan alat
Teknik home visit , menurut Wibowo pengumpul data yang digunakan peneliti
(1984:67) mengatakan “Home visit atau dalam mengumpulkan data dengan
kunjungan rumah adalah suatu teknik mengumpulkan dokumen atau arsip
bimbingan dimana konselor atau guru mengenai subjek kasus yang membolos.
mengadakan kunjungan kerumah orang tua Seperti, absensis, buku kasus peserta didik
murid dengan tujuan lebih mengenal dan dan raport subjek kasus.
memahami lingkungan hidup murid dalam
keluarga dan keterangan-keterangan lain HASIL DAN PEMBAHASAN
tentang murid”. Senada dengan pendapat PENELITIAN
diatas Rahardjo dan Gudnanto (2013:224)
mengatakan “home visit atau kunjungan Hasil Penelitian
rumah adalah suatu metode untuk Berdasarkan hasil identifikasi masalah
memahami individu dengan cara konselor menggunakan alat pengumpul data
mengadakan kunjungan kerumah orang tua panduan wawancara dan pedoman
siswa dengan tujuan untuk mengenal dan observasi di dapatlah masalah khusus DH
memahami keadaan siswa dirumah. dan RS yaitu sering melanggar tata tertib
Berdasarkan pendapat diatas dapat sekolah dengan masalah umum yaitu ingin
disimpulkan home visit dimaksud disini terlihat keren (DH) dan ikut-ikutan teman
yaitu teknik atau metode yang dilakukan (RS). Adapun latar belakang masalah
konselor langsung kerumah untuk sebagai berikut : (DH) Internal, watak
mengenal dan memahami keadaan peserta subyek kasus yang tidak mau diatur dan
didik dirumah. (a) Alat Pengumpul Data, juga tidak mau mematuhi peraturan tata
Setiap penelitian disamping menggunakan tertib yang ditetapkan di sekolah, sikap
metode yang tepat diperlukan pula alat subyek kasus suka dengan apa yang telah

4
dilakukannya, minat subyek kasus yang memakai celana ketat, membolos dan
mana subyek kasus berfikir akan terlihat mewarnai rambut. (2) Faktor Eksternal
keren jika mengeluarkan baju, membolos, adalah keadaan yang berasal dari luar diri
memakai sepatu putih, memakai celana subyek kasus yang melanggar tata tertib
ketat dan mewarnai rambut. (RS) sekolah seperti mengeluarkan baju,
Eksternal, Kondisi subyek kasus disini memakai sepatu putih, memakai celana
yang mana subyek kasus mengikuti gaya ketat, mewarnai rambut adalah mengikuti
orang lain seperti mengeluarkan baju, dan trend dan membolos karena bangun
mewarnai rambut agar terlihat lebih keren kesiangan sehingga malas untuk pergi
dan membolos disebabkan karena subyek sekolah. (c) Prognosis, Setelah mengetahui
kasus yang takut akan pelajaran bahasa faktor-faktor penyebabnya maka
inggris terlebih lagi jika ada halafan atau direncanakanlah alternatif bantuan yang
PR. akan diberikan kepada subyek kasus secara
bertahap dan berlanjut untuk mengatasi
Pembahasan masalah melanggar tata tertib sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengatasi masalah subyek kasus,
mengetahui dan mencari tau faktor peneliti menggunakan pendekatan model
penyebab dari siswa yang sering konseling Rasional Emotif Behavior
melanggar tata tertib sekolah melalui Therapy. Di mana pada model konseling
beberapa tahapan yaitu : Subyek kasus I rasional behavior therapy menggunakan
(a) Indentifikasi masalah, Latar Belakang teknik Dispute tingkah laku terhadap
Keluarga Subyek kasus merupakan subyek subyek kasus. (d) Treatment, Setelah
kasus adalah anak kedua dari lima peneliti merencanakan beberapa alternatif
bersaudara, dari pasangan bapak AY dan bantuan yang akan diberikan oleh subyek
ibu SH. Ayahnya bekerja sebagai kasus, maka dilaksanakanlah alternatif
Karyawan Swasta dan Ibunya hanya ibu bantuan tersebut dengan tindakan sebagai
rumah tangga. subyek kasus hanya dekat berikut : (1) Pelaksanaan teknik Dispute
dengan ibu tirinya karena ayah subyek tingkah laku. Langkah yang harus
kasus yang sibuk bekerja. Jika subyek dilakukan oleh subyek kasus hanyalah
kasus mempunyai masalah ia tak segan membentuk tingkah laku barunya yang
untuk bercerita kepada ibu tirinya. (b) lebih baik. (e) Evaluasi, Untuk melihat
Diagnosis, Diagnosis merupakan langkah sejauh mana keberhasilan bantuan yang
penetapan masalah yang dialami oleh diberikan terhadap subyek kasus, maka
subyek kasus berdasarkan hasil peneliti melakukan evaluasi terhadap
pengamatan dan wawancara yang perilaku subyek kasus yaitu : (1)
diperoleh dari hasil identifikasi Wawancara dengan Wali Kelas,
sebelumnya, maka dapat disimpulkan Berdasarkan hasil evaluasi dengan wali
bahwa yang menjadi faktor penyebab kelas subyek kasus telah mengalami
subyek kasus yang sering melanggar tata perubahan yang baik. Yaitu sudah tidak
tertib sekolah adalah sebagai berikut : (1) lagi mengeluarkan baju, memakai sepatu
Faktor Internal adalah keadaan yang putih, memakai celana ketat, mewarnai
berasal dari diri subyek kasus yang rambut dan membolos lagi. (2) Wawancara
melanggar tata tertib sekolah seperti dengan Teman Subyek Kasus, berdasarkan
mengeluarkan baju, memakai sepatu putih, hasil evaluasi dengan teman subyek kasus,

5
subyek kasus sudah menunjukan tanda- langkah yaitu: Identifikasi kasus,
tanda perubahan yang positif dan subyek diagnosis, prognosis, treatment,evaluasi
kasus sudah berpenampilan rapi dari dan tindak lanjut. Diberikan layanan
sebelumnya dan sudah tidak membolos bantuan berupa treatment menggunakan
lagi. (3) Wawancara dengan Subyek model konseling yaitu rasional emotif
Kasus, berdasarkan hasil evaluasi dengan behavior therapy, teknik dari model
subyek kasus, diperoleh keterangan bahwa konseling REBT (Rasional Emotif
subyek kasus mulai berusaha untuk tidak Behavior Therapy). (4) Hasil penelitian
lagi melanggar tata tertib. (f) Tindak subyek kasus setelah diberikan bantuan,
Lanjut. Berdasarkan evaluasi tersebut subyek kasus mengalami perubahan
agar, diperoleh hasil yang optimal maka terutama dalam mentaati tata tertib
dilakukan tindakan bekerjasama dengan sekolah, seperti tidak lagi mengeluarkan
masing-masing individu yang terkait dan baju seragam, tidak memakai celana ketat,
diharapkan selanjutnya subyek kasus tetap tidak memakai sepatu putih, tidak
akan mempertahakan dan mengembangan membolos dan tidak lagi mewarnai rambut.
sikapnya yang sudah mampu mentaati Dan yang paling penting bahwa subyek
peraturan sekolah. kasus kini telah menyadari apa yang dia
lakukan sekarang jauh lebih baik dan
SIMPULAN DAN SARAN sangat bermanfaat untuk dirinya.

Simpulan Saran
Berdasarkan alternatif pemberian Berdasarkan kesimpulan bahwa upaya
bantuan yang telah diberikan pada subyek pengentasan permasalahan peserta didik
kasus yang merupakan siswa di SMP yang sering melanggar disarankan untuk
Negeri 7 Pontianak. Maka diperolehlah memberikan pengertian dan perhatian yang
hasil bahwa subyek kasus telah mengalami intensif dalam membimbing dan
perubahan yang baik. Subyek Kasus I (1) memperhatiakan perkembangan diri
Faktor Internal, Faktor internal subyek subyek kasus. Oleh sebab itu, maka perlu
kasus yang melanggar tata tertib sekolah kerja sama antar guru pembimbing, wali
seperti mengeluarkan baju, memakai kelas, guru mata pelajaran dan orang tua
sepatu putih, memakai celana ketat, subyek kasus. (1) Siswa harus meneruskan
membolos dan mewarnai rambut adalah upaya bimbingan sosial yang sudah
atas kemauannya sendiri. (2) Faktor diikutinya dan menghindari kebiasaan
Eksternal, Faktor eksternal subyek kasus melanggar tata tertib sekolah sesuai
yang melanggar tata tertib sekolah seperti dengan peraturan yang telah ditetapkan
mengeluarkan baju, memakai sepatu putih, dan memberikan akibat yang ditimbulkan
memakai celana ketat, mewarnai rambut dari kebiasaanya menurut tata tertib yang
adalah mengikuti trend dan membolos berlaku di sekolah. (2) Guru pembimbing
karena bangun kesiangan sehingga malas hendaknya memantau perkembangan
untuk pergi sekolah. (3) Bantuan yang hubungan sosial subyek kasus dan
diberikan kepada subyek kasus yang mengadakan kerja sama dengan wali kelas,
mengalami masalah sering melanggar tata guru mata pelajaran dan orang tua dalam
tertib sekolah dengan menganalisis upaya memberikan bimbingan sosial. (3)
menggunakan menggunakan enam Wali kelas dan guru mata pelajaran agar

6
memantau kegiatan subyek kasus terutama Jurnal Pendidikan Universitas Garut.
di dalam kelas, memonitor kemajuan Vol:2 No.1
belajar dan penyesuaian diri subyek kasus Nurhayati, Lilik. (2011). Studi Kasus
secara terus menerus. Tentang Siswa Yang Melanggar Tata
Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VII
DAFTAR RUJUKAN Sekolah Menengah Pertama Negeri
Abdurahman dan Muhidin. (2011). 12 Pontianak. Skripsi
Panduan Praktis Memahami Rahardjo, Sulisio dan Gudnanto. (2013).
Penelitian. Bandung: CV Pustaka Pemahaman Individu Teknik Nontes.
Setia Jakarta : PT. Kharisma Putra Utama
Amin, Maswardi Muhammad. (2012). Subana dan Sudrajat. (2011). Dasar-Dasar
Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Penelitian Ilmiah. Jakarta : PT. Bumi
Edisi Revisi. Jakarta: Baduose Media Aksara
Geldard Kathryn dan Geldard David. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
(2011). Konseling Remaja. Pendidikan. Bandung: PT Gramedia
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wibowo, Edi Mungin. (1984). Teknik
Hadianti, Leli Siti. (2008). Pengaruh Bimbingan dan Konseling. Semarang:
Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Intitut
Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa. Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai