Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

STUDI KASUS BIMBINGAN

Penulis
Nama
NPM

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDAR LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lembaga pendidikan formal tentu proses pembelajaran mengacu


pada tujuan dari pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan peserta
didiknya secara optimal dan mengubah perilaku peserta didik dari hal-hal yang
negatif menjadi positif. Setiap orang atau personil di sebuah sekolah hampir
semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar dengan baik
dan hasil dari belajar itulah yang mampu mengubah tingkah laku siswa
tersebut. Permasalahan yang terjadi di kalangan siswa di sekolah kerap terjadi,
seperti: membolos, perkelahian, pengeroyokan serta penganiayaan sesama
siswa. Oleh karena itu, dari segi permasalahan yang terjadi di sekolah ini perlu
adanya antisipasi untuk mengurangi permasalahan-permasalahan tersebut.
Untuk itu diharapkan kepada para personil sekolah atau yang berwenang dalam
sekolah agar dapat mengatasi atau memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi siswa di sekolah dengan harapan agar para siswa juga bisa terbentuk
kepribadian yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melaksanakan
studi kasus ini dengan maksud untuk mencari penyebab perilaku bermasalah
untuk membantu siswa memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.

B. Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus

Pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan dalam usaha untuk menguasai


pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan konseling
secara individual serta pembuatan laporan studi kasus. Dengan menjunjung
tinggi kode etik yang dipegang teguh oleh petugas bimbingan dalam
menjalankan tugasnya adalah menjaga kerahasiaan konseli terutama masalah-
masalah yang dihadapinya. Segala sesuatu yang dikemukakan oleh konseli
akan dirahasiakan oleh konselor. Dari wujud laporan ini sama sekali tidak
bermaksud membeberkan rahasia atau masalah konseli. Namun, jika dalam
uraian nanti terdapat kesamaan masalah yang didapati, kiranya hal demikian
dapat dianggap sebagai sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Segala data
atau informasi yang menyangkut pribadi konseli akan dijamin kerahasiaannya
dalam hal ini laporan studi kasus ini hanya akan diberikan kepada yang
berwenang saja atau pihak yang berwenang dalam laporan studi kasus ini.
C. Manfaat Studi Kasus

Pelaksanaan studi kasus merupakan persyaratan dalam mengikuti mata


kuliah Studi Kasus Bimbingan. Kegiatan studi kasus relatif sama dengan
kegiatan konseling yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan
kegiatan ini merupakan awal bagi calon konselor untuk memahami konseling
dan untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana konseling
sesungguhnya di lapangan. Pada studi kasus ini diperlukan berbagai macam
data, baik data pribadi maupun data tentang lingkungan (lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat) sebagai faktor yang turut mempengaruhi keberadaan
konseli. Meskipun data ini merupakan sesuatu yang bersifat rahasia bagi
konseli, namun tentunya tidak akan menimbulkan dampak negatif dan
merugikan si konseli. Sebaliknya, konseli justru memperoleh sesuatu yang
bersifat positif dan menguntungkan bagi dirinya guna memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya. Uuntuk menjaga kerahasiaan data tentang konseli,
maka penulis menuliskan inisial nama siswa dan kesediaan penulis untuk tidak
memberitahukan pada orang lain. Dalam pelaksanaan suatu program layanan
bimbingan dan konseling, maka setiap guru pembimbing atau konselor harus
memperhatikan dan menjalankan asas-asas yang ada dalam bimbingan
konseling, itu merupakan kode etik yan gharus diketahui dan berpegang teguh
pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu asas kerahasiaan. Oleh sebab itu
hasil dari laporan studi kasus ini yang mengenai semua data-data tentang
siswa memang secara sengaja tidak dicantumkan dengan jelas data siswa
tersebut. Hal ini bermaksud untuk menjamin kerahasiaan masalah yang dialami
oleh siswa yang bersangkutan. Informasi dan data-data mengenai konseli
dalam proses pemberian bantuan juga dirahasiakan dan apabila dalam
penyajiaan dari studi kasus ini terdapat kesamaan dengan identitas atau
masalah dengan orang lain hal itu hanya secara kebetulan saja.

D. Identifikasi Kasus

Dalam identifikasi kasus ini dimana yang teridentifikasi adalah salah


seorang siswa kelas XI IPS 2 SMA X, dengan menggunakan beberapa alat
pengumpul data yang diperlukan yaitu melalui daftar cek masalah, wawancara,
angket kebiasaan belajar dan alat pengumpul data lainnya. Siswa yang
dimaksud gambaran selanjutnya tentang konseli adalah sebagai berikut:

BIODATA SISWA
1. Nama Lengkap : YMP (Inisial)
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Agama : Islam
4. Umur : 17 Tahun
5. Cita-Cita : Guru
6. Hobi : Mendengarkan musik
7. Tinggi/Berat Badan : 120 cm/50 kg
8. Pendidikan : SMA X
9. Kelas : XI IPS 2
10. Tempat/Tgl Lahir : Kemuning, 24 Februari 2004
11. Suku : Jawa
12. Keterangan Keluarga
a) Ayah
Nama : ST
Agama : Islam
Umur : 50 Tahu
Pend. Terakhir : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
b) Ibu
Nama : FY
Agama : Islam
Umur : 45 Tahun
Pend. Terakhir : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
c) Saudara
Laki-Laki :–
Perempuan :1
13. Keterangan Tempat Tinggal
a) Tinggal Dengan : Orang Tua
b) Ke sekolah Dengan : Naik Motor
c) Jarak Rumah Dengan Sekolah : ± 1 KM
14. Keterangan Kesehatan
a) Penglihatan :–
b) Pendengaran :–
c) Penciuman :–
d) Penyakit yang Pernah Diderita : Typus
15. Keterangan Lainnya
a) Penampilan
 Ekspresi Wajah : Ceria, Jutek
 Kerapian : Rapi
 Suara : Lembut
b) Persentase Kehadiran : Hadir
c) Tipe Pergaulan : Kelompok
d) Kegiatan Di Luar Sekolah : –
e) Kehidupan Belajar di Rumah
 Jumlah Jam Belajar : 1 jam
 Sarana/Prasarana : Lengkap
E. Gambaran Secara Menyeluruh tentang Konseli

1) Physical Appearance (Penampilan Fisik)

Sesuai dengan hasil pengamatan terhadap si konseli ini YMP (Inisial) ini,
cara berbicaranya cukup sopan dan mudah di temani bercerita, cara
berjalannya Biasa saja dan tegak, serta penampilannya yang sopan,
perkembangan kesehatannya naik, keadaan tinggi badan sesuai dengan
berat badan yang stabil. Dilihat dari segi fisik, si konseli ini termasuk tipe
anak yang mudah bergaul.

2) Personal Appearance (Penampilan Pribadinya)

Dilihat dari kesehariannya, si konseli ini adalah anak yang Mudah sekali
bergaul dan mudah sekali mendapatkan teman didalam kelas maupun di
lingkungan sekolah. Namun biasanya dalam mengikuti pelajaran, si konseli
ini biasanya berpindah-pindah tempak duduk. Berdasarkan informasi yang
didapatkan dari temannya, si YMP (Inisial) ini sering menceritakan kejelekan
temannya sendiri ke orang lain sehingga membuat dia di benci temannya
yang ada dalam kelasnya sendiri.

Begitu pun hasil wawancara (interviu) terhadap salah satu teman dekatnya
yang berinisial AR yang mengatakan bahwa si YMP (Inisial) sering
menceritakan kejelekan temannya sendiri ke orang lain sehingga membuat
dia di benci temannya yang ada dalam kelasnya sendiri. Dan temannya juga
mengatakan bahwa hal itu terjadi karena pengaruh lingkungannya yang
sering bergaul dengan anak nakal yang ada didekat rumaghnya dan
mungkin karena kurangnnya perhatian dari orang tuanya terutama ayahnya
yang sangat sibuk.

F. Gambaran Umum Kasus

Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui pengumpulan data


seperti problem cheklist, angket kebiasaan siswa, checklist kebiasaan belajar,
Tes Who Am I dan Observasi. Adapun gambaran umum dari kasus konseli
sebagai berikut:
1) Konseli dalam proses belajar mengajar sering Pindah-pindah tempat dan
megobrol pada saat pelajaran berlangsun.
2) Konseli kurang mampu menyesuaikan dirinya dengan teman maupun
pelajaran.
3) Sering menceritakan kejelekan temannya sendiri.
4) Konseli sering bergaul dengan anak yang nakal.
5) Kurang komunikasi dengan ayahnya dirumah dan kurang diperhatikan oleh
orang tuanya.
G. Alasan memilih Kasus

1) Bagi Penulis
Berdasarkan gambaran umum kasus, maka penulis merasa perlu untuk
menangani siswa yang bersangkutan dengan persetujuan konselor sekolah
dengan menggunakan studi kasus dengan harapan agar:
 Penulis terampil dalam melaksanakan konseling secara individual
 Penulis terampil dalam menangani siswa yang bermasalah melalui teknik
studi kasus
2) Bagi Siswa
Dengan penanganan kasus, siswa yang bersangkutan diharapkan:
 Siswa tersebut dapat meningkatkan motivasi belajarnya
 Siswa tersebut dapat merubah sikapnya khsusunya dalam hal belajar
baik si rumah maupun di sekolah
 Siswa tersebut dapat lebih memahami dirinya serta masalah yang telah
dihadapinya.
3) Bagi Sekolah
Kegiatan ini dapat membantu siswa yang sedang megalami masalah
sehingga personil sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hasil
dari kegiatan ini dalam bentuk studi kasus yang berisi data siswa dapat
menjadi bahan dokumen yang siap digunakan bilamana dibutuhkan.
BAB II
TEKNIK PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

A. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan selama berlangsungnya


penelitian meliputi problem checklist, angket kebiasaan siswa, checklist
kebiasaan belajar, Tes Who Am I dan Observasi. Beberapa alat pengumpul
data tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Problem Cheklist
Problem Cheklist merupakan daftar cek masalah yang terdiri atas 330
masalah dan 11 aspek masalah, di antaranya:
a) Aspek kesehatan
b) Aspek keadaan penghidupan
c) Aspek rekreasi dan hoby
d) Aspek muda-mudi
e) Aspek kehidupan sosial dan organisasi
f) Aspek hubungan pribadi
g) Aspek agama dan moral
h) Aspek kehidupan keluarga
i) Aspek masa depan dan cita-cita
j) Aspek penyesuaian pada sekolah
k) Aspek penyesuaian kurikulum

2. Angket Kebiasaan Siswa


Angket kebiasaan belajar merupakan sejumlah item atau pertanyaan yang
yang harus dijawab oleh siswa yang dapat memberikan keterangan tentang
kebiasaan dan sikap belajar.

3. Cheklist Kebiasaan Belajar


Cheklist kebiasaan belajar adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan
tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga untuk mengungkap
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa yang terdiri atas 40 pertanyaan atau
pernyataan.

4. Tes Who Am I
Tes Who Am I adalah suatu alat pengumpul data yang berupa tes
kepribadian, yang dapat mengukur penyikapan seseorang terhadap Tes
Who Am I:
a) Konselor/guru pembimbing dapat mengetahui sebagian aspek
kepribadian siswa secara garis besarnya, baik kelebihan maupun
kekurangannya.
b) Konselor/guru pembimbing dapat menentukan alternatif-alternatif
layanan bimbingan dan konseling yang dapat menimbulkan kekuatan
yang ada pada diri siswa dapat mengatasi kelemahan-kelemahannya.
c) Konselor/guru pembimbing membantu siswa untuk dapat lebih mengenal
diri sendiri, sehingga mampu melakukan penyesuaian diri yang lebih baik
terhadap dirinya maaupun ligkungannya.

5. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan secara sengaja
terhadap tingkah laku kasus dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi adalah sebagai pelengkap dari metode-
metode lainnya. Hal in diketahui melalui pengamatan terahadap tingkah
lakunya di kelas dalam proses belajar mengajar dan diluar kelas.

B. Penyajian Data

Dalam upaya untuk memahami kasus ini secara detail dan akibat terhadap
diri konseli, maka penulis akan menyusun prosedur dan metode peyelidikan
dengan rancangan terkait yang disajikan melalui tahapan analisis, sintesis,
diagnosa dan prognosis. Dengan tahapan inilah diharapkan dapat memberikan
bantuan terhadap diri konseli dan bagaimana alternatif pemecahannya dari
masalah tersebut.
BAB III
PROSEDUR PEMILIHAN BANTUAN

A. Analisis

Berdasarkan hasil analisis dari daftar cek masalah dan skor angket yang
telah penulis olah datanya, maka konseli dikategorikan mengalami kebiasaan
belajar yang kurang baik, sehingga perlu dikembangkan metode belajar yang
efektif bagi siswa. Sedangkan dari tes who am I, konseli berada pada nilai 63/2
= 31.5 pada interval nilai 30,5-37. Jadi dapat disimpulkan bahwa konseli
berkepribadian optimis, agak menyenangkan dalam bergaul dan percaya pada
diri sendiri. Selanjutnya dari hasil observasi diperoleh informasi tentang aspek-
aspek perilaku yang ditunjukkan konseli, bahwa:

1) Sikap pada umumnya

Berpindah-pindah tempat, Sering jalan-jalan di kelas, Tak mau diam, Cara


duduk yang seenaknya, Memilih tempat yang menguntungkan, Sering
mengganggu ketertiban dikelas, Sering mengobrol waktu belajar, Selalu
bertanya pada guru, Tidak mau bekerja sama, Ingin banyak diperhatikan
guru

2) Perhatian terhadap pelajaran dan guru

Tidak pemperhatikan pelajaran, Tidak mencatat pelajaran, Mendengarkan


dengan sebelah telinga, Mempermaikan sesuatu pada saat pelajaran,
Mengerjakan tugas lain pada saat belajar, Tidak mau melihat guru dan
Bertanya yang bukan-bukan.

3) Cara merespon dan mengerjakan pekerjaan

Menyatakan sesuatu yang dibuat-buat, Susunan bahasa kurang baik, Selalu


mengganti pekerjaan, Bekerja tergesa-gesa, Sering kebingungan dan
Ceroboh dalam bekerja.

4) Alat pekerjaan dan pengunaannya

Tidak punya buku-buku, tidak punya alat-alat pelajaran, buku dan alat-alat
pelajaran tidak terurus, tidak ada persiapan alat-alat pelajaran, lebih senang
menggunakan alat-alat orang lain.
B. Sintesis

Sintesis merupakan kegiatan untuk menghubungkan data sehingga


tampak jelas hal-hal yang menjadi latar belakang adanya suatu masalah yang
dihadapi oleh konseli sebagaimana yang telah dipaparkan pada uraian
sebelumnya yakni pada tahapan-tahapan analisis.

1) Adapun faktor pendukung yaitu:


a) Konseli termasuk anak yang rajin kesekolah
b) Konseli berusaha terbuka dan berpartisipasi pada saat diskusi dikelas
2) Adapun faktor penghambat yaitu:
Konseli kurang komunikasi dengan orang tua dirumah dan guru
disekolahnya.konseli merasa bebas dalam bergaul denagan anak yang
nakal dilingkungannya sehinggaia sering bertengkar dengan siswa.

C. Diagnosis

Berdasarkan hasil sintesis di atas yang didapat dari berbagai macam-


macam tes psikologi, berikut ni dikaji diagnosis yang menyebabakan sehingga
konseli mengalami masalah belajar. Adapun uraian diagnosis berdasarkan data
yang telah dikumpul oleh penulis sebagai berikut:

Dengan melihat uraian pada analisis data dan sintesis, maka penulis dapa
menyimpulkan bahwa masalah yang dialami si YMP ini yang disebabkan oleh
faktor antara lain:
1) Kurangnya perhatian orang tua terhadap pergaulan anaknya
2) Orang tua klien sering bertengkar dan membuat mengalami kesulitan belajar
3) Sering menceritakan keburukan temannya
4) Adanya kesalahpahaman antara konseli dan temannya

D. Prognosis

Berdasarkan dari hasil diagnosis terhadap masalah-masalah yang


menyebabkan rendahnya tingkat belajar konseli berikut ini akan diuraikan
kemungkinan-kemungkinan pemberian bantuan. Pemberian bantuan ini
berdasarkan latar belakang penyebab masalah itu muncul. Kemungkinaan-
kemungkinan pemberian bantuannya sebagai berikut:

1) Memberikan bimbingan belajar berupa:


 Informasi cara belajar yang efektif
 Informasi tentang bagaimana mengatur waktu yang baik
 Informasi bagaimana menghadapi kesulitan belajar
2) Melaksanakan Konseling Realitas
Melaksanakan konseling Realitas yang memfokuskan pada apa yang di
lakukan konseli dan bagaimana mengarahkan mereka untuk mengevaluasi
apakah tingkah laku mereka merupakan tingkah laku yang bertanggung
jawab dan akan memberi identitas keberhasilan bagi konseli. Dimana
praktikum akan mengusahakan supaya YMP bisa menerima realita yang
ada di kelurganya. YMP diajak untuk mengkaji kembali mengapa selalu
timbul dalam pikirannya rasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya terutama
ayahnya. Setelah itu memberikan pandangan dan contoh-contoh kongkrit
tentang kerugian-kerugian yang akan ditimbulkannya dengan sikap seperti
itu. Selanjutnya meyakinkan YMP bahwa dia mampu melakukan dan
menghilangkan apa yang selama ini dipikirkannya dan belajar lebih
memahami orangtuanya dan mau memaafkan dan menuruti apa yang
diinginkan orang tua kepadanya.

3) Latihan Assertif
Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan tingkah
laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan,
atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif
adalah: (a) mendorong kemampuan konseli mengekspresikan berbagai hal
yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan
konseli dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau
memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong konseli untuk meningkatkan
kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk
memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
BAB IV
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN

A. Jenis Bantuan yang Diberikan

Usaha pemberian bantuan tidak begitu saja dilaksanakan tapi perlu


adanya perencanaan meskipun dalam pelaksanaanya tidak semua bantuan
yang diberikan dapat dengan baik karena dengan adanya kendala atau
rintangan yang akan menghambat. Adapun alternatif bantuan yang telah dipilih
oleh konseli adalah sebagai berikut:

1. Bantuan melalui Bimbingan:


 Informasi tentang penggunaan waktu belajar, bermain/pergaulan.
 Informasi tentang cara berkomunikasi dengan orang tua.
 Informasi tentang kedudukan orang tua dalam kehidupan.
2. Bantuan Melalui Konseling
Memberikan bantuan pada konseli melalui konseling Realitas yaitu
menempatkan pokok kepentingannya pada peran konseli dalam menilai
kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan kegagalan yang
dialaminya.

B. Pelaksanaan Layanan Bantuan

Setelah rencana bantuan ditetapkan maka selanjutnya diberikan bantuan


sebagai berikut:

1. Melalui Pemberian Bimbingan


Adanya informasi yang diberikan berupa:
 Bagaimana cara belajar yang efektif
 Mengatur waktu belajar
 Cara bergaul yang sehat
 Cara menghadapi pikiran-pikiran yang sering mengganggu.
 Kedudukan orang tua dan kewajiban sebagai anak.
2. Pemberian Konseling
Mengingat bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli lebih
kepada masalah pribadi dan belajar, sehingga praktikan mengambil inisiatif
untuk memberikan bantuan melalui teknik konseling Realitas yang
diharapkan konseli dapat berpikir mana yang baik dan bertanggung jawab
dalam menghadapi persoalan dan mampu menemukan jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapinya.
Adapun langkah-langkah dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
 Membangun hubungan pribadi dengan konseli YMP
 Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan dan perasaan YMP
 Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap
mengenai masalahnya
 Setelah mengetahui gambaran Berupaya menghilangkan keyakinan-
keyakinan yang kurang baik
 Mengakhiri hubungan pribadi dengan YMP.
3. Latihan Assertif
Menurut Alberti 1997 (Gunarsa, 2007: 216-217) prosedur dari latihan asertif
adalah sebagai berikut:
a) Latihan keterampilan, dimana perilaku verbal maupun nonverbal
diajarkan, dilatih dan diintegrasikan kedalam rangkaian perilakunya.
Teknik untuk melakukan hal ini adalah peniruan dengan contoh, umpan
balik secara sistematik, tugas pekerjaan rumah atau melalui permainan.
b) Mengurangi kecemasan, yang diperoleh secara langsung atau tidak
langsung.
c) Menstruktur kembali aspek kognitif, di mana nilai-nilai, kepercayaan,
sikap yang membatasi ekspresi diri pada konseli, diubah oleh
pemahaman dan hal-hal yang dicapai dari perilakunya.

C. Penilaian Hasil Layanan

Berdasarkan beberapa tahap yang dilakukan maka selanjutnya diadakan


follow up atau penilaian atau evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

1. Secara langsung, dilakukan oleh penulis dengan melakukan


pengamatan langsung kehidupan sehari-harinya di sekolah.
2. Secara tidak langsung, yaitu penulis memperoleh informasi dari orang-
orang yang ada disekitar konseli (orang tua, teman, sahabat dan guru).

Berdasarkan follow up dan penilaian yang diberikan, penulis telah melihat


perubahan-perubahan yang terjadi yang terangkum dalam 2 aspek berikut:

a) Aspek Keberhasilan:
1) Konseli dengan senang hati mendengar dan menerima setiap arahan
dan bimbingan dari kakak pembimbingnya.
2) Siswa mulai bergairah dan cukup antusias dalam mengikuti pelajaran
3) Konseli telah memahami permasalahannya dan berusaha untuk
memecahkannya secara mandiri.
4) Konseli telah mengetahui dan menerima segala kekurangan dan potensi
yang dimilikinya dan berusaha akan mengoptimalkan potensinya.
5) Konseli telah berjanji untuk berusaha dengan sungguh-sungguh
memperbaiki cara belajarnya.
6) Konseli sudah tidak mau lagi meninggalkan kelas pada saat jam
pelajaran.
7) Konseli telah berjanji untuk belajar menuruti kemauan orangtuanya.

b) Aspek Ketidakberhasilan
1) Pemberian bantuan yang diberikan belum mencapai taraf optimal karena
dibatasi waktu yang sangat terbatas sehingga tidak mencapai hasil yang
optimal pula.
2) Siswa belum mampu secara optimal melaksanakan semua saran dan
bimbingan yang diberikan sekaligus, sehingga butuh pengawasan dan
pemberian motivasi terus-menerus kepada anak/konseli tersebut.
BAB V
TINDAK LANJUT

Pencapaian hasil yang maksimal terhadap usaha bantuan dalam bentuk


pelimpahan dan tindak lanjut ini diperlukan untuk mengetahui dan mengikuti
perkembangan atas kemajuan konseli nantinya, maka dalam kegiatan ini
sangat diharapkan peranan dari pihak konselor dan orang tua siswa untuk
memberikan perhatian yang lebih intensif dan berkesinambungan kepada
konseli. Untuk itu penulis mengharapkan masing-masing kepada:

1. Guru pembimbing atau konselor di sekolah senantiasa memperhatikan


perkembangan konselinya khususnya pada saat konseli berada di
lingkungan sekolah, mengamati lebih lanjut, perkembangan kemajuan
bukan hanya perhatian pada pelajaran tetapi juga pergaulan siswa yang
bersangkutan.
2. Guru pembingbing dan orang tua konseli membina hubungan kerja sama
yang baik sehingga konselor akan lebih mudah memperoleh informasi
tentang konseli di rumah dan begitupun sebaliknya. Konselor dapat
memberikan informasi mengenai keadaan konseli di sekolah kepada
orangtuanya agar dapat mengetahui kondisi anaknya pada saat berada
di lingkungan sekolah.
3. Diharapkan kepada orang tua agar lebih memperhatikan keadaan
psikologis anaknya, dimana ketika ada masalah antara kedua org tuanya
supaya tidak di pelihatkan kepada konseli sahingga tidak mengganggu
proswes balajar konseli.
4. Konseli yang bersangkutan diharapka mulai terbuka dengan berbagai
permasalahan yang dihadapinya, antusias menyampaikan semua unek-
uneknya tanpa malu-malu, selalu bertekad memperbaiki sifatnya,
menyadari kekeliruan sikapnya terhadap orang tuanya dan berusaha
memperbaikinya dan mendapatkan masalah disarankan unutk
berkonsultasi dengan konselor atau wali kelasnya.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang dilaksanakan untuk


mengetahui penyebab siswa melakukan perilaku menyimpang dan cara
mendapatkan informasi dapat dilakukan dengan metode wawancara (interviu)
dan observasi tentang tingkah laku siswa. Adapun prosedur pemberian bantuan
yang diberikan kepada siswa, yaitu:
1. Memberikan bimbingan belajar
2. Melaksanakan Konseling Realitas
3. Latihan Assertif

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat penulis berikan kepada guru


pembimbing dan orang tua siswa, yaitu:
1. Kepada guru pembimbing yang ada di sekolah sebaiknya memperhatikan
perkembangan siswa baik dari segi pergaulan dan tingkah laku siswa saat
berada di lingkungan sekolah.
2. Kepada orang tua siswa sebaiknya memperhatikan pergaulan anaknya di
rumah dan menasehati anaknya serta menjalin hubungan komunikasi yang
baik dengan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. & Manrihu, T. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta:


Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik.

Daruma, A. Razak Dkk. 2002. Studi Kasus. Makassar: FIP Universitas Negeri
Makassar.

Prayitno, & Amti Erman. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai