Disusun Oleh
Ajeng Siti Sukmayannti
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
3.1 Kesimpulan....................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan
konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk
membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun
memecahkan permasalahan yang dialaminya. Bimbingan Konseling
merupakan kompenen dari sekolah yang sangat penting. Semua calon guru
maple wajib mempelajari Bimbingan Konseling karena guru maple adalah
guru yang sehari-hari berhadapan dengan siswa langsung. Guru maple adalah
guru pertama yang berhadapan dengan siswa dan mengetahui kondisi siswa di
kelas.
Dengan mempelajari Bimbingan konseling guru mapel diharapkan dapat
berkolaborasi dengan guru BK dalam menangani masalah pada siswa maupun
menyusun pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa. Dengan
mempelajari Bimbingan Konseling seorang guru dapat mmeposisikan diri dan
dapat mengetahui fungsi dari BK di sekolah. Hal ini juga mempermudah
seorang guru mata pelajaran saat menjadi wali kelas. Dengan mempelajari
bimbingan konseling seorang guru dapat memahami saat ia harus
menyerahkan suatu kasus ke ranah BK begitupula membantu BK dalam
mengangani kasus siswa. Guru mata pelajaran juga berkontribusi dalam
penanganan masalah peserta didik karena setiap harinya seorang guru mata
pelajaran akan sering bertemu dengan muridnya, jauh lebih sering daripada
guru BK. Guru mapel dan wali kelas berperan sangat besar terhadap
penanganan masalah siswa dan memotivasi siswa. Seorang Wali Kelas juga
harus belajar menangani masalah siswa khususnya siswa di kelasnya.
Olehkarena itu seorang guru mapel dan Wali Kelas wajib mempelajari
bimbingan konseling dan memahami prosedur penannganan kasus pada siswa.
1.2 Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui masalah pada siswa dan cara menanganinya.
2. Untuk mengetahui Langkah-langkah dalam penanganan masalah pada
siswa.
3. Untuk mengetahui prosedur penanganan masalah pada siswa.
1
1.3 Manfaat Observasi
1. Sebagai sumber belajar mahasiswa dalam mata kuliah Bimbingan
Konseling
2. Sebagai penambah pengetahuan penanganan kasus siswa di sekolah oleh
guru mata pelajaran.
3. Sebagai tambahan ilmu untuk masyarakat umum melalui prosedur
penanganan masalah pada siswa di sekolah
1.4 Ruang Lingkup
Dalam laporan studi kasusu ini memuat penanganan masalah sosial pada salah
seorang siswa. Masalah sosial meliputi masalah yang dialami siswa terhadap
lingkungan atau teman sebayanya di sekolah. Fokus dari laporan studi kasusu
ini adalah untuk menganalisis penganan kasusu seorang siswa yang
mempunyai masalah sosial, dari mulai identifikasi masalah, penyelesaian,
hingga follow up masalah.
2
BAB II
PELAKSANAAN
2.1 Studi Kasus
1. Identifikasi Masalah :
a) Identitas individu
Nama : Iham Hamara
Umur : 12 Tahun
Minat : Mempunyai Kreatifitas tinggi dalam membuat sesuatu
Motivasi : Motivasi belajar karena ingin menjadi teknisi
Kesehatan : Baik
b) Gejala yang Muncul Gejala yang muncul pada siswa tersebut adalah tiba-
tiba tidak mau sekolah dan menangis ketika dipaksa sekolah serta siswa
hanya mau berangkat sekolah jika ditunggu oleh ibunya. Siswa sering
tantrum ketika berada di sekolah. Siswa juga terus meminta pindah
sekolah tanpa alasan yang jelas. Saat tantrum siswa terlihat sangat depresi
dan tidak bisa diajak komunikasi sama sekali dan tidak takut apapun.
Siswa terlihat tidak berbaur dengan temantemannya di kelas dan hanya
memastikan ibunya masih ada dibelakang. Siswa merasa takut dengan
sekolah dan orang-orang yang ada di dalamnya.
2. Analisis
Pengumpulan data dilakukan dengan konseling pribadi dengan siswa dan
didampingi dengan orang tuanya. Pengumpulan data juga dilakukan dengan
wawancara wali kelas serta teman-teman sekelas siswa. Dalam konseling
digali data mengenai alasan siswa tidak nyaman untuk sekolah dan tiba-tiba
takut kesekolah. Melalui pengumpulan data didapatkan bahwa siswa tersebut
mempunyai kepribadian pemalu, rendah diri, dan takut dengan kakak
kelasnya.
Masalah yang dialami peserta didik ini adalah kesulitan beradaptasi di
kelas baru dan kesulitan dalam berteman. Siswa merasa takut ketika diolok-
olok dan diancam oleh kakak kelasnya, ditambah dengan sikap salah satu
gurunya yang sangat disiplin membuat luka tersediri, serta dia sering
berseteruh dengan temannya yang unggul di kelas. Masalah ini timbulk arena
siswa tersebut kesulitan beradaptasi dengan teman dan lingkungan barunya.
3
3. Treatment
Siswa tersebut bisa ditolong melalui Layanan di Bimbingan Konseling.
Semantara waktu layanan Konseling berkisar kurang lebih 3 bulan dan
dilaksanakan secepatnya. Saat layanan konseling pihak yang silibatkan adalah
siswa tersebut, orang tua siswa, wali kelas, dan guru disipin yang membuat
siswa takut. Treatmen yang akan digunakan untuk mengatasi masalah ini
adalah pemberian motib=vasi pada siswa, kolaborasi antara guru dan siswa.
Siswa ini mengalami ketidak percayaan diri di kelas yang terdiri dari siswa
yang pintar, solusinya adalah siswa dipindahkan ke kelas yang gradenya lebih
rendah untuk membentuk kepercayaan diri siswa. Guru yang bersikap terlalu
keras dan disiplin juga harus diberi pengertian agar tidak terlalu keras saat
melakukan pembelajaran. Sementara wali kelas akan terus mendorong siswa
terseubt agar mau berinteraksi dengan temannya dan mendapatkan Kembali
rasa percaya dirinya. Wali kelas harus membentuk lingkungan belajar yang
nyaman dan responsive saat di sekolah, sementara orang tua siswa harus terus
memberi motivasi pada siswa dan membuat lingkungan keluarga yang hangat
dan saling melindungi. Hal ini diharapkan membuat siswa mendapatkan
Kembali kepercayaannya terhadap lingkungannya dan akhirnya akan
berdampak pada perbaikan mental dan peningkatan kepercayaan diri. Siswa
tersebut juga harus terus dimotivasi bahwa dia adalah sosok yang hebat dan
pandai dan tidak layak dikucilkan, sehingga dengan ini siswa akan mencintai
dirinya sendiri dan lebih mengenal potensi dirinya.
4. Evaluasi / Tindak Lanjut (Follow Up)
Setelah dilakukan treatmen maka perlu sebuah evaluasi. Dalam treatmen yang
telah dilakukan siswa mulai mendapatkan kepercayaan dirinya dan mau
berangkan sekolah. Setelah pontah kelas siswa mampu bersosialisasi dengan
temannya dan tidak lagi merasa takut. Siswa juga mulai berprestasi karena
nilainya merangkak naik dan masuk kedalam 5 besar di kelas. Hal ini
menandakan munculnya sifat percaya diri dan nyaman saat belajar. Siswa
tersebut juga menjadi pemimpin di kelasnya, karena kelas yang baru
mempunyai grade yang lebih rendah, 10 dimana si siwa tersebut dapat dengan
4
mudah menjadi pemimpin. Karena menunjukkan sikap yang positif maka
tindak lanjut dari kasusu ini adalah terus memantau siswa agar tetap menjaga
motivasinya dan menjaga percayaa dirinya.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap kasus yang dialami peserta didik harus mendapatkan pelayanan dari
guru Bimbingan Konseling. Layanan bimbingan konseling bertujuan untuk
menyembuhkan siswa agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai. Untuk menganalisa dan menyelesaikan suatu masalah banyak tahapan
yang garus dilalui oleh seorang guru BK. Dalam treatmen pada suatu kasus maka
hal yang utama harus dilakukan adalah iswa tersebut harus mengetahui dan
menerima dirinya. Para guru BK harus berkolaborasi dengan guru yang lain untuk
menangani kasus-kasusu siswa di sekolah. Dalam membuat laporan studi kasus
guru dari bidang selain BK tentu akan mengalami kesulitan, karena tidak memiliki
dasar ilmu psikologi yang kuat.