Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN STUDI KASUS BIMBINGAN KOSELING

“Studi Kasus Bidang Sosial”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

yang diampu oleh Dr. Naharus Surur, M.Pd

Oleh :
Nama : Vina Indah Aprilia
NIM : K5418080
Kelas :B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Bimbingan
Konseling yang berjudul Studi Kasus Bidang Sosial. Terima kasih saya ucapkan kepada
Dr. Naharus Surur, M.Pd selaku dosesn mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa Laporan Studi Kasus Bimbingan Konseling yang kami
buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang. Semoga Laporan Studi Kasus Bimbingan Konseling ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 21 Mei 2020

(Vina Indah Aprilia)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5
C. Manfaat 5
D. Ruang Lingkup 5
BAB II (PELAKSANAAN)
A. Studi Kasus
1. Identifikasi Masalah 6
2. Analisis 6
3. Sistesis 7
4. Diagnosis 8
5. Pragnosis 8
6. Treatment 9
7. Evaluasi / Tindak Lanjut (Follow Up) 9
B. Kendala, Hambatan, dan Solusi
1. Kendala dan Hambatan 10
2. Solusi 10
BAB III (PENUTUP)
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli
agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun memecahkan permasalahan yang
dialaminya. Bimbingan Konseling merupakan kompenen dari sekolah yang sangat
penting. Semua calon guru maple wajib mempelajari Bimbingan Konseling karena
guru maple adalah guru yang sehari-hari berhadapan dengan siswa langsung. Guru
maple adalah guru pertama yang berhadapan dengan siswa dan mengetahui kondisi
siswa di kelas. Dengan mempelajari Bimbingan konseling guru mapel diharapkan
dapat berkolaborasi dengan guru BK dalam menangani masalah pada siswa maupun
menyusun pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa.
Dengan mempelajari Bimbingan Konseling seorang guru dapat mmeposisikan
diri dan dapat mengetahui fungsi dari BK di sekolah. Hal ini juga mempermudah
seorang guru mata pelajaran saat menjadi wali kelas. Dengan mempelajari bimbingan
konseling seorang guru dapat memahami saat ia harus menyerahkan suatu kasus ke
ranah BK begitupula membantu BK dalam mengangani kasus siswa. Guru mata
pelajaran juga berkontribusi dalam penanganan masalah peserta didik karena setiap
harinya seorang guru mata pelajaran akan sering bertemu dengan muridnya, jauh lebih
sering daripada guru BK. Guru mapel dan wali kelas berperan sangat besar terhadap
penanganan masalah siswa dan memotivasi siswa. Seorang Wali Kelas juga harus
belajar menangani masalah siswa khususnya siswa di kelasnya. Olehkarena itu seorang
guru mapel dan Wali Kelas wajib mempelajari bimbingan konseling dan memahami
prosedur penannganan kasus pada siswa.

4
B. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan studi kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui masalah pada siswa dan cara menanganinya.
2. Untuk mengetahui Langkah-langkah dalam penanganan masalah pada siswa.
3. Untuk mengetahui prosedur penanganan masalah pada siswa.

C. Manfaat
Laporan studi kasus Bimbingan Konseling mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai sumber belajar mahasiswa dalam mata kuliah Bimbingan Konseling
2. Sebagai penambah pengetahuan penanganan kasus siswa di sekolah oleh guru mata
pelajaran.
3. Sebagai tambahan ilmu untuk masyarakat umum melalui prosedur penanganan
masalah pada siswa di sekolah.

D. Ruang Lingkup
Dalam laporan studi kasusu ini memuat penanganan masalah sosial pada
salah seorang siswa. Masalah sosial meliputi masalah yang dialami siswa terhadap
lingkungan atau teman sebayanya di sekolah. Fokus dari laporan studi kasusu ini
adalah untuk menganalisis penganan kasusu seorang siswa yang mempunyai masalah
sosial, dari mulai identifikasi masalah, penyelesaian, hingga follow up masalah.

5
BAB II
PELAKSANAAN

A. Studi Kasus

1. Identifikasi Masalah :
a. Identitas individu
 Nama : Farel Julian Prasetiyo
 Umur : 11 Tahun
 Minat : Mempunyai Kreatifitas tinggi dalam membuat sesuatu
 Motivasi : Motivasi belajar karena ingin menjadi teknisi
 Kesehatan : Baik
b. Gejala yang Muncul
Gejala yang muncul pada siswa tersebut adalah tiba-tiba tidak mau
sekolah dan menangis ketika dipaksa sekolah serta siswa hanya mau berangkat
sekolah jika ditunggu oleh ibunya. Siswa sering tantrum ketika berada di
sekolah. Siswa juga terus meminta pindah sekolah tanpa alasan yang jelas. Saat
tantrum siswa terlihat sangat depresi dan tidak bisa diajak komunikasi sama
sekali dan tidak takut apapun. Siswa terlihat tidak berbaur dengan teman-
temannya di kelas dan hanya memastikan ibunya masih ada dibelakang. Siswa
merasa takut dengan sekolah dan orang-orang yang ada di dalamnya.

2. Analisis
Pengumpulan data dilakukan dengan konseling pribadi dengan siswa dan
didampingi dengan orang tuanya. Pengumpulan data juga dilakukan dengan
wawancara wali kelas serta teman-teman sekelas siswa. Dalam konseling digali data
mengenai alasan siswa tidak nyaman untuk sekolah dan tiba-tiba takut kesekolah.
Melalui pengumpulan data didapatkan bahwa siswa tersebut mempunyai

6
kepribadian pemalu, rendah diri, dan takut dengan kakak kelasnya. Ternyata siswa
tersebut sering diolok-olok oleh kakak kelasnya kelas 6. Siswa tersebut yang pada
dasarnya mempunyai sifat rendah diri merasa insequre dan takut jika bertemu
dengan kakak kelasnya. Data yang didapat dari teman sekelas siswa menyatakan
jika kelas 6 sering berkunjung ke kelasnya dan melakukan pembullan verbal pada
seluruh isi kelas. Namun karena si anak ini mempunyai jiwa rendah diri makan
bullyan verbal ini berefek luar biasa pada anak tersebut hingga tak mau bersekolah.
Dari orang tua siswa didapat data bahwa ada salah seorang guru yang mengajar
dengan cara yang sangat disiplin sehingga membuat sang anak ketakutan. Hal ini
juga dapat menjadi pemicu si anak takut untuk berangkat sekolah. Si anak tersebut
juga diketahu sering cekcok dengan salah seorang teman sekelasnya yang
mempunyai sifat pemimpin dan suka mengatur. Sementara jika dilihat dari sisi
keluarga, siswa ini mempunyai keluarga yang baik-baik saja dan tidak bermasalah.

3. Sintesis
Peserta didik ini merupakan siswa yang pemalu, penakut, dan rendah diri.
Siswa tersebut tidak memahami potensi yang ada dalam dirinya sehingga merasa
rendah diri. Siswa juga mengalami ketakutan berlebihan terhadap hal yang
seharusnya tidak perlu ditakutkan. Namun, siswa ini memiliki semangat belajar
yang tinggi dan merupakan sosok yang bertanggung jawab, karena siswa juga
mengalami rasa cemas saat tidak mengerjakan tugas sekolah. Jadi ia tidak ingin
kesekolah tapi tidak mau tertinggal pelajaran disekolah.
Masalah yang dialami peserta didik ini adalah kesulitan beradaptasi di
kelas baru dan kesulitan dalam berteman. Siswa merasa takut ketika diolok-olok dan
diancam oleh kakak kelasnya, ditambah dengan sikap salah satu gurunya yang
sangat disiplin membuat luka tersediri, serta dia sering berseteruh dengan temannya
yang unggul di kelas. Masalah ini timbulk arena siswa tersebut kesulitan beradaptasi
dengan teman dan lingkungan barunya.

7
4. Diagnosis
Masalah yang dialami oleh siswa adalah kesulitan beradaptasi di kelas baru
dan kesulitan dalam berteman. Siswa merasa takut ketika diolok-olok dan diancam
oleh kakak kelasnya, ditambah dengan sikap salah satu gurunya yang sangat disiplin
membuat luka tersediri, serta dia sering berseteruh dengan temannya yang unggul di
kelas. Masalah ini timbulk arena siswa tersebut kesulitan beradaptasi dengan teman
dan lingkungan barunya. Hal tersebut karena ia berada di kelas yang mayoritas
siswanya pandai dan tak mampu beradaptasi serta siswa ini mempunyai mental
yang rendah. Hal ini membuat siswa tidka percaya diri dan ketakutan sehingga tidak
mau berangkat sekolah dan ketakutan ketika berada di sekolah. Faktor penyebab
timbulnya masalah ini adalah kepribadian siswa yang pemalu, penakut, dan kurang
percaya diri hal ini juga didukung oleh kelas yang ia tempati terdiri dari siswa yang
pandai dan guru yang disiplin membuat siswa tersebut semakin takut untuk pergi ke
sekolah. Siswa ini adalah karakter pemimpin yang tidak mau di tentang dan di
ungguli. Olehkarena itu ia sering mengalami konflik dengan siswa yang mencolok
di kelas karena tidak suka diperintah.

5. Prognosis
 Jika masalah ini tidak terselesaikan maka siswa tidak akan mau bersekolah dan
akan sangat merepotkan orang tuanya. Selain itu siswa juga mengalami
keterpurukan emosional karena tidak mampu mengembangkan kepribadiannya
dan mengatasi sisi-sisi negatifnya.
 Jika masalah ini terselesaikan maka siswa dapat kembali ke sekolah dan belajar
dengan nyaman. Hal in juga berdampak terhadap perkembangan psikis anak yang
bila dapat melewati fase ini akan terbentuk mental yang lebih baik. Dengan
penyelesaian masalah ini siswa akan mendapatkan kembali rasa percaya dirinya
dan membuat siswa tersebut mempunyai skill dalam bersosialisasi. Siswa juga
dapat mengembangkan kemampuannya di sekolah jika ia merasa nyaman dengan
lingkungannya.

8
6. Treatment
Siswa tersebut bisa ditolong melalui Layanan di Bimbingan Konseling.
Semantara waktu layanan Konseling berkisar kurang lebih 3 bulan dan dilaksanakan
secepatnya. Saat layanan konseling pihak yang silibatkan adalah siswa tersebut,
orang tua siswa, wali kelas, dan guru disipin yang membuat siswa takut. Treatmen
yang akan digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah pemberian motib=vasi
pada siswa, kolaborasi antara guru dan siswa. Siswa ini mengalami ketidak
percayaan diri di kelas yang terdiri dari siswa yang pintar, solusinya adalah siswa
dipindahkan ke kelas yang gradenya lebih rendah untuk membentuk kepercayaan
diri siswa. Guru yang bersikap terlalu keras dan disiplin juga harus diberi pengertian
agar tidak terlalu keras saat melakukan pembelajaran. Sementara wali kelas akan
terus mendorong siswa terseubt agar mau berinteraksi dengan temannya dan
mendapatkan Kembali rasa percaya dirinya. Wali kelas harus membentuk
lingkungan belajar yang nyaman dan responsive saat di sekolah, sementara orang
tua siswa harus terus memberi motivasi pada siswa dan membuat lingkungan
keluarga yang hangat dan saling melindungi. Hal ini diharapkan membuat siswa
mendapatkan Kembali kepercayaannya terhadap lingkungannya dan akhirnya akan
berdampak pada perbaikan mental dan peningkatan kepercayaan diri. Siswa tersebut
juga harus terus dimotivasi bahwa dia adalah sosok yang hebat dan pandai dan tidak
layak dikucilkan, sehingga dengan ini siswa akan mencintai dirinya sendiri dan
lebih mengenal potensi dirinya.

7. Evaluasi / Tindak Lanjut (Follow Up)


Setelah dilakukan treatmen maka perlu sebuah evaluasi. Dalam treatmen
yang telah dilakukan siswa mulai mendapatkan kepercayaan dirinya dan mau
berangkan sekolah. Setelah pontah kelas siswa mampu bersosialisasi dengan
temannya dan tidak lagi merasa takut. Siswa juga mulai berprestasi karena nilainya
merangkak naik dan masuk kedalam 5 besar di kelas. Hal ini menandakan
munculnya sifat percaya diri dan nyaman saat belajar. Siswa tersebut juga menjadi
pemimpin di kelasnya, karena kelas yang baru mempunyai grade yang lebih rendah,

9
dimana si siwa tersebut dapat dengan mudah menjadi pemimpin. Karena
menunjukkan sikap yang positif maka tindak lanjut dari kasusu ini adalah terus
memantau siswa agar tetap menjaga motivasinya dan menjaga percayaa dirinya.

B. Kendala, Hambatan, dan Solusi


1. Kendala dan Hambatan
 Saya kurang memahami Bimbingan Konseling karena buka mahasiswa
Bimbingan Konseling.
 Saya kurang mampu menganalisis masalah pada peserta didik karena tidak
memiliki basis yang cukup dalam ilmu psikologi
 Sangat sulit untuk mencari narasumber dalam waktu yang singkat, dan saya
kurang memahami cara mengambil data dari sebuah kasus yang berkaitan
dengan bimbingan konseling.
 Saya masih belum memahami mengapa seorang guru mata kuliah membuat
laporan studi kasus se-detail ini yang seharusnya merupakan ranah guru
BK.

2. Solusi
 Menggunakan toeri yang telah dipelajari baik dalam mata kuliah
Bimbingan Konseling atau mata kuliah lain.
 Menggunakan media internet untuk membantu analisis suatu kasus
 Mencari narasumber yang sangat akrab seperti keluarga karena tidak perlu
dilakukan wawancara yang detail.
 Mencoba memahami dan meresapi pentingnya Bimbingan Konseling bagi
guru mata pelajaran.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setiap kasus yang dialami peserta didik harus mendapatkan pelayanan dari guru
Bimbingan Konseling. Layanan bimbingan konseling bertujuan untuk menyembuhkan
siswa agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai. Untuk
menganalisa dan menyelesaikan suatu masalah banyak tahapan yang garus dilalui oleh
seorang guru BK. Dalam treatmen pada suatu kasus maka hal yang utama harus
dilakukan adalah iswa tersebut harus mengetahui dan menerima dirinya. Para guru BK
harus berkolaborasi dengan guru yang lain untuk menangani kasus-kasusu siswa di
sekolah. Dalam membuat laporan studi kasus guru dari bidang selain BK tentu akan
mengalami kesulitan, karena tidak memiliki dasar ilmu psikologi yang kuat.

B. SARAN
Akan lebih baik bila studi kasus ini lebih disederhanakan, sehingga para
mahasiswa diluar bimbingan konseling dapat mengikuti dengan baik dan dapat
mengambil posisinya sebagai guru yang membantu pelayanan Bimbingan Konseling di
sekolah tanpa harus menjadi guru BK, apalagi mengambil alih tugas guru BK. Dalam
memberi teggat waktu sebaiknya sedikit lebih lama, karena tugas ini memerlukan
wawancara, pengolahan data, dan analisis kasusu yang rumit.

11

Anda mungkin juga menyukai