DISUSUN OLEH :
Riza Nurul Rizka (202221023)
Dosen Pengampu :
Russy Ranggayoni, S.Psi., M.Psi.
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “Studi Kasus Bidang Sosial” dengan tepat sesuai waktu yang telah
ditentukan. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Russy Ranggayoni, S. Psi., M.
Psi, selaku dosen mata Bimbingan Konseling PAI yang telah memberikan
kepercayaannya kepada penulis dalam penyusunan laporan ini.
Semoga apa yang ada di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi teman
sekalian. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak
berkenan. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam kasus self harm, dimana
perundungan di sekolah, baik secara fisik maupun verbal dapat mengakibatkan
timbulnya trauma, stres emosional pada siswa, kecemasan, dan depresi. Selain
itu, tekanan dari akademik yang tinggi, tuntutan orang tua untuk mencapai
prestasi, persaingan yang ketat, dan ekspektasi yang tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa juga dapat mempengaruhi kesehatan mental
siswa. Oleh karena itu, perlunya bimbingan dan konseling pada setiap sekolah
agar dapat memecahkan permasalah yang terjadi.at
B. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan laporan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1
3. Untuk mengetahui prosedur penanganan masalah pada siswa.
C. Manfaat
Laporan studi kasus bimbingan konseling memiliki manfaat sebagai berikut:
D. Ruang Lingkup
Dalam laporan studi kasus ini memuat penanganan masalah sosial pada salah
satu seorang siswa. Masalah sosial yang dihadapi siswa meliputi masalah
keluarga, gangguan kecemasan, lingkungan, dan teman sekitarnya. Fokus dari
laporan studi kasus ini adalah untuk menganalisis penanganan kasus seorang
siswa yang mempunyai masalah sosial dimulai dari identifikasi masalah,
penyelesaian masalah, hingga follow up masalah.
2
BAB II
PELAKSANAAN
A. Studi Kasus
1. Identifikasi Masalah:
a. Identitas individu
Nama : Zalfa Syahira
Umur : 17 Tahun
Minat : Mempunyai keativitas tinggi dalam membuat
Motivasi : memiliki mimpi menjadi dokter
Kesehatan : Baik
b. Gejala yang muncul
Gejala yang muncul dari siwi ini adalah menjadi pribadi yang diam
dan memendam segala emosi yang ada tanpa meluapkan atau
mengekspresikan emosi tersebut. Siswi sering merasa cemas terhadap
lingkungan sekitar dan juga mengkhawatirkan apa yang terjadi kedepannya
sehingga susah untuk berbaur dengan teman yang ada. Disamping itu, siswi
juga lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian di dalam kamar tanpa
ada niat untuk pergi bermain.
2. Analisis
Analisis ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil konseling
dengan siswi tanpa didampingi orang tuanya. Dalam menganalisa hal ini,
dilakukannya wawancara dengan wali kelas dan teman-teman sekelas yang
dianggap dekat dengan siswi. Pada saat wawancara dan konseling dilakukan
bertujuan untuk mencari akar permasalahan mengenai alasan siswi mulai
menjadi pribadi yang pendiam dan tidak nyaman pada lingkungan sekolahnya.
Setelah wawancara dilaksanakan ternyata siswi tersebut mendapatkan
perlakuan yang tidak baik dari salah satu kakak kelasnya. Awalnya siswi
3
memiliki kepribadian yang ceria namun setelah kejadian permasalahan antara
siswi dengan kakak kelasnya, kepribadiannya berubah menjadi pendiam dan
tidak banyak berbicara. Data dari hasil wawancara teman-temannya juga
menyatakan bahwa kakak kelasnya sering mengolok-olokan siswi tersebut dan
tidak ada teman yang berani untuk melawan kakak kelas. Pada sisi lain, siswi
tersebut memendam rasa emosional yang dirasakan karena tidak berani
mengatakan secara langsung kepada orang tuanya. Hal itu disebabkan siswi
merasa sia-sia saja jika menceritakannya kepada orang tuanya. Sehingga siswi
mulai merasa depresi dan tidak bisa meluapkan atau mendeskripsikan
emosional yang dirasa.
3. Sintesis
Siswi mengalami ketakutan dan juga rasa cemas akan keadaan
sekitarnya sehingga hal ini mempengaruhi kepribadiannya menjadi pendiam
dan tampak murung. Pada sisi lain, siswi menjadi tidak memahami potensi
yang dimiliki, menjadi penakut, bahkan bisa merasa putus asa dengan
kehidupannya. Namun, siswi ini memiliki mimpi yang ingin dicapai meskipun
mengalami kekhawatiran yang berlebihan untuk kedepannya, ia tetap
melaksanakan kewajibannya walaupun ia takut terhadap lingkungan
sekolahnya.
Masalah yang terjadi pada siswi ini adalah bingung dalam meluapkan
emosional yang dirasa, tumbuhnya rasa khawatir yang berlebihan terhadap
sesuatu yang tidak pasti, cemas akan respon yang dinampakkan oleh teman-
teman akibat pembullyan secara verbal dari kakak kelasnya. Ditambah sikap
orang tua yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik terhadap siswi ini,
sehingga menimbulkan siswi kesulitan dalam berkomunikasi ataupun
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
4
4. Diagnosis
Masalah yang dimiliki oleh siswi adalah tidak mampu
mendeskripsikan emosional yang dirasa, menjadi takut dalam berkomunikasi
karena cemas dengan respon dari lawan bicaranya sehingga tidak bisa berbaur
dengan baik. Sering merasa khawatir terhadap sesuatu yang belum pasti, dan
juga tidak memiliki komunikasi yang baik dengan orang tuanya. Sehingga
siswi mulai meluapkan rasa emosional yang dipendam dengan melukai
dirinya sendiri. Salah satu faktor terjadi masalah yaitu siswi menempati kelas
yang mayoritas pintar dan juga memiliki kecantikan hingga siswi mulai
merasa rendah diri dengan sekitarnya.
5. Prognosis
Jika masalah ini tidak diselesaikan maka siswi akan mulai melakukan
perbuatan yang menyakiti dirinya sendiri akibat dari tidak mampunya
menyalurkan emosional yang negatif dan juga mengontrol diri dengan
baik. Hal lainnya, siswi bisa berubah menjadi anak yang tidak patuh
dan membuat orang tua merasa tidak mengerti kepribadian yang
dimiliki enak.
Jika masalah ini dapat diselesaikan maka siswi dapat belajar di sekolah
dengan nyaman, membuat psikis yang dimiliki siswi tersebut mulai
membaik dan mampu menyalurkan emosi yang dirasa ke hal lebih
baik. Siswi juga mulai bisa berkomunikasi dengan baik tanpa perlu
khawatir dengan respon yang ada, dengan melewati masalah yang
5
terjadi siswi bisa mendapatkan rasa percaya dirinya lagi. Siswi juga
bisa mengenali potensi yang dimiliki dan dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
6. Treatment
Siswi ini dibantu dengan menggunakan layanan di bimbingan
konseling. Waktu yang digunakan dalam treatment ini kurang lebih 2 bulan
dan dilaksanakan secepatnya. Pihak yang terlibat pada saat pelayanan adalah
siswi tersebut, orang tua siswi, dan wali kelas. Treatment yang digunakan
adalah tugas journaling dan memberikan motivasi pada siswi setelah sharing
sedikit tentang kegiatan harian yang dilakukan. Kerjasama antara wali kelas
dengan murid kelasnya, dimana wali kelas harus lebih memperhatikan
permasalahan yang terjadi pada kelasnya dan juga melakukan interaksi
dengan murid kelasnya sehingga menciptakan lingkungan belajar yang
nyaman dan rensponsif saat di sekolah. Disamping itu, orang tua siswi
diharapkan mulai berinteraksi dengan baik terhadap siswi, menanyakan
bagaimana keseharian pada anak tersebut dan mengarahkan bagaimana dalam
menghadapi rasa emosi yang timbul. Dengan demikian, siswi bisa
mendapatkan kembali rasa percaya dirinya dan mulai tidak merasa khawatir
ataupun cemas terhadap apa yang tidak perlu dikhawatirkan, membuat siswi
mulai memiliki control diri yang baik.
6
emosional yang dirasa serta dibantu dengan peran orang tua dalam
keluarganya. Sehingga anak tersebut bisa berkembang dan memiliki psikis
yang baik setelah melewati permasalahan yang ada. Siswi tersebut juga mulai
mendapatkan prestasi yang baik dengan adanya percaya diri ini, dari tanda-
tanda positif yang dinampakkan oleh siswi maka tindak lanjut yang dilakukan
dengan memantau siswi agar tetap bisa percaya diri dan pengontrolan diri
yang baik.
2. Solusi
Ada beberapa teori yang telah dipelajari dalam mata kuliah Bimbingan
Konseling sehingga saya menggunakan teori terebut dalam kasus ini.
Mencari informasi dan teori-teori yang bisa digunakan dalam analisis
kasus ini dengan menggunakan media internet
Mencari narasumber yang bisa dimintai ketersediaannya seperti kenalan
yang sudah lama ataupun teman akrab lainnya.
7
Mencoba memahami dan mempelajari peran, ranah, serta penyelesaian
yang digunakan pada guru BK.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peserta didik yang mengalami permasalahan harus mendapatkan
layanan dari Bimbingan Konseling. Hal ini bertujuan menyelesaikan masalah
yang terjadi pada peserta didik agar tidak mempengaruhi psikis dan juga
perkembangan suatu anak. Dalam menyelesaikan suatu kasus peserta didik
diperlukan beberapa tahapan yang dilalui oleh seorang guru. Oleh karena itu,
para guru harus bisa bekerja sama dan juga dengan siswa yang ada, apabila
terjadi suatu masalah para guru bisa mengetahui permasalahan terutama dengan
wali kelas siswa tersebut.
B. Saran
Alangkah baiknya studi kasus ini dilakukan lebih mendetail, sehingga
para mahasiswa diluar bimbingan konseling dapat mengikuti langkah-langkah
yang dilakukan jika mendapatkan permasalahan yang sejenis. Hal lainnya,
adalah tenggat waktu yang diberikan agar bisa lebih lama dikarenakan
perubahan terhadap kondisi suatu anak itu berbeda-beda dan juga proses dalam
mengolah data yang memerlukan waktu.