Anda di halaman 1dari 41

HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN KEHARMONISAN KELUARGA

DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH X

Penelitian Karya Ilmiah

Oleh:

Novia Trihandiyani

NIM : 1624070013

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

JAKARTA

2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang diajukan oleh :


Nama : Novia Trihandiyani
NIM : 1624070013
Program Studi : Psikologi
Judul : Hubungan Kontrol Diri dan Keharmonisan Keluarga Dengan
Kenakalan Remaja di Sekolah X

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi dan


diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada
Program Studi Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I pada
hari, tanggal, bulan dan tahun
DEWAN PENGUJI Tanda tangan

1. ………………………….. .………………………..
Ketua dewan penguji

2. …………………………… .………………………..
Sekertaris

3. Zainun Mu’tadin, S. Psi., M. Psi ...……………………….

Pembimbing

Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi UPI Y.A.I

(Dr. I Nyoman Surna, M. Psi)

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, tak lupa shalawat dan salam penulis
curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan judul “Hubungan Kontrol Diri dan
Konformitas dengan Kenakalan Remaja di Sekolah X” dengan baik.

Dan tidak luput penulis sampaikan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Penulisan karya ilmiah yang telah ikut serta membantu dan membimbing
penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Penulis ucapkan terimakasih juga
terhadap teman-teman mahasiswa yang sudah ikut memberi kontribusi baik secara
langsung ataupun tidak langsung dalam proses penulisan karya ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas segala
kebaikan yang telah diberikan kepada saya. Penulis menhyadari bahwa penulisan
karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak
kekurangannya. Namun demikian penulis berharap bahwa penulisan karya ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Akhir kata,
penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman sekalian.

Jakarta, 28 April 2020

Novia Trihandiyani

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

ABSTRAK......................................................................................................vi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.................................................................................4

D. Manfaat Penelitian...............................................................................5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kenakalan Remaja

1. Pengertian Kenakalan Remaja.......................................................6

2. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja.............................................7

3. Aspek-aspek Kenakalan Remaja...................................................9

iii
B. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri................................................................10

2. Aspek-aspek Kontrol Diri.............................................................12

C. Keharmonisan Keluarga

1. Pengertian Keharmonisan Keluarga.............................................13

2. Aspek-aspek Keharmonisan Keluarga..........................................14

D. Kerangka Berpikir..............................................................................15

E. Hipotesis Penelitian............................................................................16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian..........................................................17

B. Definisi Variabel Penelitian

1. Definisi Konseptual......................................................................17

2. Definisi Operasional.....................................................................18

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi.........................................................................................20

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel....................................20

D. Metode Pengumpulan Data

1. Skala Kenakalan Remaja..............................................................22

2. Skala Kontrol Diri.........................................................................23

3. Skala Keharmonisan Keluarga.....................................................25

iv
E. Metode Analisis Instrumen

1. Validitas.......................................................................................27

2. Reliabilitas...................................................................................28

F. Analisis Instrumen Penelitian

G. Teknik Analisis Data..........................................................................29

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................31

v
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui hubungan kontrol diri dan keharmonisan
keluarga dengan kenakalan remaja di sekolah X Cibinong Bogor. Teknik
pengambilan sampel yang di gunakan adalah teknik simple random sampling. Data
yang dikumpulkan menggunakan skala Likert. Skala ini mempunyai dua bentuk
pernyataan yaitu favorable dan unfavorable.

Kata kunci : Kontrol Diri, Keharmonisan Keluarga, Kenakalan Remaja

vi
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian serta manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada

periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa

kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda

seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan

sosial dengan lingkungannya (dalam Jose RL Batubara, 2010). Perubahan-

perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu bila

tidak diperhatikan dengan seksama. Maturasi seksual terjadi melalui tahapan-

tahapan yang teratur yang akhirnya mengantarkan anak siap dengan fungsi

fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, sedangkan anak

perempuan dengan ovulasi. Di samping itu, juga terjadi perubahan psikososial

anak baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan

dengan lawan jenis. Perubahan-perubahan tersebut juga dapat menyebabkan

hubungan antara orangtua dengan remaja menjadi sulit apabila orangtua tidak

memahami proses yang terjadi. Perubahan perkembangan remaja ini yang dapat

1
2

diatasi jika kita mempelajari proses perkembangan seorang anak menjadi

dewasa. Diperlukan teknik komunikasi klinik khusus untuk melakukan

anamnesis terhadap remaja, sedangkan pada pemeriksaan fisik diperlukan

ruangan khusus terutama untuk melakukan penilaian pubertas. Untuk melakukan

pengobatan yang efektif tentunya.

Kenakalan remaja menurut Santrock (dalam Nini Sriwahyuni, 2017)

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : indentitas, kontrol diri, jenis kelamin,

harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh

orang tua, pengaruh teman sebaya dan kualtas sekitar lingkungan tempat tinggal.

Kenakalan remaja dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya ada kontrol

diri dan konformitas. Kontrol diri merupakan salah satu aspek yang sangat

penting dalam menentukan sikap remaja, apabila remaja tersebut tidak memiliki

kontrol diri yang baik maka akan terjadi sikap sikap yang menyimpang dari

norma. Travis Hirschi dan Gottfredson (dalam Iga Serpianing Aroma, 2012)

mengembangkan “The General Theory Of Crime” atau yang lebih dikenal

dengan “Low Self Control Theory”. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku

kriminal dapat dilihat melalui single-dimentuon yakni kontrol diri (self-control).

Selain itu keharmonisan keluarga merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya kenakalan remaja, dalam teori Santrock keharmonisan keluarga

termasuk ke dalam proses keluarga.

Hal tersebut yang banyak ditemui di salah satu sekolah X di daerah Cibinong,

Jawa Barat. Kenakalan Remaja yang ditemui di sekolah tersebut juga beraneka

2
3

ragam, dimulai dari membolos,tidak mengerjakan tugas hingga membully teman

hingga melakukan perkelahian.

Di sekolah X tersebut, siswa dan siswi dituntut untuk lebih disiplin dan

mandiri, karena di sekolah tersebut memiliki tim tersendiri yang didirikan khusus

untuk menegakan disiplin siswa. Tim tersebut terdiri dari guru BK dan guru

pendamping lainnya,yang niasa dsebut Tim Penegak Disiplin Siswa atau TIM

PDS. Berdasarkan informasi yang penulis di dapat dari salah satu siswa yang

sekolah di sekolah X tersebut, mereka melakukan kenakalan remaja karena tidak

memiliki kontrol diri yang baik. Goldfired dan Merbaum (dalam Nini

Sriwahyuni, 2017) mendefinisikan kontrol diri sebagai proses yang menjadikan

individu sebagai agen utama dalam membimbing, mengatur, dan mengarahkan

bentukbentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.

Selain kontrol diri adapula kenakalan remaja yang disebabkan oleh

keharmonisan keluarga karena keharmonisan keluarga memiliki peranan penting

dalam membentuk perilaku remaja. Keharmonisan keluarga adalah keluarga

dimana anggota didalamnya bisa berhubungan secara serasi dan seimbang, saling

memuaskan kebutuhan anggota lainnya serta memperoleh pemuasan atas segala

kebutuhannya menurut Zainun (dalam Muniriyanto, 2014).

3
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahan

peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Apakah ada hubungan kontrol diri dengan kenakalan remaja pada sekolah X?

b. Apakah ada hubungan keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja pada

sekolah X?

c. Apakah ada hubungan kontrol diri dan keharmonisan keluarga dengan

kenakalan remaja pada sekolah X?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Hubungan antara kontrol diri dengan kenakalan remaja pada sekolah X

2. Hubungan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja pada

sekolah X

3. Hubungan antara kontrol diri dan keharmonisan keluarga dengan kenakalan

remaja pada sekolah X

4
5

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

masukan dalam kalangan akademis psikologi, khususnya psikologi

perkembangan yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut mengenai krisis

identitas dan dukungan sosial keluarga terhadap kenakalan remaja.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi orang tua

agar dapat membangun komunikasi yang baik sehingga tercipta dukungan

sosial.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori dan konsep-konsep yang

digunakan sebagai landasan penelitian. Pembahasan ini meliputi Kontrol Diri,

keharmonisan keluarga dan kenakalan remaja.

A. Kenakalan Remaja

1. Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Santrock (dalam Iga Serpianing Aroma, 2012) Kenakalan

remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat

diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

Menurut Kartono (dalam Dadan Dumara, 2017) Kenakalan remaja atau

lebih dikenal dalam bahasa inggris dengan istilah juvenile deliquency

merupakan gejala patologis sosial ada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk

pengabaian sosiaal. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang

menyimpang.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kenakalan remaja adalah sebuah perilaku yang menyimpang baik dari norma

sosial maupun norma hukum.

6
7

2. Faktor Peynyebab Kenakalan Remaja

Menurut Kartini Kartono (dalam Dadan Sumara, 2017) Faktor penyebab

kenakalan remaja antara lain :

1. Anak kurang mendapat perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan orang

tua terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing-masing sibuk

mengurusi permasalahan serta konflik batinnya sendiri

2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja yang tidak terpenuhi,

keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau

tidak mendapatkan kompensasinya.

3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat

diperlukan dalam hidup normal, mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan

kontrol diri yang baik.

Maka dengan demikian perhatian dan kasih sayang orang tua

merupakan suatu dorongan yang berpengaruh dalam kejiawaan seorang remaja

dalam membentuk kepribadian serta sikap remaja sehari-hari.

Faktor penyebab tersebut seperti yang dikemukakan oleh Philip Graham

(dalam Nur Fuadah, 2011) dibagi kedalam dua golongan yaitu faktor

lingkungan dan faktor pribadi. Sedangkan faktor-faktor pribadi menurut

Santrock (dalam Nur Fuadah, 2011) meliputi pengendalian diri yang rendah,

7
8

pengaruh teman sebaya yang negatif, identitas diri yang rendah, dan tidak

adanya harapan terhadap pendidikan.

Faktor-faktor kenakalan tersebut yang akan menjadi dasar identifikasi

penyebab kenakalan siswa. Faktor penyebab digolongkan kembali dalam tiga

faktor penyebab kenakalan siswa yaitu faktor lingkungan fisik, faktor

lingkungan sosial, dan faktor pribadi.

Menurut Santrock (dalam Nini Sriwahyuni, 2017), ada beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhi kenakalan remaja, yaitu :

1. Identitas

2. Kontrol diri

3. Usia

4. Jenis kelamin

5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

6. Proses keluarga

7. Pengaruh teman sebaya

8. Kelas sosial ekonomi

9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

Kenakalan-kenakalan siswa dapat digolongkan dalam 4 jenis kenakalan

sesuai dengan teori Jensen (dalam Nur Fuadah, 2011) seperti berkelahi yang

tergolong pada kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang

8
9

lain, memeras yang digolongkan pada kenakalan remaja yang menimbulkan

korban materi, kenakalan yang melawan status salah satunya adalah membolos,

sedangkan pelanggaran lainnya dapat dimasukkan pada kenakalan sosial yang

tidak menimbulkan korban di pihak orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian menurut Dian Mulyasari (dalam

Fitrianngrum Munawaroh, 2015) mengenai kenakalan remaja ditemukan bahwa

faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja yaitu konformitas teman sebaya

dan persepsi keharmonisan keluarga.

3. Aspek- Aspek Kenakalan Remaja

Jansen (dalam Nini SriWahyuni, 2017) membagi kenakalan remaja menjadi

empat aspek yaitu :

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti

perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lainlain.

2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan,

pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.

3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain

seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, dan hubungan seks bebas.

4) Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar dengan cara

membolos, kabur dari rumah, dan membantah perintah orang tua.

9
10

B. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Menurut Averill (dalam Romadona Dwi Marsela, 2019) kontrol diri adalah

kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam

mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, dan

kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan sesuatu

yang diyakini. Pengertian yang dikemukakan oleh Averill menitikberatkan pada

seperangkat kemampuan mengatur dalam memilih tindakan yang sesuai dengan

yang diyakini nya. Dapat disimpulkan bahwa kontrol diri sebagai kemampuan

untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku

yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif serta merupakan salah satu

potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses proses

dalam kehidupan, termasuk dalam mengahadapi kondisi yang terdapat.

Travis Hirschi dan Gottfredson (dalam Iga Serpianing Aroma, 2012)

mengembangkan “The General Theory Of Crime” atau yang lebih dikenal

dengan “Low Self Control Theory”. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku

kriminal dapat dilihat melalui single-dimentuon yakni kontrol diri (self-control).

Individu dengan kontrol diri yang rendah memiliki kecenderungan untuk

menjadi impulsif, senang berperilaku beresiko dan berpikiran sempit. Hurlock

10
11

(dalam Fitrianingrum Munawaroh, 2015) mengungkapkan bahwa kontrol diri

berkaitan dengan cara individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan

dari dalam diri.

Dalam teori diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan

kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam

mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, dan

kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan sesuatu

yang diyakini. Selain itu kontrol diri merupakan aspek penting dalam perilaku

seseorang, apabila kontrol diri rendah maka kecenderungan memiliki sikap

yang impulsif.

Menurut Logue & Forzano (dalam Iga Serpianing Aroma, 2012) beberapa

ciri ciri remaja yang mampu memiliki kontrol diri yang tinggi adalah sebagai

berikut:

a) Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan,

walaupun menghadapi banyak hambatan.

b) Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan norma yang

berlaku dimana ia berada.

c) Todak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledak-ledak

d) Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang tidak

dikehendaki

11
12

2. Aspek-Aspek Kontrol Diri

Menurut Averilln (dalam Nini Sriwahyuni, 2017) ada tiga aspek dalam

kontrol diri yaitu :

a) Kontrol Perilaku (Behavioral Control) yaitu kemampuan untuk

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, kemampuan

ini terdiri dari kemampuan untuk mengontrol perilaku yaitu

kemampuan menentukan siapa yang mengendalikan situasi. Dimana

individu yang kontrol dirinya, bila tidak mampu maka individu akan

menggunakan sumber eksternal untuk mengatasinya.

b) Kontrol Kognitif (Cognitif Control) Yaitu kemampuan individu

untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara

menginterpretasi, menilai untuk memadukan suatu kejadian dalam

suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi atau mengurangi

tekanan.

c) Kontrol Pengambilan Keputusan (Decisional Control), yaitu

kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang

diyakini atau disetujui. Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan

akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan

atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih beberapa hal

12
13

yang saling memberatkan, maka aspek yang diukur adalah

kemampuan mengontrol perilaku, dan kemampuan mengambil

keputusan.

C. Keharmonisan Keluarga

1. Pengertian Keharmonisan Keluarga

Menurut Setiono (dalam Desy Oktaviani, 2018) keharmonisan keluarga

adalah keadaan dimana interaksi antara anggota keluarga tidak terhambat,

kebutuhan anggota keluarga terpenuhi.

Andarus Darahim (dalam Ani Safitri, 2019) bahwa keluarga yang harmonis

adalah keluarga yang hidup dengan penuh suasana saling pengertian dan

toleransi satu sama lain terhadap kelebihan dan kekurangan dari pasangan

Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat

mengembangkan hubungan yang tidak menyenangkan dengan orang-orang di

luar rumah menurut Hurlock (dalam Martha Kurnia Asih, 2012).

Kartono (dalam Desy Oktaviani, 2018) menyatakan secara umum dapat

dinyatakan anak delinkuen (nakal) pada umumya datang dari rumah tangga

dengan relasi manusiawi penuh konflik dan percekcokan, yang disharmonis

atau tidak harmonis.

Berdasarkan dari pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa salah satu

faktor kenakalan remaja adalah keharmonisan keluarga.

13
14

Menurut Singgih D. Gunarsa (dalam Ani Safitri, 2019) dalam membentuk

keluarga harmonis ada pula faktor-faktor yang harus diperhatikan agar

keutuhannya berjalan dengan baik yakni:

1) Faktor kesejahteraan jiwa yaitu redahnya frekuensi pertengkaran dan

percekcokan di rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling

tolong-menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan

dan pelajaran masing-masing dan sebagainya yang merupakan

indikator-indikator dari adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.

2) Faktor kesejahteraan fisik. Seringnya anggota keluarga yang sakit,

banyak pengeluaran untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah

sakit tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya

kesejahteraan keluarga.

3) Faktor perimbangan antara pengeluaran dan pendapatan keluarga.

Kemampuan keluarga dalam merencanakan hidupnya dapat

menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga.

Misalnya; Banyak keluarga yang kaya namun mengeluh kekurangan.

2. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga

Aspek-aspek keluarga harmonis menurut Hawari (dalam Desy Oktaviani,

2018) yaitu, menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai

waktu bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar anggota

keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga, kualitas dan

14
15

kuantitas konflik yang minim, adanya hubungan atau ikatan yang erat antar

anggota keluarga.

Berdasarkan uraian diatas bahwa kontrol diri dan keharmonisan keluarga

memiliki keterkaitan dengan kenakalan remaja

D. Kerangka Berpikir

Setiap remaja dituntut untuk memiliki sikap yang baik dan mengikuti

norma yg ada pada lingkungan sosial maupun lingkungan sekitar, dimana

kemampuan sikap baik itu semakin penting dan krusial manakala anak sudah

menginjak remaja, tetapi pada remaja yang memiliki sikap buruk akan

menimbulak perilaku menyimpang yaitu kenakalan remaja. Menurut Santrock

(dalam Iga Serpianing Aroma, 2012) kenakalan remaja merupakan kumpulan

dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga

terjadi tindakan kriminal. Kenakalan remaja merupakan perilaku menyimpang

baik dari segi norma sosial maupun normaa hukum. Kenakalan remaja terjadi

karena beberapa faktor diantaranya adalah konrol diri.

Menurut Averill (dalam Romadona Dwi Marsela, 2019) kontrol diri adalah

kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam

mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, dan

kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan sesuatu

yang diyakini. Dari teori tersebut kontrol diri pada remaja yang baik sangat

15
16

diperlukan untuk mengubah perilaku dalam menyikapi informasi baik yang

diinginkan maupun tidak diinginkan agar tidak menimbulkan kenakalan remaja.

Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya dalam jurnal hubungan

antara kontrol diri dengan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas x Sma

Muhammadiyah 7 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015. Selain kontrol diri

adapula faktor keharmonisan keluarga dalam kenakalan remaja. Menurut

Setiono (dalam Desy Oktaviani, 2018) keharmonisan keluarga adalah keadaan

dimana interaksi antara anggota keluarga tidak terhambat, kebutuhan anggota

keluarga terpenuhi. Keharmonisan keluarga dapat terjadi apabila memiliki

komunikasi yang baik antar anggota keluarga sehingga tercipta suasana yang

harmonis. Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya dalam jurnal

keharmonisan keluarga dan kenakaln remaja pada siswa kelas 9 MTS Negeri 2

Palembang.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara, diterima atau ditolaknya suatu

hipotesis tergantung dari hasil penelitian yang dilakukan. Berdasarkan landasan

teori yang ada, maka dapat diajukan hipotesis yang dapat diuji sebagai beikut:

Ha1 : Ada hubungan kontrol diri dengan kenakalan remaja pelajar kelas XI

SMA X di daerah Cibinong Jawa Barat.

16
17

Ha2 : Ada hubungan keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja pelajar

kelas XI SMA X di daerah Cibinong Jawa Barat.

Ha3 : Ada hubungan kontrol diri dan keharmonisan keluarga dengan kenakalan

remaja pelajar kelas XI SMA X di daerah Cibinong Jawa Barat.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi

identifikasi variabel penelitian, definisi variabel penelitian, populasi dan metode

pengambilan sampel, metode pengumpulan data, hasil uji coba instrumen, dan

metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas

(independent variable) atau variabel yang tidak bergantung pada variabel lainnya

(X1 dan X2) dan satu variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang

tergantung pada variabel lainnya (Y). Variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X1), yaitu Kontrol Diri

2. Variabel bebas (X2), yaitu Keharmonisan Keluarga

3. Variabel terikat (Y), yaitu Kenakalan Remaja

B. Definisi Variabel Penelitian

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual berisi tentang batasan terhadap masalah variabel-

variabel yang dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian agar dapat

18
19

mempermudah pelaksanaan dilapangan. Untuk membatasi pembahasan penelitian

ini, berikut definisi konseptual dari variabel penelitian, yaitu:

a. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang baik dari norma sosial

maupun norma hukum. Kenakalan remaja juga terjadi karena sebuaha

pengabaian keluarga sehingga terjadi perilaku yang menyimpang.

b. Kontrol Diri

Kontrol Diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku yang

berkaitan dengan cara individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan

dari dalam diri

c. Keharmonisan Keluarga

Keadaan dimana interaksi antara anggota keluarga tidak terhambat, keluarga

yang hidup dengan penuh suasana saling pengertian dan hidup penuh

kedamaian.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang hendak diteliti, yakni

Kenakalan Remaja , kontrol diri, dan keharmonisan keluarga. Berikut ini merupakan

definisi operasional dari ketiga variabel:

19
20

d. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah tindakan remaja yang melanggar hukum dan

norma masyarakat yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik

terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Aspek kenakalan remaja yang

mengacu pada teori Jansen (dalam Nini SriWahyuni, 2017) yaitu :

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti

perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lainlain.

2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan,

pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.

3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain

seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, dan hubungan seks bebas.

4) Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar dengan cara

membolos, kabur dari rumah, dan membantah perintah orang tua

e. Kontrol Diri

Kontrol diri adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan perilaku,

mengendalikan stimulus yang tidak diinginkan, mengantisipasi peristiwa,

menafsirkan peristiwa dan mengambil keputusan. Skala yang diukur

menggunakan aspek kontrol diri oleh Averilln (dalam Nini Sriwahyuni, 2017)

yaitu, kontrol perilaku, kontrol kognitif dan kontrol pengamblan keputusan.

20
21

f. Keharmonisan Keluarga

Keharmonisan keluarga adalah keadaan dimana interaksi antara anggota

keluarga tidak terhambat, keluarga yang hidup dengan penuh suasana saling

pengertian dan hidup penuh kedamaian. Skala keharmonisan keluarga

berdasarkan aspek keharmonisan menurut Hawari (dalam Desy Oktaviani, 2018)

yaitu, menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu

bersama keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga,

saling menghargai antar sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik

yang minim, adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:80). Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA X di daerah Cibinong Jawa Barat.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, sedangkan teknik sampling merupakan teknik pengambilan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2017:81). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat tabel Morgan. Teknik

21
22

sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu pengambilan

sampel secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono

2017:82) dengan cara pemilihan diundi.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pada pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode skala,

yaitu skala Likert. Skala ini mempunyai dua bentuk pernyataan yaitu favorable dan

unfavorable. Terdapat lima alternatif pilihan jawaban dari model skala Likert

dengan bobot skor 1-5 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Skor Skala Likert

Kategori Penilaian Favorable Unfavorable


Sangat Sesuai (SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Sesuai (TS) 2 4
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5

Pada penelitian ini terdapat tiga skala, yaitu:

1. Skala Kenakalan Remaja

22
23

Skala kenakalan remaja disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan

oleh Jansen (dalam Nini SriWahyuni, 2017) yang meliputi kenakalan yang

menimbulkan korban fisik, kenakakan yang menimbulkan korban materi, kenakalan

sosial yang tidak menimbulkan korban materi, dan kenakalan yang melawan status

anak sebagai pelajar.

Tabel 3.2
Blue Print Skala Kenakalan Remaja

No Aspek Indikator Nomor butir ∑


favorabl unfavorabl
e e
1 Kenakalan a. Perkelahian 1, 25 2, 28 4
yang b. Pemerkosaan 3, 26 4, 29 4
Menimbulkan c. Perampokan 6, 27 10, 30 4
Korban Fisik d. Pembunuhan 7,11 15,21 4

23
24

2 Kenakalan a. Perusakan 13,33 12,16 4


yang b. Pencurian 18,32 55, 35 4
Menimbulkan c. Pencopetan 14,20 22,31 4
Korban d. Pemerasan 8,19 9, 23 4
Materi

3 Kenakalan c. Pelacuran 5,17 24,56 4


Sosial yang d. Penyakahgunaan 34,40 36,39
4
Tidak Obat 4
Menimbulkan e. Hubungan Seks 37,38 41, 45 4
Korban Bebas
4
4 Kenakalan a. Membolos 42,44 43,47
yang b. Kabur dari rumah 46,50 48,49 4
Melawan c. Membantah perintah 51,53 52,54
Status Anak orang tua
sebagai
Pelajar

Total 28 28 56

2. Skala Kontrol Diri

Skala kontrol diri disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh

Averilln (dalam Nini Sriwahyuni, 2017) meliputi, kontrol perilaku, kontrol

kognitif dan kontrol pengamblan keputusan.

24
25

Tabel 3.3

Blue Print Skala Kontrol Diri

No Aspek Indikator Nomor butir ∑


favorable unfavorabl
e
a. Kemampuan 1, 3,7,9 2,4,6,8 8
1 Kontrol menentukan siapa yang
Perilaku mengendalikan situasi

2 Kontrol a. Kemampuan individu 5,10,13,15 11,14,16,18 8


Kognitif untuk mengolah
informasi yang tidak
diinginkan dengan cara
menginterprestasi
b. Menilai untuk
memadukan suatu 12,17,19,20 22,24,26,28 8
kejadian dalam suatu
kerangka kognitif.

3 Kontrol a. Memilih suatu tindakan


Pengambilan berdasarkan yang 21,23,25,27 29,32,34,37 8
Keputusan diyakini atau disetujui
b. Kontrol Pribadi untuk
suatu kesempatan 30,31,33,35 36,39,38,40 8
c. Kebebasan atau
kemungkinan pada diri 41,42,43,45 44,46,47,48
individu untuk memilih
beberapa hal yang
saling memberatkan
Total 24 24 48

25
26

3. Skala Keharmonisan Keluarga

Skala keharmonisan keluarga berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan

oleh Hawari (dalam Desy Oktaviani, 2018) yang meliputi menciptakan

kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga,

mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai

antar sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang minim,

adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga

Tabel 3.4
Blue Print Skala Keharmonisan Keluarga

No Aspek Indikator Nomor butir ∑


Favorabl unfavorabl
e e
1 Menciptakan a. Terciptanya 1, 3 2, 4 4
kehidupan kehidupan
beragama beragama dalam
dalam rumah
keluarga b. Menanamkan 5,7 6,9 4
nilai-nilai moral
c. Menerapkan 8,44 12,26 4
etika kehidupan

a. Memilki waktu 11,23 13,32 4


berkumpul
2 Memiliki bersama keluarga
waktu bersama b. Adanya kegiatan

26
27

keluarga makan bersama 15,21 14,25 4


c. Orang tua
menemani anak 18,29 16,22 4
bermain
d. Mendengarkan
masalah atau 19,24 20,33 4
keluhan anak

a. Hidup rukun 27,31 28,36 4


untuk
3 Ada memberikan rasa
komunikasi aman dan
yang baik ketenangan
antar anggota b. Komunikasi 35,38 30,34 4
keluarga yang baik dalam
keluarga untuk
memecahkan
permasalahan

a. Menghargai 37,42 39,41 4


4 Saling perubahan yang
menghargai terjadi
antar b. Mengajarkan 40,46 43,45 4
sesamaanggota keterampilan
keluarga berinteraksi
sedini mungkin
pada anak
dengan
lingkungan lebih
luas

5 Kualitas dan a. Menyelesaikan 47,50 48,49 4


kuantitas masalah dengan
konflik yang kepala dingin
minim b. Mencari
penyelesaian 52,54 51,55 4

27
28

terbaik dari
setiap
permasalahan

6 Adanya a. Adanya rasa saling 53,56 57,59 4


hubungan atau memiliki antar
ikatan yang anggota keluarga
erat antar b. Adanya rasa
anggota kebersamaan 10,60 61,63 4
keluarga antar anggota
keluarga
c. Adanya
komunikasi yang 62,64 58,17 4
baik dan saling
menghargai antar
anggota keluarga
Total 32 32 64

E. Metode Analisis Instrumen

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk penelitian yang

sesungguhnya, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan agar

alat pengumpulan data dapat menjadi akurat dan dipercaya

1. Validitas

Menurut Kuncono (2016:13), validitas butir adalah validitas yang diukur

dengan besaran yang menggunakan instrumen sebagai suatu kesatuan (total butir)

sebagai kriteria untuk menentukan validitas aitem atau butir dari instrument dan

sebagai pengujian terhadap kualitas butir. Instrumen yang valid memiliki alat ukur

28
29

yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) adalah valid. Pengujian ini

dilakukan dengan cara menghitung alfa Cronbach dibandingkan dengan alfa if item

deleted. Caranya jika alfa Cronbach > alfa if item deleted, maka dinyatakan valid

dan jika alfa Cronbach < alfa if item deleted, maka dinyatakan gugur.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah syarat utama dalam pengujian instrumen validitas. Pengujian

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach’s dengan

bantuan IBM SPSS Statistics 21 for windows. Adapun kriteria koefisien reliabilitas

menurut Guilford (Kuncono, 2016:24) sebagai berikut:

Tabel 3.5
Kaidah Reliabilitas Guilford

Kriteria Koefisien Reliabilitas


Sangat Reliabel >0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel <0,2

F. Analisis Instrumen Penelitian

29
30

Setelah memperoleh uji data, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui

validitas item yang akan digunakan dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.

Keseluruhan proses uji validitas dan reliabilitas alat pengukuran dengan

menggunakan program IBM SPSS Statistics 21 for windows.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data diperlukan saat melakukan penelitian, Hasil data yang

diperoleh dari penelitian di analisis agar pernyataan dapat dijawab dan hipotesis

yang diajukan dapat diuji kebenarannya. Data yang telah dikumpulkan kemudian

dipilih yang terisi lengkap kuesionernya. Kuesioner yang telah dicek tersebut

selanjutnya dianalisis dengan teknik statistik menggunakan program IBM SPSS

Statistics 21 for windows.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan teknik statistik,

dibawah ini terdapat teknik-teknik yang digunakan dalam mengolah data statistik

penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Bivariate correlation

Bivariate correlation ini digunakan untuk mengetahui hubungan kontrol

diri dengan kenakalan remaja pelajar kelas XI SMA X Cibinong Jawa Barat

dan hubungan keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja pelajar

kelas XI SMA X Cibinong Jawa Barat

30
31

b. Reggression

Teknik reggression digunakan untuk mengetahui hubungan antara

kontrol diri dan keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja pelajar

kelas XI SMA X Cibinong Jawa Barat

c. Membuat Kategorisasi

Dalam penelitian ini akan dilakukan kategorisasi terhadap variabel-

variabel yang diteliti. Sebelum membuat kategorisasi, penulis terlebih

dahulu melakukan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah

data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Kategori adalah

menempatkan responden kedalam kategori-kategori tertentu. Adapun jenis

kategori yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kategorisasi ordinal

yang bertujuan menempatkan responden kedalam kategori-kategori atau

kelompok-kelompok yang berjenjang apabila skor kelompok responden

berdistribusi normal Kuncono (2016:63).

31
32

32
Daftar Pustaka

Aroma, I. S., & Suminar, D. R. (2012). Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan
kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, 1(2), 1-6.
Asih, M. K., Winarno, R. D., & Hastuti, L. W.(2012). Hubungan Konformitas
Teman Sebaya dan Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja Pada
Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Anak kutuarjo. Kajian Ilmiah
Psikologi , 2, (1).
Fuadah, N. (2011). Gambaran kenakalan siswa di SMA Muhammadiyah 4
Kendal. Jurnal Psikologi Esa Unggul, 9(01), 127053.
Munawaroh, F. (2015). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku kenakalan
remaja pada siswa kelas x Sma Muhammadiyah 7 Yogyakarta tahun
pelajaran 2014/2015. Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling.
Sumara, D. S., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Kenakalan remaja dan
penanganannya. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(2).
Oktaviani, D., & Lukmawati, L. (2018). Keharmonisan Keluarga dan Kenakalan
Remaja Pada Siswa Kelas 9 MTs Negeri 2 Palembang. Psikis: Jurnal
Psikologi Islami, 4(1), 52-60.
Safitri, A. (2019). Hubungan keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja di
PKBM Al- Jauhar kecamatan Bogor Utara kota Bogor. Jurnal Obor,
Penmas2(1), 97-107.

33
34

Sriwahyuni, N. (2017). Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kenakalan Remaja di


Kelurahan Mabar Hilir. Ps, 10(1).Psikologi Konseling
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

34

Anda mungkin juga menyukai