DISUSUN OLEH:
Solo Wandika Putra Manurung
GURU PEMBIMBING:
Yustika Diani Sinaga, S.Pd.
XII MIA
SMA XAVERIUS 2 JAMBI
T.A. 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan kasih-Nya, peneliti bisa menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Gawai terhadap Kesehatan Mental
Murid Kelas XII MIA SMA Xaverius 2 Jambi” dengan baik. Atas dukungan
moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yustika Diani Sinaga, S.Pd.
selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Xaverius 2 Jambi yang
telah memberikan saran, bimbingan, dan kesempatan untuk menunjang
pembuatan karya tulis ilmiah.
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………...ii
Daftar Isi………………………………………………………………….....iii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………...…1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………..3
1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………………...3
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………….4
1.5. Hipotesis…………………………………………………………………4
BAB 2 LANDASAN TEORI………………………………………………..5
2.1. Penelitian yang Relevan …...…………………………………………….5
2.2. Pengaruh………………………………………………………………….5
2.3. Intensitas Penggunaan………………………………………………...….6
2.4. Gawai…………………………………………………………………….7
2.5. Kesehatan Mental……………………………………………………….11
2.6. Murid……………………………………………………………………20
BAB 3 METODOLOGI
PENELITIAN…………………………………...22
3.1. Waktu dan Tempat Peneltian……………………………………………
22
3.2. Subjek Penelitian………………………………………………………..22
3.3. Metode
Penelitian……………………………………………………….22
3.4. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………
27
BAB 4
PEMBAHASAN…………………………………………………….30
4.1. Apakah Intensitas Waktu Penggunaan Gawai Dapat Mempengaruhi
Kesehatan Mental Murid Kelas XII MIA SMA Xaverius 2
Jambi?.................30
iii
4.2. Apa Solusi yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi Pengaruh Negatif
dari Intensitas Penggunaan Gawai yang
Berlebihan?.............................................31
BAB 5
KESIMPULAN……………………………………………………..34
5.1.
Kesimpulan……………………………………………………………...34
5.2. Saran…………………………………………………………………….34
Daftar Pustaka……………………………………………………………...35
Lampiran ………………………………………...…………………………
36
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
menyimpulkan bahwa, terdapat hubungan negatif dan signifikan antara
intensitas pemanfaatan gawai dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar.
Sejalan dengan penelitian tersebut, Desiningrum, dkk (2016) juga
melakukan penelitian dengan judul “Intensitas Penggunaan Gawai dan
Kecerdasan Kognitif pada Remaja Awal”. Hasil uji hipotesis penelitian
tersebut mengindikasikan adanya hubungan negatif dan signifikan antara
intensitas penggunaan gawai dan kecerdasan kognitif pada remaja.
Sumbangan pengaruh intensitas penggunaan gawai terhadap kecerdasan
kognitif remaja dalam penelitian tersebut mencapai angka 23,3%.
Desinigrum, dkk (2016) menyatakan bahwa untuk mengurangi dampak
negatif penggunaan gawai terhadap anak dan remaja, maka orang tua harus
melakukan pengawasan dan pengaturan secara ketat penggunaan gawai oleh
anak dan remaja. Meski demikian, jarang orang tua yang benar-benar
melakukan pengawasan dan pengaturan secara ketat penggunaan gawai oleh
anak dan remaja, sehingga dampak negatif penggunaan gawai menjadi lebih
besar dan menonjol dibandingkan dengan dampak positifnya.
Intensitas penggunaan gawai yang tidak terkendali juga dapat
menyebabkan gangguan mental, salah satu contohnya adalah kecanduan.
Penelitian yang dilakukan di Nottinghamshire, Inggris oleh Samantha Sohn,
dkk tentang problematic smartphone usage menghasilkan kesimpulan bahwa
kecanduan gawai dapat menyebabkan gangguan mental seperti stres,
kecemasan, bahkan depresi. (Sohn et al., 2019)
Penggunaan gawai yang tidak terkendali juga dapat mengganggu
kondisi mental dan mempengaruhi perilaku sosial seseorang, seperti
melemahkan semangat, timbulnya rasa putus asa (frustrasi), menghambat
konsentrasi belajar, menimbulkan sikap gugup, serta terganggunya
kemampuan adaptasi sosial. (Azmi, 2017)
Karena kecenderungan kecanduan gawai mengarah pada perilaku
bermasalah dan mengganggu kondisi emosional, penting untuk dicatat bahwa
ketertarikan pada gawai dapat mengurangi kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman sebaya dalam aktivitas fisik. Hal ini juga dapat menyebabkan
2
kurangnya keterampilan sosial dan kontrol emosional karena reaksi langsung
dari dampak penggunaan gawai yang berlebihan. (Cho and Lee, 2017)
Fakta-fakta tersebut tentu saja harus menjadi perhatian berbagai pihak
untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap anak-anak dan remaja, terutama
pada usia kritis sepeti murid SMA, dalam penggunaan gawai sebagai media
bermain atau komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji
tentang bagaimana dampak intensitas penggunaan gawai terhadap kondisi
mental seseorang terutama pada remaja. Untuk itu dalam penelitian ini
diambil sebuah judul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Gawai terhadap
Kesehatan Mental Murid Kelas XII MIA SMA Xaverius 2 Jambi’.
3
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Hipotesis
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.2. Pengaruh
2.2.1. Definisi Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:1045), pengertian
pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Untuk mengenali pengertian pengaruh secara lebih mendalam,
perlu mengetahui pendapat para ahli tentang hal ini. Berikut pengertian
pengaruh menurut para ahli:
5
Menurut Surakhmad (2012:1), pengaruh adalah kekuatan yang
muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat
memberikan perubahan yang dapat membentuk kepercayaan atau
perubahan. Sejalan dengan pendapat Surakhmad, Yosin (2012:1)
berpendapat, pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul
dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di
alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya. Hal ini
didukung pula oleh W. J. S. Poewadarmita (1996:664) yang menyatakan
pengaruh adalah suatu daya yang ada dalam sesuatu yang sifatnya dapat
memberi perubahan kepada yang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pengaruh adalah suatu
daya atau kekuatan yang dapat timbul dari sesuatu, baik itu benda, orang,
watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang yang dapat mempengaruhi
lingkungan yang ada di sekitarnya.
6
(durasi) dengan jumlah ulangan tertentu dan dalam jangka waktu tertentu
(frekuensi).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan intentitas
penggunaan adalah tingkat keseringan seseorang dalam menggunakan atau
melakukan sesuatu berdasarkan durasi dan frekuensinya yang biasanya
disebabkan oleh rasa senang.
2.4. Gawai
2.4.1. Definisi Gawai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:422), gawai
memiliki makna yang sama dengan alat dan perkakas. Secara istilah, gawai
berasal dari bahasa Inggris yang artinya perangkat elektronik yang
memiliki fungsi khusus. Menurut Widiawati, Sugiman, dan Edy (2014),
gawai merupakan barang canggih yang diciptakan dengan berbagai
aplikasi yang dapat menyajikan berbagai media berita, jejaring sosial,
hobi, bahkan hiburan. Pendapat lain dikemukan oleh Jati dan Herawati
(2014) mengatakan bahwa gawai adalah media yang dipakai sebagai alat
komunikasi modern dan semakin mempermudah kegiatan komunikasi
manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
gawai adalah alat komunikasi modern yang memiliki banyak fungsi serta
fitur yang berguna untuk membantu dan mempermudah kegiatan manusia.
1) Komunikasi
7
Gawai sebagai pengembangan dari teknologi informasi dan
komunikasi semakin canggih dalam hal fitur dan fungsi dalam membantu
berbagi informasi dan mempermudah komunikasi antara manusia.
Kemajuan dari teknologi tersebut terdapat pada berbagai aplikasi yang
terdapat dalam gawai seperti Whatsapp, Zoom, dan Instagram. Dari
kemajuan komunikasi yang terdapat pada gawai, pengguna tidak hanya
berkirim pesan, gambar maupun telepon, tetapi juga dapat melakukan
panggilan langsung tidak hanya suara tetapi juga bertatap muka dengan
orang yang berada di tempat yang jauh dengan menggunakan fitur video
call.
3) Hiburan
Gawai menyematkan berbagai fitur yang dapat digunakan manusia
sebagai sarana menghilangkan rasa jenuh ketika lelah dengan tugas atau
perkerjaan. Fitur multimedia yang terdapat pada gawai sebagai sarana
hiburan dapat digunakan untuk mendengarkan musik maupun menonton
video, selain itu banyak aplikasi yang dapat diakses dan diunduh secara
gratis seperti situs berbagi video Youtube, Metube, Vidio atau gim seperti
COC, PUBG, dan Mobile Legend. Terdapat juga aplikasi media sosial
untuk menambah teman atau berkenalan dengan teman baru seperti
8
Twitter, Facebook, dan Instagram. Pengguna gawai dapat memasang dan
menjalankan berbagai aplikasi yang tersedia di internet dan juga non
internet yang sesuai dengan keinginan penggunanya itu sendiri.
d) Risiko penyalahgunaan
9
Kalangan remaja sangat rentan dari penyalahangunaan gawai.
Banyaknya informasi, konten, vidio maupun gambar yang seharusnya
tidak pantas untuk dilihat bisa diakses kapan saja. Misalnya menonton
video dan gambar asusila, menyebarkan hoax dan sebagainya.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
gawai memiliki manfaat yakni sarana komunikasi, hiburan, mencari
sumber belajar dan memiliki dampak negatif pada penggunannya yaitu
risiko terpaparnya radiasi, mengalami gangguan mental dan berpikir, serta
penyalahgunaan.
10
1) 3 jam 26 menit digunakan untuk mengakses media sosial dan mengirim
pesan instan, sepeti mengirim e-mail.
2) 2 jam 56 menit digunakan untuk mengakses situs berbagi video atau
menonton tayangan televisi streaming.
3) 1 jam 22 menit digunakan untuk mendapatkan musik ataupun
mendengarkan musik lewat aplikasi berbayar.
Aktivitas yang sering dilakukan ketika mengakses internet dengan
menggunakan gawai menurut data dari Hootsuite adalah menonton video
dari situs berbagi video, Youtube dengan persentase 88 %. Selain
menonton video dari situs berbagi video Youtube, akses internet dengan
menggunakan gawai juga digunakan untuk aktivitas perpesanan dan sosial
media menggunakan aplikasi WhatsApp dengan prentase 83 %, Facebook
dengan presentase 81% dan Instagram dengan presentase 80% (Andi,
2019).
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata
penggunaan gawai normalnya adalah antara 3-4 jam/hari, masyarakat
indonesia pada tahun Januari 2019 merupakan pengguna gawai untuk
mengakses internet dengan intensitas penggunaan yang cukup tinggi rata-
rata per hari, yakni 8 jam 36 menit. Aktivitas yang paling sering dilakukan
menggunakan gawai antara lain mengakses situs berbagi video dan sosial
media.
11
tumbuh kembang dalam penuh tanggung jawab di dalam lingkup sosial
atau masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan
mental adalah satu kondisi dimana perkembangan fisik secara intelektual
dan emosional seseorang berkembang sejalan dengan terwujudnya
keserasian antara individu dengan dirinya sendiri, orang lain, dan
lingkungan dimana ia tinggal.
12
Berdasarkan indikator di atas, maka kesehatan mental diartikan
sebagai ukuran atas standar yang digunakan dalam menilai keadaan atau
situasi bahwa seseorang sehat mentalnya, jika telah memenuhi aspek fisik,
psikis, sosial dan moralnya.
13
pandangan yang sehat terhadap hidup, orang-orang, pekerjaan atau
kenyataan.
7. Konsep Diri yang Sehat
Kesehatan mental sangat bergantung kepada konsep diri sehingga
seseorang harus mempertahankan orientasi yang sehat pada kenyataan
objektif, demikian juga harus berpikir sehat mengenai dirinya sendiri.
8. Identitas Ego yang Memenuhi Syarat
Identitas ego adalah ketika seseorang menjadi diri sendiri. Apabila
identitas ego tumbuh menjadi stabil dan otonom, maka individu tersebut
akan mampu bertingkah laku secara konsisten dan dapat bertahan pada
lingkungannya.
9. Hubungan yang Kuat dengan Kenyataan
Seseorang yang tertekan oleh masa lampau adalah orang yang
tidak berorientasi pada kenyataan, sedangkan seseorang yang
menggantikan kenyataan dengan fantasi atau khayalan adalah orang yang
telah menolak kenyataan.
Dari penjelasan kriteria kesehatan mental yang dikemukakan oleh
Schneiders (dalam Semiun, 2006) di atas dapat disimpulkan bahwa
kesehatan mental memiliki hubungan dengan aspek kepribadian seseorang
seperti efisiensi mental, penguasaan, integrasi pikiran dan perilaku,
pengendalian konflik perasaan dan emosi yang positif, ketentraman
pikiran, sikap yang sehat, konsep diri yang baik, dan integrasi ego yang
memenuhi syarat serta seseorang yang memulai hubungan yang kuat
dengan kenyataan.
14
individu. Ada tiga gejala yang dicirikan yaitu tingginya tingkat kecemasan
baik dalam fisik maupun psikis, depresi yang muncul akibat perasaan
sedih yang berlebihan, dan kehilangan kontrol diri.
15
c. Merasa lebih puas ketika memberi dari pada menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
f. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran untuk di kemudian hari.
g. Menjuruskan rasa permusuhan atau amarah kepada penyelesaian yang
konstruktif dan kreatif bukan destruktf.
h. Mempunyai rasa kasih sayang yang benar.
Selain itu, Kartini Kartono (2000:82-83), mengemukakan empat
ciri-ciri khas pribadi yang bermental sehat, meliputi:
a. Ada kordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang
mudah melakukan adaptasi terhadap tuntutan lingkungan, standar, dan
norma sosial serta perubahan sosial yang berlangsung serba cepat.
b. Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri,
sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.
c. Senantiasa giat melakasanakan proses realisasi diri (yaitu
mengembangkan secara riil segenap bakat dan potensi), memiliki
tujuan hidup dan selalu berusaha melebihi keadaan yang sekarang.
d. Bergairah, sehat lahir dan batinnya, tenang harmonis kepribadiannya,
efisien dalam setiap tindakannya, serta mampu menghayati kenikmatan
dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Sementara itu menurut Sarwono (2012), ada beberapa ciri
kesehatan mental yang baik dari seseorang, yaitu:
a. Mempunyai tujuan yang sehat pada sesuatu yang telah terjadi pada
lingkungan naupun diri sendiri.
b. Mempunyai kecakapan menyesuaikan diri pada segala kemungkinan
dan kemampuan mengatasi persoalan.
c. Tercapainya tujuan sifat seseorang yang baik dan juga tidak merugikan
lengkungan sekitarnya.
Dengan melihat uraian di atas maka dapat diartikan ciri-ciri orang
yang sehat mentalnya yaitu dengan adanya keserasian fungsi-fungsi jiwa
yang relatif sempurna, memiliki kemampuan maksimal untuk mengatasi
16
goncangan mental dan menyesuaikan diri dengan kenyataan, dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain,
dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul dari berbagai faktor dalam
kehidupan, tidak merugikan orang lain, ikut bertanggung jawab terhadap
sesama, dapat menyatakan isi hatinya dengan bebas dan tepat, merasa
dirinya diperlakukan adil, memiliki rasa puas terhadap sesuatu, memiliki
keseimbangan emosi dan tidak tergantung pada sesuatu.
Sementara itu, perilaku abnormal yang dalam beberapa kasus
disebut sebagai gangguan mental juga dianggap dengan sakit mental. Dari
pengertian ini, orang yang menunjukkan tidak sehat mentalnya maka
digolongkan sebagai orang yang mengalami gangguan mental. S. Scott
(dalam Notosoedirjo, 2001:43) mengelompokkan enam macam kriteria
atau ciri-ciri seseorang yang tidak sehat mentalnya, yaitu:
a. Orang yang memperoleh atau membutuhksn pengobatan psikiatris.
b. Tidak dapat menyesuaikan diri terhadap masyarakat.
c. Orang yang perlu diagnosis kejiwaan.
d. Mengalami ketidak bahagiaan subjektif.
e. Adanya gejala-gejala gangguan jiwa secara objektif.
f. Gagal dalam adaptasi secara positif.
Berdasarkan poin-poin di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak
adanya keserasian antara fungsi-fungsi jiwa sehingga tidak dapat
mengatasi masalah dalam hidup dan goncangan mental, gagalnya dalam
beradaptasi, tidak dapatnya menerima kenyataan, sering merugikan orang
lain, merasa tidak bebas, merasa tidak bahagia dan tidak punya relasi
terhadap orang lain, banyak dikuasai emosi dan tidak dapatnya menatap
masa depan dengan baik adalah ciri-ciri bagi orang yang tidak memiliki
kesehatan mental yang baik.
17
hati, apatis, cemburu, iri hati, dengki, kemarahan yang eksplosif, maupun
ketegangan batin yang kronis. Berikut ini diuraikan beberapa jenis
penyakit mental/gangguan mental yang setidaknya dikategorikan menjadi
4 (empat) jenis, yaitu:
1. Gangguan Organik Otak
Jenis gangguan ini adalah akibat langsung dari fisik (seluruh tubuh)
perubahan dan penyakit yang mempengaruhi otak. Hal ini menyebabkan
perubahan untuk beberapa derajat kebingungan dan delusi selain
kecemasan dan kemarahan. Beberapa penyakit ini meliputi:
Pertama: penyakit degeneratif meliputi:
a. Huntington: penyakit-penyakit genetik yang terdiri dari gerakan
abnormal, demensia, dan masalah psikologis.
b. Multiple Sclerosis: gangguan sistem kekebalan tubuh yang
mempengaruhi sistem saraf pusat (otak & saraf tulang belakang).
c. Pikun.
d. Parkinson: gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan.
Kedua: kardiovaskular, yakni gangguan berhubungan dengan jantung,
stroke, dan gangguan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi.
Ketiga: trauma diinduksi, berhubungan dengan cedera otak, perdarahan
dan gegar otak.
Keempat: intoksikasi, yakni terkait ketergantungan obat-obatan dan
alkohol.
2. Gangguan Kecemasan Berlebih
Beberapa gangguan utama dalam kategori ini adalah: depresi,
fobia, dan gangguan panik. Beberapa penyebab gangguan ini disebabkan
oleh situasi sebelumnya, misalnya: terutama peristiwa traumatis, seperti
korban pelecehan seksual, korban perundungan dan veteran perang adalah
individu yang biasanya memiliki kepanikan dan fobia.
3. Gangguan Kepribadian
Ada 3 kelompok gangguan kepribadian, meliputi :
Pertama, perilaku yang tidak biasa, seperti:
18
1. Paranoid, yaitu perasaan takut, cemas, dan khawatir berlebih bahwa
setiap orang dan segala sesuatu yang diketahui maupun tidak
diketahui mereka dapat membahayakan mereka, namun pada
kenyataannya hal ini tidak benar.
2. Skizofrenia, yaitu gangguan kejiwaan kronis ketika seseorang
mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, kesulitan
membedakan antara kenyataan dan pikirannya sendiri, serta
perubahan sikap.
Kedua, perilaku emosional tak menentu, seperti:
1. Antisosial, yaitu sikap apatis terhadap orang lain dan tidak ada
keinginan untuk bersosialisasi.
2. Kepribadian mengambang, yaitu tidak menentunya emosi dalam
berhubungan dengan orang.
3. Kepribadian munafik, yaitu sifat pencari perhatian, manipulator,
dan cenderung melebih-lebihkan hubungan “semua orang
mencintai saya”.
Ketiga, cemas dan takut, termasuk:
1. Avoidant, yaitu gangguan kepribadian takut mengambil risiko,
mudah tertipu, hiper-sensitif, dan menghindari segala sesuatu yang
mencakup interaksi sosial.
2. Dependent, yaitu gangguan kepribadian akibat kelalaian atau
musibah, jatuh miskin, atau pernah ditinggalkan dan merasa itu
akan terjadi lagi.
3. Obsesif-kompulsif, yaitu gangguan kecemasan, menarik pikiran
dan obsesi terhadap hal-hal yang tidak nyata.
4. Adiksi, yaitu gangguan kecemasan akibat kecanduan atau perasaan
terikat terhadap sesuatu yang menyebabkan seseorang menarik diri,
kesulitan dalam mengatur kesehariannya dan kehilangan mayoritas
kontrol terhadap dirinya sendiri.
5. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah kumpulan penyakit yang sangat mempengaruhi
proses otak dalam berpikir. Orang-orang ini mengalami kesulitan berpikir
19
rasional dan penilaian mereka terganggu. Gejala yang paling umum
penyakit ini biasanya delusi dan halusinasi. Delusi percaya fakta tertentu
bahkan setelah fakta-fakta tersebut telah terbukti salah. Halusinasi mirip
dengan delusi dalam keyakinan yang salah, namun halusinasi dirasakan
dengan indra dan tidak pikiran. ”mendengar hal” atau “melihat sesuatu”
adalah contoh dari halusinasi. Beberapa gejala lain adalah: perilaku aneh
(mungkin berbahaya untuk diri sendiri atau orang lain), kurangnya
kebersihan pribadi, penurunan minat dalam melakukan hal-hal, pola bicara
aneh yang tidak dimengerti, perubahan suasana hati, kesulitan menjalin
hubungan, lambat atau melakukan gerakan-gerakan aneh.
2.6. Murid
2.6.1. Definisi Murid
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:986), murid adalah
anak atau orang yang sedang belajar atau bersekolah. Sementara itu,
pengertian murid atau siswa menurut ketentuan umum Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu. Kata ‘siswa’ digunakan untuk menjelaskan
‘murid’ karena memiliki kedudukan sebagai sinonim. Selain itu, murid
yang termasuk dalam kelas kata nomina ini juga mempunyai sinonim lain.
Beberapa di antaranya adalah pelajar, anak didik, anak sekolah dan
mahasiswa. Pemakaian kata tersebut disesuaikan dengan tingkatan
pendidikan. Sebutan murid, siswa dan anak sekolah lebih cocok untuk
tingkatan sekolah dasar hingga menengah atas. Sedangkan sebutan
mahasiswa khusus untuk jenjang perguruan tinggi. Sebutan pelajar dan
anak didik cenderung bersifat netral. Keduanya dapat digunakan untuk
merujuk pada individu yang ada di setiap jenjang pendidikan.
Terdapat pula pengertian murid menurut beberapa ahli. Menurut
Arifin (2000), murid adalah manusia didik yang sedang berada dalam
proses perkembangan atau pertumbuhan menurut hakikatnya masing-
20
masing yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten
menuju ke arah titik optimal yakni kemampuan hakikatnya. Sementara itu
menurut Sarwono (2007), murid merupakan orang yang secara resmi
terdaftar untuk mengikuti pelajaran di dunia pendidikan. Hal ini seiring
dengan pendapat Sudirman (2003) yang menyatakan bahwa murid atau
siswa adalah orang yang datang ke sekolah untuk memperoleh atau
mempelajari beberapa tipe pendidikan.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa murid
adalah individu atau orang yang mengembangkan potensi dirinya dalam
bentuk fisik maupun psikis melalui beberapa proses pendidikan dan
bimbingan untuk menjadi seseorang yang intelektual agar kedepannya
dapat menjadi generasi penerus bangsa dan dapat berguna bagi lingkungan
serta masyarakat di sekitarnya.
21
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
22
Yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti)
dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Kata methodos berarti penelitian,
metode ilmiah, uraian ilmiah, yaitu cara bertindak menurut sistem aturan
tertentu. Metode adalah cara-cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk
mencapai maksud.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif dilakukan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu
fenomena dan nantinya akan mengkontruksikan suatu teori yang berkaitan
dengan fenomena tersebut. Dalam sebuah proses penelitian kualitatif, hal-hal
yang bersifat perspektif subjek lebih ditonjolkan dan landasan teori
dimanfaatkan oleh peneliti sebagai pemandu, agar proses penelitian sesuai
dengan fakta yang ditemui di lapangan ketika melakukan penelitian.
Menurut Sugiyono (2010:9), Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi. Sementara itu Moleong (2012:6) berpendapat
bahwa penelitan kualitatif dilakukan dengan tujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tidndakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan menanfaatkan berbagai metode alamiah.
Metode kualitatif merupakan metode yang cenderung dihubungkan
dengan sifat subjektif dari sebuah realita sosial, yang memiliki kemampuan
baik untuk menghasilkan pemahaman dari berbagai perspektif. Menurut
Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistic (utuh) (Moleong, 2002:3).
23
Denzin dan lincoln (1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasanya
dimanfaatkan adalah wawancara, observasi, dan pemanfaatan dokumen.
Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subjek dari
kerangka berpikirnya sendiri. Dengan demikian yang terpenting adalah
pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu,
semua perspektif menjadi bernilai bagi penelitian. Peneliti tidak meliahat
benar atau salah, namun semua data penting. Pendekatan ini sering disebut
juga sebagai pendekatan yang humanistik, karena peneliti tidak kehilangan
sisi kemanusiaan dari suatu kehidupan sosial. Peneliti tidak dibatasi lagi oleh
angka-angka, perhitungan statistik, variable-variabel yang mengurangi nilai
keunikan individual.
Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak
terstandarisasi. Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti
kesesuaiannya tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian,
sekali ada pedoman untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya
penelitian dapat berubah sesuai kebutuhan, situasi lapangan serta hipotesa-
hipotesa baru yang muncul selama berlangsungnya penelitian tersebut.
Adapun karakteristik pendekatan kualitatif menurut Guba dan Lincoln
(dalam Moleong, 1985:33-34), yaitu sebagai berikut:
1. Latar alamiah
Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau
pada konteks dari suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan karena ontologi
alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang
tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.
2. Manusia sebagai alat instrument
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang
lain merupakan alat pengumpul data yang utama. Hal ini dilakukan agar dapat
berhubungan secara langsung dengan responden. Disamping itu, manusia
24
mampu memahami kenyataan yang terjadi dilapangan serta berperan pada
pengumpulan data melalui penelitian.
3. Metode kualitatif
Metode kualitatif dipergunakan dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih
peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
4. Analisis data secara induktif
Penelitian ini menggunakan analisis induktif dengan alasan pertama
proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagai
yang terdapat dalam data; kedua, analisis induktif lebih dapat membuat
hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntable;
ketiga, analisis demikian dapat mengurangi latar secara penuh dan dapat
membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada
suatu latar lainnya; keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan
pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan; dan terakhir,
analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai
bagian dari struktur analitik. Dengan analisis seperti ini, data dari lapangan
bersifat khusus untuk selanjutnya dapat disimpulkan sebuah teori yang dapat
digeneralisasikan secara luas.
5. Teori dari dasar
Penelitian kualitatif lebih menghendaki penyusunan teori substansi
yang berasal dari data. Disebabkan oleh pertama, tidak ada teori apriori yang
dapat mencakupi kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin akan dihadapai;
kedua, penelitian ini mempercayai apa yang dilihat sehingga ia berusaha
untuk sejauh mungkin menjadi netral; dan ketiga teori dari pemahaman yang
mendasar dapat lebih responsif terhadap nilai-nilai kontekstual.
6. Deskriptif
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka. Data diperoleh melalui proses wawancara, catatan lapangan, foto,
25
dokumen-dokumen lain. Semua data yang terkumpul menjadi kunci terhadap
apa yang diteliti. Dengan demikian, laporan akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambaran laporan tersebut.
7. Lebih meningkatkan proses daripada hasil
Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil
disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih
jelas apabila diamati dalam proses penelitin.
8. Adanya “batas” yang ditentukan oleh “fokus”
Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam
penelitiannya. Hal ini disebabkan oleh:
Batas menentukan kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus
penelitian.
Penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara
peneliti dan fokus penelitian.
9. Adanya kriteria khusus atau keabsahan data
Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reabilitas, dan
objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan lazim digunakan dalam
penelitian klasik.
10. Desain yang bersifat sementara
Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus
disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi tidak menggunakan desain
yang tersusun secara ketat dan tidak dapat dirubah lagi. Karena apa yang akan
terjadi di lapangan tidak dapat diramalkan sebelumnya oleh peneliti.
11. Hasil penelitian yang dirundingkan dan disepakati
Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil
interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang
dijadikan sumber data.
Dalam menganalisis data penelitian kualitatif digunakan proses secara
induktif. Berangkat dari kasus-kasus yang bersifat khusus berdasarkan
pengalaman nyata (ucapan dan perilaku subjek penelitian atau situasi
lapangan penelitian) yang kemudian dirumuskan menjadi model, konsep,
teori, dan prinsip, proposisi atau definisi yang bersifat umum. Induksi adalah
26
proses dengan mana peneliti mengumpulkan data dan kemudian
mengembangkan suatu teori dari data tersebut. Peran bahasa dan makna-
makna yang dianut subjek penelitian menjadi sangat penting. Hal ini karena
pada penelitian kualitatif bertujuan memperoleh pemahaman yang otentik
mengenai pengalaman orang-orang, sebagaimana dirasakan (Mulyana,
2008:156).
Dalam penelitian kualitatif peran teori tidak sejelas dalam penelitian
kuantitatif karena modelnya induktif, yaitu dengan urutan: (1) mengumpulkan
informasi, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan, (3) membangun kategori-
kategori, (4) mencari pola-pola (teori), dan (5) membangun sebuah teori atau
membandingkan pola dengan teori-teori lain.
Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data
atau informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus
mampu menghasilkan informasi-informasi bermakna, bahkan hipotesis atau
ilmu baru yang digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan
meningkatkan taraf hidup manusia (Sugiyono, 2005:18).
3.4.1. Observasi
27
Observasi adalah pengamatan dengan melakukan pencatatan atau
pengkodean perilaku individu atau suasana, kondisi, dsb. Dalam arti yang
luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Marshall (dalam
Sugiyono, 2010:226) menjelaskan bahwa, Melalui observasi, peneliti
belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, pembuatan, kejadian atau
peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi
adalah untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku
manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu, melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Bentuk
dari observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu
observasi partisipasi dan observasi nonpartisipasi (observasi terstruktur
dan tidak terstruktur).
Dalam hal ini, peneliti melakukan pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
penginderaan kepada subjek penelitian yaitu murid-murid kelas XII SMA
Xaverius 2 Jambi.
3.4.2. Angket
Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Tipe pertanyaan dalam angket dibagi menjadi dua, yaitu: terbuka
dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu
hal. Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan
jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu
alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap
pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal,
28
ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup Sugiyono
(2017:143).
Angket atau kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket atau kuesioner terbuka, karena responden dapat memberikan
jawaban mereka dengan bebas sesuai dengan apa yang mereka pikirkan
dan rasakan.
29
BAB 4
PEMBAHASAN
30
negatif dalam fisik dan psikis mereka. Beberapa responden mengaku merasa
lebih emosional, mudah frustrasi dan stres setelah menggunakan gawai,
terutama setelah atau saat mereka kalah dalam bermain gim. Sementara itu
responden lain mengaku mengalami perubahan fisik seperti pengelihatan
yang semakin kabur, pusing, lemas dan mudah mengantuk.
Berdasarkan data serta fakta yang di dapat melalui observasi maupun
angket dan dihubungkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa penggunaan gawai dengan intensitas tinggi dapat
mempengaruhi kesehatan mental. Gangguan mental yang paling mendekati
dan cocok dengan kondisi yang dialami oleh responden adalah gangguan
kecanduan gawai. Mayoritas responden mengalami dan merasakan gejala-
gejala atau hal-hal yang dilami serta dirasakan seseorang dengan diagnosis
kecanduan gawai, seperti sulit mengendalikan kesehariannya, sulit mengatur
emosi dan merasa terikat dengan gawai itu sendiri. Meski belum dalam
tingkat akut, tentunya gangguan yang dialami tersebut sewaktu-waktu dapat
menjadi semakin parah atau tak terkendali, jika tidak segera dilakukan
tindakan penanganan dan pencegahan.
31
Langkah pertama dalam mengatasi dampak negatif
penggunaan gawai dengan intensitas tinggi dan berlebih adalah
dengan memperbanyak waktu dengan teman atau keluarga di dunia
nyata.
Menghabiskan waktu dengan mengobrol santai atau
bersenda gurau bersama orang-orang terdekat tanpa gangguan
gawai dapat mengurangi pikiran dan hasrat untuk menggunakan
gawai serta dapat menjaga kesehatan mental. Sebaik mungkin
cobalah hindari kesepian, karena hal tersebut dapat berujung
dengan anda kembali menggunakan gawai anda.
32
dapat mengendalikan hasrat untuk membuka aplikasi-aplikasi
tersebut. Untuk mendukung gerakan ini, anda dapat mengalihkan
waktu luang anda dengan melakukan hobi atau membaca buku
alih-alih dengan bermain dengan aplikasi-aplikasi lain di gawai
anda.
33
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan
bahwa murid kelas XII MIA SMA Xaverius 2 Jambi memiliki
intensitas waktu penggunaan gawai yang tinggi. Intensitas
penggunaan gawai yang tinggi ini mempengaruhi kondisi fisik
maupun mental murid secara signifikan. Murid menjadi lebih sulit
mengontrol emosi, mudah merasa frustrasi, serta sulit mengendalikan
diri mereka dalam menggunakan gawai. Selain itu, murid mengalami
perubahan fisik berupa pengelihatan yang mulai kabur serta kondisi
tubuh yang lemas maupun mudah mengantuk. Hal-hal di atas
menunjukkan adanya gangguan mental yang di alami murid, yaitu
berupa kecanduan gawai. Tapi pengaruh negatif dari intensitas tinggi
penggunaan gawai ini masih dapat diatasi dengan beberapa terapi
maupun penanganan mandiri.
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah para murid harus
mulai berusaha mengurangi intensitas penggunaan gawai mereka
untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka. Mulailah dari hal
kecil, seperti menahan diri membuka sosial media saat sedang
berkumpul bersama teman atau lebih banyak melakukan hobi atau
kegiatan yang dianggap menyenangkan di dunia nyata tanpa gangguan
gawai.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36
37