Anda di halaman 1dari 18

1

MAKALAH BAHASA INDONESIA

makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Andika aldiyan
2.Diah dwi lutfiah
3. Futri sifa khoerun nissa
4.jessy rinikasari
5.Muhammad gilang
6. Nur Hamidah Oktavianah
7.Rinto
8. Vinka nur fitria

Kelas 1A

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON


Jl. Walet no. 21,kertawangunan,kedawung,Cirebon,Jawa Barat

KATA PENGANTAR
2

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puja dan Puji
syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah ilmiah bahasa
indonesia dengan judul "Penanganan depresi pada remaja akibat sosial media .

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-makalah selanjutnya.

Cirebon,10 Desember 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i


3

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………… 2

B. Rumusan Masalah …………………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan …………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Depresi…………………………………………… 5

B. Faktor-faktor depresi pada remaja ……………………… 6

C. Dampak dan contoh kasuk depresi pada remaja……… 12

D. Cara pegangan depresi pada remaja ……………………… 16

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………………… 30

B. Saran …………………………………………………………… 31

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
4

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada


dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan
batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi
(penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan) (Dr. Jalaluddin, 2010).

Sementara itu, Keliat (2012) mendefinisikan, “gangguan mental sebagai suatu


perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan adanya perubahan pada fungsi jiwa yang
menimbulkan penderitaan pada individu yang berdampak pada kemampuan
melaksanakan peranan sosial dengan kurang maksimal”.

Akhir-akhir ini kesehatan mental menjadi topik yang hangat dan ramai
diperbincangkan oleh orang-orang, khususnya pada jejaring sosial. Dewasa ini,
orang-orang tidak hanya mengkhawatirkan masalah kesehatan tubuh mereka, namun
juga kesehatan jiwanya. Gerakan-gerakan seperti self-love, tagar stop bullying,
pembahasan Depresi Bukan Berarti Gila, dan lain-lain memenuhi hampir seluruh
platform media sosial.

Tidak bisa dipungkiri lagi, media sosial memiliki posisi yang sangat dekat dan
intim di dalam kehidupan orang-orang, termasuk remaja jaman sekarang. Rasanya
sangat jarang ada remaja yang bisa menjauhkan diri dari pesona yang ditawarkan oleh
sosial media dan juga kecanduan yang ada di dalamnya (Nextren, 2019:
https://nextren.grid.id/amp/011451289/waspadalah-remaja-putri-lebih-rentan-depresi-
akibat-media-sosial).

Sosial media sejatinya seperti pisau bermata dua. Jika seseorang tidak dapat
menyikapinya dengan bijak maka hal tersebut akan merugikan dirinya sendiri.
Begitupun sebaliknya. Dampak penggunaan sosial media bisa menjadi suatu
pernyakit yang berbahaya bagi kesehatan mental penggunanya (Kompasiana, 2018:
https://www.kompasiana.com/amp/nursyarifahdewi/5ab479c1d0fa802b87ee9a3/socia
l-media-seriously-harms-your-mental-heatlh).
1
5

Mengutip langsung dari situs harian Kumparan, (Kumparan, 2017:


https://m.kumparan.com/amp/millennial/sering-main-medsos-dan-jarang-piknik-
milenial-rentan-depresi) menurut penelitian National Institute of Mental Health bulan
lalu ada 6,3 juta remaja perempuan dan laki-laki terkena dampak anxiety (kecemasan)
di Amerika Serikat. Presentasenya adalah 30 persen pada perempuan dan 20 persen
pada laki-laki.

Jumlah remaja yang mengalami depresi telah meningkat 8 kali disbanding 50


tahun yang lalu, meski zaman sekarang memiliki kesempatan berkembang lebih baik
dalam segala hal dibanding dahulu kala.

Salah satu faktor yang berkontribusi dalam meningkatnya masalah psikologis


ini adalah isu sosial yang mengarah pada depresi dan kecemasan. Penggunaan media
sosial yang berlebihan kurangnya kegiatan rekreasional dan ekstrakulikuler dianggap
memicu hal ini, menurut situs kesehatan Reports Healthcare.

Durasi seseorang melihat sosial media dinilai sebagai faktor penyebab bunuh
diri pada remaja. Meningkatnya sakit mental pada remaja di AS salah satunya
disebabkan masalah ini.

Peneliti dari University of Queensland, telah menemukan hubungan anatara


masalah ini dengan banyaknya penggunaan smartphone, tablet, dan gadget canggih
lainnya. Terlalu sering mengunakan gadget mengakibatkan seseorang menjadi anti-
sosial dan jarang bergerak kemudian mengarah pada masalah kesehatan.

Menurut studi dari penelitian terbaru, remaja putri memiliki tendensi yang
lebih besar untuk menjadi depresi akibat media sosial bila dibandingkan dengan
remaja putra (Nextren, 2019: https://nextren.grid.id/amp/011451289/waspadalah-
remaja-putri-lebih-rentan-depresi-akibat-media-sosial).

Tingginya angka depresi pada perempuan dibanding laki-laki erat


hubungannya dengan lamanya mereka menghabiskan waktu di media sosial,
6

perundungan online, dan kurang tidur. Semua hal ini menjadikan mereka jadi punya
mood yang sangat buruk dan terafiliasi dengan depresi.

Dalam penelitian juga disebutkan bahwa setidaknya tiga per empat dari
remaja perempuan berusia 14 tahun yang menderita depresi juga memiliki rasa
percaya diri yang rendah, tidak bahagia dengan penampilan mereka, serta tidur
kurang dari tujuh jam setiap malamnya (CNN, 2019:
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190104084407-255-358393/gara-gara-
media-sosial-remaja-wanita-lebih-gampang-depresi).

Laporan dari CNN mengenai studi tersebut memperlihatkan remaja putri


berusia 14 tahun yang menggunakan sosial media selama lebih dari lima jam setiap
harinya mengalami peningkatan yang besar.

Diperlihatkan adanya gejala depresi sebesar 50 persen untuk remaja putri,


sementara remaja putra meningkat sebesar 35 persen. Untuk mendapatkan hasil ini,
peneliti menganalisa data dari 10.904 orang remaja berusia 14 tahun yang lahir antara
tahun 2000 dan 2002 di Inggris. Data tersebut didapatkan dari UK Millennium
Cohort Study, dan di dalamnya juga terdapat informasi dari kuesioner mengenai
gejala depresi dan hubungannya dengan penggunaan sosial media. (Nextren, 2019:
https://nextren.grid.id/amp/011451289/waspadalah-remaja-putri-lebih-rentan-depresi-
akibat-media-sosial).

Oleh karena itu, pengawasan orang tua berperan penting dalam menjaga
kondisi mental remaja. Orang tua disarankan mengajak anak-anaknya untuk lebih
berperan dalam berkegiatan sosial, sehingga hal itu dapat mengatasi depresi pada
mereka (Kumparan, 2017: https://m.kumparan.com/amp/millennial/sering-main-
medsos-dan-jarang-piknik-milenial-rentan-depresi).

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan sosial
media agar terhindar dari depresi, seperti yang dikutip pada laman Kompas.com
(Kompas.com, 2018: https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/05/124110520/cara-
7

mengendalikan-diri-agar-tidak-kecanduan-media-sosial?page=all), bahwa cara


mengurangi penggunaan sosial media dapat dilakukan dengan membatasi jumlah
waktu yang dihabiskan untuk membuka sosial media, mencari kegiatan yang lebih
bermanfaat yang dapat menyita perhatian dari sosial media, dan menggunakan sosial
media dengan bijak dan tahu dampak buruk apa yang akan ditimbulkan ketika
menggunakan sosial media dengan tidak bertanggung jawab.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud gangguan mental, depresi dan sosial media?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada remaja yang disebabkan
oleh sosial media?
3. Bagaimana ciri-ciri remaja yang mengalami depresi yang disebabkan oleh
sosial media?
4. Apa dampak dan contoh kasus yang ditimbulkan dari penggunaan sosial
media yang berlebihan pada remaja?
5. Bagaimana cara penanganan depresi pada remaja yang disebabkan oleh sosial
media?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan mental, depresi dan sosial media
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada remaja yang
disebabkan oleh sosial media
3. Untuk mengetahui ciri-ciri remaja yang mengalami depresi yang disebabkan
oleh sosial media
4. Untuk mengetahui dampak dan contoh kasus yang ditimbulkan dari
penggunaan sosial media yang berlebihan pada remaja
5. Untuk mengetahui cara penanganan depresi pada remaja yang disebabkan
oleh sosial media

BAB II
PEMBAHASAN
8

2.1 Pengertian Gangguan Mental, Depresi dan Sosial Media

Gangguan mental menurut WHO, terdiri dari tiga masalah, dengan berbagai
macam gejala. Namun, mereka umumnya dicirikan oleh beberapa kombinasi
abnormal pada pikiran, emosi, perilaku dan hubungan dengan orang lain. Pada
konteks kesehatan jiwa, gangguan jiwa atau mental adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia
(Ayuningtyas, Misnaniarti, dan Rayhani, 2018:3).

Sementara, depresi adalah gangguan psikologis yang paling umum ditemui.


Gangguan ini ditandai oleh kondisi emosi sedih dan muram serta terkait dengan
gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal. Sebenarnya, depresi merupakan gejala
yang wajar sebagai respon normal terhadap pengalaman hidup negatif, seperti
kehilangan anggota keluarga, benda berharga atau status sosial. Dengan demikian,
depresi dapat dipandang sebagai suatu kontinum yang bergerak dari depresi normal
sampai depresi klinis (Aditomo dan Retnowati, 2004:1).

Menurut Mulawarman dan Nurfitri (2017) istilah media sosial tersusun dari
dua kata, yakni “media” dan “sosial”. “Media” diartikan sebagai alat komunikasi.
Sedangkan kata “sosial” diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu
melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini
menegaskan bahwa pada kenyataannya, media dan semua perangkat lunak
merupakan “sosial” atau dalam makna bahwa keduanya merupakan produk dari
proses sosial.

2.2 Faktor-faktor Penyebab Depresi Pada remaja yang Disebabkan Oleh Sosial
Media

Dikarenakan sosial media menjadi wadah bagi hampir seluruh orang di


seluruh dunia, yang di antaranya ialah remaja yang baru menginjak usia belasan
9

tahun yang masih bersikap labil dan sedang mencari jadi diri, menyebabkannya
rentan terhadap beberapa hal. Khususnya depresi yang disebabkan oleh sosial media.
Berikut adalah beberapa faktor penyebab depresi pada remaja yang disebabkan oleh
sosial media yang dikutip dari portal berita daring BBC (BBC News, 2018:
https://www.bbc.com/indonesia/amp/vert-fut-42679432), di antaranya yaitu:

1. Pola tidur yang kurang baik


Dulu manusia menghabiskan waktu mereka di malam hari
dalam kegelapan. Namun zaman sekarang pencahayaan buatan
mengelilingi hampir di seluruh tempat sepanjang siang dan malam.
Para peneliti telah menemukan bahwa cahaya buatan ini dapat
menghambat produksi hormone melatonin pada tubuh yang
memudahkannya untuk tidur. Cahaya biru yang terlalu lama
berhadapan dengan mata pada telepon genggam dan laptop dianggap
sebagai penyebab utamanya. Hal ini biasa terjadi ketika seseorang
sedang menggunakan akun sosial medianya selama berjam-jam.
2. Kecanduan
Pada tahun 2011, Daria Kuss dan Mark Griffiths dari
Universitas Nottingham Trent di Inggris menganalisa 43 studi
sebelumnya yang mengkaji bahwa kecanduan media sosial merupakan
gangguan mental yang “mungkin” membutuhkan perawatan
professional. Disimpulkan pula bahwa mereka yang rentan terhadap
kecanduan media sosial antara lain adalah mereka yang memiliki
ketergantungan pada alkohol, orang yang sangat tertutup, dan mereka
yang menggunakan media sosial sebagai kompensasi karena
kurangnya hubungan pada kehidupan nyata.

3. Menurunkan tingkat kualitas kepercayaan diri


10

Sebuah studi yang dilakukan pada 2016 lalu di Penn State


University menunjukkan melihat swafoto seseorang menurunkan
kepercayaan diri, karena para pengguna membandingkan diri mereka
dengan foto orang yang tampak paling bahagia. Para peneliti dari
Universitas Strathclyde, Universitas Ohio dan Universitas Iowa juga
menemukan bahwa perempuan membandingkan dirinya secara negaitf
terhadap swafoto perempuan lain.
4. Menimbulkan rasa iri
Dalam sebuah studi yang melibatkan 600 orang, sekitar
sepertiganya mengatakan media sosial telah membuat mereka
merasakan emosi negatif—kebanyakan frustasi—dan iri yang dipicu
oleh kecenderungan membandingkan kehidupan mereka dengan yang
lain dan penyebab utamanya adalah foto orang lain yang sedang
melancong. Perasaan iri hati menyebabkan sebuah “pusaran
kecemburuan”, di mana orang bereaksi dengan iri dengan
menambahkan konten serupa yang membuat mereka iri pada profil
mereka.
5. Kesepian
Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Preventive
Medicine Amerika pada tahun lalu, mensurvei 7.000 orang yang
berusia 19-32 tahun dan menemukan bahwa mereka yang
menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, memiliki risiko dua
kali lipat untuk mengalami terkucilkan sosial, yang meliputi
rendahnya rasa sosial,kurang hubungan dengan sesame dan menjalani
hubungan dengan berarti.
Para peneliti menyebutkan, menghabiskan waktu lebih banyak
di media sosial dapat menggantikan interaksi tatap muka, tapi juga
dapat membuat orang merasa terasing.
11

2.3 Ciri-ciri Remaja yang Mengalami Depresi yang Disebabkan Oleh Sosial
Media

Seperti yang dilansir oleh (Beritagar, 2018:https://beritagar.id/artikel-amp/gaya-


hidup/kebiasaan-orang-depresi-dalam-menggunakan-media-sosial) ada hubungan
yang erat antara penggunaan media sosial dan tingkat depresi yang dialami seseorang.
Para peneliti di Texas State University menganalisis perilaku online dari 500 siswa
yang sering menggunakan Facebook, Twitter, Instagram, dan Snapchat. Dalam
penelitian itu, mereka menanyai para peserta apakah mereka memiliki gejala
gangguan depresi. Peneliti menyimpulkan bahwa, mereka yang menunjukkan tanda-
tanda depresi lebih cenderung memiliki kebiasaan media sosial serupa berikut:

1) Menggunakan media sosial untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan


seseorang yang mereka anggap punya kehidupan lebih baik. Kebiasaan
membandingkan diri dengan orang lain karena ketidakmampuan orang yang
depresi untuk mengenali bahwa orang lain menggambarkan 'diri terbaik'
mereka dan bukan diri 'realistis' mereka secara daring.
2) Sering menggunakan media sosial hingga dalam tahap seperti ‘kecanduan’.
Hal ini ditentukan melalui serangkaian pertanyaan seperti: apakah Anda
berusaha memotong penggunaan media sosial, apakah penggunaan media
sosial berpengaruh buruk pada pekerjaan dan sekolah Anda? Rata-rata mereka
yang depresi menjawab ‘ya’ untuk mayoritas pertanyaan tersebut.
3) Mereka merasa terganggu saat di-tag oleh sebuah foto yang memuat sosok
mereka yang kurang ‘sempurna’.
4) Jarang mengunggah foto mereka dengan orang lain. Alasannya menurut para
penulis penelitian percaya adalah karena mereka yang depresi cenderung
mengisolasi diri dari orang lain.

2.4 Dampak dan Contoh Kasus yang Ditimbulkan dari Penggunaan Sosial
Media yang Berlebihan Pada Remaja
12

Sosmed sudah merasuk ke berbagaia kalangan, mulai dari anak dengan usia
sekolah sampai orang dewasa memiliki akun media sosial. Sosial media sebagai
sarana yang memudahkan untuk berinteraksi satu sama lain. Namun sosmed juga
berdampak buruk bagi penggunanya, sebagian orang telah mengalami kecanduan,
bahkan sampai berefek fatal. Berikut terdapat contoh kasus akibat kecanduan sosial
media seperti yang dilansir oleh laman berita elektronik, Liputan6 (Liputan6,
2014:https://m.liputan6.com/citizen6/read/2033558/5-cerita-korban-kecanduan-
sosial-media), di antaranya:

1) Perempuan dirawat di rumah sakit setelah menggunakan WhatsApp


berlebihan
WhatsAppitis adalah julukan orang yang ketagihan memakai
aplikasi WhatsApp. Ada seorang WhatsAppitis perempuan yang
selama liburan Natal selalu menggunakan layanan pesan WhatsApp
hingga dia harus dibawa ke rumah sakit. The Lancet jurnal media
mencatat saat ini mereka sedang mencari obat untuk perempuan
tersebut yang mengalami sakit parah di pergelangan tangannya. Dia
tidak memiliki riwayat trauma atau tidak terlibat dalam aktivitas fisik
yang berlebihan pada hari-hari sebelumnya. Namun, pada Hari Natal
2013 dia menghabiskan sekitar enam jam untuk memegang ponselnya,
diagnosis ini disebut 'ekstensor polisis longus bilateral tendinitis
jempol'.
2) Remaja mencoba bunuh diri karena tidak puas dengan kualitas
swafotonya
Seorang remaja Inggris kecanduan untuk berswafoto dan
mencoba bunuh diri karena dia tidak menyukai salah satu foto yang
telah dia ambilnya. Danny Bowman, menghabiskan waktu selama 10
jam setiap hari untuk mengambil 200 foto dirinya di iPhone miliknya.
Sampai stress memikirkan hal itu dia hampir saja overdosis pil,
untungnya sang ibu datang untuk membantu agar Bowman tetap
13

hidup. Kasus yang dialami Bowman adalah kasus ekstrim, psikiater


mulai mempertimbangkan kecanduan swafoto sebagai masalah
kesehatan mental yang serius.
3) Perempuan melakukan bunuh diri setelah dituduh kecanduan
Facebook
Pada Februari 2014 lalu, seorang perempuan India dituduh
oleh orang tuanya karena kecanduan Facebook, dia pun
menanggapinya dengan gantung diri dari kipas yang ada dilangit-
langit kamarnya. Sushma Goswami, telah menggunakan Facebook
sejak beberapa bulan lalu dan menyebabkan dia menghabiskan waktu
berjam-jam di depan komputernya. Adik laki-lakinya pun mengikuti
untuk menggunakan Facebook, orang tuanya marah karena mereka
mengabaikan tugas sekolahnya dan menghabiskan waktu untuk
internetan.
Sayangnya kasus ini bukan yang pertama kalinya, pada Oktober 2013
seorang perempuan remaja di desa Parbhani Maharashtra melakukan
bunuh diri setelah bertengkar dengan orangtuanya karena kecanduan
Facebook. "Apakah Facebook begitu buruk? aku tidak bisa tinggal di
rumah dengan pembatasan seperti aku tidak bisa hidup tanpa
Facebook", tulisnya dalam catatan bunuh dirinya.
4) Perempuan kecanduan facebook sampai dia tenggelam ke perairan
dingin
Seorang turis perempuan tengah mengunjungi Australia, dia
sedang berjan-jalan di sepanjang dermaga. Dia sedang menggunakan
Facebook di ponselnya saat dia jalan, dia langsung terjun ke perairan
dingin di Port Phillip Bay. Turis ini sama sekali tidak melihat
sekelilingnya dan dia juga tidak bisa berenang, untungnya ada polisi
yang menolong perempuan tersebut dan membawanya ke rumah sakit
terdekat. Bagian yang paling mengejutkan, dia tidak melepaskan
14

ponselnya meskipun dia tidak bisa berenang dan suhu air sekitar titik
beku.
5) Orang yang kehilangan pekerjaan dan istrinya karena kecanduan
twitter
Larry Carlat adalah pria yang sudah menikah dan bekerja
sebagai editor majalah. Suatu saat dia kecanduan Twitter sampai
kehilangan pekerjaan, bercerai sampai terasingi oleh orang-orang
terkasih. Tweetoholic ini menjelaskan tweeting "setiap jam pada jam,
siang dan malam". Tweet dia jelas melanggar kebijakan perusahaan
sosial media. Dia memilih Twitter sekitar satu bulan kemudian, lalu
dia kehilangan istrinya setelah tweeting, "aku akan mengambil peluru
untuk istri saya, tapi sekarang saya lebih suka menjadi orang yang
menarik pelatuk". Dia mengaku telah mencapai titik terendah ketika
anaknya mengancam akan berhenti mem-follow dia di Twitter. Setelah
Tweeting sebanyak 30 kali sehari, tujuh hari seminggu selama lebih
dari 3 tahun dan mengumpulkan lebih dari 25.000 pengikut, Larry
memutuskan untuk melakukan "Twittercide" dan meninggalkan sosial
media.

2.5 Cara Penanganan Depresi Pada Remaja yang Disebabkan Oleh Sosial Media
15

Kecanduan soial media harus diatasi dengan cepat dan tepat demi
menghindari berbagai masalah atau dampak kecanduan yang lebih akut dan serius.
Jika tidak bisa berubah drastis, seperti berhenti total, hal ini bisa dilakukan dengan
bertahap. Berikut ini merupakan beberapa cara penanganan depresi yang bisa
dilakukan dari diri sendiri menurut laman Cermati.com (Cermati.com, 2018:
https://www.google.com/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/bahaya-kecanduan-
sosial-media-dan-cara-mengatasinya), antara lain:

1. Punya tekad untuk berubah


Langkah pertama adalah memahami dengan baik masalah
kecanduan yang sedang dialami. Hal ini penting untuk mengetahui
secara tepat berbagai dampak buruk yang telah dialami akibat
kecanduan sosmed ini.
Setelah itu, harus punya tekad kuat untuk berubah dan
memperbaiki diri, termasuk tujuan yang jelas dalam proses perubahan
ini. Ini akan menjadi modal utama dalam mengatasi gangguan
kecanduan sosmed, sehingga proses tersebut menjadi lebih mudah dan
tetap terarah.
2. Batasi penggunaan media sosial
Mulailah dengan langkah yang paling ringan, seperti
membatasi waktu untuk online di sosial media. Jika selama ini 24 jam
sehari mengakses sosial media, maka dimulai dari sekarang buka
sosial media saat waktu senggang setelah kegiatan yang wajib telah
terlaksana saja. Bisa juga dengan menyibukkan diri dengan melakukan
berbagai rutinitas harian, sehingga tangan ‘tidak gatal’ lagi untuk
selalu online.

3. Lakukan hobi yang digemari


16

Sosial media terkadang membuat seseorang lupa diri, bahkan


melupakan hobi sendiri. Cobalah untuk lebih aktif untuk menekuni
hobi yang selama ini sudah ditinggalkan, sehingga keinginan untuk
selalu akses sosial media ini bisa ditekan.
Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas lain yang lebih
bermanfaat dan belum sempat direalisasikan, misalnya mengunjungi
teman lama atau kerabat, mendaki gunung, membuat kue kesukaan
keluarga, dan lainnya.
4. Luangkan waktu dengan orang terdekat
Jika selama ini sudah ‘tenggelam’ terlalu dalam di sosial media dan
mengabaikan keluarga, cobalah kini berubah. Luangkan waktu lebih
banyak dengan keluarga, saudara, atau dengan sahabat-sahabat
terkasih pergi ke bioskop, makan di luar, dan lainnya. Hal ini akan
terasa menyenangkan dan mengalihkan perhatian dari sosial media
secara perlahan.
5. Gunakan Sosmed dengan Bijak
Pilihlah sumber berita atau informasi lain yang lebih tepat dan akurat
selain sosial media, sehingga tidak membuang terlalu banyak waktu
untuk mengakses berbagai hal di sosial media.
17

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan Dan saran


Dari karya tulis yang telah kami buat diatas, maka banyak yang dapat
dicermati dan kami sebagai penyusun/penulis menyimpulkan bahwa : Kita harus bisa
memilah nikah berita positif atau negatif dan jangan sampai terjerumus ke hal hal
negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Abed, Mohammed. 2019. Gara-gara Sosial Media, Remaja Wanita Lebih Gampang
Depresi [online]. Tersedia: https://nextren.grid.id/amp/011451289/
waspadalah-remaja-putri-lebih-rentan-depresi-akibat-media-sosial [28
November 2019]

Aditomo, A., & Retnowati, S. (2004). Perfeksionisme, Harga Diri, dan


Kecenderungan Depresi Pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi, 1.

Ariyanti, Fiki. 2018. Bahaya Kecanduan Sosial Media dan Cara Mengatasinya
[online]. Tersedia:
https://www.google.com/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/bahaya-
kecanduan-sosial-media-dan-cara-mengatasinya [29 November 2019]

Armandhanu, Denny. 2017. Sering Main Medsos dan Jarang Piknik, Milenial Rentan
Depresi [online]. Tersedia: https://m.kumparan.com/amp/millennial/sering-
main-medsos-dan-jarang-piknik-milenial-rentan-depresi [28 November 2019]
18

Ayuningtyas, D., dkk. (2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada Masyarakat
di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 3.

Buana, DN. 2019. Waspadalah, Remaja Putri Lebih rentan Depresi Akibat Media
Sosial [online]. Tersedia: https://nextren.grid.id/amp/011451289/waspadalah-
remaja-putri-lebih-rentan-depresi-akibat-media-sosial [28 November 2019]

Brown, Jessica. 2018. Apa Saja Bukti Pengaruh Media Sosial di Kehidpuan Anda
[online]. Tersedia: https://www.bbc.com/indonesia/amp/vert-fut-42679432
[29 November 2019]

Dewi, Nursyarifah. 2018. Sosial Media Seriously Harms Your Mental Helath
[online]. Tersedia: https://www.kompasiana.com/amp/nursyarifahdewi/
5ab479c1d0fa802b87ee9a3/social-media-seriously-harms-your-mental-heatlh
[28 November 2019]

Edentod, Sergey. 2018. Kebiasaan Orang Depresi dalam Menggunakan Media Sosial
[online]. Tersedia: https://beritagar.id/artikel-amp/gaya-hidup/kebiasaan-orang-
depresi-dalam-menggunakan-media-sosial [29 November 2019]

Anda mungkin juga menyukai