Anda di halaman 1dari 26

MINI RISET

MANAJEMEN STRESS PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Dosen Pengampu:

Laili Alfita, S.Psi, MM, M.Psi, Psikolog

Oleh:

ELDINA OLIVYA PRAMANA

(208600054)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan mini riset ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
ibu Laili Alfita, S.Psi, MM, M.Psi, Psikolog. Makalah ini berisi tentang MANAJEMEN
STRESS PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan mini
riset ini, yang disusun masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik.

Medan, 30 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6
A. Anak Sekolah Dasar......................................................................................................6
B. Stress..............................................................................................................................7
C. Faktor-faktor yang menyebabkan stress........................................................................8
D. Pemicu Stress.................................................................................................................9
E. Tahapan Stress.............................................................................................................11
F. Indikasi Stress..............................................................................................................14
G. Respon Individu terhadap Stress.................................................................................15
BAB III METODELOGI PENELITIAN...............................................................................17
A. Kerangka Konseptual...................................................................................................17
B. Waktu Penelitian..........................................................................................................17
C. Tempat Dan Sampel Penelitian...................................................................................17
D. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................................17
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................20
1. Hasil Penelitian............................................................................................................20
BAB V PENUTUP.................................................................................................................22
Kesimpulan..................................................................................................................22
Dokumentasi................................................................................................................23
Daftar Pustaka..............................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres adalah respon manusia yang bersifat non spesifik terhadap setiap
tuntutan kebutuhan yang ada didalam dirinya. Stres merupakan reaksi tubuh terhadap
situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain (
Mick Cooper and Duncan Law, 2018). Stres juga dapat disebabkan oleh faktor
psikologis, individu, serta ada beberapa jenis stresor psikologis yaitu tekanan
(pressure) , frustasi dan konflik (Bruce B. Frey, 2018). Stres adalah hubungan antara
seseorang dengan lingkungannya, dimana dalam lingkungan itu terdapat tuntunan
yang melebihi kemampuan danmembahayakan kesejahteraan (Dawn M, McBride, J.
Cooper Cutting, 2018).
Kebanyakan stres yang dialami anak-anak dianggap tidak penting oleh orang
dewasa. Hal ini dikarenakan anak-anak hanya memiliki sedikit pengalaman untuk
belajar, maka bahkan situasi yang menyebabkan perubahan kecil juga sudah
menimbulkan efek terhadap perasaan anak. Stres dalam dunia anak terjadi apabila
anak merasa tidak mampu untuk menahan tekanan-tekanan yang berasal dari luar
dirinya (external pressure), minsalnya tekanan dari teman-teman, keluarga dan
sekolah atau dari dalam dirinya sendiri (internal pressure) ( Robjant K et all, 2019).
Stres akademik adalah stres yang bersumber dari proses belajar mengajar atau
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar atau lebih dikenal dengan tekanan
akademik dan tekanan teman sebaya ( Meinck F et all, 2018) (Lueger-schuster B et
all, 2017). Tekanan akademik berupa tekanan yang bersumberkan dari anak naik
kelas, lama belajar, menyontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi,
mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan karir serta kecemasan
ujian dan manajemen waktu (Griauzde DH et all, 2019)( Fears NE et all, 2018)
Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima rata-rata
456 laporan kasus per bulan atau 5.987 kasus pelanggaran sepanjang tahun 2019,
meningkat 76% dari tahun sebelumnya. Laporan ini turut mengindikasikan adanya
peningkatan gangguan stres pada anak di Indonesia.Lembaga konseling Personal
Growth mencatat
4
anak usia 1-14 yang mengalami stres tersebut, 40% adalah balita dan 60% anak usia
sekolah( Maila et all, 2018).
Anak yang berusia 10 hingga 12 tahun (setara kelas 4 hingga 6 sekolah dasar)
telah memasuki masa prapubertas, di mana perubahan biofisik akan dirasakan kembali
dan memasuki masa pemikiran abstrak. Para peneliti mengungkapkan usia 10 hingga
12 tahun rentan stres, ketika tugas perkembangan mereka terhalangi ataupun
terhambat dalam menjalankannya karena suatu kondisi( Vismara L et all, 2020).
Dalam penelitian lain dikatakan bahwa terdapat 20 kejadian stres berat pada 1000
anak usia 10 hingga 12 tahun n(Tal A et all, 2020). Riset di Belanda, mendapatkan
peningkatan kadar kortisol (hormon stres) sebesar 70,7% tiga puluh menit setelah
bangun tidur pagi pada anak usia 10 hingga 12 tahun (Vial A et all, 2020).
Kejadian traumatik, seperti ditinggal orang yang dikasihi, dapat menyebabkan
seorang anak mengalami gangguan depresi. Lingkungan sekolah yang baru. Beberapa
anak yang menganggap suasana ini sangat tidak nyaman dan akan membebani mereka
secara psikologis. Jam belajar yang berlebih dan tekanan orangtua agar anak harus
berprestasi dapat berubah dari motivasi menjadi beban psikologis anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah adalah
bagaimana manajemen stress pada anak sekolah dasar.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen stress pada
anak sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta
pengalaman penulis dengan menggunakan metode kuantitatif. Serta mengetahui
bagaimana manajemen stress pada anak sekolah dasar.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau biasa
disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring
dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat
anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis
bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas
yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak. Usia sekolah dasar disebut
juga periode intelektualitas, atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6 – 7
tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah
dasar terdiri dari periode kelas rendah dan periode kelas tinggi. Anak sekolah dasar
merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami gizi kurang diantara
penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah dan asupan makanan yang kurang
seimbang serta rendahnya pengetahuan orang tua. Anak sekolah dengan pola makan
seimbang cenderung memiliki status gizi yang baik.
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktifitas bermain yang menguras
banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan
keluar, akibatnya tubuh menjadi kurus. Sehingga untuk mengatasinya harus
mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup.
Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering
rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka
"dewasa". Mereka merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap
ini disebut tahap "I can do it my self". Mereka sudah mampu untuk diberikan suatu
tugas.
Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapat
meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali
mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya
tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang

6
dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang
jujur.
Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan
membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih mudah menggunakan
perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma‐norma sosial dan 4
kesesuaian jenis‐jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak ‐anak tumbuh semakin
lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan
menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.
Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada
kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan
sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan
sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki‐laki dan perempuan
menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya
berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional
yang serius Teman‐teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya.
Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian
serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman
sebaya melalui pakaian atau perilaku. Hubungan antara anak dan guru juga seringkali
berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung
kepada guru. Di awal awal tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih
kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak
mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru
mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan
cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan,
beberapa anak mungkin secara terbuka menentang gurunya.
B. Stress
Stres merupakan bagian alami dalam kehidupan. Namun, juga berpotensi
merusak kesehatanjika tekanan yang dialami dalam intensitas berat dan dalam rentang
waktu yanglama. Menurut Lazarus & Folkman (1984) stres adalah tekanan dari
dalamdiri yangdapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi
lingkungan sosial yang berpotensi membahayakan, tidak terkendali atau melebihi
kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga suatu keadaan tertekan, baik
secara fisik maupun psikologis.

7
Stress sering kali disebabkan oleh tekanan yang disebabkan dari permasalahan
pribadi, keluarga, sekolah maupun sosial. Permasalahan yang terjadi ini perlu diketaui
agar segera dapat diselesaikan. Salah satu stress yang paling sering dirasakan oleh
siswa adalah stress akademik, tekanan akademis ini meningkat karena ujian, tugas dan
banyak aktivitas yang harus dilakukan siswa (Jain & Singhai, 2018). Selama masa
pandemic dan new normal ini tekanan akademis telah meningkat karena perubahan
pembelajaran yang biasa dilakukan tatap muka menjadi pembelajaran daring
(Kusnayat et al., 2020; Sanjaya, 2020; Sumantyo, 2020)

Stress memiliki banyak dampak terhadap kehidupan individu contohnya saja


mengalami kecemasan. Kecemasan sendiri merupakan dampak yang ditimbulkan dari
stress yang dialami oleh individu (Fitria, 2018; Mutianingsih & Mustikasari, 2019;
Thoyibah et al., 2020). Ketika individu mengalami kecemasan yang terus menurus
maka akan mengganggu aktivitasnya dalam kegiatan sehari-sehari.

Oleh karena itu individu harus memiliki kendali atas diri nya agar kecemasan
tersebut tidak meningkat. Beberapa hal yang penting yang dapat berpengaruh pada
kecemasan individu yakni cara Individu dalam mengelola stress. Seseorang yang
memiliki pengelolaan stress dengan baik mampu menggunakan sumber daya dengan
efektif untuk mengatasi ganguan serta kekacauan mental, emosional yang timbul
akibat tekanan dan kondisi yang diluar prediksi (Burla et al., 2019).

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Stress

Stressor adalah tuntutan-tuntutan untuk menyesuaikan diri. Strain adalah


tegangan yang terdapat atau terjadi pada seseorang akibat adanya sumber ketegangan.
Dengan kata lain, stresor adalah segala sesuatu yang meyebabkan kita menjadi stres.
Stresor adalah hal yang dianggap suatu ancaman yang nyata dan dirasakan
mengganggu stabilitas atau kenyamanan seseorang. Stresor bisa terjadi secara akut,
kronis, dari dalam atau luar, baik secara jasmani atau rohani,nyata atau hanya suatu
khayalan. Dan stresor dapat dirasakan oleh tubuh kita tanpa kita sadari. (Iskandar
Junaidi, 2006: 109). Dapat dikatakan bahwa stressoradalah adjutive demand (tuntutan
untuk menyesuaikan diri).

8
Menurut Coleman terdapat tiga sumber yang dapat dimasukkan dalam kategori
stressor, yaitu frustasi, konflik dan tekanan (pressure). Berikut beberapafactor yang
menyebabkan stres:
1. Stresor fisik/jasmani, antara lain: Suhu dingin/panas, suara bising, rasa sakit,
kelelahan fisik, polusi udara, tempat tinggal tak memadai dan sebagainya.
2. Stresor psikologik, antara lain: Rasa takut, kesepian, patah hati, marah, jengkel,
cemburu, iri hati
3. Stresor sosial-budaya, antara lain: Hubungan sosial, kesulitan pekerjaan,
menganggur, pensiun, PHK, perpisahan, perceraian, keterasingan, konflik rumah
tangga.

Secara umum penyebab stres adalah sebagai berikut :

a. Beban kerja berlebihan (terlampau banyak tugas).

b. Tekanan waktu dan tenggat waktu yang tidak mungkin dipenuhi.

c. Seberapa baik dan sejauh mana anda merasa keahlian dan kemampuan anda
dipergunakan.

d. Peran kerja yang dipahami didefenisikan dengan buruk

e. Perubahan prosedur.

f. Komunikasi buruk, tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak merasa
sebagai bagian dari organisasi.

D. Pemicu Stress

Ada banyak hal yang dapat memicu stres dalam hidup kita (stresor).

9
Beberapa diantaranya adalah:

1. Stres besar, ancaman terbesar bagi seseorang

2. Masalah kesehatan seperti penyakit degenerative seperti jantung,stroke, hipertensi,


gula darah (DM), kanker dan lain-lain.

3. Trauma kecelakaan lalu lintas yang berat dan fatal

4. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres setelah stresornya hilang

5. Kelaparan yang hebat

6. Faktor-faktor psikologis seperti kemarahan, kegelisahan, depresi, rasa takut,


kekalahan sosial, penghinaan, rasa kecewa, khawatir yang berlebihan.

7. Faktor-faktor fisik seperti pengerahan tenaga yang terlalu besar, udarapanas,


dingin, trauma, infeksi, kelebihan beban kerja, dan kurang waktuistirahat.

8. Lingkungan yang tidak sehat seperti ancaman terhadap rasa aman, hubungan
sosial yang buruk, konflik, kekerasan, dan kekejaman, dan masih banyak lagi.

9. Stres atau kejengkelan kecil (stres biasa yang sering kita alami) sepertikemacetan
lalu lintas, tugas-tugas yang harus diselesaikan’ e-mail yangharus segera dibalas,
kebisinganan, keramaian, dan sebagainya.

10. Suatu perubahan yang penting, yang bersifat negative maupun positif

11. Karakter atau sifat bawaan seperti seorang dengan karakter perfeksionis dan
kolerik/pekerja keras

12. Sifat tamak dan ambisius

1
13. Sikap tidak menerima dirinya apa adanya, selalu membandingkandirinya dengan
orang lain, menilai dirinya secara negatif, penuhkekurangan, tidak dapat melihat
kelebihan yang ia miliki.

14. Hidup yang penuh dengan kepura-puraan, tidak jujur, menjalani hiduplain yang
tidak sesuai dengan kondisinya

15. Iri hati dan dengki, tidak suka melihat orang lain berhasil.

E. Tahapan Stress

Stress memiliki dua gejala yaitu:

1. Gejala Fisik

Gejala stress secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas cepat dan
memburu/terengah-engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi serak, perut
melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan lembab, letih yang
tak beralasan, merasa gerah, panas, otot tegang.

2. Gejala Psikis

Keadaan stress dapat membuat orang-orang yang mengalaminya merasakan


gejala- gejala psiko neurosa (neurotik), seperti cemas, resah, gelisah, sedih,
depresi, curiga, Fabio (takut), bingung, salah paham, agresi, labil, jengkel, marah,
lekas panik, cermat secara berlebihan.

Dilihat dari gejala-gejala stres, Dadang Hawari mengemukakan pendapat Robert


J. Van Amberg, seorang psikiater yang membagi tahapan stres dalam enam tingkatan.
Dengan latar belakang seorang dokter ahli jiwa, maka terlihat gejala- gejala yang ada
lebih banyak dilihat dari perspektif medis/fisik. Keenam tingkatan tersebut dapat
diurai sebagai berikut:

1
1. Stress tingkat I

Tahapan stres ini merupakan tingkat stres yang paling ringan yang ditandai
dengan perasan-perasaan sebagai berikut:

a. Semangat besar
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya
c. Energi dan gugup secara berlebihan, kemampuan menyelesaikan yang lebih
dari biasanya.

Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang kemudian menjadi bersemangat


dengan tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sudah menipis.

2. Stress tingkat II

Tahapan kedua ini dampak stres yang menyenangkan mulai hilang dan timbul
keluhan-keluhan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.
Keluhan- keluhan yang sering dirasakan antara lain:

a. Merasa letih disaat bangun pagi


b. Merasa lelah sesudah makan
c. Merasa lelah menjelamg sore
d. Terkadang gangguan dalam sistem percernaan (gangguan usus, perut
kembung). Kadang-kadang disertai jantung yang berdebar-debar
e. Perasan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
f. Perasaan tidak bisa santai.

3. Stress tingkat III

Pada tahap tiga, keluhan semakin tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut:

a. Gangguan usus semakin terasa (sakit perut, mules, sering ingin ke belakang)
b. Otot-otot terasa tegang

1
c. Perasaan tegang yang semakin meningkat
d. Gangguan tidur (sukar tidur, suka terbangun malam dan sukar tidur kembali,
atau bangun terlalu pagi)
e. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)

Tahapan ini harus segera berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stres
atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk
beristirahat atau relaksasi, guna memulihkan suplay energi.

4. Stress tingkat IV

Gejala dalam tahap keempat semakin lebih berat, dengan gejala-gejala sebagai
berikut:

a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit


b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit
c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan
kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat
d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun
dini hari
e. Perasaan negative
f. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa.

5. Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan 4 di atas, yaitu:

a. Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion)


b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang
air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang
d. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik.

1
6. Stress tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat.
Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di bawa ke ICCU. Gejala-gejala pada
tahapan ini cukup mengerikan:

a. Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan karena zat adrenalin
yang dikeluarkan karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah
b. Nafas sesak, megap-megap
c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi. Pingsan atau
collaps.

Bilamana diperhatikan, maka dalam tahapan stres di atas, menunjukkan


manifestasi di bidang fisik dan psikis. Di bidang fisik berupa kelelahan,
sedangkan di bidang psikis berupa kecemasan dan depresi. Hal ini dikarenakan
penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit terus-menerus.
Sering buang air kecil dan sukar tidur merupakan pertanda dari depresi.

Stress berdampak terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan seseorang:

1. Reaksi yang bersifat jasmani dapat berupa:Jantung berdebar-debar, otottegang,


sakit kepala, sakit perut/diare, lelah, gangguan makan, eksim.
2. Reaksi yang bersifat kejiwaan dapat berupa: Sukar konsentrasi, sukar tidur,
cenderung menyalahkan orang lain, cemas, menarik diri,menyerang, mudah
tersinggung.
3. Pada tahap yang berat stres dapat menimbulkan: Penyakit fisik (misal tekanan
darah tinggi, asma berat, serangan jantung dan Sebagian

F. Indikasi Stress
Menurut David dan Nelson (dalam Muhayaroh, 2020) indikasi stres dapat

1
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Aspek Feeling (perasaan): Individu yang mengalami stres akan merasa gelisah
dan sering ketakutan, cemas berlebih, mudah marah, murung, khawatir, dan
selalu merasa tidak mampu.
2. Aspek Kognitif (pikiran) Individu yang sedang mengalami stres, akan
memiliki penghargaan yang rendah pada diri sendiri, memiliki emosi yang
tidak stabil, bahkan tidak mampu berkonsentrasi dengan baik ataupun mudah
melamun secara berlebihan.
3. Aspek behavior (perilaku) Individu yang memiliki gejala stres akan mudah
menangis tanpa alasan yang jelas, mudah terkejut, kaget atau panik, kesulitan
berbicara, dan tidak mampu rileks. Selain itu individu cenderung mudah
tersinggung, sedih dan juga depresi.
4. Aspek fisiologi (tubuh) Individu yang mengalami stres akan memiliki
permasalahan dengan keadaan tubuh yang cenderung mudah letih, gemetar,
memiliki permasalahan dengan tidur, sakit kepala ataupun memiliki masalah
dengan ritme jantung.

G. Respon Individu Terhadap Stress


Setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap stres yang
sedang dihadapi. Menurut Caspi, Bolger dan Ecken (Yusuf, 2018) terdapat dua
respon stress, yaitu respon emosional dan respon fisiologis.
a. Respon Emosional
Caspi, Bolger, dan Ecken menyatakan terdapat hubungan antara stres suasana
hati. Dari 96 wanita yang diteliti dengan diminta menuliskan buku harian selama
28 hari, terdapat korelasi antara stress dan suasana hati yang meliputi rasa marah,
kecewa, cemas, takut, murung, sedih dan duka cita.
b. Respon Fisiologis
Pada bagian ini terdapat banyak sekali respon yang muncul pada setiap
individu dan bisa saja berbeda antara individu satu dengan yang lainnya.
a) Flight and Flight respons, yaitu sebuah respon yang dikemukakan oleh
Walter Canon (1932) dengan memberikan reaksi fisiologis terhadap
ancaman dengan memobilisasi tubuh untuk fight (melawan) atau flight
(melarikan diri). Respon tersebut terjadi dalam sistem saraf autonomik

1
tubuh.
b) The General Adaption Syndrome, yaitu suatu respon tubuh terhadap
stres dengan mengaktifkan alarm (tanda bahaya), resistance
(perlawanan) dan juga exhaustion (kelelahan) yang dialami oleh
individu (Selye, 1974). Alarm merupakan sebuah kondisi yang tidak
diinginkan dan hal ini akan terjadi apabila ada perbedaan antara
keinginan dan kenyataan. Ketika hal ini terjadi, maka tubuh akan
memberikan respon selanjutnya yaitu fight, flight atau freeze. Fight
adalah keadaan dimana tubuh merespon dan memutuskan akan
menghadapi masalah yang sedang dihadapi, flight terjadi ketika otak
memberi peringatan bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi dan individu
memutuskan untuk melakukan sesuatu, dan freeze adalah keadaan
ketika otak menilai bahwa ketika individu menghadapi sesuatu, individu
tersebut terlalu lambat untuk berlari tetapi terlalu kecil untuk melawan
(Rahmawati et al., 2021).

1
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Kerangka konseptual

MANAJEMEN STRESS

B. Metode Penelitian
PADA ANAK
SEKOLAH
DASAR
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan atau dengan
tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukanya suatu metode yang
relevan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut sugiono, metode pendekatan
kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian dengan dasar pada filsafat positivime,
digunakan untuk meneliti pada pengambilan sampel dan populasi tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif.

C. Tempat dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Perguruan Ali Imron, pada bulan Juni 2023. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui manajemen stress pada anak sekolah dasar.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

1
Populasi merupakan subjek atau objek penelitian, apabila peneliti akan
meneliti beberapa elemen yang berada dalam suatu wilayah maka penelitian
itu disebut dengan penelitian populasi (Suharsini, 2002). Populasi dari
penelitian ini adalah Sebagian anak sekolah dasar di Yayasan perguruan ali
imron.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga,
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Sampel pada penelitian ini adalah Sebagian anak sekolah dasar di
Yayasan perguruan ali imron.

Jumlah sampel siswa kelas VI Yayasan Perguruan Ali-Imron


NO Kelas Jumlah Siswa
vi 29

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data yang diperlukan pengumpulan data digunakan sebagai setting,
sumber dan cara. dilihat dari segi cara pengumpulan data, maka pengumpulan data
dilakukan dengan angket dengan menggunakan data Teknik random sampling,
observasi dan gabungan keduanya. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data menggunakan angket. kuesioner (angket) merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk menjawabnya”.

Maka diperlukan sebuah alat ukur yang dinamakan dengan instrument penelitian, dan
istrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket, karena dapat
memperoleh gambaran yang sesuai dengan apa yang terjadi melalui jawaban yang
diberikan oleh responden. Angket yang digunakan dalam pertanyaan adalah
pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda atau disebut juga dengan pertanyaan tertutup,
pertanyaan itu dapat digunakan untuk mengukur pendapat, sikap dan pengetahuan.

Agar penyusunan angket berjalan dengan baik, maka diperlukan langkahlangkah


untuk penyusunan angket sebagai berikut:

1. Observasi
Observasi kuantitatif dirancang untuk menetapkan strandarisasi dan control,
observasi sebagai suatu alternative metode pengumpulan data, observasi juga
salah satu kegiatan ilmiah empiris yang mendasarkan fakta-fakta yang terjadi
dilapangan, melalui pengamatan pancra indra tanpa menggunakan manipulasi
apa pun. Tujuan dari observasi adalah untuk menguji teori dan hipotesis.

1
2. Dokumentasi
Secara umum dokumentasi berfungsi sebagai alat bukti dan sebagai bahan
penelitian ilmuan untuk meningkatkan koleksi dokumen, pengertian
dokumentasi adalah proses pengumpulan, pemilihan, pengelolaan, dan
penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan, dokumen merupakan
suatu cara yang dapat dilakukan untuk menyertakan bukti-bukti yang akurat,
dokumentasi juga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai suatu
bentuk proses dalam menyediakan berbagai dokumen dengan bukti dari
berbagai sumber dan referensi yang akurat. Peran dokumentasi adalah untuk
membantu pelayanan dalam hal pengembangan dalam bidang keilmuan
ilmiah, serta membantu mengembangkan pengolahan dokumen dengan cara
perolehan informasi yang berbeda-beda seperti mencari bahan, mencatat
hingga pengambilan gambar.

3. Kuesioner
Peneliti menggunakan kuesioner yang berbentuk skala likert untuk
mengumpulkan data mengenai stres akademik. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, persepsi, pendapat seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Skala likert dalam penelitian dengan bentuk cheklist. Serta
lembar observasi yang diamati dalam prosedur penggunaan layanan informasi
menggunakan terknik relaksasi untuk mereduksi penelolaan stress pada remaja
di pantu asuhan Mamiyai.

1
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Berikut data yang dapat dari hasil pengisian kuesioner berupa total skor dari
item soal yang telah dijawab oleh responden:

NO KODE SKOR TOTAL


RESPONDEN
1. R1 92
2. R2 100
3. R3 104
4. R4 83
5. R5 95
6. R6 85
7. R7 87
8. R8 97
9. R9 101
10. R10 107
11. R11 96
12. R12 104
13. R13 92
14. R14 101
15. R15 94
16. R16 91
17. R17 88
18. R18 78
19. R19 84
20. R20 75
21. R21 85
22. R22 80
23. R23 90
24. R24 91
25. R25 92
26. R26 95
27. R27 85
28. R28 85
29. R29 87
Tabel 1 Perolehan Skor Responden

2
Statistics
manajemen stres
N Valid 29
Missing 0
Mean 90.9655
Std. Deviation 7.99322
Minimum 75.00
Maximum 107.00

Tabel 2. Statistik Deskriptif Manajemen Stres

Berdasarkan data pada tabel 2 diatas diketahui bahwa sampel yang dilibatkan dalam
penelitian ini sejumlah N=29 orang. Skor Minimum manajemen stress adalah 75 dan skor
maksimum manajemen stress adalah 107. Untuk rata – rata manajemen stress pada anak
sekolah dasar adalah 90.9655. dan standar devisiasi adalah 7.99322.
Berdasarkan Statistik Deskriptif diatas, peneliti sajikan tabel 3 terkait sebaran data responden
Manajemen stres.
INTERVAL
KATEGORI KELAS f %
SANGAT TINGGI >98.9 6 20%
TINGGI 90.9 - 98.9 10 34%
RENDAH 82.9 - 90.9 10 34%
SANGAT
RENDAH <82.9 3 10%
JUMLAH 29 100%
Tabel 3. Sebaran Data Jumlah Responden Manajemen Stres

Tabel 3 menunjukan rentang kategori manajemen stress yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah,
dan sangat rendah. Berdasarkan rata – rata manajemen stress pada anak sekolah dasar ada
pada nilai 98.9 yang artinya manajemen stress pada anak sekolah dasar ada pada kategori
rendah. Presentasi anak sekolah dasar yang memiliki kategori sangat tinggi sebanyak 20%.
Presentase anak sekolah dasar yang memiliki kategori tinggi sebanyak 34%, presentase anak
sekolah dasar yang berada kategori rendah 34%, dan presentase anak sekolah dasar yang
berada kategori sangat rendah 10%.

2
BAB V
KESIMPULAN

Stres merupakan bagian alami dalam kehidupan. Namun, juga berpotensi


merusak Kesehatan jika tekanan yang dialami dalam intensitas berat dan dalam
rentang waktu yanglama. Menurut Lazarus & Folkman (1984) stres adalah tekanan
dari dalamdiri yangdapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi
lingkungan sosial yang berpotensi membahayakan, tidak terkendali atau melebihi
kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga suatu keadaan tertekan, baik
secara fisik maupun psikologis.
Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau biasa
disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring
dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat
anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis
bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas
yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak. Usia sekolah dasar disebut
juga periode intelektualitas, atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6 – 7
tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah
dasar terdiri dari periode kelas rendah dan periode kelas tinggi. Anak sekolah dasar
merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami gizi kurang diantara
penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah dan asupan makanan yang kurang
seimbang serta rendahnya pengetahuan orang tua. Anak sekolah dengan pola makan
seimbang cenderung memiliki status gizi yang baik.
Berdasarkan rata – rata manajemen stress pada anak sekolah dasar ada pada
nilai
98.9 yang artinya manajemen stress pada anak sekolah dasar ada pada kategori
rendah. Presentasi anak sekolah dasar yang memiliki kategori sangat tinggi sebanyak
20%. Presentase anak sekolah dasar yang memiliki kategori tinggi sebanyak 34%,
presentase anak sekolah dasar yang berada kategori rendah 34%, dan presentase anak
sekolah dasar yang berada kategori sangat rendah 10%.

2
DOKUMENTASI

2
2
2
DAFTAR PUSTAKA
Albayrak S, Çak B, Nis F, Erdem Y. Reliability and Validity Study of the Turkish Version of
Child and Adolescent Social Support Scale for Healthy Behaviors. 2018;12:273–8.
Bruce B. Frey. The SAGE Encyclopedia of Educational Research, Measurement, and
Evaluation. 2018.
Griauzde DH, Kie EC, Domo SE, Hess K, Feinstein S, Frank A, et al. Eating Behaviors The
in fl uence of social media on child feeding practices and beliefs among Hispanic mothers : A
mixed methods study. 2020;36(May 2019).
Vial A, Put C Van Der, Jan G, Stams JM, Kossakowski J, Assink M. Child Abuse & Neglect
Exploring the interrelatedness of risk factors for child maltreatment : A network approach.
Child Abuse Negl [Internet]. 2020;107(June):104622. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.chiabu.202 0.104622
Vismara L, Sechi C, Lucarelli L. Heliyon Re fl ective parenting home visiting program : A
longitudinal study on the effects upon depression , anxiety and parenting stress in fi rst-time
mothers. Heliyon [Internet]. 2020;6(May):e04292. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.202 0.e04292

Anda mungkin juga menyukai